Tag Archives: Insider

Platform SaaS B2B Insider mengumumkan telah menutup pendanaan segar senilai $105 juta dari investor terdahulunya, QIA dan Esas Private Equity

Insider Peroleh Dana Segar 1,5 Triliun Rupiah, Siap Akuisisi Startup Indonesia

Platform SaaS Insider mengumumkan telah menutup pendanaan segar senilai $105 juta (lebih dari 1,5 triliun Rupiah) dari investor terdahulu QIA dan Esas Private Equity. Disebutkan putaran ini membawa total pendanaan yang telah diraih Insider mencapai $274 juta (sekitar 4 triliun Rupiah).

Dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.id, Rabu (24/5), Insider akan menggunakan dana tersebut untuk mempercepat strategi anorganik yang berfokus pada merger & acquisition (M&A) dan membangun teknologi perusahaan.

Regional Managing Director SEA Insider Jack Nguyen menjelaskan, strategi baru ini akan menguntungkan bisnis perusahaan di Indonesia, dengan jajaran nama klien besarnya, seperti Telkomsel, Blibli, dan Garuda, dalam rangka meningkatkan pengalaman pelanggan mereka.

“Injeksi $105 juta dolar ini ditujukan untuk akuisisi perusahaan di Indonesia dan mencapai target lebih jauh lagi. Ini akan menjadi game-changer bagi kami, terutama karena Indonesia adalah salah satu pasar kami yang paling strategis,” kata dia.

Nguyen melanjutkan, di awal tahun, perusahaan mengumumkan pertumbuhan yang mengesankan di Indonesia sejak peluncuran pertama kali beroperasi pada tujuh tahun lalu. Sebelumnya, perusahaan berfokus pada pertumbuhan melalui cara organik—menghasilkan klien besar, termasuk Auto2000, IKEA, dan Otten Coffee.

“Investasi ini membuka peluang tak terhingga untuk [melakukan] akuisisi strategis di Indonesia. Kami aktif mencari bakat lokal terbaik yang ditawarkan industri ini sembari mengembangkan tim dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Dengan investasi ini, kami dapat mendorong inovasi produk lewat akuisisi perusahaan yang punya solusi terdepan, guna mendukung para pemimpin di bidang pemasaran dan e-commerce, serta meningkatkan nilai dan pertumbuhan dari pengalaman pelanggan mereka,” ujarnya.

Sumber: Insider

Co-Founder & CEO Insider Hande Cilingir menjelaskan, hingga kini perusahaan telah berhasil mencapai pertumbuhan pesat melalui cara organik. Sekarang, pihaknya ingin mencapai tingkat pertumbuhan yang tak tertandingi dengan strategi yang berfokus pada M&A.

Dia bilang, dana segar tersebut akan digunakan secara eksklusif untuk tujuan mengakuisisi perusahaan produk luar biasa di kawasan APAC, termasuk Indonesia untuk lebih melengkapi teknologi Insider dan menciptakan sinergi produk.

“Tidak seperti investasi seri D kami sebesar $121 juta pada 2022 yang telah memperkuat cadangan modal kami untuk pengeluaran operasional di tahun-tahun mendatang, putaran terakhir ini secara khusus akan mendorong pertumbuhan anorganik melalui M&A,” imbuh Cilingir.

Putaran seri D yang diumumkan tahun lalu membawa valuasi Insider sebesar $1,22 miliar sehingga masuk ke dalam jajaran unicorn.

Dia melanjutkan, “respon pasar dan pelanggan kami usai Insider mengakuisisi MindBehind pada awal tahun ini, mendorong keinginan kami mengeksplorasi peluang lebih lanjut untuk mengakuisisi perusahaan yang unik dengan teknologi terdepan di industri untuk melayani pelanggan kami lebih baik, mendorong lebih banyak nilai, dan mencari solusi inovatif untuk mengatasi tantangan terbesar para pemasar.”

Solusi Insider

Di luar Indonesia, Insider memiliki lebih dari 1.200 pelanggan. Sepertiganya adalah Fortune Global 500 dan beberapa merek ternama, termasuk Singapore Airlines, Estée Lauder, Samsung, Vodafone, Allianz, Virgin, Toyota, New Balance, IKEA, GAP, L’Oreal, Santander, BBVA, Pizza Hut, Newsweek, Nissan, AVIS, MAC, Marks & Spencer, Avon, dan CNN.

Insider berfokus pada penyediaan platform utama untuk membangun pengalaman lintas saluran yang individual—memungkinkan pemasar perusahaan untuk menghubungkan data pelanggan di seluruh saluran dan sistem, memprediksi perilaku masa depan mereka dengan AI intent engine dan membangun pengalaman pelanggan individual.

Pemilik brand dapat menggunakan platform Insider untuk memberikan pengalaman yang konsisten dan menarik di seluruh Web, Aplikasi, Web Push, Email, SMS, WhatsApp Commerce, dan lainnya.

Dalam wawancara terdahulu bersama DailySocial.id, Country Manager Insider Indonesia Arifin Iskandar menyampaikan, Insider memanfaatkan data serta penerapan teknologi AI dan machine learning. Proses tersebut yang diklaim sudah menjadi fondasi bisnis yang tepat bagi Insider dengan mengawali semua dari data, yang mereka dapatkan dari consumer behaviour yang dapat dipantau dari digital enabler atau digital operator. Selain itu data tersebut juga bisa dikombinasikan dengan data yang sudah ada di sistem legacy.

