Tag Archives: investment strategy

Selama tiga tahun mendatang, SoftBank berkomitmen mengucurkan dana hingga $5 miliar untuk pengembangan startup di Indonesia

Strategi Investasi SoftBank di Startup Teknologi

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, tahun ini Softbank (melalui dana kelolaannya) menjanjikan menggelontorkan dana $2 miliar ke (startup-startup) Indonesia, kemudian akan menambahkan lagi $2-3 miliar di tahun-tahun mendatang.

“Jadi mungkin 5 miliar dollar AS dalam waktu tiga tahun ke depan,” terang Luhut.

Suatu nilai yang sangat besar dalam bentuk komitmen ke suatu negara.

Agenda investasi yang sudah pasti dari SoftBank adalah pengembangan Grab dan Tokopedia. Dielaborasi dengan misi pemerintah, penguatan bisnis tersebut dinilai dapat menunjang berbagai layanan penting dan proyek infrastruktur.

“Kami akan membuat kantor pusat Grab di Indonesia, dan juga berinvestasi $2 miliar melalui Grab. Tetapi kita akan berinvestasi lebih banyak ke Indonesia,” jelas Founder & CEO SoftBank Masayoshi Son sesaat sehabis bertemu Presiden Joko Widodo.

Dengan kantor pusat keduanya di Indonesia, Grab akan mengupayakan peningkatan produk. Di sini mereka akan fokus melakukan riset dan pengembangan. Produk seperti GrabFood, seperti disampaikan Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata. akan menjadi perhatian utama.

Masih sebatas rumor, SoftBank juga akan berinvestasi ke sejumlah startup lain. Nama yang sudah dimunculkan adalah startup pendidikan Ruangguru dan startup di bidang kelautan Aruna.

Dimulai dari IPO Alibaba

Perjalanan kewirausahaan Son sudah dimulai sejak berstatus mahasiswa di University of California, Berkeley pada tahun 1970-an. Bersama rekannya ia menjual mesin penerjemah hingga alat permainan (game). Tahun 1981 ia kembali ke Jepang dan mendirikan SoftBank sebagai perusahaan distributor software komputer. IPO di tahun 1994 berhasil membuat modal usahanya meningkat tajam, lalu dilanjutkan ekspansi.

Keyakinan Son pada produk komputer semakin meningkat dan membawa SoftBank menjadi perusahaan telekomunikasi dan internet terkemuka di Jepang. Di era internet pada 1990an bisnisnya melejit. Pada tahun 2000 ia memutuskan untuk berinvestasi $20 juta ke Alibaba dengan kepemilikan 26% saham.

Alibaba Marketcap
Perkembangan terkini kapitalisasi pasar Alibaba Group

Alibaba adalah tonggak penting bagi Son. Termasuk meningkatkan kepercayaan para investor hingga pada tahun 2016 ia merilis Vision Fund. Kala itu bernilai $95 miliar, termasuk didukung dana investasi publik Arab Saudi dan Abu Dhabi. Fokus investasinya pada putaran pendanaan tahap akhir di perusahaan teknologi yang hampir IPO. Tentu semangat para pemberi dana ventura adalah mendapatkan kesempatan masuk di lantai bursa berikutnya, mengulang kesuksesan Alibaba.

Tahun ini punya dana investasi $180 miliar

Bulan Juli 2019 lalu, melalui inisiatif SoftBank Vision Fund 2, Masayoshi Son mengumumkan bahwa mereka telah mengumpulkan dana sekitar US$180 miliar. Perusahaan multinasional seperti Apple, Foxconn, Microsoft hingga Standard Chartered Bank turut berpartisipasi sebagai investor. Sebagian besar dana akan diinvestasikan kepada startup dan/atau perusahaan dunia yang mendukung percepatan revolusi teknologi kecerdasan buatan.

SoftBank adalah investor awal di Yahoo Jepang dan Alibaba. Sejak saat itu mereka melanjutkan pertaruhan untuk berinvestasi pada perusahaan teknologi dan telekomunikasi di dunia. Klook, Oyo, Tokopedia, Slack, ARM, Nvidia, WeWork, Didi dan Grab adalah beberapa perusahaan yang sudah masuk dalam portofolionya.

