Tag Archives: insurance marketplace

Lifepal Announces 130 Billion Rupiah Series A Funding

Lifepal announced a series A funding worth of $9 million or equivalent to 130 billion Rupiah. The round was led by ProBatus Capital with the participation of Cathay Innovation, Insignia Ventures Partners, ATM Capital and Hustle Fund.

Combined with the previous round, the company has raised a total investment of $12 million. This follow on funding will be channeled to its product improvement and user experience.

Was founded in 2019 by Giacomo Ficari, Nicolo Robba, Benny Fajarai, and Reza Muhammad; Lifepal has transformed into an insurance marketplace platform. The direct-to-consumer (D2C) approach allows them to distribute hundreds of insurance products to the public.

“During the pandemic, we experienced a strong increase in demand along with increasing awareness of health risks combined with the availability of online platforms [..] Lifepal addresses the evolving needs of consumers by reducing the problems associated with traditional agents through full digitization of the value chain for a superior user experience,” Giacomo said.

Meanwhile, ProBatus Capital’s Founder & Managing Partner, Ramneek Gupta said, “We invested in Lifepal because of its potential to change the way Indonesian consumers buy insurance. They built a platform that uniquely serves consumers by including educational content that helps customers understand their needs.”

Market size

Based on data compiled by DSInnovate in a report entitled “Insurtech Ecosystem in Indonesia Report 2021“, the gross written premiums (GWP) in the Indonesian insurance industry has reached $20.8 billion in 2020 with a CAGR of 3.9% from the 2016 period. The main problems that many complain about are related to the claim process and accessibility to insurance products. From this thesis, insurtech startups have emerged with various unique business models.

“The insurance market in Indonesia is yet to be optimized and well-served, it is proven that less than 2% of Indonesians have insurance, thus making it ready for digital disruption,” Cathay Innovation’s Director, Rajive Keshup said.

The digital approach has turned out to be fruitful. Lifepal’s internal data reveals that it has experienced 12x yoy growth with a monthly growth of 20%. The strategy is to combine the strengths of content, community, and product distribution channels to produce more efficient business processes on the user side.

Lifepal currently accommodates more than 300 insurance policies in the fields of health, automotive, property, and travel, partnering with 50 provider companies.

Insurtech platform

Also stated in the report, there are currently around 11 startups that focus on presenting the insurtech platform. Beyond that, there are also market products and enablers to support the digital insurance business system.

Each platform also has a unique approach. Take, for example, Fuse, which digitized the agency concept that has been a long time practice by traditional insurance. This is considered relevant to the Indonesian market, as 97% of the population is still underinsured due to lack of confidence in the current insurance system.

Insurtech startup funding per Q1 2021

This year alone, three other insurtech startups have announced new funding. First, PasarPolis with more than 70 billion Rupiah funding from IFC. Then, Prixa.ai received 40 billion Rupiah funding led by MDI Ventures and TPTF. Also, Fuse has recently announced its series B funding.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan Seri A Lifepal

Lifepal Umumkan Pendanaan Seri A 130 Miliar Rupiah

Lifepal mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $9 juta atau setara 130 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh ProBatus Capital dengan keterlibatan Cathay Innovation, Insignia Ventures Partners, ATM Capital, dan Hustle Fund.

Digabungkan dengan perolehan sebelumnya, total dana investasi yang telah dikumpulkan perusahaan mencapai $12 juta. Modal tambahan ini akan difokuskan untuk meningkatkan produk dan pengalaman pengguna mereka.

Sejak dirilis tahun 2019 oleh Giacomo Ficari, Nicolo Robba, Benny Fajarai, dan Reza Muhammad; Lifepal telah menjelma menjadi platform marketplace asuransi. Pendekatan direct-to-consumer (D2C) memungkinkan mereka mendistribusikan ratusan produk asuransi kepada masyarakat.

“Selama pandemi kami mengalami peningkatan permintaan yang kuat berbarengan dengan meningkatnya kesadaran akan risiko kesehatan yang dikombinasikan dengan ketersediaan platform online [..] Lifepal menjawab kebutuhan konsumen yang terus berkembang dengan mengurangi masalah terkait dengan agen tradisional melalui digitalisasi penuh value chain untuk pengalaman pengguna yang unggul,” ujar Giacomo.