Menurutnya, konsumen saat ini rata-rata terlibat secara digital dengan brand di enam saluran atau lebih. Pemasar ditantang untuk terlibat dengan pelanggan di saluran pilihan mereka saat mereka paling aktif. Platform bertenaga AI Insider menyatukan serangkaian kemampuan personalisasi paling luas dengan saluran pesan yang muncul, seperti WhatsApp, Facebook, RCS, dan SMS.

“Media sosial di Indonesia masih menjadi tools terbaik untuk kegiatan pemasaran. Facebook dan Instagram memiliki jumlah sangat besar di Indonesia dan menjadi channel pilihan untuk kegiatan pemasaran, tetapi Insider juga memiliki opsi lain di luar media sosial.”

Insider Indonesia

Rencana Bisnis Insider di Indonesia Usai Meraih Gelar “Unicorn”

Awal bulan Maret 2022 lalu, Insider yang merupakan pengembang platform SaaS pemasaran, telah merampungkan pendanaan seri D senilai $121 juta (setara Rp 1,75 triliun) dipimpin oleh QIA. Investasi tersebut membuat Insider masuk ke jajaran unicorn dengan valuasi $1,22 miliar.

Sebelumnya Insider menyampaikan komitmennya untuk menggarap pasar Indonesia, termasuk dengan membangun tim lokal di sini sejak tahun 2020 lalu. Tepatnya saat perusahaan baru mengantongi pendanaan seri C sebesar $32 juta yang dipimpin oleh Riverwood Capital.

Sebagai rencana awal pasca pendanaan baru ini, Insider akan menginvestasikan Rp300 miliar selama tiga tahun ke depan untuk pasar Indonesia. Modal tambahan ini juga akan digunakan perusahaan untuk mendorong perluasan bisnis, meningkatkan teknologi inti perusahaan, dan meningkatkan penjualan lokal, dan investasi kegiatan pemasaran.

“Dengan pendanaan ini perusahaan akan menambah 3x jumlah tim mencapai sekitar 300%. Target kita adalah 50 head count di Indonesia. Saya percaya people adalah aset dan kita mengusung konsep people first untuk bisa mengembangkan bisnis,” kata Country Manager Insider Indonesia Arifin Iskandar kepada DailySocial.id.

Pandemi dorong pertumbuhan bisnis

Pandemi terbukti telah mempercepat akselerasi digital, bukan hanya untuk kalangan individu namun juga bisnis secara khusus. Jika dulunya korporasi masih enggan untuk mengadopsi digital, kini secara sukarela mereka mulai melirik berbagai platform pemasaran SaaS seperti Insider.

Saat ini sudah ada 100 perusahaan yang memanfaatkan teknologi dan layanan dari Insider. Mulai dari perusahaan yang masuk dalam kategori digital native, offline to online, hingga perusahaan baru yang sebelumnya masih belum bersedia untuk mengadopsi kegiatan pemasaran mereka secara online. Semua industri pun saat ini sudah menjadi target dari Insider.

“Saat ini bisa dibilang kita sudah sangat diverse dari sisi industri apa yang kami targetkan. Dulu mungkin kami lebih tertarik kepada perusahaan yang digital native, namun saat ini kami melihat banyak perusahaan yang sebelumnya hanya fokus di offline dan tertarik untuk menyasar online juga sudah menjadi target dari kami,” kata Arifin.

Disinggung seperti apa strategi Insider untuk bisa bersaing dengan pemain asing hingga lokal yang menawarkan layanan dan teknologi yang serupa, Arifin menegaskan dengan pengalaman perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 2012 lalu, mereka mengklaim bisa memberikan the best practice untuk masing-masing klien mereka dari sisi teknologi dan kebutuhan lainnya.

Berkantor pusat di Singapura, Asia Tenggara telah menjadi pasar utama bagi Insider sejak didirikan, dikarenakan Insider pertama kali berekspansi ke 11 wilayah di Asia termasuk Indonesia, Korea, Hong Kong, Sydney, Taiwan, dan Vietnam sebelum Eropa, LATAM, dan AS. Insider ini telah melayani beberapa brand terbesar di APAC termasuk Singapore Airlines, Watsons, Garuda Indonesia, Telkomsel, dan Adidas.

Pemanfaatan data, machine learning, dan AI

Untuk mendukung perusahaan memberikan layanan yang relevan, Insider memanfaatkan data serta penerapan teknologi AI dan machine learning. Proses tersebut yang diklaim sudah menjadi the right foundation bagi Insider dengan mengawali semua dari data, yang mereka dapatkan dari consumer behaviour yang dapat di track dari digital enabler atau digital operator. Selain itu data tersebut juga bisa dikombinasikan dengan data yang sudah ada di sistim legacy.

“Contohnya sebelum pandemi ketika program loyalty dilancarkan sebagai upaya untuk memberikan reward kepada pelanggan, pada umumnya mereka harus datang ke toko atau mall kemudian mendaftar untuk melakukan pembelian. Data tersebut bisa kita gabungkan. Nantinya Insider akan menggunakan teknologi AI dan machine learning untuk bisa menilai customer lifetime,” kata Arifin.

Konsumen saat ini rata-rata terlibat secara digital dengan brand di enam saluran atau lebih. Pemasar ditantang untuk terlibat dengan pelanggan di saluran pilihan mereka saat mereka paling aktif. Platform bertenaga AI Insider menyatukan serangkaian kemampuan personalisasi paling luas dengan
saluran pesan yang muncul seperti WhatsApp, Facebook, RCS, dan SMS.

