Tag Archives: Init-6

Qiscus pendanaan init-6

Qiscus Umumkan Pendanaan 32 Miliar Rupiah dari Init-6, Segera Lancarkan Ekspansi Regional

Startup pengembang platform omnichannel customer engagement Qiscus mengumumkan perolehan pendanaan $2 juta atau sekitar 32 miliar Rupiah dari Init-6. Disampaikan bahwa dana segar ini akan dimanfaatkan untuk menggencarkan ekspansi ke Asia Tenggara pada 2024 mendatang.

Sejak berdiri tahun 2013, Qiscus juga telah mendapatkan sejumlah pendanaan eksternal dari Telkom (melalui Indigo), Rekanext, dan Qverse. Pendanaan baru ini dibukukan setelah Qiscus mengumumkan keberhasilannya dalam mencapai profit pada tahun 2019 silam, diklaim terus bertumbuh sampai sekarang.

“Kami dengan bangga mengumumkan perolehan pendanaan baru yang akan dialokasikan secara strategis untuk mengakselerasi ekspansi pasar kami di Asia Tenggara, memanfaatkan kehadiran kami yang telah eksis di lebih dari 10 negara. Dengan fokus pada pertumbuhan yang sustainable, kami berkomitmen untuk melipatgandakan pendapatan kami pada 2024 sebagai langkah awal dari ekspansi ini,” ujar Co-Founder & CEO Qiscus Delta Purna Widyangga.

Saat ini layanan Qiscus telah digunakan lebih dari 2 ribu perusahaan, mengakomodasi percakapan ke lebih dari 100 juta pengguna akhir untuk kebutuhan customer engagement.

“Kami memilih untuk berinvestasi di Qiscus karena keyakinan kami pada potensinya yang luar biasa di Asia Tenggara. Mereka telah menunjukkan performa yang sangat baik, terutama pada saat pandemi Covid-19, mereka mampu mencatat kenaikan revenue hingga 3x lipat,” sambut Founding Partner Init-6 Achmad Zaky.

Zaky menambahkan, “Kami menilai bahwa Qiscus mampu memperkuat ekosistem startup dan industri teknologi dengan strategi dan inovasi yang mereka miliki. Meninjau performanya selama beberapa tahun terakhir, kami optimis Qiscus mampu mencapai target ekspansinya ke pasar Asia pada tahun mendatang dan terus akan tumbuh secara profitabel dan sustainable dalam jangka panjang.”

Sebagai B2B SaaS, Qiscus berkomitmen menjalankan bisnisnya dengan fokus pada keberlanjutan jangka panjang, inovasi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Di tengah tren digitalisasi yang pesat di Indonesia, kami optimis dapat terus berinovasi dan menyediakan solusi relevan untuk jangka panjang.

Delta menambahkan, “Supaya terus relevan dengan pelanggan dalam waktu yang lama, kami terus berinovasi dan merilis berbagai solusi baru di setiap tahunnya. Pada Agustus kemarin, kami juga baru saja merilis berbagai solusi baru, beberapa di antaranya yakni Qiscus AI Assistant, Qiscus Customer Satisfaction Survey, Qiscus Shop, dan Qiscus Customer Data Platform. Dengan ini, bisnis dapat mengandalkan solusi Qiscus sebagai the only toolbox untuk kebutuhan customer engagement.”

Di Indonesia, ada sejumlah startup yang juga mengembangkan platform omnichannel untuk memudahkan bisnis terhubung dengan pelanggan. Di antaranya Lenna.ai, Kata.ai, Chatbiz dan beberapa lainnya.

Startup pencatatan keuangan untuk UKM Ledgerowl mengumumkan pendanaan putaran pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh Init6 dan Investible

Startup SaaS Ledgerowl Kantongi Pendanaan, Siap Akselerasi Produk untuk UMKM

Startup pencatatan keuangan untuk UMKM Ledgerowl mengumumkan pendanaan putaran pendanaan pra-awal yang dipimpin Init-6 dan Investible. Tidak disebutkan nominal investasi yang diterima. Perusahaan akan memanfaatkan dana untuk mengembangkan produknya dan mempercepat pertumbuhan.

Ledgerowl adalah startup SaaS yang mengembangkan solusi untuk pemilik bisnis membuat laporan keuangan dengan mudah, cepat, dan murah. Platformnya ditenagai dengan AI dan memanfaatkan machine learning untuk mengautomasi banyak tugas yang terlibat dalam pembukuan, seperti pengumpulan data, entri data, rekonsiliasi, dan klasifikasi transaksi.

Dengan demikian, pebisnis tidak perlu merekrut tenaga tambahan terdedikasi untuk melakukan tugas tersebut, mengurangi biaya pembukuan, dan meningkatkan pengambilan keputusan keuangan mereka.

“Dengan panduan dan pendanaan, kini kami dapat mempercepat pertumbuhan dan mempercepat produk kami dipasarkan dengan lebih cepat. Kami senang dapat bekerja sama dengan investor baru kami dan berharap dapat membantu UMKM di seluruh Asia Tenggara untuk menambah efisiensi pada operasi back-office mereka,” ujar Co-founder & CTO Ledgerowl Adrian Yasin dalam keterangan resmi, kemarin (21/2).

Masing-masing investor menyampaikan pernyataannya terkait investasi ini.

Venture Partner Init6 Rexi Christopher menyampaikan, “Para pendiri Ledgerowl memiliki pengalaman yang solid dan memahami kebutuhan pasar dengan baik. Oleh karena itu, kami yakin mereka dapat memimpin perusahaan menuju pertumbuhan eksponensial dalam waktu dekat. Kami yakin Ledgerowl akan menjadi solusi yang harus dimiliki pemilik UMKM untuk mengelola pembukuan mereka. dan urusan akuntansi.”

Principal Investible Khairu Rejal menambahkan, “Adrian dan Rey telah membuktikan bahwa mereka memecahkan masalah yang cukup besar untuk pasar Indonesia, dengan potensi untuk berkembang secara strategis di wilayah yang lebih besar. Mereka telah menunjukkan ketabahan, kemampuan, dan dinamisme yang diperlukan untuk merebut pasar ini, dan kami sangat senang untuk mendukung mereka dalam fase pertumbuhan berikutnya.”