Sementara itu Founder & Managing Partner ProBatus Capital Ramneek Gupta menyampaikan, “Kami berinvestasi di Lifepal karena potensinya untuk mengubah cara konsumen Indonesia membeli asuransi. Mereka membangun platform yang secara unik melayani konsumen dengan memasukkan konten pendidikan yang membantu pelanggan memahami kebutuhan.”

Ukuran pasar

Berdasarkan data yang dihimpun DSInnovate dalam laporan bertajuk “Insurtech Ecosystem in Indonesia Report 2021” disampaikan, nilai gross written premiums (GWP) di industri asuransi Indonesia telah mencapai $20,8 miliar pada tahun 2020 dengan CAGR 3,9% dari periode 2016. Diungkapkan juga permasalahan utama yang banyak dikeluhkan terkait dengan proses klaim dan aksesibilitas ke produk asuransi. Dari tesis tersebut, startup insurtech bermunculan dengan berbagai model bisnis yang unik.

“Pasar asuransi di Indonesia masih belum dimaksimalkan dan terlayani dengan baik, terbukti kurang dari 2% orang Indonesia memiliki asuransi, sehingga membuatnya siap untuk disrupsi digital,” kata Direktur Cathay Innovation Rajive Keshup.

Pendekatan digital mulai terbukti membuahkan hasil. Data internal Lifepal mengungkapkan telah mengalami pertumbuhan 12x lipat yoy dengan pertumbuhan bulanan mencapai 20%. Strateginya dengan menggabungkan kekuatan konten, komunitas, dan kanal distribusi produk untuk menghasilkan proses bisnis yang lebih efisien di sisi pengguna.

Lifepal saat ini sudah mengakomodasi lebih dari 300 polis asuransi di bidang kesehatan, otomotif, properti, hingga perjalanan, bermitra dengan 50 perusahaan penyedia.

Platform insurtech

Masih dari laporan DSInnovate, saat ini ada sekitar 11 startup yang fokus menyajikan platform insurtech. Di luar itu, ada juga produk pendukung pasar dan enabler untuk menunjang sistem bisnis asuransi digital.

Masing-masing platform juga memiliki pendekatan yang unik. Ambil contoh Fuse yang mendigitalkan konsep keagenan yang sudah dijalankan perasuransian tradisional sejak lama. Hal ini dinilai relevan dengan kondisi di Indonesia, sebanyak 97% dari populasi masih berstatus underinsured dikarenakan kurang percaya dengan sistem perasuransian yang ada saat ini.

Pendanaan startup insurtech hingga Q1 2021

Tahun ini tiga startup insurtech lainnya juga mengumumkan perolehan pendanaan baru. Pertama ada PasarPolis yang menerima dana tambahan lebih dari 70 miliar Rupiah dari IFC. Kemudian Prixa.ai juga mendapatkan pendanaan 40 miliar Rupiah yang dipimpin MDI Ventures dan TPTF. Terakhir ada Fuse yang mengumumkan perolehan pendanaan seri B.

EzyPolis Insurtech

EzyPolis Ingin Permudah Masyarakat Akses Produk Asuransi

Startup insurtech EzyPolis hadir mencoba menawarkan kemudahan dalam proses klaim dan mendapatkan produk asuransi. Kepada DailySocial, CEO EzyPolis Ahmad Hasibuan mengungkapkan bahwa unique selling point layanannya ada pada bentuk bisnis yang ditawarkan, baik untuk B2B, B2B2C, dan B2C.

Berdiri sejak tahun 2018, EzyPolis telah menjangkau beberapa varian produk produk seperti Property Insurance, Liability Insurance, dan segera hadir asuransi kesehatan. Tersedia juga produk asuransi lainnya seperti Travel Insurance, Pet Insurance, dan akan hadir juga produk lainnya seperti Motor Vehicle dan RSA (Road Side Assistance) Insurance. Hingga saat ini Ezypolis mengklaim telah menerbitkan sekitar 750 ribu polis.