“Media sosial di Indonesia masih menjadi tools terbaik untuk kegiatan pemasaran. Facebook dan Instagram memiliki jumlah sangat besar di Indonesia dan menjadi channel pilihan untuk kegiatan pemasaran, namun demikian Insider juga memiliki opsi lain di luar media sosial,” kata Arifin.

Insider Strengthens Team in Indonesia Post-Series C Funding Worth of 466 Billion Rupiah

The SaaS platform for marketing activities, Insider, strengthens its commitment to run business in Indonesia, by adding local teams for consumer success, operations, sales, and marketing divisions. It was performed after securing series C funding of US$ 32 million (equivalent to 466 billion Rupiah), led by Riverwood Capital.

Recruiting local teams is part of the focus to channel the fresh funds from the Singapore based startup. Moreover, to increase its multichannel platform with AI technology, recruiting more R&D, sales and marketing teams, and entering new markets, the United States.

Insider’s Regional Director of Indonesia & Philippines Joe Harahap said to DailySocial, Insider Indonesia’s existence since first operated three years ago has shown satisfying results. Although with no further detail included, Indonesia has become the top five contributors to Insider’s business globally.

“To date, there are 15 local teams, 70% of whom are consumer success, the rest are operations, sales, and marketing. We want to strengthen marketing activities to raise awareness in the market, therefore, we will recruit more people for consumer success,” he said, Tuesday (7/28).

He continued, “Its development [in Indonesia] is still good year-on-year. As a result of the pandemic, we have made adjustments, but so far our growth is still quite good. Hopefully, it is to return to the usual level in September/October.”

The solution Insider brought to Indonesia is a Growth Management Platform (GMP) that helps marketers drive business growth through a variety of channels, from acquisitions to activation, retention, and revenue. By utilizing real-time predictive segmentation supported by AI and machine learning, marketers can create personalized journeys for various platforms, whether on sites, mobile sites, applications, email, SMS, and other channels.

“Many technological solutions already exist but not as comprehensive as ours. The Insider solution is quite easy to integrate and use, so marketers can more quickly execute the strategy, especially we have a local support team here. ”

The solution is claimed to have been utilized by hundreds of global and local brands. Joe said the composition of Insider users was a draw between large scale companies (enterprise) and medium scale companies.

Joe continued, the impact of this pandemic for the enterprise is the acceleration of digital-based solutions to develop its business because it is more efficient and measurable. He said this is a momentum to be used by Insider in offering solutions.

“We want to strengthen the consumer success team because during this pandemic many companies finally looked at digital as an opportunity to increase their sales. In the fourth quarter we will release a new solution in Indonesia.”

Series C Funding

Regarding this C series funding, Insider bags total funds of $47 million (equivalent to 685 billion Rupiah). In this round, besides Riverwood Capital, investors were also preceded by predecessors Sequoia India, then Wamda Capital, and Endeavor Catalyst.

Insider’s Co-Founder and CEO Hande Cilingir explained the company was classified as a healthy company, therefore, they did not want to raise funds too quickly. However, it should raise high interest from the VC.

“We only raise new capital when we consider ready to raise the standard to a completely new level. Self-imposed scarcity always makes us more creative, more resourceful, and more aggressive in achieving our goals,” he said in an official statement.

He also showed his plan to strengthen its existence in 24 countries where they operated, and at the same time penetrating a new country as the United States. The solution offered by Insider is believed to be able to overcome the biggest pain-points of marketers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform SaaS untuk kegiatan pemasaran asal Singapura Insider peroleh investasi Seri C $32 juta dari Riverwood Capital, Sequioia India, Wamda Capital, Endeavor Catalyst

Insider Perkuat Tim di Indonesia Setelah Kantongi Pendanaan Seri C 466 Miliar Rupiah

Platform SaaS untuk kegiatan pemasaran Insider semakin memperkuat komitmennya beroperasi di Indonesia, dengan terus menambah tim lokal untuk divisiconsumer success, operation, sales, dan marketing. Hal ini dilakukan pasca mengantongi pendanaan seri C sebesar US$32 juta (setara 466 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Riverwood Capital.

Merekrut tim lokal adalah bagian dari fokus penggunaan dana segar dari startup yang kantor pusatnya di Singapura tersebut. Berikutnya adalah meningkatkan platform multichannel-nya dengan teknologi AI, merekrut lebih banyak tim R&D, sales dan marketing, dan masuk ke pasar baru yakni Amerika Serikat.

Kepada DailySocial, Regional Director Indonesia & Philippines Insider Joe Harahap mengatakan, eksistensi Insider di Indonesia sejak pertama kali beroperasi pada tiga tahun lalu terus menunjukkan hasil yang memuaskan. Meski tidak disertakan angka detail, Indonesia menjadi negara lima besar kontributor bisnis Insider secara global.

“Saat ini tim lokal di sini ada 15 orang, 70% di antaranya adalah consumer success, sisanya operation, sales, dan marketing. Kami ingin perkuat kegiatan pemasaran agar semakin terdengar di market, makanya kami akan rekrut lebih banyak orang untuk consumer success,” ujarnya, Selasa (28/7).

Dia melanjutkan, “Perkembangannya [di Indonesia] masih bagus secara year-on-year. Akibat pandemi, kami ada adjustment, tapi sejauh ini growth kita masih cukup bagus. Harapannya September/Oktober bisa kembali ke usual level.”