SoftBank Group
Gambaran bisnis SoftBank Group

Sepanjang paruh pertama tahun 2019, perusahaan sudah membukukan revenue bisnis melebihi 1.169 miliar Yen. Sub-sektor konsumer yang memberikan sumbangsih terbanyak.

Menjelang akhir tahun 2018, jaringan hotel Oyo resmikan debut di Indonesia. Langkah yang diambil cukup agresif, melihat riuhnya persaingan yang ada. Platform budget hotel seperti Airy, RedDoorz, hingga Zen Rooms terus jadi sorotan, dinilai menghadirkan disrupsi di sektor hospitality. Oyo telah bermitra dengan lebih dari 500 pemilik properti, mengelola lebih dari 530 hotel dan 12 ribu kamar di 52 kota di Indonesia.

Selain di Indonesia, jaringan hotel Oyo juga sudah ada di India, Tiongkok, Ameria Serikat, Jepang, Arab Saudi dan 9 negara lainnya. Dengan dukungan penuh dari Vision Fund, perusahaan ditargetkan untuk menyaingi Marriott yang saat ini menjadi jaringan hotel terbesar di dunia.

SoftBank Vision Fund
Nilai dan partisipan Vision Fund yang digagas SoftBank / Cruchbase, CBInsights, DailySocial

September 2019 nanti, puluhan founder dan eksekutif startup/perusahaan di naungan portofolio SoftBank dikabarkan akan berkumpul di Los Angeles. Pertemuan privat ini akan membahas ambisi Son untuk membangun ekosistem bisnis yang memungkinkan antar perusahaan dapat saling bersinergi guna mengakselerasi pertumbuhan bisnis yang lebih pesat.

Bagi perusahaan yang masuk dalam portofolio Vision Fund, dukungan ekspansi global menjadi yang diharapkan. Seperti yang diungkapkan CFO SoftBank Vision Fund Navneet Govil, dana yang dikucurkan memang selalu ditargetkan agar perusahaan terkait dapat meningkatkan skala bisnis, fokus Vision Fund adalah pada growth. Tak ayal perusahaan penerimanya melakukan berbagai cara untuk mencapai target tersebut, termasuk melalui akuisisi.

Enam Hal Pendukung yang Harus Jadi Fokus Investasi Startup

Merintis bisnis itu adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan. Data statistik menyebut, lebih dari setengah perusahaan startup gagal berjalan dalam lima tahun pertamanya sepanjang tahun lalu. Hasil ini jauh lebih baik daripada menjalankan bisnis konvensional, di mana setengah total perusahaan gagal hanya dalam kurun waktu setahun pertamanya dimulai.

Tidak ada alasan yang secara konsisten menyebut alasan di balik gagalnya perusahaan karena ada banyak faktor berbeda yang dapat mempengaruhinya. Namun, satu kegagalan yang pasti terjadi adalah kurangnya modal untuk berinvestasi. Jika Anda tidak memiliki uang yang cukup untuk dibelanjakan, maka bisnis Anda kemungkinan dalam waktu dekat akan gagal.

Berikut ini adalah enam unsur yang perlu diinvestasikan jika Anda ingin bisnis startup berjalan sukses:

1. Desain

Investasi untuk desain bisnis Anda sangat penting jika perusahaan ingin sukses. Sebagian besar usaha kecil tidak memperhatikan investasi mereka untuk keperluan desain grafis karena dianggap tidak penting. Strategi ini tidak benar. Sebenarnya, desain itu diperhatikan sekali oleh pelanggan sebelum mereka mengenal produk Anda. Temuan ini menurut penelitian yang dilakukan oleh Missoury University of Science and Technology.

Anda bisa meminta bantuan dari perusahaan desain terkemuka dan terkenal, agar hasil desain yang Anda harapkan sesuai dengan perusahaan. Semua hal ini memerlukan investasi yang solid, jika Anda ingin bisnis kecil sukses dan memiliki reputasi baik dengan klien dan bisnis Anda menjadi perusahaan profesional yang menonjol.

2. Pemasaran

Berhubungan erat untuk merancang, memasarkan bisnis Anda adalah aspek lain yang perlu diinvestasikan dengan benar. Jangan coba dan melakukannya sendiri jika Anda tidak berkualifikasi atau terampil. Pemasaran itu sangat penting bagi kesuksesan usaha kecil Anda, terutama jika Anda bekerja di bidang yang sudah dipenuhi dengan bisnis serupa seperti Anda.

