Tag Archives: Inra Sumahamijaya

Introducing Kodi, a SaaS Platform for Cooperative Performance Revolution

If there is anyone who looks down or not even familiar with the term cooperative, they should know the fact that 12% of the world population are members of cooperatives and it also employed around 280 million people.

For almost all around the world, cooperative industry plays an essential part in the country’s economy. In Kenya, it contributes around 43% of PDB, also 42% of Japan’s populations are members of cooperatives, while in Singapore, 1 of 2 people is part of cooperative industry. In Indonesia, cooperative industry projected to reach more than 120,000 units with contributionn to PDB around 5%.

Although the number gap is quite large with other countries, cooperative is still a crucial economic line in this country. Ther is a reason to put cooperative as one of the ministries in Indonesia. Kodi (Digital Cooperative), a startup founded in 2018, agreed on this term.

Kodi‘s CEO & Founder, Inra Sumahamijaya said there are 37 million people registered as members of cooperatives or around 13% of the total Indonesian population. However, he thought the big number is not facilitated with end-to-end information, particularly for financial well-being.

“Cooperatives also have problems with transparency in fund management, revenue flow, and management due to difficult access to digital technology solutions. Even if there is, the price is not affordable by small and micro cooperatives,” Sumahamijaya told DailySocial.

With such huge market potential and the following problems, Kodi arrived with a software as a service (SaaS) platform solution. The Kodi platform allows each cooperative unit to use a simplified banking system for recording online and offline cooperative transactions. Their platform can also be used for cooperative membership management, end-of-year meetings, as well as cashier applications.

“Kodi monetize with various channels, one is using subscription with Rp1,000 cost per member per month,” he added.

Kodi targets various types of cooperatives, ranging from employee cooperatives to savings and loan cooperatives. But so far Inra claimed to focus on employee cooperatives and community cooperatives first. At present they have pocketed more than 30 cooperatives as clients, some of which come from national banks, private banks, financial authorities, doctors’ associations, to retail stores.

In terms of funding, Kodi is still in the pre-seed phase of a number of angel investors. With market potential and available technology, Sumahamijaya estimates that more cooperative digitization platforms will play. He said, this will bring a positive impact on the domestic economy.

“Kodi is confident with cooperative vertical future to freshen up and modern to make bigger contribution to Indonesia’s economy,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

 

Kodi Aplikasi Koperasi Digital

Kodi, Platform SaaS untuk Merevolusi Kinerja Koperasi

Kalau ada yang masih meremehkan atau sekadar tidak familiar saja dengan koperasi, mereka perlu tahu bahwa 12% penduduk dunia tergabung sebagai anggota koperasi dan mempekerjakan 280 juta orang.

Hampir di seluruh dunia, koperasi memainkan peran besar dalam perekonomian negara. Koperasi di Kenya punya andil hingga 43% terhadap PDB, Jepang tercatat 42% penduduknya adalah anggota koperasi, sementara di Singapura 1 dari 2 orang di sana adalah anggota koperasi. Koperasi di Indonesia sendiri ditaksir berjumlah lebih dari 120.000 unit dengan perkiraan kontribusi terhadap PDB sekitar 5%.

Meski angka-angka di Indonesia tidak sebesar di negara lain, koperasi tetaplah organisasi ekonomi penting untuk negara ini. Ada alasan mengapa koperasi selalu digunakan sebagai nama salah satu kementerian. Dan Kodi (Koperasi Digital), sebuah startup yang mulai beroperasi sejak 2018, punya pandangan serupa mengenai pentingnya koperasi.

CEO & Founder Kodi Inra Sumahamijaya menjelaskan, saat ini ada sekitar 37 juta orang terdaftar sebagai anggota koperasi atau sekitar 13% dari total penduduk Indonesia. Namun menurut Inra jumlah besar itu belum diikuti dengan informasi yang cukup mengenai seluk-beluk koperasi terutama soal kesehatan finansial koperasi.

“Koperasi pun memiliki masalah pada transparansi pengelolaan dana, alur penerimaan, dan manajemen anggota karena sulit terjangkaunya akses pada solusi teknologi digital. Kalaupun ada, harganya tidak dapat dijangkau oleh koperasi kecil dan mikro,” ucap Inra kepada DailySocial.

Dengan potensi pasar yang begitu besar dan masalah yang menyertai, Kodi masuk dengan platform software as a service (SaaS). Platform Kodi memungkinkan setiap unit koperasi menggunakan sistem perbankan yang disederhanakan untuk pencatatan transaksi online dan offline koperasi. Platform mereka juga bisa digunakan untuk manajemen keanggotaan koperasi, rapat akhir tahunan, hingga sebagai aplikasi kasir.

“Monetisasi Kodi didapat dari berbagai jalur, salah satunya adalah biaya berlangganan Rp1.000 per anggota koperasi per koperasi per bulan,” imbuh Inra.

Kodi menyasar berbagai jenis koperasi, mulai dari koperasi karyawan hingga koperasi simpan pinjam. Namun sejauh ini Inra mengaku memfokuskan diri ke koperasi karyawan dan koperasi komunitas dulu. Tercatat saat ini mereka sudah mengantongi 30 lebih koperasi sebagai klien yang beberapa di antaranya berasal dari bank nasional, bank swasta, otoritas keuangan, asosiasi dokter, hingga toko ritel.

Sementara dari aspek pendanaan, Kodi masih berada di fase pre-seed dari sejumlah angel investor. Dengan potensi pasar dan teknologi yang tersedia, Inra memperkirakan akan makin banyak platform digitalisasi koperasi yang bermain. Hal itu menurutnya akan membawa dampak positif bagi perekonomian dalam negeri.

“Kodi optimis bahwa vertikal Koperasi akan menjadi lebih segar dan modern untuk mendukung ekonomi Indonesia lebih besar lagi,” pungkas Inra.

Application Information Will Show Up Here