Untuk memperkuat kehadirannya, sejak 2020 EzyPolis telah menjalin kolaborasi dengan Citilink. Melalui kerja sama ini, mereka hadir untuk memberikan produk asuransi proteksi perjalanan produk baru Citilink yaitu “Royal Green”, untuk kenyamanan dan keamanan ekstra terutama di tengah masa pandemi.

“Target EzyPolis melalui kolaborasi dengan Citilink salah satunya menambah value pada keamanan, peace of mind serta mengurangi risiko ketidakpastian pada penumpang dalam pengalaman terbang domestik,” kata Ahmad.

Sebelumnya EzyPolis telah bekerja sama dengan beberapa mitra asuransi, salah satunya adalah PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) untuk produk proteksi Royal Green ini.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh lembaga riset Inventure bertajuk “Insurance Industry Outlook 2021″, sebanyak 78,7 persen dari 629 responden menganggap ancaman pandemi membuat generasi milenial semakin sadar akan kepemilikan asuransi jiwa dan kesehatan.

Hal ini menunjukkan indikator yang positif terhadap pertumbuhan asuransi untuk menciptakan “peace of mind” di berbagai lini.  Pandemi merupakan salah satu katalis dalam percepatan digital transformasi dan kondisi seperti saat ini menyadarkan manusia akan banyaknya ketidakpastian serta risiko yang mungkin timbul.

Pandemi yang telah banyak menghambat pertumbuhan startup dilihat oleh EzyPolis sebagai sebuah tantangan. Dalam hal ini pandemi justru mampu meningkatkan kesadaran masyarakat umum terhadap pentingnya asuransi. Ditunjang oleh salah satu lini produk EzyPolis yaitu kargo, selama pandemi ini justru meningkat pesat karena layanan kebutuhan pengiriman barang menjadi sangat krusial.

“Digitalisasi serta automasi pada pembelian asuransi, serta literasi digital yang terus berkembang, akan memudahkan pengolahan data nasabah yang terpusat serta menciptakan Single Customer View yang tentunya akan memberikan benefit dan nilai lebih bagi nasabah EzyPolis,” tutup Ahmad.

Kompetisi pasar

Berdasarkan data yang dikutip DSInnovate dalam laporan “Insurtech Ecosystem in Indonesia Report 2021”, total gross written premiums (GWP) industri asuransi telah mencapai $20,8 miliar pada tahun 2020, bertumbuh dengan CAGR 3,9% dari 2016.

Pemain insurtech di Indonesia sendiri sudah mulai banyak, masing-masing memiliki pendekatan yang berbeda. Terbaru ada Fuse yang baru membukukan pendanaan seri B, dengan mendigitalkan layanan keagenan asuransi mereka mengklaim berhasil membukukan GWP melebihi $50 juta atau setara Rp720 miliar pada 2020.

Daftar pemain insurtech di Indonesia / DSInnovate

Sementara itu dengan metrik yang berbeda, PasarPolis menyebut, per Agustus 2020 mereka telah menerbitkan 70 juta polis baru setiap bulan. Adapun total polis yang berhasil dirilis pada tahun 2019 mencapai 650 juta polis di negara mereka beroperasi, yakni Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

Insurance Business Tends to Recover Soon, Momentum for Insurtech

Despite many business models in the development of the Indonesian startup ecosystem, technology insurance (insurance technology – insurtech) is one that is currently captured by many local and foreign investors. The main principle, insurtech tries to revolutionize consumer behavior, by presenting a simpler, more transparent, and economical insurance process.

There are several basic reasons why insurtech is projected to rise. As Lifepal stated, citing the results of the Munich Re Economic Research study, Indonesia will support the growth of health and life insurance premiums from 2019-2030, with a CAGR of 9.1%.

Throughout 2019, the premiums that have been successfully booked have reached 185.3 trillion Rupiah for life insurance and 80.1 trillion Rupiah for health insurance.

Insurance growth

The Covid-19 pandemic has not declined the growth of the insurance business in Indonesia. From the data summarized by Lifepal, it is shown that there is a relatively fast recovery in relation to gross premium income for life insurance throughout 2020. Especially in June 2020, the value increased compared to the same period last year.