Pasalnya, pemasaran itu mencakup target konsumen Anda. Sehingga, Anda harus memastikan bahwa strategi yang dipakai relevan dan dapat diakses oleh konsumen. Tak hanya itu, Anda harus selalu konsisten dengan nada iklan yang dipakai. Tindakan ini akan berdampak pada penjualan jadi lebih maksimal.

3. Teknologi

Teknologi adalah investasi berharga lainnya yang harus Anda lakukan dalam bisnis startup Anda. Semua orang tahu betapa pentingnya teknologi bagi kehidupan modern. Namun sayangnya, tidak banyak orang yang tahu betapa pentingnya teknologi bagi bisnis. Anda perlu banyak mengeluarkan investasi untuk pengembangan teknologi di bisnis Anda. Jika tidak, reputasi dan pendapatan Anda akan terabaikan hingga akhirnya mati dengan sendirinya.

Ada banyak teknologi yang bisa Anda terapkan. Untuk itu, Anda perlu sesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, program untuk pemesanan instan, sistem organisasi dokumen, dan sistem pengelolaan konten, cenderung memiliki efek instan terhadap produktivitas kerja Anda.

Salah satu contoh pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kepuasan konsumen adalah situs yang informatif. Artinya, situs tidak hanya dirancang untuk menyenangkan mata saja, namun juga harus berinsi informasi penting tentang perusahaan Anda. Jika Anda gagal menyediakan ini, maka Anda akan kehilangan pelanggan dan reputasi.

Intinya, jangan simpan uang Anda saat berhubungan dengan teknologi. Jika Anda terlalu berhemat, ditakutkan Anda akan menyesal kemudian hari.

4. Bantuan legal

Banyak perusahaan startup gagal mempertahankan penasihat hukum karena mereka menyebutnya sebagai biaya yang tidak perlu. Nasihat hukum itu sebenarnya cukup penting untuk kesuksesan bisnis Anda. Dengan menggunakan firma hukum bereputasi baik, Anda dapat melindungi diri dari masalah hukum potensial. Misalnya, saat menulis atau meninjau kontrak hukum, demi memastikan Anda tidak melanggar undang-undang apapun dan melakukan mediasi jika terjadi perselisihan.

Tanpa bantuan tenaga profesional, Anda membuka diri terhadap segala tindakan hukum potensial yang kemungkinan bakal terjadi. Bahkan, dapat mengakibatkan bisnis Anda jadi mati sebelum sukses.

5. Jasa akuntan

Akuntansi adalah hal lain yang perlu Anda investasikan. Dengan memiliki seorang akuntan, Anda dapat mengoptimalkan bisnis, mengurangi pemborosan, dan inefisiensi yang membatasi gerak perusahaan.

Jika Anda gagal melakukan investasi untuk hal ini, kemungkinannya Anda akan memiliki bisnis yang tidak efisien. Juga, tidak efektif karena Anda menghabiskan uang ke tempat yang sebetulnya tidak membutuhkan investasi baru.

6. Asuransi

Meskipun hal ini mungkin tidak tampak jelas bagi Anda, namun Anda perlu menginvesasikan uang dalam cakupan asuransi yang sesuai kebutuhan. Banyak orang yang mengejek saran dari asuransi dengan beralasan bahwa hal ini tidak diperlukan kecuali Anda menghasilkan serius dengan bisnis sendiri.

Alasan ini mungkin benar untuk beberapa bisnis kecil. Jika Anda adalah reseller untuk sebuah layanan e-commerce, maka asuransi mungkin tidak sesuai untuk Anda. Namun, jika Anda ingin bisnis tumbuh, maka Anda perlu mengeluarkan uang untuk asuransi.

Sebab pada dasarnya, bencana itu bisa menyerang kapan saja. Jika Anda tidak memiliki asuransi, Anda bakal tidak siap dengan segala bencana yang muncul.

Secara keseluruhan, Anda perlu berinvestasi jika ingin bisnis sukses. Tanpa investasi uang yang tepat, Anda akan tampak tidak profesional dan kehilangan binsis melalui inefisiensi dan kurangnya reputasi. Jika Anda tidak dapat melakukan investasi untuk salah satu dari enam hal di atas, mungkin Anda perlu mengevaluasi kembali peluang bisnis agar sukses.