Solusi Insider yang dibawa ke Indonesia adalah platform Growth Management Platform (GMP) yang membantu para pemasar mendorong pertumbuhan bisnis melalui beragam channel, dari akuisisi hingga aktivasi, retensi, dan pendapatan. Dengan memanfaatkan segmentasi prediktif waktu real-time yang didukung AI dan machine learning, pemasar dapat menciptakan journey yang dipersonalisasi untuk beragam platform, entah di situs, situs mobile, aplikasi, email, SMS, dan saluran lainnya.

“Banyak solusi teknologi yang sudah hadir tapi belum sekomprehensif kami. Solusi Insider juga mudah diintegrasikan dan digunakan, sehingga pemasar dapat lebih cepat mengeksekusi strateginya, terlebih kami ada tim local support di sini.”

Solusi tersebut diklaim telah dimanfaatkan oleh ratusan brand global, maupun lokal. Joe mengatakan komposisi pengguna Insider adalah imbang antara perusahaan skala besar (enterprise) maupun perusahaan skala menengah.

Joe melanjutkan, dampak dari pandemi ini bagi enterprise adalah terakselerasinya solusi berbasis digital untuk mengembangkan usahanya karena lebih efisien dan terukur. Menurutnya, momentum ini bisa dimanfaatkan Insider dalam menawarkan solusinya.

“Kita mau perkuat tim consumer success karena selama pandemi ini akhirnya banyak perusahaan yang melirik digital sebagai opportunity untuk meningkatkan sales mereka. Pada kuartal keempat ini kami akan merilis solusi baru yang akan masuk ke Indonesia.”

Pendanaan seri C

Khusus mengenai pendanaan seri C ini, Insider secara total telah mengantongi dana sebanyak $47 juta (setara 685 miliar Rupiah). Pada putaran kali ini, selain Riverwood Capital, juga diikuti oleh investor terdahulunya Sequioia India, lalu Wamda Capital, dan Endeavor Catalyst.

Co-Founder dan CEO Insider Hande Cilingir menjelaskan, perusahaan tergolong sebagai perusahaan yang sehat, sehingga mereka tidak ingin galang pendanaan terlalu cepat. Tetapi harus mendapat minat tinggi yang datang dari VC.

“Kami hanya mengumpulkan modal baru ketika kami merasa bahwa kami siap untuk menaikkan standar ke tingkat yang sama sekali baru. Kelangkaan yang dipaksakan sendiri selalu membuat kami lebih kreatif, lebih banyak akal, dan lebih agresif dalam mencapai tujuan kami,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Dia juga menunjukkan rencananya untuk memperkuat eksistensinya di 24 negara di mana mereka telah beroperasi, sekaligus masuk ke negara baru yakni Amerika Serikat. Solusi yang ditawarkan Insider diyakini dapat mengatasi pain-point terbesar para pemasar.

Fokus Insider kembangkan teknologi AI dan machine learning untuk pemasaran / Pexels

Rencana Insider Usai Kantongi Pendanaan Seri B dari Sequoia

Setelah mendapatkan pendanaan Seri B dari Sequoia senilai $ 11 juta, platform multi channel untuk kegiatan pemasaran Insider berencana melakukan ekspansi ke berbagai negara. Kepada DailySocial, Country Manager Insider Indonesia Joe Harahap mengungkapkan, selain pasar Amerika, Insider juga tertarik untuk melakukan eksplorasi ke negara lainnya.

“Rencana kami selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke pasar Amerika sambil terus melanjutkan penetrasi di pasar baru dan menjanjikan seperti Jepang, Korea Selatan, SEA, Australia, dan Eropa.”

Insider juga masih konsisten dengan rencana sebelumnya yaitu merekrut talenta terbaik dengan memanfaatkan pendanaan yang terbarunya. Selain itu juga masih akan terus berusaha mendapatkan talenta terbaik di setiap pasar yang bakal dituju.

Luncurkan Growth Management Platform

Perusahaan asal Turki tersebut saat ini juga tengah mengembangkan teknologi baru yang diklaim mampu meminimalkan biaya pemasaran, yaitu Growth Management Platform (GMP).

Cara kerjanya data pengunjung yang dikumpulkan dari situs, mobile web dan aplikasi. Kemudian teknologi artificial intelligence dan machine learning dimanfaatkan untuk mengolah data tersebut dan membuat prediksi segmentasi berdasarkan perilaku pengunjung secara real-time.

Digital marketer kemudian bisa menggunakan segmentasi tersebut untuk memberikan personalised user experience di situs, mobile web, mobile app dan juga ad channels kepada setiap individu,” kata Joe.

Dengan platform ini, kegiatan pemasaran bisa menjadi lebih terpadu secara end-to-end dan mampu menyebar ke seluruh channel. Mulai dari akuisisi pelanggan, activation, retensi dan revenue. Growth Management Platform juga diklaim dapat membantu bisnis untuk menambah pendapatan, pertumbuhan dan loaylitas kepada brand.

GMP sebenarnya sudah diluncurkan awal April 2018 lalu, menargetkan sektor perbankan, layanan e-commerce, publisher, maskapai penerbangan, OTA, Classified, UKM dan korporasi.

