Tag Archives: Indra Wiralaksmana

Muslim Ummah resmi melakukan rebranding menjadi "Umma". Memiliki tiga fitur utama untuk menunjang ibadah Muslim dalam satu aplikasi

Platform Komunitas Muslim “Umma” Sediakan Layanan Penunjang Ibadah Secara Menyeluruh

Aplikasi yang memuat konten Islami, Muslim Ummah melakukan rebranding menjadi “Umma” sekaligus meresmikan kehadiran setelah setahun berdiri. Dengan nuansa baru, Umma akan membawa lebih banyak fitur yang menjawab umat Muslim terhadap informasi seputar Islam yang terpercaya dalam satu wadah.

Dalam kesempatan peluncuran layanan, Kepala Bekraf Triawan Munaf menyebutkan, Umma dapat menjadi aplikasi yang cocok digunakan Muslim di tanah air, terutama menjelang momen Ramadan.

Salah satu pemegang saham Umma, pebisnis Garibaldi Thohir menambahkan, rebranding adalah upaya perusahaan dalam menyempurnakan aplikasi dengan tampilan UI/UX yang lebih baik. Pun demikian dari segi fitur juga diperkaya agar bisa memberikan nilai lebih untuk para pengguna.

“Melalui Umma, kami bisa berikan alternatif terbaik untuk umat Muslim. Kami ingin bawa Umma tidak hanya besar di Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara,” katanya, Kamis (25/4).

Meski tidak dijelaskan secara spesifik, Garibaldi menjadi pemegang saham mayoritas di Umma, dibandingkan tiga pemegang saham lainnya. Dia juga menyebut perusahaan membuka diri untuk investor lain yang berminat untuk masuk ke Umma dengan syarat memiliki kesamaan visi dan misi.

Fitur Umma

CEO dan Co-Founder Umma Indra Wiralaksmana menjelaskan, aplikasi Umma memberikan tiga fitur utama yakni fitur penunjang ibadah, konten, dan komunitas yang dapat diakses secara gratis. Di fitur penunjang ini ada jadwal salat, arah kiblat yang dapat digunakan di lokasi manapun berbasis GPS, dan Al Quran dan terjemahannya disertai audio untuk melatih pengucapannya.

Sementara itu, fitur konten memuat video dan artikel terkurasi yang diisi 80 ustadz dan ulama ternama. Konten ini dipersonalisasi sesuai ketertarikan pengguna dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan.

Terakhir, fitur komunitas ini berisi grup chat yang dimoderasi untuk memfasilitasi pengguna yang datang dari berbagai kalangan untuk berdiskusi dan tanya jawab dengan ustadz pembina grup tersebut.

“Fitur komunitas ini yang membedakan kami dengan aplikasi lainnya. Umma mendorong umat Muslim untuk saling bahu membahu berbuat kebaikan pada sesama dengan diskusi yang positif. Lebih dari satu tahun, kami telah memfasilitasi 80 komunitas baru dan akan terus bertambah,” terang Indra.

Fitur ini hadir secara all-in-one dalam Umma, sehingga pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi terpisah dalam smartphone-nya. Indra mengungkapkan pihaknya akan menjadikan Umma sebagai platform terbuka yang menghubungkan berbagai industri.

Misalnya, fitur nearby yang menghubungkan pengguna dengan masjid terdekat, rumah sakit, restoran halal, sekolah, universitas, dan lainnya. Bahkan rencananya bakal disediakan kontak layanan pemandian jenazah, marketplace, sampai keuangan finansial. Seluruh rencana ini bakal secara bertahap dihadirkan.

Indra menyebut Umma akan rilis fitur khusus untuk menyambut momen Ramadan. Kehadiran fitur ini diharapkan menunjang pengguna dalam meningkatkan ibadahnya selama satu bulan penuh tersebut.

Belum lakukan monetisasi

Indra menjelaskan, fokus Umma saat ini adalah memperkaya fitur demi meningkatkan kadar kebutuhan pengguna terhadap aplikasi. Ketika aplikasi berhasil menjaring lebih banyak orang, perusahaan akan memutuskan monetisasi dengan memasang iklan.

Shareholder kami memang ada interest untuk dibisniskan, tapi karena unsur tanggung jawab untuk memajukan Islam, makanya sekarang ini fokusnya meningkatkan platform-nya terlebih dahulu. Saat jumlah user sudah naik dan tingkat ketergantungannya tinggi, kita akan mulai pasang iklan.”

