Nasib iPhone X sama seperti iPhone 5; umurnya cuma setahun. Ketika suksesornya muncul, seketika itu juga Apple berhenti memproduksi dan menjualnya. Kalau dipikir-pikir, sungguh malang nasib iPhone X, mengingat ia merupakan salah satu ponsel modern pertama yang harganya menembus angka $1.000.
Keputusan tersebut bisa dimaklumi, sebab iPhone XR yang dibanderol lebih murah mengusung spesifikasi yang lebih superior, minus layar OLED dan kamera belakang ganda. Kendati demikian, masih ada kemungkinan iPhone X bakal dijual kembali, berdasarkan laporan dari Wall Street Journal.
Alasannya? Penjualan iPhone XS dan XS Max kurang memenuhi target, sehingga Apple masih punya kuota pasokan panel OLED yang berlebih dari Samsung. Ketimbang suplai panel OLED-nya sia-sia karena iPhone XS dan XS Max susah laku, Apple memilih menghidupkan kembali iPhone X, kira-kira begitu penjelasan sederhananya.
Berhubung iPhone X sudah berumur satu tahun, ongkos produksi yang dibutuhkannya jelas lebih murah ketimbang duo penerusnya. Sayang belum ada info mengenai banderol harga baru yang akan ditetapkan Apple untuk iPhone X, tapi yang bisa dipastikan, pemasarannya ditujukan untuk pasar internasional, bukan Amerika Serikat.
Ini bukan pertama kalinya Apple mengambil keputusan serupa. Menurut narasumber WSJ, sebelumnya Apple pernah memproduksi perangkat yang sudah berumur untuk pasar tertentu, asalkan demand atas perangkat tersebut masih cukup besar.
Seperti biasa di event peluncuran iPhone baru, Apple mengundang sejumlah developer untuk mendemonstrasikan performa produk barunya melalui aplikasi buatan mereka. Peluncuran iPhone XS, XS Max dan XR kemarin tidak luput dari tradisi ini, dan salah satu yang paling menarik adalah aplikasi bernama HomeCourt.
Dikembangkan oleh NEX Team, HomeCourt pada dasarnya merupakan aplikasi untuk membantu pengguna berlatih basket, spesifiknya teknik shooting. Caranya adalah dengan menganalisis secara mendalam sesi latihan shooting yang direkam menggunakan kamera iPhone – cukup letakkan iPhone di atas tripod, arahkan kameranya ke ring, dan mulai berlatih.
Memanfaatkan platform ARKit dan kapabilitas machine learning dari chip Apple A12 yang terdapat pada trio iPhone baru tersebut, HomeCourt mampu mendeteksi pergerakan pemain, pergerakan bola, maupun posisi ring basket secara presisi. Hebatnya, sang pengguna yang tengah dievaluasi performanya sama sekali tidak perlu mengenakan sensor apa-apa di badannya.
Semuanya berlangsung secara real-time. Dari setiap lemparan bola, HomeCourt mampu mengukur sudut lemparan, kecepatan bola, tinggi lompatan, maupun durasi singkat ketika bola lepas dari tangan pemain (release time). Data-data semacam ini jelas sangat sulit dilihat menggunakan mata kepala sendiri, sehingga diyakini dapat membantu pemain mengasah skill-nya, baik secara individu maupun dalam konteks tim didampingi pelatih.
HomeCourt sejatinya bisa menjadi bukti besarnya potensi AR dan machine learning di ekosistem smartphone ke depannya. HomeCourt sendiri sempat memperoleh pendanaan sebesar $4 juta pada bulan Juli lalu, dan salah satu investornya merupakan seorang legenda hidup NBA, yakni sang raja assist Steve Nash. Di Amerika Serikat, beberapa tim basket universitas juga sudah memakai HomeCourt dalam program latihannya.
Tahun lalu tidak ada iPhone 9, tahun ini rupanya juga sama. Saya kira Apple bakal merilisnya bersama dengan penerus iPhone X, tapi saya salah. Yang ada justru trio iPhone X baru, lebih tepatnya iPhone XS, iPhone XS Max, dan iPhone XR.
Kabar baiknya, lewat ketiga iPhone baru ini, Apple sudah resmi meninggalkan gaya desain iPhone lama dengan ‘dahi’ dan ‘dagu’ yang kelewat lebar. 2018 adalah tahunnya smartphone ‘berponi’ tanpa tombol apa-apa di bagian wajah, dan itu masih dijunjung tinggi oleh trio iPhone baru ini.
iPhone XS dan iPhone XS Max
Desain iPhone XS dan iPhone XS Max sama persis seperti iPhone X yang digantikannya, masih melibatkan rangka stainless steel yang diapit oleh kaca di depan dan belakang. Yang membedakan hanyalah adanya varian warna emas di samping hitam dan silver, dan ketahanan airnya sedikit lebih baik dengan sertifikasi IP68 (bisa direndam sampai 2 meter selama 30 menit).