Melalui platform ini, Insider berharap bisa membantu kegiatan pemasaran menjadi lebih cerdas saat melakukan interaksi dengan konsumen, melalui konten yang relevan sesuai dengan channel sekaligus menciptakan pengalaman yang terbaik bagi konsumen.

Teknologi Pemasaran Prediktif: Panduan Bagi Pemula

Ingin mendapatkan ROI maksimal dengan segala usaha pemasaran anda? Inilah saat yang tepat untuk berteman baik dengan teknologi pemasaran prediktif (predictive marketing). Belum lama ini, perusahaan besar rela menginvestasikan banyak usaha dan uang untuk mengumpulkan data demi menguraikan perilaku para pelanggan mereka. Akan tetapi, lanskap digital kini telah berubah drastis, dengan pemasaran online yang menjadi super kompetitif dan pelanggan online yang tersebar di berbagai tempat.

Berikut sebuah kabar baik! Munculnya teknologi baru telah membuka jalan bagi platform-platform pemasaran untuk mengubah algoritme data raksasa menjadi teknologi prediktif yang optimal. Tenang saja dan tidak perlu membawa buku panduan data sains anda. Dalam artikel ini, Anda akan belajar bagaimana mengoptimalkan pemasaran online dengan teknologi prediktif, menargetkan pengunjung bahkan sebelum mereka memasuki situs.

Apa yang dimaksud dengan Teknologi Pemasaran Prediktif?

Teknologi pemasaran prediktif akan menganalisis data pengunjung situs Anda untuk mengidentifikasi pola. Dengan informasi ini, para pemasar dapat menyampaikan pengalaman yang sesuai target pada para pengunjung dengan perilaku serupa dan membantu memindahkannya ke saluran pemasaran.

Penelitian terbaru kami mengenai data e-commerce yang dikumpulkan di Indonesia menunjukkan bahwa rasio perempuan pengguna seluler ada lebih dari 50% dibandingkan dengan laki-laki yang hanya sekitar 40%, sedangkan untuk rasio penggunaan desktop pada laki-laki lebih tinggi sebanyak 60% dan perempuan ada di bawah 50%. Dengan data ini, para pemasar bisa menggunakan teknologi prediktif untuk secara khusus menargetkan pengunjung berdasarkan jenis kelamin mereka.

Misalnya, dengan mengetahui bahwa perempuan lebih banyak beralih ke seluler, perusahaan yang menargetkan pengguna perempuan dapat menyesuaikan pengalaman seluler dengan menu khusus dan rekomendasi produk-produk real-time untuk menciptakan gambaran besar bagi pengunjung perempuan (di mana 50% nya cenderung akan membeli). Jadi, alih-alih menghabiskan tenaga dan uang untuk menjangkau pelanggan perempuan di desktop, brand bisa berkomunikasi dan membangun koneksi langsung melalui perangkat seluler.

Bagaimana cara kerjanya?

Cara kerjanya sendiri sangat sederhana. Semisal situs Anda mendapat ribuan pengunjung dan teknologi memprediksi bahwa seratus dari jumlah pengunjung memiliki kecenderungan pembelian yang tinggi. Satu hal yang perlu Anda lakukan adalah, mengintegrasikan platform pemasaran menjadi platform iklan yang dipilih (Google Adwords, Iklan Facebook, Yandex Direct) untuk meningkatkan segmen pengguna dengan potensi pembelian yang tinggi ke platform iklan Anda.

Anda kemudian dapat menjangkau pengunjung di seluruh situs dan aplikasi, serta berkomunikasi langsung dengan mereka melalui iklan yang ditargetkan. Karena platform tersebut telah memperkirakan para pengunjung yang memiliki potensi pembelian tinggi, Anda akan melihat lebih banyak konversi dibandingkan dengan penggunaan pendekatan ‘spray-and-pray‘ (kapanpun, di manapun). Dan lagi, Return on Ad Spend (ROAS) Anda akan meningkat secara drastis.

Dengan menggunakan teknologi prediktif, para pemasar dapat lebih memahami kecenderungan pengguna mereka dan mengarahkan mereka ke pesan, produk, atau diskon yang sesuai, sehingga mereka lebih banyak terlibat. Hal ini memungkinkan pemasar untuk mengoptimalkan pengeluaran iklan dalam menyederhanakan saluran konversi mereka.

Singkatnya, teknologi ini akan menganalisis data dari semua pengunjung (prospek dan pelanggan), menarik kesimpulan mengenai pola kecenderungan mereka, dan mengidentifikasi kebiasaan kelompok tertentu untuk memprediksi perilaku pengunjung.

Kendati itu belum semua. Dengan menggunakan teknologi pemasaran prediktif, Anda dapat menilai pengunjung terkait dengan kecenderungan pembelian dan mengirimkan pemberitahuan yang ditargetkan dan dipersonalisasi pada mereka.

Wawasan lain yang diraih dari penelitian di ruang e-commerce Indonesia ini juga menunjukkan bahwa traffic pada situs seluler di negara ini mencapai 71%. Hal ini menunjukkan besarnya potensi bagi para pemasar untuk menargetkan pengguna seluler dengan diskon tinggi dan lifetime value, beberapa fitur merupakan informasi dari teknologi prediktif. Dengan demikian, pemasar dapat lebih memahami data historis dan real-time serta memprediksi perilaku di masa depan. Dan hasilnya tidak sebanding: dengan komunikasi yang telah dipersonalisasi dan disesuaikan, pelanggan akan lebih terlibat dan berkonversi lebih baik.