Dua Hal yang Perlu Disiapkan Founder sebelum Bertemu Calon Investor

Bagi founder startup, mencari investor bisa menjadi alternatif yang dapat ditempuh saat dana bootstrapping mulai menipis. Namun hal-hal apa saja yang perlu disiapkan para founder sebelum bertemu mereka?

Edisi #SelasaStartup pekan kedua Agustus 2017 yang diselenggarakan DailySocial menghadirkan angel investor dari ANGIN Stephanie Hermawan dan Analyst MDI Ventures Gani Lie. Menurut mereka, setidaknya ada dua hal yang perlu disiapkan para founder. Berikut rangkumannya:

1. Tunjukkan traksi untuk membuktikan model bisnis itu sukses

Stephanie mengungkapkan, pada dasarnya angel investor itu lebih menyukai investasi startup saat masih berada dalam tahap early stage. Setiap angel investor pun memiliki selera startup yang berbeda satu sama lainnya, terlebih lagi di ANGIN.

Secara pribadi, Stephanie menyukai startup digital maupun non-digital yang berorientasi pada dampak sosial. Salah satu startup yang pernah dia investasikan adalah Kitabisa.

Saat bertemu Kitabisa ataupun startup lainnya, Stephanie selalu menekankan bahwa founder startup harus mampu menghasilkan traksi saat perusahaannya baru berdiri. Menciptakan traksi sama artinya dengan membuktikan bahwa bisnis yang dijalani jelas terbukti dapat menghasilkan uang, tanpa harus didorong dari subsidi atau dana dari investor.

Dirinya mengaku selalu melihat startup digital atau bukan, sama halnya dengan bisnis tradisional. Makanya orientasi yang selalu dia tekankan adalah menciptakan traksi.

“Waktu saya investasi ke Kitabisa, saya lihat mereka sudah ada traksi meski baru tiga bulan berdiri. Artinya model bisnis mereka itu proven, terlihat dari traksinya. Meski mereka itu startup yang memiliki social impact, namun harus memiliki unsur bisnis agar perusahaannya bisa berlangsung lama,” ucapnya.

Ia menambahkan dengan memiliki traksi, startup tersebut dapat berdiri sendiri tanpa harus disokong bantuan dari investor. Hanya saja, pertumbuhannya tidak gencar. Hadirnya investor sekadar menjadi batu loncatan bagi startup tersebut untuk melangkah lebih cepat.

“Sebab banyak founder yang dirikan startup karena ingin mendirikan startup, banyak yang tidak paham apa tujuannya. Malah ada yang sekadar cari funding saja, tanpa memerhatikan startupnya sudah menciptakan traksi atau belum.”

2. Persiapan mental dari founder startup itu sendiri

Senada dengan Stephanie, Gani menambahkan bahwa dirinya selalu meminta founder startup untuk bertemu tatap muka sebelum pihaknya berinvestasi di tempat mereka. Menurut Gani, dengan tatap muka dia dapat melihat sendiri bagaimana ambisi founder dalam mengembangkan perusahaan mereka sendiri.

“Founder harus open minded. Idealism is good, but too much is hell. Sebab pada akhirnya founder itu harus mikirin revenue,” kata Gani.

Untuk mendapat investasi tahap awal, sambungnya, startup minimal sudah harus memiliki produk dan market. Dari situ akan terlihat apakah founder bisa mengeksekusi model bisnis yang dia percaya dengan menjual produknya atau tidak.

Bantuan dari investor, sambungnya, tidak hanya berbentuk finansial saja melainkan mentoring. Investor dapat mengarahkan arah bisnis seperti apa yang perlu diubah, produk seperti apa yang dibutuhkan pengguna, dan lainnya.

Untuk peserta startup yang tergabung dalam program inkubasi di Telkom, bila mereka memiliki bisnis yang cocok, bakal diintegrasikan dengan ekosistem yang dibutuhkan perusahaan.

“Akan kami lihat bagaimana sinerginya dengan Grup Telkom bila startup punya model bisnis yang bagus.”

MDI sendiri memiliki preferensi segmen sendiri untuk startup yang dibidiknya, yakni bergerak di produk telekomunikasi, business to business (B2B), big data, analytics, dan asuransi.