Per April 2019, aplikasi Umma telah diunduh lebih dari 2,5 juta kali dengan pertumbuhan pengguna sekitar 50% per kuartal dari periode Ramadan tahun lalu. Jumlah pengguna aktif disebutkan hampir separuh dari angka unduhan atau sekitar 1 juta orang.

Application Information Will Show Up Here
ReCharge Aplikasi Sewa Power Bank

ReCharge Sediakan Solusi Penyewaan Power Bank Berbasis Aplikasi

ReCharge, perusahaan teknologi berbasis IoT, mengumumkan kehadirannya di Indonesia dengan solusi perdananya sebagai penyedia layanan sewa power bank berbasis aplikasi. Ke depannya, akan banyak solusi berbasis IoT yang disiapkan untuk mempermudah kebutuhan sehari-hari.

“Sementara ini kami baru sediakan solusi penyewaan power bank. Namun karena kami ini perusahaan IoT, maka visi ke depannya kami mau hadirkan solusi lewat IoT yang bisa membuat kehidupan sehari-hari jadi lebih simpel,” ucap Co-Founder & CEO ReCharge, Dick Listijono, Selasa (23/10).

ReCharge memiliki model bisnis sewa power bank yang tersedia di lebih dari 200 ReCharge Station (mesin tempat menyewa power bank) di lebih dari 100 lokasi strategis di Jabodetabek. Pengguna dapat menyewa power bank dengan mengambil dari salah satu station tersedia dan mengembalikannya di station lain dalam kurun waktu 1 x 24 jam.

Fleksibilitas ini, menurut Dick, turut mendukung gerak pengguna yang kerap kali berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengguna bisa menemukan station di pusat perbelanjaan, perkantoran, restoran, sekolah, balai pertemuan, dan tempat hiburan. Beberapa di antaranya ada di Pacific Place, Pondok Indah Mall, fX Sudirman, Mal Kelapa Gading, dan lainnya.

Ada tiga jenis mesin ReCharge Station, dari mulai yang kecil, sedang, sampai terbesar dengan kapasitas slot 30 power bank. Untuk menyewa, pengguna cukup mengunduh aplikasi ReCharge.

Dari aplikasi tersebut pengguna bisa mengetahui lokasi station terdekat dan bisa langsung menyewanya dengan top up saldo baik secara tunai atau non tunai. Biaya yang dikenakan untuk satu kali menyewa sebesar Rp10 ribu.

Setelah saldo terisi, pengguna dapat memindai QR code pada layar station, memilih tipe kabel sesuai kebutuhan (Lightning, Android, atau USB Type C). Setelahnya power bank akan otomatis keluar dari station dan siap digunakan.

Top up saldo dapat dilakukan lewat berbagai penyedia layanan pembayaran, seperti Go-Pay, OVO, Tcash, BCA Virtual Account, dan transfer bank. Disediakan pula tim ReCharge yang ditempatkan di tiap station untuk pengisian saldo secara offline.

“Tidak hanya untuk charging smartphone saja, power bank bisa dipakai untuk charge berbagai device yang mendukung USB seperti kamera. Sehingga pemanfaatan power bank ini cukup luas.”

Solusi power bank yang luas ini, menurutnya, membuat perusahaan yakin dapat menarik banyak pengguna, kendati tengah berkembang solusi wireless charging yang kian dilirik oleh berbagai vendor smartphone.

Pasalnya, wireless charging itu sama halnya dengan men-charge dari kabel, tidak bisa dilakukan di mana saja. Sehingga harus tetap berada dalam satu ruangan.

Kembangkan power bank sendiri

GM Commercial & Business Development ReCharge, Soni Dharmawan, menambahkan perusahaan mendesain sendiri power bank yang mereka rilis. Hanya saja untuk sementara pembuatannya masih dilakukan oleh vendor pabrikan di luar negeri. Salah satunya ada di negara Tiongkok.

Dia membuka kemungkinan seluruh proses akan dilakukan di dalam negeri apabila volume bisnis ReCharge sudah makin besar ke depannya. Meski tidak diungkapkan, kapan rencana tersebut bisa terealisasi.