Menutup Kesenjangan Antara Pemasaran dan Periklanan

Jika Anda menjalankan situs e-commerce, tentu saja Anda memiliki strategi pemasaran. Anda bisa saja menggunakan AdWords, Facebook Ads, Display Ads, dan banyak lagi, untuk menarik perhatian pengunjung situs. Anda tidak tahu banyak tentang mereka, namun berharap mereka akan mengklik iklan Anda serta mengunjungi situsnya berkat segmentasi dan penargetan yang telah diterapkan melalui platform iklan Anda. Agar strategi ini berhasil, Anda mungkin sudah menyisihkan anggaran yang besar untuk iklan online, namun, seringnya iya, Anda tetap tidak dapat menyesuaikan pengeluaran untuk pembelanjaan iklan. Balasannya ternyata tidak sesuai dengan semua usaha, waktu dan uang yang telah dihabiskan untuk strategi tersebut.

Mari melihat kembali pada data Indonesia yang telah disebutkan sebelumnya untuk memahami skenario ini dan bagaimana teknologi prediktif dapat mengubah jalannya permainan dengan penggunaan alat personalisasi. Angka tersebut menunjukkan bahwa aktivitas sementara desktop mencapai 40% di siang hari, antara pukul 09:00 pagi hingga 16:00 sore, sesi seluler mencapai 90% pada dini hari, dengan puncaknya pada 04:00 pagi. Ini berarti pada siang hari, pengunjung menghabiskan lebih banyak waktu untuk menjelajah di desktop daripada seluler, namun pada pagi,malam dan dini hari, pengunjung selular meningkat secara drastis.

Dengan wawasan demografi ini, pemasar dapat mengoptimalkan penjelajahan pelanggan sesuai dengan saluran digital mereka serta menargetkan pengguna yang tepat pada waktu yang tepat. Inilah saatnya teknologi membantu menutup kesenjangan antara pemasaran dan periklanan. Dengan menggunakan platform seperti Insider, Anda dapat memprediksi pengunjung yang memiliki kecenderungan tinggi dalam melakukan pembelian dan menjangkau orang-orang di berbagai platform iklan secara anonim.

Kapan dan Bagaimana Untuk Memulai?

Layaknya hubungan lain, menuai keuntungan penuh dari investasi dalam teknologi pemasaran prediktif memerlukan usaha jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh akurasi dan efisiensi setiap data engine bergantung pada berapa banyak data yang terdapat di sistem. Semakin banyak data, semakin akurat pola dan wawasan yang akan didapat. Jadi, waktu terbaik untuk memulai adalah sekarang.

Untuk memulai, yang perlu Anda lakukan adalah mengintegrasikan platform teknologi pemasaran prediktif ke situs, memungkinkannya untuk mulai mengumpulkan data dan menciptakan segmen cerdas yang dapat Anda gunakan untuk menargetkan pengunjung dengan kemungkinan konversi lebih tinggi. Anda pasti akan melihat angka pemasaran yang meningkat. Alat yang tersedia cukup sederhana, ramah pengguna, dan tidak memerlukan pengetahuan khusus tentang coding atau data sains. Cukup memilih yang paling sesuai dengan target bisnis Anda, pilih dari rak lalu dapatkan, siap mengirim pesan yang relevan dan membangun komunikasi pribadi dengan segmen pengguna yang benar-benar penting.


Keterangan: Artikel Tamu ini ditulis oleh Edwin Halim. Edwin Halim bekerja sebagai Strategic Account Manager di Insider. Ia dapat dihubungi via email: edwin@useinsider.com.

Predictive Marketing Technology: A Beginner’s Guide

Looking to get maximum ROI from all your marketing efforts? Then it’s time you became best friends with predictive marketing technology. Not long ago, big companies would invest immeasurable effort and money collecting data to decipher the behaviour of their customers. But the digital landscape has drastically changed, with online marketing becoming ever more competitive and the online customer spread out across different channels.

But here’s the good news! The advent of new technologies has paved the way for new marketing platforms to convert gigantic data algorithms into optimized predictive technologies.

Rest assured and leave your data science textbook at home. In this article, you will learn how to optimize online marketing with predictive technologies, targeting visitors even before they enter your website.

What is Predictive Marketing Technology?

Predictive marketing technology analyses data about your website visitors to identify patterns. Using this information, marketers are able to deliver targeted experiences to groups of visitors who behave in similar ways and help to move them along the sales funnel.

Our latest research on ecommerce data collected in Indonesia shows that female conversion rate on mobile is more than 50%, with male rates around 40%, whereas in desktop male conversion rate is higher than 60%, with female rates standing below 50%. With this data in hands, marketers can use predictive technologies to specifically target visitors based on their gender.

For instance, knowing that women convert more on mobile, companies that wish to target a female audience can tailor the mobile experience with custom menu and real-time product recommendations to create hyper-personalized experiences for female visitors (who are already 50% more likely to purchase). So instead of wasting effort and money trying to reach out female customers on desktop, brands can channel their communication and build a more direct connection with them on mobile devices.

How does it work?

The way it works inside the tool is actually quite simple. Say your website gets a thousand visitors and the technology predicts that a hundred of them have a high likelihood of making a purchase. All you need to do is to integrate a marketing tech platform into your chosen ad platform(s) (Google Adwords, Facebook Ads, Yandex Direct) to push this segment of users who have a high purchase potential into your ad platform(s).