Strategi Mudah Investasi Bitcoin

Artikel ini adalah bagian dari seri edukasi Bitcoin oleh Luno (sebelumnya BitX) Indonesia.

Sebelumnya, kami telah membahas berbagai cara mendapatkan Bitcoin dan cara memastikan keamanan Bitcoin Anda. Jika Anda telah membeli Bitcoin, lantas strategi apa yang harus Anda ambil sebagai strategi investasi Bitcoin? Kami akan membahasnya lebih lanjut dalam artikel ini.

Pada awal kemunculannya, harga Bitcoin tidak lebih dari $1 atau Rp 10.000. Namun, perkembangan Bitcoin yang sangat pesat dan disertai dengan dukungan tokoh dunia seperti pernyataan Bill Gates, penerimaan Bitcoin di berbagai merchant global seperti Amazon, dan penulisan berita positif dari berbagai media internasional, membawa harga Bitcoin semakin melambung tinggi setiap tahunnya.

Harga Bitcoin yang sangat fluktuatif lalu menarik perhatian para investor. Berbagai ahli dan investor mencoba untuk memprediksi harga Bitcoin di masa yang akan datang, namun sebenarnya memprediksi harga Bitcoin tidak semudah memprediksi harga saham pada umumnya.

Lantas, setiap orang memiliki cara investasi Bitcoin yang berbeda-beda. Ada yang membeli Bitcoin dalam jumlah banyak pada satu waktu, lalu menyimpannya untuk beberapa tahun ke depan sebelum menjualnya kembali untuk mendapatkan keuntungan besar. Ada juga investor yang membeli sedikit Bitcoin dan langsung menjual ketika harga naik sedikit, walaupun keuntungan yang didapatkan tidak terlalu besar. Setelah itu, investor tersebut membeli dan menjual kembali dan mengulangi proses ini untuk terus mendapatkan keuntungan.

Biasanya, salah satu faktor penting yang menentukan strategi investasi Bitcoin seseorang adalah waktu yang dimilikinya.

Strategi investasi Bitcoin yang mudah dan menguntungkan

Bitcoin adalah aset investasi yang menggiurkan, namun tidak semua orang mengetahui cara investasi yang mudah dan menguntungkan. Salah satu metode investasi yang cocok dengan sifat Bitcoin adalah Dollar-Cost Averaging (DCA). Dengan mengikuti metode investasi Dollar-Cost Averaging (DCA), investor dapat melindungi diri dari fluktuasi harga dan resiko kerugian. DCA sendiri bukanlah strategi baru di dunia investasi. Berbagai investor telah menggunakan strategi investasi ini pada berbagai aset lain.

Apa itu dollar-cost averaging?

Dollar-cost averaging (DCA) adalah investasi yang dilakukan dengan membeli aset tertentu dalam jumlah yang tetap dan jadwal yang teratur, tanpa melihat harga aset. Investor membeli dengan modal yang tetap, sehingga investor mendapatkan lebih banyak aset ketika harga rendah, dan lebih sedikit aset ketika harga tinggi.

Misalnya Anda menetapkan Rp 1.000.000 sebagai modal investasi Anda tiap bulan, maka Anda akan tetap menginvestasikan jumlah tersebut setiap bulan, tanpa memperdulikan apakah harga Bitcoin sedang naik atau sedang turun. Jadi, ketika harga Bitcoin sedang turun, Anda akan mendapatkan lebih banyak Bitcoin dengan membayarkan Rp 1.000.000,-, ketika harga sedang naik, Anda akan mendapatkan lebih sedikit Bitcoin.

Dengan dollar-cost averaging (DCA), Anda akan lebih fokus pada strategi investasi jangka panjang. Anda tidak perlu memikirkan harga naik turun yang terjadi tiba-tiba, asalkan Anda tetap bertahan pada rencana investasi yang teratur. Lalu, bagaimana perhitungan keuntungannya? Di bawah ini, kami memberikan contoh perbandingan strategi investasi dengan lump sum dan dollar cost averaging (DCA).

1) Investasi dengan strategi LUMP SUM
Misalkan Anda membeli Bitcoin pada awal tahun dengan uang Rp. 120.000.000,- ketika harga Bitcoin adalah Rp. 5.000.000,- per BTC. Artinya, Anda telah membeli 24 Bitcoin (Rp. 120.000.000 dibagi Rp. 5.000.000).