Ledgerowl

Ledgerowl awalnya lahir dari hasrat Rey Kamal (Co-founder dan CEO) yang mengelola pembukuan untuk bisnis kecil temannya sebagai pekerjaan sampingan. Ia harus begadang untuk menghitung dan menghasilkan laporan keuangan, yang ternyata dirinya menyadari bahwa sebagian besar prosesnya berulang dan dapat mengambil manfaat dari automasi.

Kemudian, ia mengajak Adrian Yasin dan berbagi visi untuk merampingkan manajemen keuangan. Bersama-sama, mereka berkolaborasi untuk mengembangkan konsep automasi nan inovatif yang akan mengubah proses pembukuan. Ledgerowl pun resmi hadir pada 2019.

Setahun kemudian, perusahaan menyambut mitra strategis pertamanya, Umawar Investment Group. Sebagai Venture Builder dari startup pemula, grup keluarga ini mendorong pertumbuhan Ledgerowl dengan memanfaatkan ekosistem, pengalaman, dan kontak bisnis mereka yang luas untuk membantu memvalidasi ide tersebut.

“Kami telah melihat bagaimana Ledgerowl dapat memberi nilai tambah bagi UMKM dan mengembangkan bisnis mereka dari awal yang sederhana di garasi. Kami berharap dapat melihat lebih banyak produk berbasis solusi mereka dan akan selalu memberikan dukungan penuh untuk mencapai tujuannya,” kata Presiden Direktur Grup Alwi Mulachela.

Rey mengungkapkan, sejak awal Ledgerowl melakukan bootstrapping dan menginvestasikan kembali seluruh keuntungan ke dalam perusahaan dan teknologi. Selama pandemi, jumlah pelanggan tumbuh secara signifikan karena permintaan akan akuntansi yang lebih fleksibel dan layanan jarak jauh melonjak.

“Sementara kami telah berhasil melakukan bootstrap sampai saat ini, kami menyadari bagaimana suntikan modal akan menambah bahan bakar untuk skala dan meraih pasar yang berkembang pesat ini,” kata Rey.

Saat ini tingkat pertumbuhan UMKM baru di Indonesia adalah salah satu yang tercepat di dunia. Namun, kesadaran akan pentingnya pembukuan masih perlu ditingkatkan. Secara tradisional, pembukuan di ranah UMKM merupakan proses yang intensif waktu dan seringkali manual. Proses akuntansi yang rumit, ditambah dengan perekrutan tim akuntansi internal yang terus meningkat, merupakan kombinasi yang menantang bagi pengusaha mana pun.

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, Rey menyadari bahwa Ledgerowl bukanlah barang baru di Indonesia. Namun, ia menekankan diferensiasi utama dengan pemain sejenisnya adalah pihaknya memberikan “outcome-based accounting” ketimbang “tools-only”. Artinya, pemilik usaha hanya harus memberikan data yang relevan untuk pembukuan bisnis nya, dan mereka bisa mendapatkan laporan yang dibutuhkan.

“Kami melihat di Indonesia, awareness akan pentingnya pembukuan mulai terlihat di generasi entrepreneur muda. Dari sisi eksternal, kantor pajak mulai terlihat aktif dalam melakukan penyuluhan kepada para pemilik usaha. Dari sisi internal, kami mencoba untuk bisa memberikan konten-konten edukasi melalui media sosial,” kata dia.

Timnya juga berkomitmen dalam hal perlindungan data. Ledgerowl mengembangkan enkripsi data dan menggunakan autentikasi agar mengurangi risiko untuk dapat diakses oleh orang yang tidak berwenang. “Secara pengguna, kami melatih para pengguna di dalam organisasi untuk dapat memahami pentingnya menjaga keamanan data.”

Untuk monetisasinya, Ledgerowl memanfaatkan biaya berlangganan yang diklaim yang jauh lebih murah untuk mendapatkan “outcome” ketimbang harus hiring internal. Perusahaan berkomitmen untuk terus menekan biaya tersebut dengan memfokuskan diri untuk men-deploy automation di dalam proses pengerjaan pembukuan dan admin.

“Tahun ini kami juga akan memastikan unit economics terjaga dengan menurunkan monthly subscription kepada pengguna,” tutupnya.

Co-Founder & CEO FLIK Ahmad Gadi / FLIK

FLIK Umumkan Pendanaan Pra-Awal 17 Miliar Rupiah, Kembangkan Platform “Checkout” Terpadu

FLIK, startup pengembang platform checkout terpadu untuk ragam layanan e-commerce telah merampungkan putaran pendanaan pra-awal (pre-seed) senilai $1,1 juta atau setara 17 miliar Rupiah. Putaran ini  dipimpin East Ventures, dengan partisipasi Init-6, GMO VenturePartners, dan Saison Capital.

Startup ini didirikan Ahmad Gadi. Sebelumnya ia dikenal sebagai salah satu pendiri Pawoon.

Melalui solusi yang ditawarkan, FLIK menyematkan dirinya ke dalam semua aspek belanja konsumen, dimulai dari membantu konsumen menemukan inspirasi produk, pembayaran, pengiriman, pelacakan, pengembalian uang, hingga pengembalian. Sederhananya, di dalam satu aplikasi, konsumen bisa melakukan transaksi belanja di banyak e-commerce sekaligus dan memantaunya di dalam satu dasbor terpusat.

Tidak hanya itu, FLIK juga menyajikan layanan yang ditujukan untuk pebisnis, kreator, dan pengembang. Bagi pebisnis, sejumlah fitur disediakan untuk membantu mereka meningkatkan konversi penjualan di e-commerce. Di antaranya menggunakan layanan Checkout Link, Checkout Widget, Checkout Button, Checkout QR yang dapat diaplikasikan di berbagai platform, termasuk media sosial.

Fitur-fitur tersebut di atas juga bisa dimanfaatkan kreator konten untuk secara native menyematkan sebuah tautan pembelian produk ke konten yang dimiliki, seperti blog atau media sosial yang dimiliki. Kemampuan sinkronisasi inventori secara real-time turut memastikan informasi ketersediaan produk selalu tepat waktu.

Sementara bagi pengembang, ada layanan API checkout instan untuk memudahkan para pengguna situs/aplikasinya.