Power bank ReCharge berkapasitas 4.000 mAh dan dilengkapi dengan fast charging technology. Cukup mengisi daya smartphone hingga dua kali sampai penuh berdasarkan kapasitas rata-rata yang tersedia di pasar. Dari segi ukuran, power bank berukuran 135x76x16mm dan berbobot ringan.

Power bank didesain tidak mudah rusak apabila jatuh secara tidak sengaja. Tidak bisa di-charging dari kabel sendiri, hanya bisa dilakukan di ReCharge Station saja. Sebab power bank tidak memiliki kabel, melainkan chip yang bisa menghantarkan daya listrik dari station ke perangkat tersebut.

Alhasil, apabila pengguna memiliki niat tidak baik, mereka tidak akan bisa menggunakan kembali power bank sampai habis. Jika power bank hilang, pengguna akan dikenakan biaya penalti sebesar Rp100 ribu. Sebab perusahaan membuat ketentuan, setiap akun hanya bisa menyewa satu power bank dalam satu waktu saja.

“Baru nanti setelah biaya penalti dibayarkan, pengguna baru bisa menyewa lagi karena sudah mengubah statusnya di sistem ReCharge.”

Rencana bisnis

Pendapatan bisnis ReCharge untuk saat ini masih berasal dari bisnis penyewaan power bank. Antara ReCharge dengan para partner dalam menyediakan ReCharge Station tidak ada pembagian komisi atau sejenisnya diantara kedua belah pihak.

Perwakilan dari Pacific Place menuturkan ReCharge merupakan nilai tambah yang diberikan untuk para pengunjung dengan penunjang inovasi teknologi terkini. ReCharge memberikan nilai tambah buat para mitra dengan menyediakan direktori mal yang dapat diakses lewat layar LCD di station.

Ke depannya, akan ada banyak inovasi dari ReCharge untuk para mitranya. Bisa untuk order menu, cetak karcis bioskop, atau sebagainya. Perusahaan juga menyediakan layanan iklan untuk pihak ketiga di layar LCD, mesin ReCharge Station, perangkat power bank, dan dalam aplikasi itu sendiri.

“Kehadiran ReCharge Station di berbagai lokasi akan disesuaikan dengan kebutuhan para partner, nanti kami yang sediakan untuk mereka sebagai bentuk layanan kepada penggunanya,” tambah Soni.

Co-Founder ReCharge, Indra Wiralaksmana, menambahkan ReCharge berencana untuk mulai ekspansi ke luar Jabodetabek mulai tahun depan. Paling tidak sampai akhir tahun ini pihaknya ingin tumbuh dua kali lipat untuk ketersediaan ReCharge Station.

Pada bulan depan, ReCharge akan hadir di berbagai lokasi seperti rumah sakit, bandara, stasiun kereta, dan acara yang padat pengunjung seperti pameran, seminar, dan konser. Sejak beroperasi pada Maret 2018 hingga kini, pengguna ReCharge diklaim telah lebih dari 50 ribu orang.

Ekspansi yang bakal lebih agresif ini, menurut Indra, juga bakal ditunjang oleh pendanaan yang cukup. Rencananya perusahaan akan mulai penggalangan dana seri A pada tahun depan. Adapun saat ini, ReCharge telah memperoleh pendanaan dari sejumlah angel investor yang tidak disebutkan identitasnya.

“Kami akan mulai penggalangan dana seri A pada tahun depan untuk menunjang rencana bisnis kami yang akan lebih agresif,” tutup Indra.

Application Information Will Show Up Here

Ninja Xpress Luncurkan Aplikasi Ninja Easy, Khusus Rambah Segmen Social Commerce

Perusahaan logistik asal Singapura, Ninja Van dengan merek dagang Indonesia Ninja Xpress meluncurkan aplikasi Ninja Easy, layanan terbaru yang khusus menyasar penjual dari segmen social commerce untuk pengiriman cash on delivery (CoD).

Aplikasi ini membawa semangat ingin menyederhanakan proses pengiriman dan pembayaran, sehingga para penjual bisa fokus mengembangkan bisnis, menghemat waktu mengurus administrasi penjualan, dan pada akhirnya menguntungkan para pembelinya.

Pihak Ninja Xpress memutuskan Indonesia jadi negara pertama yang menjajal layanan terbaru ini. Setelah Indonesia, Ninja Easy akan hadir di Thailand. Adapun saat ini, Ninja Xpress telah beroperasi di tujuh negara, diantaranya Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

Indonesia dipilih mengingat secara potensi, baik dari segi jumlah populasi yang besar, cakupan wilayah yang luas. Selain itu, jumlah pengguna internet yang terus berkembang dan cara berjualan lewat media sosial yang sangat populer dengan menggunakan medium seperti Instagram dan Facebook.