Pada akhir tahun, harga naik menjadi Rp. 6.000.000 per BTC. Anda memiliki 24 Bitcoin maka total keuntungan Anda adalah Rp 24.000.000,- (24 * Rp 6.000.000 = Rp 144.000.000,- dan modal awal Anda adalah Rp 120.000.000,-).

ROI (Return of Investment) atau keuntungan Anda adalah 20%.

2) Investasi dengan strategi Dollar Cost Averaging (DCA)
Jika Anda menggunakan metode DCA, mari misalkan Anda membeli dengan uang Rp 10.000.000,- setiap bulan selama 12 bulan, tanpa melihat berapa harga pada bulan itu. Ketika harga Bitcoin turun, berarti Anda membeli lebih banyak Bitcoin, dan ketika harga Bitcoin naik, berarti Anda membeli lebih sedikit Bitcoin. Namun jumlah total yang Anda keluarkan adalah Rp. 120.000.000, sama seperti contoh 1.

Investasi jumlah yang sama setiap bulannya
Investasi jumlah yang sama setiap bulannya

Pada kasus ini, Anda membeli total 24.29 Bitcoin, karena Anda secara konsisten melakukan investasi (di contoh ini, membeli ketika harga turun).

Lalu pada akhir tahun, aset Anda bernilai 24.29 x Rp 6.000.000,- = Rp. 145.740.000,-. Anda telah mendapatkan keuntungan sebesar Rp 25.740.000, yaitu ROI sebanyak 22% (2% lebih banyak dari contoh sebelumnya).

Dengan dollar-cost averaging, Anda akan mengurangi resiko pasar dan membangun investasi Bitcoin Anda seiring berjalannya waktu, tanpa terlalu bergantung pada tren pergerakan harga pasar Bitcoin. Anda juga akan menghemat waktu memprediksi dan memonitor harga Bitcoin dari waktu ke waktu.

Hal yang perlu Anda ingat

  • Dollar-cost averaging adalah strategi yang lebih sesuai untuk investor dengan toleransi resiko yang lebih rendah dan visi investasi jangka panjang.
  • Strategi ini lebih sesuai jika digunakan dalam jangka waktu yang lama dengan investasi yang bersifat fluktuatif seperti Bitcoin.
  • Strategi ini tidak menjamin keuntungan besar atas investasi Anda. Intinya adalah untuk tidak menggunakan emosi dan melihat investasi dengan perspektif jangka panjang.
  • Bitcoin adalah aset yang cocok untuk mencoba metode dollar-cost averaging. Harga sedikit lebih fluktuatif dari aset lain dan prospek jangka panjang adalah sifat unik Bitcoin.

Tidak ada strategi investasi yang sempurna, jadi penting bagi setiap investor untuk terbuka akan ide-ide lainnya dan mencoba berbagai metode investasi yang sesuai dengan karakteristik para investor dan juga karakteristik aset investasi.

Selamat melakukan investasi Bitcoin!


Sebelumnya dikenal dengan nama BitX, Luno adalah platform jual, beli, kirim, terima, dan simpan Bitcoin di Indonesia. Luno tersedia di website, iOS, dan Android.

MDI Ventures Lirik Investasi di Bidang Sekuriti Siber dan IoT

MDI Ventures, corporate venture capital dari Telkom, mengungkapan pihaknya sedang melirik investasi di perusahaan bidang sekuriti siber (cyber security) dan Internet of Things (IoT) pada tahun ini. Investasi tersebut merupakan bidang baru yang belum pernah dimasuki perusahaan sejak pertama kali luncurkan pada Februari 2016.

Fokus investasi perusahaan ini, sejalan dengan rencana kerja MDI Ventures yang ingin memfokuskan investasi di perusahaan digital terkemuka dan high-target dengan vertikal bisnis bergerak di pengadaan solusi untuk perusahaan, pemerintah, dan UKM, keamanan siber, internet mobile, dan IoT.

“Kami melirik perusahaan di bidang cyber security dan IoT. Untuk market Indonesia, kedua vertikal ini hampir sepenuhnya di-drive oleh demand dari sisi B2B (serta B2G). Oleh karena itu, butuh strategic investor yang bisa membantu startup untuk membangun bisnis dengan perusahaan besar (BUMN dan swasta) dan pemerintah,” terang CEO MDI Ventures Nicko Widjaja kepada DailySocial.