Contoh penerapan fitur FLIK ke dalam social commerce / FLIK

“Kami percaya solusi checkout terpadu yang ditawarkan oleh FLIK merupakan solusi yang tepat untuk menghilangkan hambatan dalam penjualan dan pembayaran, memberdayakan para pembeli, brand, dan konten kreator  sekaligus. Dengan ekonomi digital yang menjanjikan di Indonesia dan kawasannya, kami bersemangat untuk melihat lebih banyak adopsi dan pertumbuhan dari FLIK dalam waktu dekat,” kata Partner East Ventures Avina Sugiarto.

Fokus membantu ekosistem D2C

FLIK ingin menciptakan “endless loop” yang saling menguntungkan di dalam ekosistem D2C. Ketika pengguna bergabung dengan jaringan FLIK, baik sebagai brand, pembeli, maupun  kreator;  akan mendapat manfaat dan berkontribusi pada jaringan D2C.

“Kami senang mendapatkan dukungan dari East Ventures dan ekosistemnya yang luas. FLIK hadir untuk membantu para brand meningkatkan transaksi direct-to-consumer (D2C) dengan menyatukan pengalaman checkout di berbagai kanal penjualan,” kata Co-Founder & CEO FLIK Ahmad Gadi.

Sebagai platform, FLIK didirikan untuk memperkuat infrastruktur fintech dan pengalaman para pembeli. Misinya adalah memberikan pengalaman berbelanja terbaik dengan menghubungkan para pembeli ke produk yang mereka sukai dan memungkinkan pengalaman checkout tercepat, dengan tujuan untuk membantu brand meningkatkan konversi pembayaran dan pesanan kembali.

Berdasarkan pengalamannya yang mendalam, Ahmad menyadari bahwa para pembeli memiliki berbagai pilihan kanal belanja selain melalui marketplace, seperti melalui situs e-commerce milik para brand, media sosial, atau bahkan melalui aplikasi chatting. Namun, pada saat yang bersamaan, para pembeli dan brand D2C menghadapi beberapa kendala.

Pengalaman berbelanja terfragmentasi di seluruh kanal e-commerce sehingga pembeli kesulitan untuk melakukan checkout. Alhasil, para pembeli lebih memilih untuk membeli produk di marketplace, terutama dengan adanya cashback maupun promo yang ditawarkan.

“Kami yakin solusi kami akan menyelesaikan berbagai pain points yang dialami oleh para pembeli dalam menyelesaikan transaksi secara online di berbagai kanal dan terus memberdayakan para brand dan kreator konten untuk berkembang” kata Ahmad.

Tercatat saat ini sektor e-commerce Indonesia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan terpesat di dunia. Ekonomi digitalnya bernilai sekitar $77 miliar pada tahun ini menurut laporan e-Conomy 2022, dan diprediksi mencapai $130 miliar pada 2025 dengan dominasi dari sektor e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

Imajin Terima Pendanaan Awal Dipimpin oleh East Ventures [UPDATED]

*Update 25/1 14:00: Kami melakukan pembaruan artikel dengan menambahkan beberapa informasi resmi terkait pendanaan Imajin yang diterima DailySocial.id hari ini dari East Ventures

Startup manufactur hub Imajin resmi mengumumkan pendanaan awal dengan nominal yang dirahasiakan, dipimpin oleh East Ventures serta partisipasi dari 500 Southeast Asia, Init 6, dan sejumlah investor dan angel investor lainnya.

Menurut data yang dilaporkan ke regulator, pendanaan ini turut disuntik oleh Kao Kele Pte. Ltd., Jessica Hendrawidjaja (CMO Shipper), dan Tsuda Yumi. Sebelumnya, Init 6 yang merupakan venture capital bentukan Achmad Zaky ini menjadi investor tunggal pada putaran pendanaan pra-awal Imajin.

“Kami percaya pendanaan ini akan memperkuat kami dalam memaksimalkan potensi pengusaha manufaktur kecil dan menengah. Kami akan terus meningkatkan kualitas platform dan layanan untuk setiap vendor yang bermitra dengan Imajin,” tutur Co-Founder dan CEO Imajin Chendy Jaya dalam keterangan resminya.

Sementara, Partner East Ventures Melisa Irene menambahkan, “kami harap Imajin menjadi solusi yang tepat untuk industri manufaktur, dan mengambil peran aktif dalam mendukung perkembangan industri dan ekosistem digital secara keseluruhan,” ujarnya.

Imajin didirikan oleh Chendy Jaya, Stefanus Hadir (Chief Marketing Officer), dan Joseline Olivia (Chief Product Officer) dengan misi menjadi ekosistem manufaktur kreatif digital.

Melalui platform ini, Imajin mempertemukan manufaktur lokal dengan pelanggan. Imajin juga memfasilitasi pembiayaan proyek (project financing) bagi pemilik usaha yang memiliki keterbatasan dana, dan menawarkan marketplace untuk memasok raw material.

Hingga saat ini, Imajin telah memiliki lebih dari 500 mitra pabrikan lokal, mulai dari mold maker, dies maker, injection, hingga fabrication, serta 100 pelanggan termasuk perusahaan Jepang di Indonesia.

Pada 2020, Imajin ditunjuk oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebagai manufacturing hub Indonesia. Setahun berselang, Imajin terpilih sebagai salah satu peserta program akselerator Startup Studio Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Ekspansi

Pendanaan baru ini akan digunakan untuk mengembangkan produk, rekrutmen, dan memperluas cakupan pasar di dalam maupun luar negeri. Salah satunya adalah sektor otomotif yang sejalan dengan peningkatan pertumbuhan produksi dalam negeri. Menurut Chendy, industri manufaktur semakin pulih setelah terkena dampak pandemi Covid-19.

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia di 2022, industri pengolahan non-migas tumbuh 4,88% (YoY) dengan kontribusi sebesar 16,10% terhadap PDB. Kemudian pertumbuhan sektor otomotif melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Dari sisi produksi, utilisasi industri kendaraan bermotor per Oktober 2022 mencapai 69,20% atau naik sebesar 40% dibandingkan selama pandemi.

Pihaknya berkomitmen untuk mendorong pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) dengan menawarkan pendampingan bagi produsen yang mengembangkan produk baru dari tahap prototipe hingga siap produksi secara massa. Imajin memastikan hasil produksi berkualitas melalui Quality Assurance yang telah terstandarisasi dan pengalaman manajemen proyek dengan solusi Software-as-a-Service (SaaS).