Insurance Indonesia

Momentum for Insurtech

Amid the growth of the insurance business, it turns out that if you look deeper, there are many pain points for prospective customers. The process of seeking information, buying, and claiming insurance products is sometimes not easy, and it is also considered less transparent. The conventional business model uses an agency system, an agent will “fully encourage” prospective customers to subscribe to the insurance product, without providing holistic and comprehensive education.

In some cases, these agents created distrust among consumers. Especially in the digital era like today, consumers can easily validate the information submitted. However, even when searching for it on your own, for example through Google, many complex terminology and biased recommendations are encountered, in the end, it does not lead consumers to products that provide optimal benefits.

Based on this fact, several startups appeared to offer easier insurance processing, through the help of technology. The DSResearch report entitled “Insurtech Strategic Innovation” has mapped several local startups operating in this industry.

Insurtech in Indonesia

Lifepal itself is one of the insurtech players that offers customers the convenience of finding and buying the right insurance for their specific needs. It provides content and reviews designed to make it easier for consumers to plan, by presenting lists and comparing insurance products. Currently there are around 50 insurance brands that have been embraced, with 200 product choices; manages to generate approximately 4 million site visits every month.

Insurtech development

In 2020, several insurtech startups have strengthened business penetration, including raising new funding. Most recently, PasarPolis announced that it has secured funds of up to 796 billion Rupiah. This value is also supported by the latest round of series B from LeapFrog Investments, SBI Investment, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, and Xiaomi. This acquisition is claimed to be the largest for insurtech startups in the region.

Last May, Igloo, previously known as Axinan, also announced series A + funding worth 238.4 billion Rupiah. They are a startup from Singapore that already has an operational base in Indonesia through its collaboration with Sompo Indonesia. There is also Qoala, who booked series A funding of 209 billion Rupiah in April 2020.

Innovations continue to roll, several players have also launched insurtech-based products this year. As is done by People’s Capital, in collaboration with Adira they present vehicle insurance. This initiative was launched simultaneously with the company’s entry into the e-procurement business of purchasing logistics trucks.

There are also artificial intelligence-based innovations launched by Prixa. They integrated the healthtech system with insurtech, engaging several players in related landscapes. The service is presented in the form of a chatbot, with the hope of making it easier for potential customers to gain understanding while chatting with an expert.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Header: Depositphotos.com

Bisnis Asuransi Relatif Cepat Pulih dari Pandemi, Momentum Pertumbuhan Insurtech

Di antara banyaknya model bisnis yang berkembang di ekosistem startup Indonesia, teknologi asuransi (insurance technology – insurtech) menjadi salah satu yang kini banyak dilirik kalangan investor lokal maupun asing. Prinsip utamanya, insurtech mencoba merevolusi perilaku konsumen, dengan menghadirkan proses asuransi yang lebih sederhana, transparan, dan hemat.

Ada beberapa alasan mendasar mengapa insurtech diproyeksikan berkembang baik di sini. Seperti yang disampaikan Lifepal dalam sebuah kesempatan, mengutip hasil studi Munich Re Economic Research, Indonesia akan memimpin pertumbuhan premi asuransi kesehatan dan jiwa dari tahun 2019-2030, dengan CAGR sebesar 9,1%.

Sepanjang taun 2019, premi yang berhasil dibukukan sudah mencapai 185,3 triliun Rupiah untuk asuransi jiwa dan 80,1 triliun Rupiah untuk asuransi kesehatan.

Insurance growth

Pandemi Covid-19 turut tidak menyurutkan pertumbuhan bisnis asuransi di Indonesia. Dari data yang dirangkum Lifepal, ditunjukkan adanya pemulihan yang relatif cepat terkait pendapatan bruto premi untuk asuransi jiwa sepanjang tahun 2020. Apalagi di bulan Juni 2020, dibandingkan periode yang sama tahun lalu nilainya meningkat.