Tak hanya mengincar di dua sektor tersebut, perusahaan juga akan lebih agresif menghasilkan synergy value dari kolaborasi startup dengan Telkom, tidak hanya semata-mata agresif dari jumlah perusahaan yang akan diinvestasikan saja.

Menurut Nicko, hal itu akan diwujudkan dengan dua langkah. Pertama, untuk investasi langsung dari growth fund perusahaan, jumlah perusahaan baru yang akan mendapat dana investasi kurang lebih sama dengan tahun lalu. Namun dengan rata-rata nilai investasi yang lebih besar dan preferensi terhadap stage yang lebih matang.

Kedua, perusahaan juga akan lebih agresif di pendanaan tahap awal (seed) melalui follow on funding ke startup yang berpartisipasi di Indigo Accelerator.

Sebagai gambaran, ada 11 perusahaan yang mendapat kucuran dana segar dari MDI Ventures pada tahun lalu. Sembilan di antaranya adalah Geniee (Jepang), mClinica (Filipina), NComputing (Amerika Serikat), aCommerce (Thailand), Ematic (Singapura), RedDot Payment (Singapura), Adskom, Kata.ai, Goers (ketiganya dari Indonesia).

Sebelumnya, Nicko sempat mengungkapkan rencananya untuk berinvestasi di perusahaan “space tech” dari Amerika Serikat. Dari pemberitaan terakhir, nama perusahaan akan diungkapkan pada awal Desember tahun lalu.

“Kami akan menutup kesepakatan [investasi] dengan satu perusahaan space tech dari Amerika Serikat. Kami akan menjadi investor Indonesia pertama yang percaya bahwa era space tech akan datang ke sini. Perusahaan ini didirikan oleh mantan insinyur SpaceX,” katanya.

Pihaknya percaya dengan investasi ke sektor tersebut, sejalan dengan semakin banyaknya orang Indonesia yang sudah terhubung secara online sehingga kebutuhan coverage internet yang akan semakin luas dan cepat dalam beberapa tahun mendatang.

“Permintaan untuk terus terhubung dan cepat akan menjadi the biggest thing bersamaan dengan memasuki era digital. Di AS, pertumbuhan sektor ini telah berkembang lebih dari 40% per tahunnya.”

Tantangan VC di 2017

Menurut Nicko, pihaknya melihat iklim perekonomian tahun akan lebih membaik. Faktornya dari aspek pertumbuhan ekonomi makro naik menjadi 5,1% akibat impilkasi dari daya beli konsumen dan perusahaan yang meningkat.

Sementara dari sisi perilaku, konsumen dan bisnis di Indonesia sudah semakin terbuka dengan penggunaan teknologi. Di sisi lain, investor akan tetap berhati-hati untuk investasi perusahaan dengan business model yang mengandalkan “bakar uang” dengan unit economics yang buruk.

“Maka dari itu, tantangan untuk startup adalah mencari cara kreatif untuk tidak missing the boat dalam meraih peluang bisnis yang ada selagi dana fundraising yang ada masih terbatas.”

Dia menambahkan tantangan dan peluang untuk VC pada umumnya, terutama dengan fund yang sudah lama aktif, adalah permasalahan likuiditas. Dengan semakin agresifnya korporasi (baik asing maupun lokal) untuk ekspansi melalui akuisisi, investor harus semakin pro-aktif dalam menjalankan fungsi sebagai jembatan antara startup dan potential acquirers.

“Tanpa clear path to liquidity, sebuah VC akan semakin sulit untuk mencari LP untuk fundraising round selanjutnya,” pungkas Nicko.

Dave McClure Bicara Strategi Investasi

Dengan memiliki lebih dari 1000 startup dalam portofolio mereka, dapat dikatakan 500 Startups telah jauh melampaui target awal mereka. Beberapa angka dari TechCrunch menggambarkan bagaimana 500 Startups telah berkembang dengan pesat selama lima tahun ke belakang. Saat ini, VC yang awalnya berupa akselerator tahap awal tersebut telah menyuntikkan dana senilai US$100 juta kepada 1000 startup di 50 negara.

Continue reading Dave McClure Bicara Strategi Investasi