Pada pemberitaan sebelumnya, Imajin berencana ekspansi ke Pulau Jawa dan Batam. Pihaknya juga mempertimbangkan kuat untuk masuk ke Jepang dalam rangka mendorong pelaku industri lokal, terutama pada industri otomotif. Selain itu, pihaknya berupaya mengakselerasi digitalisasi di industri manufaktur melalui pengembangan produk baru.

Diketahui, ekspansi pasar ini dilakukan untuk mendorong penyerapan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Sebagaimana diatur pemerintah, TKDN di Tanah Air ditetapkan minimal 35% dan diproyeksi bertambah secara bertahap menjadi 80% di 2026, utamanya pada kendaraan listrik.

Selain Imajin, startup lain di sektor manufaktur adalah Manuva yang baru berganti nama dari sebelumnya Tjetak. Manuva berfokus pada digitalisasi manufaktur dari hulu ke hilir, terutama pada industri kemasan, elektrikal, dan garmen di Indonesia.

Acara peluncuran Runchise yang diadakan hari ini (20/10) di Jakarta / Runchise

Startup SaaS Kuliner “Runchise” Umumkan Pendanaan Awal

Startup pengembang layanan SaaS untuk bisnis kuliner Runchise mengumumkan pendanaan tahap awal dengan nilai yang dirahasiakan. Putaran investasi ini dipimpin oleh East Ventures, diikuti sejumlah investor meliputi Genesia Ventures, Arise MDI Ventures, Init-6, Prasetya Dwidharma, Alto Partners, dan sejumlah angel investor.

Ini bukan kali pertama SaaS yang spesifik untuk industri kuliner hadir, sebelumnya sudah ada Esensi Solusi Buana (ESB) yang juga fokus di area tersebut. Bahkan startup yang didukung Alpha JWC dan sejumlah investor ini sudah membukukan pendanaan seri B tahun ini senilai $29 juta atau sekitar 420 miliar Rupiah.

Runchise sendiri hadir tahun ini, didirikan Daniel Witono, yang sebelumnya dikenal sebagai founder Jurnal (diakuisisi Mekari). Dalam wawancaranya bersama DailySocial.id di bulan Juni 2022 lalu, ia mengatakan bahwa Runchise dibangun sebagai sebuah “outlet management solution“.

“Perkembangan bisnis kuliner dipengaruhi oleh pengelolaan atau sistem manajemen yang baik. Dengan menggunakan teknologi, kami yakin para pengusaha akan bisa meningkatkan profit dan meningkatkan output dari usaha. Runchise hadir menjadi solusi bagi pemilik bisnis kuliner, memberi para usaha kuliner solusi yang lengkap dalam satu platform di mana kebutuhan seluruh operasional usaha kuliner bisa terpenuhi,” ujar Daniel seperti disampaikan dalam rilis resminya.

Daniel juga mengatakan, salah satu segmen pasar utama Runchise adalah pebisnis waralaba (franchise). Persoalan tentang pengelolaan hingga pembinaan franchise masih menjadi tantangan yang kerap dirasakan oleh pemilik brand F&B. Mulai dari kurangnya transparansi dari penerima waralaba hingga penggunaan bahan baku yang tidak sesuai.

Layanan Runchise

Ada tiga layanan utama yang disajikan Runchise. Pertama adalah Supply Chain Management, tugasnya memudahkan operasional restoran yang memiliki banyak outlet, mulai dari pengaturan dan pengadaan stok, bahan baku, hingga pengaturan akses data perusahaan yang fleksibel. Kedua ada Point of Sales, memudahkan proses transaksi dengan pelanggan. Dan ketiga Online Ordering, untuk memudahkan pemilik gerai mengintegrasikan dengan layanan food delivery.

Runchise akan mengalokasikan dana dari investor untuk menambah talenta dan memperkuat tim, mengembangkan produk, dan inisiatif pemasaran. “Melalui investasi dan kolaborasi dengan investor, kami akan terus melakukan inovasi dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan performa bisnis F&B  dan menjadi mitra teknologi terpercaya di industri ini,” kata Daniel.

General Partner Genesia Ventures Takahiro Suzuki memberikan pandangannya terhadap potensi digitalisasi industri kuliner. “Dalam beberapa tahun terakhir ini, kita telah melihat bagaimana inovasi dan digitalisasi telah memberikan peluang baru bagi UMKM, khususnya sektor kuliner pada masa pandemi. Industri consumer food menjangkau hingga $50 miliar, dengan sebagian besar masih dijalankan secara offline, hal ini membuktikan bahwa masih banyak kesempatan untuk berinovasi, digitalisasi dan pertumbuhan di sektor ini,” ujarnya.

Ia melanjutkan, “Dengan pengalaman mengoperasionalkan perusahaan yang sedang berkembang dan menjadi founder untuk yang kedua kalinya, kami yakin Daniel beserta tim dapat menangkap peluang tersebut serta membawa progres yang positif bagi industri F&B di Indonesia.”

Tim pendiri Bioma (ki-ka): Arlo Erdaka, Gideon Yuwono, Marcel Christianis, Melvin Juwono, Obed Tandadjaja / Bioma

East Ventures dan Init-6 Suntik Pendanaan Pra-Awal Startup Penyewaan Alat Kantor “Bioma”

Inflasi yang semakin meningkat serta pengurangan subsidi bahan bakar telah membatasi daya beli sejumlah kalangan masyarakat. Hal ini telah menginspirasi beberapa pihak untuk menawarkan layanan atau produk yang mendukung efisiensi. Salah satunya adalah Bioma, sebuah startup Product-as-a-Service yang menawarkan akses kepada pelanggan bisnis untuk menyewa berbagai jenis aset fisik, seperti komputer, tv, meja kantor, dan lain sebagainya.

Hari ini (4/10) perusahaan mengumumkan perolehan pendanaan tahap pra-awal (pre-seed) dengan nominal yang tidak diungkapkan. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh East Ventures dan Init-6.

Solusi yang ditawarkan oleh Bioma diharapkan bisa mengatasi berbagai masalah dan kesulitan yang dihadapi pelanggan terkait keterbatasan modal, jumlah pemakaian, dan tempat penyimpanan dalam mengelola aset.