Insurance Indonesia

Momentum untuk insurtech

Di tengah pertumbuhan bisnis asuransi, ternyata jika menelisik lebih dalam masih banyak pain-points yang dihadapi calon nasabah. Proses mencari informasi, membeli, hingga mengklaim produk asuransi kadang tidak mudah, juga dirasa kurang transparan. Model bisnis konvensional menggunakan sistem keagenan, seorang agen akan “mendorong penuh” calon nasabah untuk berlangganan produk asuransinya, tanpa memberikan edukasi yang holistis dan komprehensif.

Pada akhirnya, di beberapa kasus, para agen tersebut justru menciptakan ketidakpercayaan di kalangan konsumen. Apalagi di era digital seperti saat ini konsumen juga dapat dengan mudah memvalidasi informasi yang disampaikan. Namun, ketika mencari tahu sendiri pun, misalnya lewat Google, banyak terminologi rumit dan rekomendasi bias yang ditemui, pada akhirnya tidak mengantarkan konsumen pada produk yang memberikan manfaat secara optimal.

Berbekal fakta tersebut, kemudian beberapa startup muncul menawarkan pemrosesan asuransi yang lebih memudahkan, melalui bantuan teknologi. Laporan DSResearch bertajuk “Insurtech Strategic Innovation” telah memetakan beberapa startup lokal yang sudah beroperasi di lanskap tersebut.

Insurtech in Indonesia

Lifepal sendiri menjadi salah satu pemain insurtech yang menawarkan kemudahan kepada pelanggan untuk menemukan dan membeli asuransi yang tepat untuk kebutuhannya yang spesifik. Di dalamnya menyajikan konten dan ulasan yang didesain untuk memudahkan konsumen melakukan perencanaan, dengan menyajikan daftar dan membandingkan produk asuransi. Saat ini ada sekitar 50 merek asuransi yang telah dirangkul, dengan 200 pilihan produk; berhasil menghadirkan sekitar 4 juta kunjungan situs setiap bulannya.

Perkembangan insurtech

Tahun 2020, beberapa startup insurtech makin kuatkan penetrasi bisnis, termasuk didukung melalui pendanaan baru. Teranyar, PasarPolis umumkan telah membukukan dana hingga 796 miliar Rupiah. Nilai tersebut turut didukung putaran terbaru seri B dari LeapFrog Investments, SBI Investment, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, dan Xiaomi. Perolehan ini diklaim jadi yang terbesar untuk startup insurtech di regional.

Mei 2020 lalu, Igloo yang sebelumnya dikenal sebagai Axinan, juga umumkan pendanaan seri A+ senilai 238,4 miliar Rupiah. Mereka adalah startup asal Singapura yang telah memiliki basis operasional di Indonesia melalui kerja samanya dengan Sompo Indonesia. Ada juga Qoala yang bukukan pendanaan seri A senilai 209 miliar Rupiah pada April 2020 lalu.

Inovasi pun terus bergulir, beberapa pemain turut lahirkan produk berbasis insurtech tahun ini. Seperti yang dilakukan oleh Modal Rakyat, bekerja sama dengan Adira mereka hadirkan asuransi kendaraan. Inisiatif ini diluncurkan bebarengan dengan masuknya perusahaan ke bisnis e-procurement pembelian truk logistik.

Ada juga inovasi berbasis kecerdasan buatan yang diluncurkan Prixa. Mereka mengintegrasikan sistem healthtech dengan insurtech, menggandeng beberapa pemain di lanskap terkait. Layanannya disajikan dalam bentuk chatbot, dengan harapan memudahkan calon konsumen mendapatkan pemahaman seraya sedang chatting dengan seorang pakar.

Gambar Header: Depositphotos.com

Lifepal Mudahkan Pengguna Membandingkan dan Membeli Produk Asuransi

Mengutip dari berbagai sumber, termasuk data OJK, penetrasi produk asuransi di Indonesia masih sangat rendah. Baru sekitar 2-3% dari total populasi yang menggunakan (di luar produk pemerintah seperti BPJS yang makin diwajibkan). Banyak hal-hal fundamental yang menghambat pertumbuhan asuransi di Indonesia, misalnya terkait informasi dan akses. Dari permasalahan tersebut, inovasi berbasis teknologi asuransi (insurtech) dimunculkan dengan berbagai bentuk.

