Tag Archives: internet infrastructure

Fiber Optik Facebook Indonesia

Bersama Mitra Lokal, Facebook Bangun Jaringan Fiber Optik di Indonesia

Facebook memperluas program Facebook Connectivity ke Indonesia dengan mengget Alita Praya Mitra, perusahaan penyedia jaringan infrastruktur lokal. Facebook ingin membangun jaringan infrastruktur fiber optik sepanjang 20 ribu kilometer untuk meningkatkan konektivitas buat lebih dari 10 juta masyarakat Indonesia.

Direktur Utama Alita Teguh Prasetya menjelaskan, target pembangunan ini akan diarahkan ke Bali, Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Masuk ke kota tier dua dan tiga karena di sana masih ada pasar yang belum bisa dijangkau oleh perusahaan operator dalam menyediakan layanan broadband.

Alita dan Facebook akan menanamkan investasi untuk ketersediaan dan efisiensi distribusi serat backhaul yang lebih baik. Alita akan sepenuhnya memiliki, membangun, memelihara dan mengoperasikan jaringan fiber green field dan menyediakan kapasitas besar untuk operator jaringan seluler dan penyedia jasa internet. Facebook akan memberikan dukungan untuk proses perencanaan jaringan fiber tersebut.

“Dengan tools dari Facebook, pembangunan jaringan ini menjadi lebih cepat dan lebih efisien. Mereka juga mentransfer teknologinya agar bisa kami gunakan secara gratis,” kata Teguh seperti dikutip dari Liputan6.

Teguh melanjutkan dukungan dari Facebook kepada perusahaan tidak hanya dari sisi materi saja. Namun juga sisi teknologi, termasuk transfer pengetahuan. Dia bilang investasi yang diberikan kepada Alita nominalnya kurang dari $100 juta atau hampir 1,5 triliun Rupiah.

“Ini sebagai long term investasi Facebook Connectivity,” katanya dikutip dari Merdeka.com.

Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari mengatakan kerja sama ini penting karena sekitar 3,5 miliar orang di dunia belum terhubung dan merasakan manfaat internet broadband.

“Kami terus mencari model-model baru, kami terus mencari teknologi baru, mitra bisnis baru, dan tentu mitra-mitra strategis di seluruh dunia untuk bagaimana kita bisa addressing problem tersebut,” terang Ruben.

Dia juga menegaskan peran Facebook Connectivity dalam kerja sama bukan sebagai provider. Perusahaan akan memberi dukungan teknologi seperti analitik dan infrastruktur.

Saat ini pembangunan infrastruktur sudah dimulai untuk tahap pertama sepanjang 3 ribu kilometer di Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi. Pada fase ini nantinya akan menghubungkan 10 juta orang dengan akses internet terbaik.

Adapun Alita kini memiliki akses fiber optik sepanjang lebih dari 3 ribu pembangunan di 40 kota dari enam provinsi, a.l: Denpasar, Bandung, Cilegon, Cirebon, Malang, Manado, Semarang, Serang, Solo, Surabaya dan Tegal.

“Melalui kemitraan ini, kami dapat mendukung 56 kota di 8 provinsi pada akhir 2021. Alita akan terus mengembangkan infrastruktur jaringan akses telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan para penyedia layanan telekomunikasi dan ICT,” imbuh Teguh.

Kancah Facebook Connectivity

Facebook Connectivity adalah program internal dari perusahaan untuk mengatasi soal konektivitas. Dalam perjalanannya, sebelum masuk ke Indonesia, Facebook telah berinvestasi ke berbagai negara, seperti Meksiko, Kolombia, Kongo, Peru dan Brazil; mayoritas masuk ke negara Afrika atau lainnya dengan tingkat ekonomi yang rendah.

Sumber: Facebook Connectivity
Sumber: Facebook Connectivity

Dalam rangkaian program ini, Facebook memiliki berbagai inisiatif. Di antaranya mendirikan Telecom Infrastructure Project (TIP) bersama perusahaan telekomunikasi tersohor seperti Vodafone dan Telefonica. TIP fokus pada pengembangan alternatif teknologi komunikasi yang membuat harga data jauh lebih murah, sehingga lebih banyak orang yang terjun ke dunia online.

Berikutnya ada Terragraph yang lebih diarahkan pada pengembangan solusi konektivitas nirkabel bandwidth tinggi dan murah untuk pusat kota. Malaysia, Puerto Rico, California menjadi contoh negara yang sudah menjajal layanan ini.

Layanan lainnya ada Analytics, Free Basics, High Altitude Connectivity, Internet Exchange Points, Magma, OpenCellular, Rural Access dan Express Wi-Fi. Inti dari seluruh layanan di sini adalah bagaimana orang bisa mengakses internet di manapun lokasi mereka.

