Melalui model bisnis dan operasional yang efektif, platform insurtech membuat layanan asuransi lebih mudah diakses dan berorientasi pada pelanggan. Meskipun tantangan masih ada, kerja sama antara startup di bidang ini dan perusahaan asuransi yang mulai terbangun, yang didukung oleh lingkungan regulasi yang kondusif.
Salah satu platform insurtech yang telah berdiri sejak tahun 2015, PasarPolis terus mengembangkan inovasi agar bisa menjadi the next gen digital insurance yang selalu mengikuti tren kebutuhan pasar. Untuk memperkuat posisi mereka di industri, baru-baru ini mereka menunjuk Presiden baru yaitu Peter van Zyl untuk turut menavigasi strategi perusahaan.
Peter dikenal sebagai veteran profesional dengan rekam jejak panjang di industri asuransi selama lebih dari 20 tahun. Sebelum bergabung dengan PasarPolis, Peter menjabat sebagai Presiden Direktur & CEO Allianz Indonesia selama 7 tahun dan menduduki posisi manajemen senior di AIG selama lebih dari 15 tahun.
Disampaikan dalam keterangan resmi, untuk jangka pendek Peter akan berfokus memperkuat posisi PasarPolis di pasar dan mengimplementasikan strategi baru guna meningkatkan daya saing perusahaan. Sementara di jangka panjang, visi Peter adalah menjadikan PasarPolis sebagai perusahaan asuransi digital terdepan dengan layanan, produk, dan klaim yang mudah, cepat, dan terjangkau.
“Kami memprioritaskan pengalaman berasuransi yang lebih menyenangkan mulai, dari pemilihan produk hingga klaim yang 10x lebih baik bagi pelanggan kami melalui digitalisasi,” kata Peter.
PasarPolis juga akan memfokuskan kepada peningkatan penetrasi dan literasi asuransi di negara Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam dan Thailand, mengingat potensi yang masih besar, terutama di tengah peningkatan kesadaran masyarakat terhadap perlindungan asuransi pasca pandemi.
Dari sisi pasar, Vietnam dan Indonesia memiliki kriteria pasar asuransi yang serupa, meskipun kesadaran akan asuransi di Vietnam masih relatif rendah daripada Indonesia; serta Thailand merupakan pasar asuransi yang sudah cukup matang, dengan tingkat penetrasi lebih tinggi. Tahun 2019 lalu perusahaan melakukan ekspansi ke Vietnam dan Thaland.
Pertumbuhan positif
Diklaim melalui pendekatan digital, PasarPolis telah mencapai segmen pasar yang sulit dijangkau oleh saluran distribusi tradisional. Produk-produk yang ditawarkan juga dinilai sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat masa kini, seperti asuransi perjalanan hingga perlindungan gadget (microinsurance).
Dengan mengedepankan pendekatan omnichannel, PasarPolis juga ingin memberikan akses yang simpel dan mudah terhadap produk asuransi, mulai dari pemilihan polis hingga penyelesaian klaim. PasarPolis terus berupaya meningkatkan distribusi polis asuransi secara lebih tepat sasaran, melalui layanan keagenan yang dimiliki.
Pandemi juga dinilai telah mengubah cara masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, termasuk dalam berasuransi yang sekarang lebih mudah dilakukan melalui digital. Secara preferensi, inovasi produk asuransi yang melekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat juga semakin menjadi tren.
Tercatat pada tahun 2022, jumlah polis yang diterbitkan oleh PasarPolis mencapai lebih dari 500 juta. Mereka juga mengklaim berhasil melindungi hampir 30% populasi Indonesia atau lebih dari 80 juta pelanggan.
Dari sisi inovasi customer experience, per Juni 2023, PasarPolis telah berhasil menyelesaikan 98% dari total penyelesaian klaim B2B2C (asuransi nonkredit) dan 95% dari total klaim asuransi perangkat diselesaikan dalam waktu kurang dari 2 jam.
Berkolaborasi dengan perusahaan asuransi umum Tap Insure, PasarPolis kini telah menjadi ekosistem asuransi digital full-stack yang mampu melakukan underwrite produk secara mandiri. Sebagai perusahaan insurtech terkemuka di Indonesia, PasarPolis kini memiliki lebih dari 7.500 Mitra aktif dan bekerja sama dengan lebih dari 40 partner ekosistem untuk memenuhi kebutuhan asuransi yang melekat di dalam keseharian masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.
Dinamika industri insurtech
Di pasar asuransi digital, PasarPolis berhadapan langsung dengan sejumlah pemain kunci seperti Qoala dan Fuse. Namun demikian industri ini baru mendapatkan kabar kurang sedap dengan tutupnya layanan Futuready — diketahui mereka memiliki fokus utama menyediakan produk asuransi mikro. Sementara para rivalnya bermain di banyak model bisnis, termasuk yang menjadi adalan adalah layanan keagenan.
Pemain lainnya, yakni Aigis, awal tahun ini memilih pivot dari penyedia layanan insurtech B2B menjadi SaaS manajemen keuangan industri kreatif. Startup yang didukung Init6, Goodwater Capital, dan Y Combinator ini juga melakukan rebranding menjadi Finnix.
Terkait pendanaan, tiga startup telah membukukan investasi baru di semester pertama 2023 ini. Pertama Igloo yang membukukan nilai investasi 716 miliar Rupiah pada pendanaan seri B mereka dan berkomitmen memperdalam penetrasinya di pasar Indonesia. Kemudian Qoala juga mendapatkan tambahan 113 miliar Rupiah pada putaran seri B mereka. Lalu terakhir ada Bang Jamin yang baru mendapatkan pendanaan segar dari Northstar Group dan BRI Ventures.