Salah satunya Lifepal, startup insurtech yang hadir dalam bentuk platform marketplace , layanannya membantu membandingkan, membeli, dan menggunakan produk asuransi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Adapun produk yang ditawarkan mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi mobil, asuransi perjalanan, dan lain sebagainya.

“Lifepal bekerja sama dengan puluhan asuransi dan membantu pengguna membandingkan ratusan pilihan polis terbaik yang mereka butuhkan. Konsultan kami juga siap membantu jika membutuhkan informasi lebih lanjut terkait produk asuransi yang mereka cari. Pengguna bisa mengelola polis dan mendapatkan bantuan jika dibutuhkan,” ujar Co-Founder & CMO Lifepal Benny Fajarai kepada DailySocial.

Menunjukkan statistik penggunanya, Benny menyampaikan saat ini Lifepal rutin mendapatkan 3-4 juta pengunjung aktif per bulannya. Sebagian besar pengguna hadir dari kalangan menengah ke atas, berusia dewasa (25+ tahun).

Selain Benny, Lifepal turut didirikan oleh Reza Muhammad, Nicolo Robba, dan Giacomo Ficari. Perusahaan sendiri sudah didirikan sejak November 2018 dengan misi memberikan akses informasi dan perlindungan finansial untuk semua orang. Turut disampaikan, saat ini Lifepal sudah mendapatkan pendanaan eksternal, hanya saja untuk detail investor dan tahapannya belum bisa diungkapkan detail.

Mendobrak pendekatan lama

Insurtech hadir untuk memberikan kemudahan, memungkinkan pengguna untuk mengakses produk-produk asuransi secara langsung, serta mendapatkan informasi yang transparan. Platform marketplace memang menjadi salah satu model bisnis favorit di vertikal ini. Terbukti, di Indonesia sudah ada beberapa platform terkait. Selain Lifepal, platform seperti Cermati, CekAja, Qoala, Premiro dll sajikan layanan serupa dengan spesialisasi masing-masing.

Model ini menurut para pemain memang relevan, untuk mendobrak pendekatan lama yang dirasa kurang efektif. Benny pun berpendapat, “Selama ini distribusi produk asuransi sebagian besar menggunakan agen, yang bekerja pada satu perusahaan asuransi saja. Tentunya hal ini membuat rekomendasi menjadi sangat subjektif, dan belum tentu yang terbaik untuk nasabah. Selain itu, mengandalkan agen asuransi dengan penjelasan yang tidak dapat ter-monitor menciptakan pemahaman dan ekspektasi yang berbeda di mata konsumen.”

Dalam sebuah studi bertajuk “Insurance Technology Survey 2019” yang dilakukan DSResearch, mengemukakan fakta bahwa sebenarnya pendekatan teknologi untuk distribusi produk asuransi dipahami cukup baik. Dari 1296 responden pengguna produk asuransi, 70% di antaranya familiar dengan “insurtech”. Sebagian besar mendefinisikan sebagai layanan digital yang memudahkan proses pencarian informasi, pendaftaran layanan, dan klaim.

Sebagian besar responden juga setuju, bahwa hadirnya insurtech memberikan kemudahan berarti untuk kebutuhan mereka terkait produk asuransi.

Temuan DSResearch tentang testimoni pengguna terhadap insurtech di Indonesia
Temuan DSResearch tentang testimoni pengguna terhadap insurtech di Indonesia

Potensi pertumbuhan bisnis

Dari catatan Lifepal, pasar asuransi di Indonesia tumbuh 2 digit setiap tahunnya. Salah satunya dipengaruhi bertambahnya golongan masyarakat kelas menengah di Indonesia, mereka semakin sadar dan memiliki pemahaman finansial yang baik. Kondisi ini dilihat sebagai potensi besar bagi para pemain insurtech untuk bermanuver.

“Produk keuangan dan asuransi secara khusus akan terus berkembang seiring bertumbuhnya literasi finansial masyarakat. Kami percaya, fintech akan menjadi the next big thing,” imbuh Benny.