Menurut laporan dari 2019 EIU Internet Inclusivity Index, diestimasi ada 3,8 miliar orang di dunia yang belum memiliki koneksi internet yang cepat dan andal. Penelitian ini juga mengungkap dari tahun-tahun sebelumnya, kemajuan teknologi telah berhenti yang menghasilkan kesenjangan digital.

Meskipun layanan internet seluler terus meningkat, masih banyak negara dengan tingkat pendapatan perkapita yang rendah mengalami pertumbuhan yang melambat.

Visi Facebook dalam menghubungkan dunia dengan jaringan internet tentu adalah hal yang mulia. Tapi bisa menjadi perhatian khusus di balik seluruh rencananya ini. Sebab, semakin banyak orang di internet, semakin banyak penambahan pengguna Facebook.

Platform dapat memanfaatkan data-data tersebut untuk membuat algoritma yang jauh lebih canggih, untuk memprediksi bagaimana Anda menanggapi iklan dan bagaimana Anda akan berperilaku.

Facebook bisa memprediksi siapa kandidat yang kemungkinan bakal Anda pilih saat pesta politik. Bahkan saat ini, juga terjadi di Indonesia, akun Facebook bisa menjadi salah satu komponen dalam menentukan skoring kredit saat mengajukan pinjaman. Berapa bunga dan limit yang tepat sesuai dengan jejak online calon nasabah.

Pada akhirnya, pendapatan iklan yang bisa dihimpun Facebook akan semakin tebal. Forbes melaporkan, Facebook mengantongi pendapatan dari iklan sebesar $70 miliar pada tahun lalu. Bila dirata-rata, pendapatan iklan yang dikantongi dari tiap pengguna adalah $7,26 untuk per kuartalnya.

Application Information Will Show Up Here

Antusiasme UKM di Luar Jabodetabek Mengadopsi Teknologi Digital

DailySocial mendatangi sebuah penjual chicken wings di Jalan Kaliurang Yogyakarta. Ukuran kedainya tidak besar namun cukup ramai dipadati pelanggan, terutama yang memesan lewat jasa GO-FOOD. Ketika hendak melakukan pembayaran, penjual tersebut memasukkan data pesanan kami melalui sebuah tablet Android dan mencetak sebuah invoice melalui printer mini yang tersambung dengan perangkat tersebut.

Apa yang ada di tablet merupakan sebuah aplikasi SaaS (Software as a Services) berbentuk POS (Point on Sales) untuk merekapitulasi seluruh transaksi yang dilakukan. Layanan yang diakses secara online ini juga difungsikan untuk menyatukan sistem rekapitulasi antar kedai yang dimiliki agar seluruh transaksi terekam dalam satu buah pembukuan kas arus keluar dan masuk yang mudah dikontrol.

Seorang produsen batik tulis di Rembang, Jawa Tengah, mengungkapkan omzet hariannya sangat terbantu sejak ia memanfaatkan platform marketplace online Bukalapak dan Shopee. Salah satu alasannya adalah fleksibilitas dalam mengatur harga dan keuntungan yang ingin didapat. Cakupan pasarnya pun semakin luas.

Meskipun demikian, ia kadang masih merasa takut. Dengan dipublikasikan secara digital, desain karyanya akan mudah dijiplak. Kebetulan batik yang diproduksinya mempunyai ciri khas di desain dan tergolong edisi terbatas.

Adopsi teknologi di daerah

Bisnis digital terus melakukan perluasan pasar, menyusur kota-kota kecil di luar Jabodetabek untuk memaksimalkan keuntungan sembari berharap menciptakan sebuah tren baru di tengah masyarakat konsumtif di daerah. Yang saat ini sedang gencar salah satunya layanan on-demand dan e-commerce, termasuk beberapa startup digital yang sengaja menyasar potensi pasar di luar kota besar.

Untuk menggambarkan bagaimana para pebisnis melakukan pendekatan digital, kami melakukan survei terhadap 139 responden yang mengaku sedang menjalankan sebuah bisnis di daerahnya masing-masing. Responden berasal dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Lampung, hingga Bangka Belitung.

Pemanfaatan media sosial

Pertama, kami menanyakan apakah saat ini mereka memanfaatkan media sosial untuk mendorong promosi bisnis. Sebanyak 77,61 dari responden menyatakan telah memanfaatkan media sosial untuk membantu mempromosikan bisnisnya. Facebook dan Instagram masih menjadi platform yang paling mendominasi.