You will then be able to reach out to these visitors across the web, mobile web, and apps, and communicate with them directly through targeted ads. Since the platform already predicted that they have a high likelihood of making a purchase, you will see far more conversions than you would when using the conventional ‘spray-and-pray’ approach. Plus, your Return on Ad Spend (ROAS) will increase dramatically.

Using predictive technology, marketers can better understand their users’ preferences and point them to the appropriate messages, products, or discounts, making them more likely to engage. This enables marketers to optimize their ad spend and streamline their conversion funnel.

In short, this technology analyzes data from all your visitors (prospects and customers), draws out patterns in their preferences, and identifies specific group habits to predict a new visitor’s behavior. But that’s not all. Using predictive marketing technology you can score your visitors on their purchase likelihood and send them highly targeted and personalized notification.

Another insight from our research on the Indonesian ecommerce space shows that traffic on mobile web in the country is as high as 71%. This means that there is a huge potential for marketers to target mobile users with a higher discount affinity and a lifetime value, some of the features informed by predictive technologies. This way, marketers can better understand beyond historical and real-time data and predict future behaviours. And the results are unparalleled: with personalized and tailored communication, customers become more engaged and convert better.

Closing the Gap Between Marketing and Advertising

If you’re running an ecommerce site you will, of course, have an advertising strategy. You might be using AdWords, Facebook Ads, Display Ads, and many more, to catch the attention of visitors across the web. You don’t know much about these people, but you hope they’ll click on your ads and visit your website thanks to all the segmentation and targeting you’ve implemented via your ad platform. To make this strategy successful, you’ve probably set aside a huge budget for online advertising, yet, more often than not, you’re still unable to justify your ad spend. The return simply does not match up with all the effort, time and money you put into your strategy.

Let’s look back at the Indonesian data previously mentioned to understand this scenario and how predictive technology can change the game with the use of personalization tools. The figures show that while desktop activities reach a maximum of 40% peak during the day, between 9:00 in the morning and 4:00 in the afternoon, mobile sessions are as high as 90% in the wee hours, with its peak at 4:00 in the morning. This means that during the day, visitors spend more time on desktop browsing than on mobile, but during early morning, evening and late night, mobile visits spike exponentially.

With this valuable demographic insight, marketers can optimize customers’ journeys according to their digital channel and target the right audience at the right time. Here is where technology helps close the gap between marketing and advertising. Using platforms like Insider, you can predict which of your visitors have a high likelihood of making a purchase and reach out to these folks on various ad platforms anonymously.

When and How to Get Started?

Like any other relationship, reaping the full benefits of investment in predictive marketing technology requires a long term effort. This is because the accuracy and efficiency of any data engine relies on how much data there is in the system. The richer the data, the more accurate patterns and insights can be drawn from it. So the best time to get started is now.

To get started, all you need to do is integrate a predictive marketing technology platform with your website, allowing it to start collecting data and creating smart segments which you can use to hyper-target visitors with a high likelihood of conversion. You will definitely see your marketing numbers rising. The tools available are quite simple, user-friendly, and do not require any coding or data science knowledge. Just choose the one that best suits your business’ targets, pick it off the shelf and there you are, ready to send relevant messages and establish more personal communication with the user segments that really matter.


Disclosure: This guest post is written by Edwin Halim. Halim works as a Strategic Account Manager at Insider. He can be reached via email: edwin@useinsider.com.

Mengenal Platform Pemasaran Online Insider dan Solusinya untuk Indonesia

Perusahaan teknologi pemasaran online kini makin ramai karena kedatangan pemain baru asal Turki yakni Insider. Indonesia adalah negara keenam yang dipilih Insider sebagai negara sasaran, mengingat negara ini memiliki perkembangan internet yang cukup masif dan jumlah populasinya yang banyak.

Sejak resmi berdiri di 2012 silam, saat ini Insider sudah beroperasi di delapan kota dunia, yaitu London, Moskow, Singapura, Dubai, Warsawa, Istanbul, Kuala Lumpur, dan Jakarta dengan total karyawan mencapai 107 orang.

Sekadar informasi, Insider adalah platform multi channel (desktop, mobile web, email, aplikasi mobile) yang mengubah data konsumen menjadi hasil yang dapat ditindaklanjuti. Satu set data yang komprehensif memungkinkan klien untuk fokus pada keinginan dan preferensi konsumen.

Insider dapat memprediksi kemungkinan pengunjung untuk membeli (likelihood to purchase/L2P) dalam satu minggu mendatang dengan menggunakan algoritma pembelajaran (machine learning). Skor L2P dihitung setiap hari untuk memprediksi kemungkinan pengunjung bakal membeli barang, berdasarkan tindakannya selama 30 hari terakhir.

Diklaim, dengan layanan L2P ini tingkat konversi jadi lebih tinggi 17 kali daripada menggunakan produk lain. Layanan Insider berguna dan relevan untuk seluruh sektor industri yang butuh manfaat dari penarikan traffic. Namun biasanya industri ritel, media, perjalanan, keuangan, dan e-gaming adalah konsumen terbesar.

Pertimbangan pihak Insider untuk memperkuat pangsa pasarnya di Indonesia makin kuat pasca mendapatkan pendanaan seri A sebesar $2,2 juta beberapa waktu lalu. Dana tersebut akan digunakan untuk mencapai tiga sasaran utama.

