Dalam beberapa tahun ke belakang, ranah penyediaan gaming gear tumbuh sangat pesat. Selain nama-nama terkenal di industri, banyak perusahaan hardware memutuskan untuk ikut berpartisipasi. Salah satu faktor pendorongnya adalah naik daunnya eSport. Dan saat ini, permintaan terhadap periferal yang andal, akurat, serta nyaman sangat tinggi.
Tentu bukan hanya gamer profesional saja yang membutuhkan gaming gear. Gamer di semua platform berhak mendapatkan aksesori berkualitas, dan prangkat-perangkat itu akan sangat membantu saat mereka menikmati permainan multiplayer. Tak cuma memberikan superioritas, aksesori seperti headset gaming juga sangat membantu proses komunikasi. Hal inilah yang mendorong DailySocial mengadakan bincang-bincang bersama para pakar buat membahas gaming gear lebih jauh.
Di acara DSGarage pertama, DailySocial mengundang Bambang Tirtawijaya dari Corsair Indonesia, Monica ‘Nixia’ Carolina dari tim NXA Ladies, dan Alvin Joseph Muliaba dari Inigame untuk berdiskusi mengenai ‘cara tepat memilih gaming gear buat permainan online.
Diskusi dimulai oleh penjelasan Alvin mengenai apa yang dimaksud dengan gaming gear. Perbedaan dasar antara aksesori gaming dan varian multimedia biasa adalah, device dari awal dirancang buat menunjang kegiatan gaming – meliputi komposisi hardware di dalam, fitur, penampilan tubuh, hingga proses riset dan pengembangan yang dilakukan produsen.
Semua hal tersebut repot-repot dilakukan untuk memberikan pemain keunggulan dari lawan – baik komputer ataupun sesama gamer. Melihat dari fungsi dasarnya, mouse gaming jauh lebih presisi dibanding mouse standar, headphone mampu menyajikan detail dan nyaman dikenakan di waktu lama, lalu keyboard gaming ber-switch mekanik tak hanya responsif, tapi juga lebih tahan terhadap perlakuan agresif para gamer.
Untuk menentukan periferal yang tepat, kita tinggal menanyakan pada diri sendiri: game seperti apa yang kita sukai? Dari sana, proses penentuannya jadi lebih mudah, apalagi para produsen hardware sudah menyiapkan banyak pilihan.
Perlu diketahui bahwa karakteristik device tiap device berbeda-beda. Misalnya untuk MOBA, mouse gaming biasanya dilengkapi fitur macro dan banyak tombol; sedangkan buat shooter, keakuratan sensor dan respons dari tombol dan scroll wheel sangatlah krusial. Kemudian, gamer FPS juga akan memperoleh keuntungan dari penggunaan keyboard dengan switch mekanik yang ringan ber-profile linear – misalnya MX Red, MX Speed dan MX Brown.
Kita mungkin juga sering mendengar istilah ‘ada harga ada kualitas’. Hal ini memang tidak bisa dibantahkan, tapi tak berarti hanya produk-produk mahal saja yang patut dibeli. Menurut para narasumber, takaran utama saat membeli aksesori gaming adalah modal Anda sendiri. Tiap brand punya produk terbaik di masing-masing tingkatan harga, dan untuk menemukan varian yang tepat, beberapa hal bisa Anda lakukan:
- Membaca review dari media besar dan juga ulasan pengguna.
- Berpartisipasi dalam diskusi di forum, dan meminta saran dari mereka yang lebih berpengalaman.
- Lebih sederhana lagi: tanya pendapat teman Anda.
- Setelah semua hal itu dilakukan, Anda tetap dianjurkan untuk datang ke toko dan mencoba produk-produk tersebut secara langsung. Alasannya, karakteristik pemakaian tiap orang berbeda-beda.
Misalnya pada mouse, gaya grip user tidak sama. Ada yang menggunakan gaya palm (hampir semua bagian telapak tangan memegang mouse), claw (seperti postur mencakar) dan tip (cuma ujung jari yang menyentuh mouse). Lalu buat headphone, umumnya gamer menyukai tipe over-ear. Tapi pikirkan juga faktor-faktor ini: bagaimana dengan sistem sirkulasi udaranya? Apakah lapisan padding-nya membuat suhu telinga jadi cepat naik? Lalu, nyamankah jika dipakai bersama kacamata?
Tiap periferal juga mempunyai hubungan tidak langsung. Contoh kecilnya: keyboard tenkeyless memberikan ruang gerak mouse lebih luas, artinya Anda bisa memilih mouse mat berdimensi lebar.
Pada narasumber, saya juga sempat bertanya apakah tingkat DPI tinggi membuat mouse jadi lebih baik? Angka DPI tinggi tentu saja tidaklah buruk, namun agar bekerja optimal, mouse membutuhkan sistem sensor yang tak kalah canggih – misalnya memastikan ia bisa membaca titik satu per delapan pixel. Masalahnya, mayoritas mouse gaming (terutama tipe laser) masih memanfaatkan tipe sensor yang terbilang lawas. Jika teknologi sensor dan ukuran DPI timpang, kinerja perangkat malah jadi buruk.
Angka besar untuk menunjukkan kecanggihan tak cuma digunakan di gaming gear. Hal serupa umumnya kita temui pada ukuran megapixel kamera ponsel atau DSLR. Mendekati penghujung acara diskusi, para narasumber menekankan agar kita sebaiknya lebih bijak dan jangan mudah tergoda dengan jumlah angka besar atau istilah-istilah marketing lain.
Contoh: sebutan switch ‘semi-mechanical‘ di keyboard garapan merek terkenal. Alvin menjelaskan, buat sekarang hanya ada dua tipe keyboard: dengan membran silikon dan switch mekanik di dalam. Meski keyboard memberikan resistensi atau sensasi clicky ala switch mekanik, jika perangkat masih memanfaatkan membran, maka ia tetaplah keyboard membran.
–
Terima kasih pada tim Corsair Indonesia, Nixia dan Alvin Joseph Muliaba dari Inigame.