Co-Founder & CEO Bioma Arlo Erdaka mengungkapkan, keyakinannya akan misi Bioma dalam memungkinkan dan mengubah bisnis di Indonesia menjadi ringan aset serta menghemat waktu, energi, dan modal untuk mengelola aset fisik. “Solusi kami memungkinkan bisnis untuk fokus pada aspek penting dalam mengalokasikan sumber daya, memberikan kenyamanan, serta harga yang terjangkau,” tambahnya.

Partner East Ventures Avina Sugiarto turut menambahkan bahwa saat ini telah terjadi pergeseran perilaku pembelian, akses lebih penting dibandingkan kepemilikan. Bioma hadir sebagai solusi untuk menjembatani kesenjangan antara pemilik aset dan pengguna sehingga membuka jalan untuk pemanfaatan barang yang lebih baik.

“Kami percaya adanya peluang besar di industri ini. Dengan kemauan serta pengalaman yang kuat dari tim Bioma baik di bidang teknologi, produk, dan operasi, kami bersemangat untuk tumbuh bersama Bioma dan mempercepat perpindahan ke pola konsumsi yang semakin sirkular,” ungkap Avina.

Perusahaan menegaskan bahwa akan mengalokasikan pendanaan yang diperoleh untuk memperluas layanan mereka, terutama untuk melayani berbagai jenis kebutuhan bisnis para pelanggan. Ke depannya, Bioma akan mengalokasikan dana tersebut untuk menambah sumber daya, terutama pada bidang operasional, produk, dan teknologi, guna memastikan pengalaman pengguna (user experience) yang lebih baik.

Layanan dan produk

Bioma didirikan pada tahun 2022 oleh Arlo Erdaka (CEO), Melvin Juwono (COO), Gideon Yuwono (CPO), Obed Tandadjaja (CTO), serta Marcel Christianis (CGO). Mereka adalah para pakar di industri investasi dan perusahaan teknologi dengan rekam jejak yang terbukti sebagai pendiri startup yang telah diakuisisi.

Ketika itu, mereka menyadari adanya permintaan terhadap cara konsumsi alternatif dalam menggunakan aset fisik. Solusi yang dihadirkan Bioma memberikan fleksibilitas, pilihan, dan kemudahan bagi para pemilik bisnis untuk menyewa dibandingkan untuk membeli barang yang akan dipakai. Di sisi lain, Bioma juga mengatasi kerumitan operasional bisnis dalam memenuhi dan memelihara barang yang mereka beli.

Selain menawarkan penghematan biaya yang ringan aset, solusi ini juga berperan sebagai alternatif ramah lingkungan terhadap pola konsumsi yang tidak berkelanjutan dan memberikan kemungkinan penggunaan kembali satu barang oleh banyak pelanggan. Bioma sendiri akan bertanggung jawab dalam pengelolaan siklus penggunaan barang dengan cara mendaur ulang atau mengubah fungsi suatu barang untuk meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan.

Beberapa contoh kasus dalam  masyarakat adalah, mereka secara terus-menerus membeli barang dengan biaya yang mahal hanya untuk digunakan dalam waktu singkat. Setelah barang dibeli, banyak pelanggan mengalami kesulitan dalam hal operasional yang terkadang rumit, seperti pemeliharaan dan perbaikan barang rusak, dan akhirnya menyebabkan penurunan produktivitas dalam banyak kasus.

Dalam aspek operasional, Bioma juga memberikan kesempatan kepada para brand untuk menjadi sirkular. Dengan menerapkan visi yang sama untuk memungkinkan bisnis ringan aset, lebih dari 90% inventaris yang ditawarkan oleh Bioma dimiliki oleh pihak ketiga seperti brand dan individu melalui model bagi hasil, di mana Bioma bertanggung jawab dalam mengelola operasional secara end-to-end. Hal ini memungkinkan para brand untuk mengembangkan bisnis mereka ke pasar sewa tanpa perlu membangun sistem rantai pasok sewa sendiri.

Layanan Bioma digunakan oleh para pemilik bisnis di berbagai sektor, mulai dari properti hingga agrikultur, dengan berbagai ukuran bisnis, mulai dari startup hingga korporasi besar. Bioma menawarkan rental marketplace dari berbagai barang fisik yang dapat diakses melalui situs mereka. Bioma terus menemukan semakin banyak kebutuhan bisnis baru yang menunjukkan kemungkinan dan potensi pertumbuhan yang tinggi.

Bioma menawarkan akses penyewaan terhadap aset fisik yang berkualitas mulai dari perangkat elektronik, perabotan, peralatan dapur, serta perlengkapan ibu & bayi. Hingga saat ini, perusahaan telah memiliki beberapa mitra ternama seperti Informa, Pashouses, Mamikos, Transfez, Sekolah.mu, serta lebih dari 20 ribu pengguna.

Venture Partner Init-6 Rexi Christopher menyatakan kepercayaannya pada Bioma dalam memberikan layanan dan solusi penyewaan, tidak hanya untuk pelanggan ritel tetapi juga untuk bisnis. “Tren global secara bertahap bergerak dari arus utama, beli dan buang, ekonomi linier ke ekonomi sirkuler, serta peluang pasar dalam ekonomi sirkular cukup besar dan akan terus berkembang. Terlebih lagi dengan adanya potensi besar dari pemilik usaha yang saat ini berambisi mengubah model bisnis mereka menjadi ringan aset,” ungkapnya

Algobash

Dapat Dukungan Init-6, Algobash Suguhkan Platform Perekrutan Programmer Terkurasi

Di tengah disrupsi teknologi yang semakin berkembang, begitu pula kebutuhan akan talenta digital kian meningkat. Riset McKinsey dan Bank Dunia menunjukkan, untuk menyiapkan diri menghadapi Revolusi Industri 4.0, Indonesia disebut membutuhkan sebanyak 9 juta atau 600 ribu talenta digital setiap tahun selama 2015 hingga 2030.

Hal ini sejalan dengan kehadiran beberapa platform rekrutmen yang fokus menjembatani para perusahaan dengan talenta-talenta digital, salah satunya Algobash. Pada pertengahan tahun 2022 lalu, perusahaan berhasil mengantongi pendanaan yang tidak disebutkan nilainya dari Init-6, modal ventura besutan Co-founder Bukalapak Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono.