Pertama, investasi infrastruktur di Asia Pasifik, sekaligus memperkuat bisnis operasionalnya di Indonesia sebagai pasar yang paling menjanjikan di ASEAN. Kedua, menarik talenta terbaik untuk ditempatkan di Asia Pasifik untuk memberikan layanan kelas dunia kepada klien.

Terakhir, investasi pengembangan teknologi dengan fokus pada model prediktif, segmentasi canggih, teknologi auto-optimasi di seluruh situs, aplikasi, dan email. Selain itu, Insider juga menargetkan akan membuka kantor perwakilan di kota lainnya di Asia Pasifik, beberapa diantaranya adalah Jepang dan Korea Selatan.

“Sampai akhir tahun ini, kami berencana untuk perluas layanan ke beberapa negara di Asia Pasifik, Jepang, dan Korea Selatan. Tahun ini, kami fokus berada di Indonesia karena ini adalah pasar terbesar dan paling menjanjikan di wilayah Asia Pasifik. Akhir tahun depan, tujuan kami adalah memiliki kantor perwakilan di 17 negara yang berbeda,” terang CEO dan Co-Founder Insider Hande Cilingir.

Dikutip dari laman Wamda, Indonesia adalah negara keempat yang jadi fokus utama Insider untuk wilayah pemasarannya setelah Polandia, Singapura, dan Malaysia. Saat ini, 63% dari total pendapatan Insider berasal dari luar Turki. Diharapkan pada akhir tahun ini, persentasenya dapat meningkat jadi 72%.

Tawarkan layanan dan produk yang sudah dilokalisasikan

Secara terpisah, melalui surel yang diterima DailySocial, Serhat Soyuerel selaku Co-Founder dan VP of International Sales Insider menjelaskan bagaimana strategi yang ditawarkan oleh pihaknya kepada klien-kliennya di Indonesia.

Menurutnya, ada tiga pilar yang selalu jadi acuan Insider saat ekspansi di berbagai negara, yakni teknologi (menyediakan inovasi sesuai kebutuhan klien), pengetahuan (berbagi pengalaman dan keahlian), dan layanan (layanan kelas dunia dari pengembangan costum untuk penilaian kerja secara gratis).

Adapun, strategi yang dilakukan Insider di Indonesia adalah melakukan lokalisasi untuk seluruh produk dan layanan dengan menempatkan tim lokal untuk melayani kliennya di Indonesia. Mereka akan melakukan pendekatan berbagi pengalaman apa yang sudah dilakukan Insider saat menjadi mitra dari merek global seperti eBay, Toyota, McDonald’s, Lenovo, Ticketmaster, CNN, Uniqlo, dan lainnya.

Lewat berbagi cerita dan keahlian yang dimiliki tim Insider diharapkan dapat membantu klien untuk mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan teknologi terbaru dan bagaimana mengimplementasinya tanpa harus merekrut pekerja baru, orang berpengalaman untuk di bidang conversion rate atau manajer proyek.

Pasalnya, sambung Soyourel, mencari talenta terbaik di Indonesia merupakan pekerjaan yang sulit karena jumlahnya yang masih langka dan mahal. Pada saat yang sama, persaingan makin sengit sehingga keputusan bisnis harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Terlihat dari investor di Indonesia yang makin hati-hati saat berivestasi sejak satu hingga dua tahun belakangan.

“Sebab semua orang tahu, investasi teknologi baru itu sulit, berisiko, dan mahal. Kami mengatasi dua tantangan ini dengan menawarkan solusi yang mudah dengan layanan kelas dunia tanpa biaya tambahan. Kami senang berbagi keahlian untuk membantu klien demi mendapatkan keuntungan dari tren teknologi terbaru,” ujar Soyourel.

Salah satu penyesuaian yang dilakukan Insider untuk pasar Indonesia adalah fitur untuk khusus menargetkan pengguna UC Browser yang cukup populer di sini. Pihaknya juga mendorong klien untuk mulai aware dengan dominasi kuat dari pengguna mobile. Hal ini adalah peluang besar bagi bisnis periklanan sebab hampir 70% traffic datang dari sana.

Sementara itu, hampir sebagian bisnis masih terpaku pada desktop. Hal ini terlihat dari kinerja metrik dari tingkat konversi yang sangat rendah. Dengan lintas platform, Insider akan membantu klien mengoptimalkan seluruh bujet investasinya dan membantu meningkatkan pendapatan.

“Seluruh strategi ini berkat masukan yang diberikan Patrick Steinbrenner selaku Managing Director kami untuk APAC. Sebelumnya, dia bekerja di Zalora dan bertanggung jawab untuk analisis web dan aplikasi seluruh pengguna, termasuk Indonesia. Wawasan yang dia berikan cukup mendalam dan sangat membantu Insider untuk menjadi pemimpin pasar.”

Harga layanan Insider, lanjut Steinbrenner, sangat fleksibel dan pihaknya menjamin tidak ada biaya tersembunyi. Sebab, tujuan akhir yang ingin dicapai Insider untuk Indonesia bukan semata-mata ingin meraih kemenangan dalam waktu cepat dalam kurun waktu yang singkat. Melainkan ingin menjalin kemitraan yang kuat dan berjangka panjang, membantu klien untuk berhasil dalam menjalani bisnisnya.

Pemain teknologi sejenis di Indonesia dengan produk yang hampir sama dengan Insider rupanya belum ada. Namun untuk skala global, sudah ada perusahaan dengan produk yang hampir mirip, misalnya AgilOne (California), Custora (New York), dan Retention Science (California).