Selanjutnya mengenai pemanfaatan situs jual beli online. Sebanyak 57,21% dari responden memanfaatkan layanan e-commerce atau online marketplace untuk meningkatkan traksi penjualan produk. Diurutkan dari yang paling banyak digunakan, situs yang paling banyak digunakan adalah Tokopedia (68.7%), Bukalapak (58.26%), Shopee (42.61%), Lazada (37.39%), BliBli (18.26%), dan situs lainnya (16.52%).

Kami juga menanyakan tentang efektivitas penggunaan teknologi secara umum, sebanyak 57,71% responden mengaku bahwa teknologi cukup berperan untuk membantu bisnis mereka berkembang. Dari beberapa kategori teknologi, alat komunikasi seperti email berbayar yang paling banyak digunakan.

Penggunaan e-commerce

Peluang baru

Pengrajin batik di Rembang tersebut kini dapat menawarkan langsung produk karyanya kepada seluruh masyarakat di penjuru Indonesia, tidak hanya sebatas di lingkungan tertentu saja layaknya ketika ia menitipkan barang dagangannya ke toko aksesoris di kotanya. Pun demikian dengan kedai chicken wings di Yogyakarta. Dengan ilmu analisis sederhana, mereka bisa menemukan tren penjualan untuk menentukan seberapa banyak bahan baku yang perlu disiapkan dalam hari-hari tertentu. Bisnis makanan lebih berisiko jika stok tersisa terlalu banyak.

Di Yogyakarta, DailySocial juga mengamati sebuah tren unik dari ekspansi layanan pesan antar makanan ala GO-FOOD. Ada beberapa tipe penjual makanan yang kini tidak memfokuskan kepemilikan warung atau kedai untuk berjualan. Sampel makanan difoto dengan estetika yang sangat menarik kemudian diunggah ke dalam aplikasi. Pemesanan hanya bisa dilakukan melalui aplikasi, jadi secara fisik tidak ada kedai yang digunakan untuk melayani pembelian yang langsung dimakan di tempat.

Sangat menarik ketika teknologi dapat digerakkan untuk menciptakan peluang baru dan dimulai dengan cara yang sangat efisien. Umumnya pelaku bisnis kuliner ketika akan membuka layanan dipusingkan dengan investasi untuk tempat dan seabrek kebutuhan mebel yang harus dibeli. Mereka kini bisa fokus pada produk masakan dan menjualnya tanpa harus melalui kedai fisik. Cukup dari rumah masing-masing.

Permasalahan yang muncul

Penerapan teknologi oleh para penjual di kota-kota non metropolitan bukan tanpa masalah. Meski membawa peluang baru, penerapan teknologi masih terhambat oleh dua masalah mendasar,  kemampuan teknis mengenai penggunaan teknologi dan infrastruktur. Hal ini dirasakan benar Agit, salah seorang pengrajin batik tulis di Rembang yang dipusingkan dengan pengetahuannya yang minim mengenai teknologi digital, ditambah lagi dengan konektivitas internet (mobile) yang belum stabil.

Masalah pertama mulai teratasi dengan rajin mengikuti pelatihan atau kumpul komunitas untuk memaksimalkan penjualan. Dua topik utama biasanya mengenai promosi, membangun brand, dan menjual barang melalui toko online atau marketplace.

Masalah yang kedua, yakni infrastruktur, dirasa sangat menghambat, padahal Rembang terletak di Jawa Tengah yang seharusnya sudah memiliki infrastruktur teknologi yang cukup memadai. Menurut Agit, penjualan online sangat dipengaruhi respon terhadap permintaan dan percakapan yang dilakukan dengan pembeli. Terlalu lama merespon pasti bisa berimbas pada kepuasan pembeli.

Infographic Transformasi Digital

Pekerjaan rumah

Gambaran yang kita temui di lapangan tentang pemanfaatan teknologi memberikan harapan bagi bisnis (apapun) untuk berkembang, termasuk mempermudah proses pemesanan dan pengelolaan keuangan. Pengalaman pengguna dan efisiensi manajemen menjadi dua hal yang langsung terdongkrak. Di sisi pemasaran dan penjualan, mereka sangat terbantu dengan adanya media sosial dan layanan e-commerce.

Meskipun demikian, berdasarkan pengalaman mereka di lapangan, infrastruktur internet yang menjadi tulang punggung ternyata masih menjadi kendala di berbagai pelosok. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama, baik bagi regulator maupun penggiat ekosistem. Infrastruktur dan edukasi adalah kunci pemanfaatan teknologi untuk membantu para UKM meningkatkan daya saing dan berkompetisi di tataran nasional, bahkan global.