Nugroho Herucahyono selaku Partner Init-6 mengungkapkan, “Ada ketidaksesuaian besar antara supply dan demand talenta teknologi di Indonesia. Bertentangan dengan apa yang diyakini orang, ada banyak jumlah talenta teknologi. Masalahnya adalah kesenjangan kualitas antara bakat yang tersedia dan apa yang dibutuhkan. Algobash mencoba memecahkan masalah dengan meningkatkan talenta dan membantu perusahaan memilih kandidat terbaik untuk kebutuhan talenta mereka.”

Algobash sendiri didirikan oleh Elfino Sitompul dan Melinda Wardiman, keduanya percaya bahwa talenta teknologi akan selalu dibutuhkan dan potensinya masih luar biasa besar. Di samping itu, solusi Algobash tidak hanya bisa diaplikasikan di Indonesia saja tetapi juga di pasar global. “Mindset kami adalah sustainability, sehingga solusi yang kami buat adalah sebuah cycle rekrutmen yang menguntungkan semua pihak,” tambah Elfino.

Layanan yang ditawarkan

Perusahaan memiliki dua model bisnis, yaitu B2B yang fokus pada platform SaaS assessment agar perusahaan bisa melakukan penilaian kemampuan teknis yang lebih mendalam. Metodenya tidak terbatas pada coding test, tetapi juga termasuk uji kognitif dan wawancara.

Selain itu juga model B2C untuk para pengguna yang ingin belajar atau upskill kemampuan programming-nya. “Di luar ini, kita juga punya kemampuan untuk monetisasi coding competition melalui sponsorship dan lainnya,” tambah Melinda.

Proposisi nilai yang ditawarkan dalam platform Algobash adalah memastikan proses rekrutmen yang objektif, nonbias, dan masif melalui solusi coding test dan pre-employment assessment. Hal tersebut tidak hanya membantu perusahaan terhindar dari resiko bad hiring, tetapi juga memastikan kesempatan kerja yang setara dan rata untuk seluruh talenta yang ada.

Algobash juga menawarkan course yang bisa membantu kandidat belajar dengan harga yang jauh lebih efisien daripada bootcamp konvensional. Kandidat yang berhasil lulus dengan nilai yang baik dan berkenan dicarikan kerja akan direkomendasikan oleh algoritma Algobash melalui produk talent pool kepada perusahaan. Dengan solusi tersebut, Algobash dapat menyelesaikan masalah dari hulu ke hilir rekrutmen di Indonesia.

“Selain kami membuka kesempatan kerja menjadi lebih terbuka dan adil, kunci dari transformasi digital adalah qualified talents. Untuk itu dibutuhkan sebuah solusi yang lebih scalable dari sekedar solusi tradisional. Semua bisa belajar programming secara interaktif di Algobash dengan lingkungan layaknya saat bekerja nanti” jelas Elfino.

Sebagai platform rekrutmen, Melinda menekankan bahwa Algobash bukanlah head hunter. Timnya memang membantu perusahaan untuk proses rekrutmen yang lebih presisi, namun “Kita tidak memonetisasi proses rekrutmen dari perusahaan,” tegasnya.

Ia turut mencontohkan terminologi “Tinder Swindler” yang sempat ramai dibahas dalam industri rekrutmen. Salah satu fokus mereka adalah untuk mengeliminasi individu yang mengamalkan tindakan tersebut dan memastikan agar kandidat yang terpilih adalah nyata dan memiliki kemampuan yang teruji melalui platform Algobash.

Algobash sudah melakukan ujian terhadap ribuan talenta untuk berbagai macam client di berbagai bidang termasuk bank, fintech, e-commerce dan korporat. Algobash secara aktif mendukung Bluebird, Paragon, KoinWorks, dan lainnya untuk pre-employment test mereka. Selain itu, perusahaan juga secara rutin mengadakan kompetisi coding “Code Run” dan “Kartini Koding Challenge” (khusus wanita). Selain memberikan benefit hadiah, platform juga menawarkan kesempatan bekerja bagi para pemenang dan partisipan.

Terkait pendanaan yang telah didapat, Melinda juga mengungkapkan bahwa perusahaan akan menggunakan dana ini untuk pengembangan platform, konten dan marketing. Tujuannya adalah mendapatkan growth revenue yang bagus. “Kita akan melengkapi seluruh rangkaian proses rekrutmen sehingga perusahaan kelak hanya membutuhkan satu tools yaitu Algobash, bukan yang lain,” tutupnya.

Platform rekrutmen di Indonesia

Menurut riset Microsoft dan LinkedIn, akan ada 98 juta pekerjaan yang membutuhkan talenta dengan skill digital di bidang software development atau pengembangan perangkat lunak pada tahun 2025. Pekerja dengan skill digital di bidang cloud atau komputasi awan juga akan semakin banyak dicari, dengan proyeksi 23 juta pekerjaan pada 2025.

Terkait potensi pasar, isu rekrutmen menjadi salah satu tantangan utama perusahaan di bidang HR. Hal ini tertuang dalam riset PwC di awal tahun yang memaparkan sejumlah tantangan utama perusahaan di bidang HR yang terdiri dari persoalan rekrutmen (39%), modernisasi sistem (36%), employee upskilling (28%), remote atau hybrid working (24%), dan employee benefit (22%).

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa layanan yang menawarkan solusi serupa, salah satunya Deall Sejuta Cita yang belum lama ini mengumumkan partisipasinya dalam program akselerator Y Combinator cohort W22. Selain itu juga ada beberapa pemain lokal yang menangani kebutuhan serupa seperti Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, dan lainnya.

The Manufacture Hub Startup Imajin Receives Pre Series A Funding from Init-6

The manufacturing hub startup Imajin received pre-seed funding from Init-6 with an undisclosed amount. This funding  will be used to accelerate digitization in the manufacturing industry through market expansion and new product development.

In a short discussion with DailySocial.id, Imajin‘s Co-founder & CEO, Chendy Jaya said that Init-6 is currently the sole investor for this round. However, the Global Fund is said to participate in this funding.

In Indonesia, Imajin plans to expand to several cities in Java and Batam. In addition, the company is strongly considering an expansion to Japan. After his recent visit to Japan, he implied to gain a positive response from the local companies.

“I think we’ll need representatives in the country, in order [prospective customers] to be onboard at Imajin,” he added.