Dari hasil riset yang dikutip Ninja Xpress diperkirakan pengguna ponsel di Indonesia akan bertambah jadi 100 juta orang pada 2018 dan penjualan lewat social commerce tumbuh dua kali lipat dari US$5,07 juta menjadi US$10,18 juta di 2020.

“Sebagai penyedia layanan logistik inovatif, kami senantiasa menerapkan teknologi canggih dan menghadirkan berbagai solusi modern yang meningkatkan standar e-commerce,” kata Country Head Ninja Xpress Indra Wiralaksmana, Selasa (4/3).

Dalam proses bisnisnya, lanjut Indra, Ninja Easy menyediakan sebuah tautan khusus per produk, berisi nama produk, foto, ukuran, perkiraan berat, harga, beserta ongkos kirimnya. Nantinya tautan tersebut dapat disebar ke akun media sosial milik penjual. Untuk mengonfirmasi penjualan, pembeli dapat membuka tautan yang diinginkan dan secara otomatis data mereka akan dikirim kembali ke penjual lewat aplikasi Ninja Easy.

Ketika pembeli telah mengonfirmasi pemesanannya, penjual bisa langsung menggunakan layanan on-demand dari aplikasi yang sama dan kurir perusahaan yang berada di lokasi terdekat akan menjemput barang pesanan dan mengantar ke alamat tujuan. Jaminan kedatangan kurir ke lokasi penjual maksimal 90 menit sejak pemesanan dilakukan.

Setelah menyederhanakan proses penjualan, Ninja Easy juga menyempurnakannya dengan menawarkan opsi pembayaran dengan CoD. Cara pembayaran ini masih mendominasi dari seluruh total transaksi belanja online di Indonesia, meski ada opsi lainnya seperti transfer bank atau internet banking.

Indra melanjutkan, dengan menyediakan opsi CoD menegaskan komitmen perusahaan untuk membantu menjembatani kesenjangan kepercayaan antara penjual dengan pembeli perihal reputasi kedua belah pihak atau hal lainnya, sehingga mereka bisa lebih percaya diri dalam bertransaksi online.

“Pembeli hanya membayar ketika barangnya sudah sesuai pesanan. Setelah pesanan dibayar, saldo di akun penjual di Ninja Easy akan bertambah. Dana dapat dicairkan dalam kurun waktu 3-5 hari.”

Kehadiran Ninja Easy juga diharapkan bisa membantu sistem pencatatan stok barang jadi otomatis dan pelacakan kiriman secara real-time. Apabila barang yang dikirim penjual tidak sesuai dengan pemesanan, maka pembeli bisa mengembalikan barang tanpa dikenakan biaya.

Sementara ini Ninja Easy baru menyediakan layanan pick up dengan titik lokasi awal pengiriman di Jakarta. Akan tetapi, alamat tujuan telah mencakup 35 kota di seluruh Indonesia. Setelah Jakarta, Ninja Easy bakal hadir di kawasan Bodetabek.

Diharapkan dari peluncuran layanan terbaru ini bisa mendongkrak kinerja perusahaan. Sebagai gambaran, sejak pertama kali diluncurkan pada September 2016 hingga kini pertumbuhan active shoppers mencapai 107%. Ninja Xpress telah melayani 35 kota, dengan konsentrasi seluruh kota tingkat satu di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.

Adapun jumlah armada kurir Ninja Xpress diklaim telah lebih dari 1.000 kurir dengan komposisi sekitar 80% menggunakan kendaraan roda dua. Indra menargetkan sampai akhir tahun ini Ninja Xpress bisa menambah cakupan wilayah pengiriman sekitar 60-80 kota di seluruh Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Logistik Singapura Ninja Van Resmikan Bisnis di Indonesia

Ninja Van, perusahaan logistik asal Singapura, meresmikan Indonesia sebagai negara ekspansi berikutnya. Dengan brand Ninja Xpress, perusahaan mencoba memberikan solusi revolusioner untuk industri e-commerce Indonesia.