Kondisi tersebut membuat persaingan pun semakin menguat, sehingga setiap pemain perlu membentuk value proposition-nya agar tetap diminati pasar. Untuk Lifepal sendiri, Benny mengungkapkan ada tiga hal yang terus dioptimalkan. Pertama terkait inventory, ia mengklaim saat ini termasuk yang terlengkap di Indonesia, mengakomodasi ratusan hingga ribuan pilihan produk asuransi. Kedua, Lifepal mencoba menawarkan layanan secara menyeluruh, dari proses mencari informasi, pembelian, hingga bantuan setelah pembelian dan jika ada kesulitan klaim dan kendala dengan pihak perusahaan asuransi.

Dan poin ketiga, Lifepal berusaha secara objektif memberikan perbandingan dan ulasan produk dari sudut pandang perencana keuangan tersertifikasi. Untuk itu, mereka saat ini masih ingin fokus pada produk asuransi saja, belum berminat memperluas cakupan ke produk finansial lainnya. “Saat ini kami fokus memberikan pelayanan terbaik untuk customer yang mencari produk asuransi,” terang Benny.

We+ mengklaim sebagai marketplace asuransi pertama yang meluncurkan aplikasi, layanan chatbot "Hana", dan menerapkan artificial intelligence (AI)

Marketplace We+ Menawarkan Produk Asuransi Terkurasi dengan Nuansa Teknologi

Bertujuan menghadirkan produk asuransi terkurasi dengan mengedepankan teknologi, marketplace We+ resmi meluncur di Indonesia. Didirikan pada pertengahan tahun 2018, We+ mengklaim sebagai marketplace asuransi pertama yang meluncurkan aplikasi, layanan chatbot “Hana”, dan menerapkan artificial intelligence (AI) untuk tampilan yang lebih personal kepada pengguna.

Kepada DailySocial, CEO dan Founder We+ Fifi Henirawati Hoo mengungkapkan, agar membedakan platform We+ dengan layanan serupa yang sudah hadir sebelumnya di Indonesia, We+ mengklaim mampu memangkas pengeluaran perusahaan asuransi yang hingga saat ini masih melakukan kegiatan secara konvensional untuk menjualkan produk asuransinya dengan mengadopsi teknologi.

“Kita ingin mengajak pengguna dan perusahaan asuransi memanfaatkan sepenuhnya cara-cara digital untuk menjual, mempromosikan dan memilih produk asuransi yang sesuai dengan pendekatan secara personal di aplikasi dan situs,” kata Fifi.

Menjalin kemitraan dengan Alfamart dan AXA

Saat ini aplikasi We+ untuk Android sudah bisa diunduh, sementara untuk platform iOS bisa diakses dalam waktu dua hari ke depan. Sejak pertama kali diluncurkan, We+ sudah memiliki sekitar 3 ribu pengunduh aplikasi dengan active user sekitar 400 orang. Untuk memudahkan pengguna, We+ juga telah meluncurkan situs setelah pengembangan aplikasi mobile.

We+ memiliki 4 kategori asuransi yang bisa dipilih, yaitu asuransi personal accident, asuransi kendaraan bermotor, extreme sport, dan asuransi travel. Semua produk asuransi tersebut dikurasi secara khusus, termasuk menggandeng Axa, Zurich, Mega Insurance,  dan Jagadiri ACA Asuransi.

Untuk pilihan pembayaran, We+ menawarkan pilihan pembayaran melalui virtual account, kartu kredit, dan melalui gerai Alfamart di seluruh Indonesia.

“Kerja sama dengan Alfamart sengaja kita lakukan untuk bisa memudahkan pengguna melakukan pembayaran memanfaatkan gerai-gerai Alfamart di seluruh Indonesia. Saat ini sendiri gerai Alfamart sudah berjumlah sekitar lebih dari 13 ribu gerai di seluruh Indonesia,” kata Fifi.

Untuk strategi pemasaran, selain memanfaatkan pemasaran secara digital, We+ juga terus memperluas kolaborasi dengan perusahaan asuransi, institusi keuangan hingga perusahaan terkait lainnya. Harapannya akan lebih banyak orang yang melakukan pembelian produk asuransi secara online.

Application Information Will Show Up Here