Imajin is a platform that bridges demand and supply in the manufacturing industry. By positioning itself as a manufacturing hub, Imajin offers three business models, (1) a platform to gather business players in the manufacturing industry, (2) project financing, and (3) a marketplace to supply raw materials.

Throughout the first semester of 2022, he continued, Imajin has recorder an Annual Recurring Revenue (ARR) contract of almost ten times growth compared to two years ago. The company has just started its expansion in East Java, and released an AI-based Quick Note feature to detect 3D files and instantly determine the price range of the goods.

On his LinkedIn page, Init-6’s Venture Partner, Rexi Christopher believes that Imajin will have a significant role to play in revolutionizing the manufacturing industry in Indonesia. Moreover, 20% of Indonesia’s total GDP is projected to come from manufacturing. Its growth is also predicted to be faster due to the adoption of new technologies.

In addition, he believes that Imajin is backed by know-how founders in this sector. “We believe that Imajin can accelerate digitization in manufacturing so as to make its industry in Indonesia more competitive in the global market,” he said.

In fact, Init-6 was founded by Bukalapak’s Co-founders, Achmad Zaky and Nugroho Herucahyono with a focus on investing in early-stage startups. Recently, Init-6 has channeled funding to the “Dibimbing” edtech platform.

Manufacturing digitization

On a separate occasion, Imajin works closely with the Sole Agents of Brand Holders (ATPM) in the automotive and other sectors and cooperates with the Ministry of Industry to accelerate the digitization of manufacturing in the country.

In its efforts to enter the Japanese market, Chendy said that the automotive industry in Indonesia has great potential. Moreover, some high technology for automotive products, such as servo-brakes, gear boxes, and drive-axles, are still imported from Japan. According to a report by the Indonesian Embassy in Tokyo with Mizuho Bank, the import value reached $1 billion.

Meanwhile, the Indonesian government is aggressively encouraging domestic digitalization in order to meet the regulation of the Domestic Content Level (TKDN) of at least 35% and increase to 80% in 2026, especially in electric vehicles.

“We found a classic problem that often occurs in the manufacturing sector, which is finding trusted vendors. We want to digitize the procurement process to production, therefore, the Indonesian market can compete with other countries,” he said.

Currently, Imagin has more than 400 local manufacturing partners and 80 customers including Japanese companies in Indonesia. Imajin strives to provide dozens of customers from leading companies, such as Tom’s Racing, Toyota Motor Corporation, Mitsubishi Motor Corporation, so that they comply with product standards owned in Japan.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Imajin Memperoleh Pendanaan Tahap Pra-Awal dari Init-6

Startup manufactur hub Imajin memperoleh pendanaan pre-seed atau pra-awal dari Init-6 dengan nominal yang dirahasiakan. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengakselerasi digitalisasi di industri manufaktur melalui ekspansi pasar dan pengembangan produk baru.

Dihubungi oleh DailySocial.id, Co-founder & CEO Imajin Chendy Jaya mengungkap bahwa saat ini Init-6 masih menjadi investor tunggal dalam pendanaan tahap awalnya. Namun, Global Fund juga tengah dalam proses untuk berpartisipasi pada pendanaan ini.

Di Indonesia, Imajin akan melakukan ekspansi ke sejumlah kota di Pulau Jawa dan Batam. Selain itu, Imajin juga tengah mempertimbangkan kuat untuk ekspansi ke Jepang. Berdasarkan hasil kunjungannya ke Jepang, ia mengaku mendapatkan respons positif dari perusahaan-perusahaan di sana.

“Sepertinya kami butuh representatif di sana supaya [calon customer] bisa onboard di Imajin,” tambahnya.

Imajin merupakan startup penyedia platform yang mempertemukan demand dan supply di industri manufaktur. Dengan memosisikan diri sebagai manufactur hub, Imajin menawarkan tiga model bisnis, yakni (1) platform untuk mempertemukan pelaku usaha di industri manufaktur, (2) pembiayaan proyek (project financing), dan (3) marketplace untuk menyuplai raw material.

Di sepanjang semester I 2022, lanjutnya, Imajin telah mengantongi kontrak Annual Recurring Revenue (ARR) hampir sepuluh kali pertumbuhan dibandingkan dua tahun lalu. Perusahaan juga baru memulai ekspansinya di Jawa Timur, dan merilis fitur Quick Note berbasis AI untuk mendeteksi file 3D dan menentukan kisaran harga barang secara instan.

Dalam laman LinkedIn-nya, Venture Partner Init-6 Rexi Christoper meyakini bahwa Imajin akan memiliki peran signifikan untuk merevolusi industri manufaktur di Indonesia. Apalagi, 20% dari total PDB Indonesia diproyeksi berasal dari manufaktur. Pertumbuhannya juga diprediksi lebih cepat berkat adopsi teknologi-teknologi baru.

Selain itu, ia menilai Imajin didukung oleh para founder yang memiliki know-how di sektor ini. “Kami meyakini Imajin dapat mengakselerasi digitalisasi di manufaktur sehingga membuat industrinya di Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar global,” tuturnya.

Sebagai informasi, Init-6 didirikan oleh Co-founder Bukalapak Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono dengan fokus investasi pada startup tahap awal. Terakhir Init 6 memberikan pendanaan ke platform edtech “Dibimbing”.

Digitalisasi manufaktur

Disampaikan dalam keterangan resmi terpisah, Imajin bekerja sama erat dengan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) di sektor otomotif dan lainnya dan menggandeng Kementerian Perindustrian untuk mempercepat digitalisasi manufaktur di Tanah Air.

Dalam upayanya masuk ke pasar Jepang, Chendy mengatakan bahwa industri otomotif di Indonesia sangat potensial. Apalagi saat ini beberapa teknologi tinggi untuk produk otomotif, seperti servo-brake, gear box, dan drive-axles, masih diimpor dari Jepang. Menurut laporan KBRI Indonesia di Tokyo bersama Mizuho Bank, nilai impor tersebut mencapai $1 miliar.

Adapun, pemerintah Indonesia tengah gencar mendorong digitalisasi dalam negeri demi memenuhi peraturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) minimal 35% dan meningkat menjadi 80% di 2026, terutama pada kendaraan listrik.

“Kami menemukan masalah klasik yang sering terjadi di sektor manufaktur, yakni mencari vendor terpercaya secara manual. Kami ingin mendigitalisasi proses pengadaan hingga produksi sehingga pasar Indonesia dapat bersaing dengan negara lain,” ucapnya.