Seperti diketahui, Ninja Van mendapatkan pendanaan seri B sebesar $30 juta pada April 2016 dari The Abraaj Group, Monk Bukit Ventures, B Capital Group, dan Yahoo Japan Capital. Sebagian dananya digunakan manajemen untuk pengembangan bisnis di Indonesia.

Indra Wiralaksmana, Country Head Ninja Xpress, mengatakan sebenarnya Ninja Van sejak awal tahun ini sudah melakukan tes pasar di Indonesia. Setelah mendapatkan pendanaan baru, bisnis di Indonesia mulai diseriusi dengan memperbanyak jumlah mitra e-commerce dan armada kurir hingga akhirnya diresmikan pada Selasa, (6/9).

Sama seperti pemain asing lainnya, manajemen Ninja Van, lanjut dia, melihat Indonesia sebagai pasar yang sangat berpotensi, terutama dari pertumbuhan e-commerce selama beberapa tahun terakhir. Fase-fase saat ini merupakan saat terpenting untuk masuk ke pasar Indonesia.

“Pelaku e-commerce menuntut layanan pengantaran paket yang efisien dan dapat diandalkan. Inilah salah satu alasan kami hadir,” ujarnya.

Menurut Indra, layanan utama yang ditawarkan Ninja Xpress adalah terintegrasinya sistem teknologi dengan situs klien. Hal ini memungkinkan pelanggan untuk tracking secara benar-benar real time, mulai dari paket saat dibungkus oleh penjual, masuk ke gudang, hingga pengiriman. Setiap perpindahan paket, ada notifikasi SMS yang masuk ke pembeli.

Solusi ini mencoba membantu menjawab keresahan pembeli online yang selama ini sering mengalami masalah karena lamanya waktu kedatangan paket dan tidak sesuai dengan keterangan yang tertera saat dilacak. “Kami benar-benar real time, tidak sekedar gembar gembor layanan tracking semata. Sebab kami memiliki barcode unik yang selalu diperiksa saat paket mengalami perpindahan proses.”

Ninja Xpress memiliki dua sasaran segmen klien, untuk kalangan e-commerce dan ritel. Dengan klien e-commerce, sudah ada beberapa brand besar yang sudah tergabung seperti Berrybenka, Tokopedia, Lazada, Shopee, Zalora, dan lain-lain. Adapun lokasinya kini sudah berada di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Malang, dan Medan.

Untuk menjangkau segmen ritel, perusahaan menggunakan gerai Ninja Point. Saat ini jumlahnya baru 5 gerai, yakni di Thamrin City, ITC Cempaka Mas, ITC Mangga Dua, ITC Kuningan, dan Pusat Grosir Cililitan (PGC). Ditargetkan sampai akhir tahun akan menambah 50 gerai. Terhitung, kini Ninja Xpress sudah memiliki 1.000 armada kurir mobil dan motor.

Ninja Xpress juga memberikan layanan cash on delivery (COD) untuk pembeli dari klien e-commerce. Untuk menjamin keamanan uangnya, kurir akan dibekali dengan aplikasi Ninja Xpress. Setelah kurir menerima uang, mereka wajib melakukan konfirmasi. Secara sistem terintegrasi baik pihak merchant e-commerce dan pembeli akan mendapat notifikasi bahwa paket sudah diantar dan uang sudah diterima.

“Dengan adanya transparansi dan real time tracking, semua bisa dilacak dengan baik. Merchant tidak perlu khawatir uang COD akan tetap masuk sesuai waktunya.”

Beri diferensiasi

Dari beberapa pemain logistik di Indonesia, hampir seluruhnya sudah menggunakan layanan fitur real time tracking. Namun, apa yang membedakan Ninja Xpress dengan yang lainnya? Danu Wicaksana, Managing Director Berrybenka, menjelaskan dari beberapa pemain logistik yang sudah bermitra dengan perusahaan, hanya Ninja Xpress yang memiliki akurasi hampir 100%.

Fitur real time tracking yang dimiliki Ninja Xpress sangat berguna bagi perusahaan dalam menjaga kepercayaan konsumen. Dia menambahkan, tidak semua perusahaan logistik memiliki tingkat tanggung jawab yang tinggi ketika mengirimkan paket.

“Dari kacamata user, tracking itu sangat penting sebab konsumen ingin barangnya cepat datang. Dengan transparansi, kekhawatiran konsumen barangnya tidak datang on time bisa diminimalisir,” pungkas Danu.