Saat ini, Imajin memiliki lebih dari 400 mitra pabrikan lokal dan 80 pelanggan termasuk perusahaan Jepang di Indonesia. Imajin berupaya memenuhi kebutuhan sejumlah pelanggan dari perusahaan terkemuka, seperti Tom’s Racing, Toyota Motor Corporation, Mitsubishi Motor Corporation, sehingga sesuai dengan standar produk yang dimiliki di Jepang.

Dibimbing

Platform Edtech Dibimbing Tawarkan Program Bootcamp Persiapan Karier di Bidang Teknologi

Meluncur tahun 2020 lalu, startup edtech “Dibimbing” telah mengantongi pendanaan tahap awal dari Init-6. Ini menjadi startup edtech ketiga yang diumumkan mendapatkan pendanaan dari perusahaan modal ventura milik mantan eksekutif Bukalapak tersebut setelah Educa dan Codemi.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Dibimbing Zaky Muhammad Syah menyebutkan, setelah mendapatkan dana hibah dari Universitas Indonesia, mereka memang tidak terlalu agresif melakukan penggalangan dana. Telah mendapatkan profit sejak hari pertama, mereka lebih fokus untuk mengembangkan bisnis dan menambah lebih banyak siswa.

Tahun ini dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan memperluas cakupan layanan, penawaran dari Init-6 sebagai investor mereka terima. Tentunya setelah melihat adanya kesamaan visi dan misi dengan pemodal ventura tersebut.

“Saya melihat Init-6 memiliki misi yang sama dengan kami yaitu menyalurkan tenaga kerja baru yang makin banyak diminta oleh industri digital saat ini. Masih belum adanya kesamaan kurikulum di kampus dengan permintaan dari industri digital, menjadikan kurangnya talenta digital yang relevan dan berkualitas saat ini di Indonesia,” kata Zaky.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk merekrut talenta di jajaran senior level. Selain itu mereka juga ingin mengembangkan Learning Management System (LMS) yang lebih user friendly dan personal kepada para siswa. Dengan sistem pembelajaran yang lebih terstruktur, diharapkan bisa meningkatkan kualitas dari lulusan.

Dikatakan juga, saat ini sebanyak 80% dari lulusan Dibimbing diterima oleh perusahaan sebagai tenaga kerja baru. Targetnya dengan penguatan yang dilakukan, bisa meningkatkan persentase tersebut menjadi 100%.

“Saat ini sudah ada 450 perusahaan yang telah bermitra dengan Dibimbing untuk menyerap lulusan kami menjadi pegawai mereka. Harapannya tahun 2023 mendatang bisa memiliki sekitar 300 ribu siswa baru. Saat ini ada sekitar 30 ribu siswa dari program pendidikan Dibimbing,” kata Zaky.

Program pendidikan yang ditawarkan oleh Dibimbing di antaranya adalah, data science, digital marketing, UI/UX, business intelligent, SEO, product management, web development, dan lainnya.

Masih fokus di B2C

Meskipun meluncur sebagai platform edtech, namun dengan pilihan program pendidikan yang ada, Dibimbing juga ingin menjadi platform penyalur tenaga kerja digital, yang saat ini makin banyak dibutuhkan oleh industri digital. Untuk itu mereka berkonsentrasi betul terhadap kualitas pengajaran.

Salah satu hal yang juga sangat diperhatikan adalah terkait perekrutan mentor. Mereka menghadirkan mentor pilihan yang diambil dari pelaku industri.

“Proses kurasi yang kita lakukan diawali dengan mengundang mereka menjadi mentor untuk kelas gratis. Nantinya, setelah melewati evaluasi, akan kami tawarkan kontrak selama satu tahun dan seterusnya,” kata CPO Dibimbing Alim Anggono.

Dari sisi demografi, tercatat sekitar 70% siswa Dibimbing berusia 23-29 tahun. Bukan hanya fresh graduate, banyak juga yang sudah bekerja dan kemudian memutuskan untuk berpindah haluan karier di bidang teknologi. Akhir-akhir ini Dibimbing juga juga melihat lonjakan siswa baru yang merupakan korban layoff dari startup hingga perusahaan teknologi di Indonesia.

“Dengan pilihan kelas yang ditawarkan, mulai dari video learning dan kelas bootcamp, kami mengenakan biaya Rp6 juta kepada siswa selama lima bulan dan kesempatan untuk disalurkan sebagai pegawai di perusahaan yang telah menjalin kerja sama dengan kami,” kata Zaky.

Meskipun belum menyasar segmen B2B secara khusus, namun melalui program bootcamp khusus, perusahaan yang ingin merekrut beberapa pegawai untuk mengisi beberapa jabatan bisa memanfaatkan program ini. Dibimbing juga menyediakan pilihan pengajaran kepada pegawai yang telah direkrut oleh perusahaan tersebut secara mandiri.

“Hingga saat ini strategi monetisasi Dibimbing adalah mengenakan biaya kepada siswa (B2C). Belum ada rencana bagi kami untuk lebih serius menyasar segmen B2B dalam waktu dekat,” kata Zaky

Bukan hanya ingin mencetak lulusan baru yang dicari oleh perusahaan lokal, Dibimbing juga memiliki rencana untuk menghasilkan lulusan terbaik untuk kemudian mereka salurkan kepada perusahaan di luar negeri. Hal ini kemudian menjadi tujuan mereka, setelah mendapat kabar bahwa ada beberapa siswa mereka yang telah diterima oleh perusahaan asing.

“Fakta tersebut menjadi peluang yang baik bagi kami untuk kemudian menjadi tujuan baru Dibimbing. Dilihat dari adanya kesamaan teori, yang membedakan hanyalah dari sisi use case saja,” kata Zaky.

Konsep bootcamp diterima cukup baik di pasar Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan traksi yang cukup mengesankan dari startup pengembang layanan bootcamp. Selain Dibimbing, juga ada beberapa penyedia bootcamp yang telah mendapatkan dukungan dari investor. Terbaru ada Binar Academy, Skilvul, MySkill, Hacktiv8, dan lain-lain. Sebagian dari mereka juga menyalurkan lulusannya ke mitra startup atau perusahaan yang membutuhkan