Perbedaan iPhone XS dan XS Max sendiri murni hanya terletak pada ukuran layar dan kapasitas baterainya saja. Mungkin itulah mengapa Apple tak lagi memakai nama “Plus”, sebab sebelumnya seri Plus memang menawarkan lebih dari sebatas layar yang lebih besar (kamera ganda adalah contoh paling gampangnya).
iPhone XS masih menggunakan panel OLED 5,8 inci seperti pendahulunya, dengan resolusi yang sama pula, 2436 x 1125 pixel (458 ppi), akan tetapi Apple mengklaim layar iPhone XS punya dynamic range 60% lebih luas (reproduksi warnanya lebih baik, kira-kira begitu gampangnya). iPhone XS Max di sisi lain mengusung panel OLED dengan kualitas yang sama persis, tapi dimensinya membengkak menjadi 6,5 inci, dengan resolusi 2688 x 1242 pixel (458 ppi).
6,5 inci berarti ukuran layarnya bahkan lebih bongsor ketimbang Samsung Galaxy Note 9. Kendati demikian, fisik iPhone XS Max rupanya tidak lebih besar ketimbang iPhone 8 Plus. Fitur-fitur macam True Tone maupun 3D Touch tentunya masih ada pada layar iPhone XS maupun XS Max.
Keduanya sama-sama ditenagai oleh chipset A12 Bionic yang dibuat dengan proses fabrikasi 7 nm, dengan prosesor 6-core dan GPU 4-core yang diklaim mampu memberikan peningkatan performa keseluruhan sebesar 15%, performa GPU sebesar 50%, tapi di saat yang sama konsumsi dayanya lebih rendah 50%.
Lonjakan performa yang lebih drastis justru ada pada komponen Neural Engine yang bertugas mewujudkan fitur-fitur berbasis AI serta machine learning. Chip kecil ini sekarang bukan lagi berinti dua, tapi delapan, dan sanggup mengatasi 5 triliun pengoperasian setiap detiknya.
Beralih ke kamera, baik iPhone XS maupun XS Max masih dibekali sepasang kamera belakang 12 megapixel (f/1.8 dan f/2.4), tapi dengan sedikit penyempurnaan: sensornya mengemas ukuran fisik pixel yang lebih besar sehingga lebih bisa diandalkan dalam kondisi low-light. Opsi perekaman video tertingginya tetap di resolusi 4K 60 fps, tapi kini dengan dukungan audio stereo – speaker stereo iPhone XS dan XS Max sendiri juga diklaim punya volume lebih keras daripada iPhone X.
Fitur Portrait Mode dan Portrait Lighting tentu masih ada. Yang baru buat iPhone adalah intensitas blur atau bokeh yang dapat disesuaikan pasca pemotretan, mengikuti tren yang dipelopori oleh pabrikan-pabrikan lain. Juga baru adalah fitur Smart HDR, yang diklaim lebih bagus lagi hasilnya ketimbang HDR biasa.
Kamera depannya masih sama, 7 megapixel dengan lensa f/2.2 dan kemampuan merekam video 1080p 60 fps. Di sebelah kamera tersebut masih ada sederet sensor untuk mewujudkan fitur pengenal wajah Face ID serta Memoji (varian baru Animoji yang akan hadir bersama iOS 12). Face ID di iPhone XS dan XS Max sendiri diklaim lebih gegas daripada di iPhone X.
Soal baterai, seperti biasa Apple enggan menyebutkan kapasitas persisnya. Mereka cuma bilang iPhone XS bisa tahan 30 menit lebih lama daripada iPhone X, sedangkan XS Max 90 menit lebih lama. iPhone XS dan XS Max juga menjadi iPhone pertama yang mendukung pemakaian dua kartu SIM sekaligus (satu via teknologi eSIM pada negara dengan operator yang mendukung).
Oke, jadi seberapa mahal harganya? $999 untuk varian termurah iPhone XS dengan storage 64 GB ($1.099 untuk XS Max). Di atasnya ada varian dengan storage 256 GB, lalu yang paling mahal dengan 512 GB. Untuk varian termahal ini (XS Max 512 GB), konsumen harus menebus $1.449 – mungkin harganya di Indonesia nanti bisa menembus angka Rp 25 juta mengingat varian iPhone X termahal sebelumnya sudah menembus Rp 20 juta (semoga saya salah).
Apple bakal memasarkannya mulai 21 September di banyak negara sekaligus. Indonesia tentu saja tidak termasuk sebagai yang pertama, dan mungkin konsumen harus menunggu sampai tahun berikutnya seperti biasanya.
iPhone XR
Pengganti iPhone 8 dan iPhone 8 Plus adalah iPhone XR. Ia bisa dianggap sebagai hasil perkawinan antara iPhone XS dan iPhone 8 Plus. Rangka bodinya bukan stainless steel, melainkan aluminium, tapi tetap diapit kaca di bagian depan dan belakang, dan masih mendukung wireless charging layaknya XS dan XS Max – baterainya pun diyakini juga tahan 90 menit lebih lama daripada iPhone 8 Plus.
Ketahanan airnya tidak sebaik XS dan XS Max dengan sertifikasi IP67 (sampai sedalam 1 meter selama 30 menit), akan tetapi pilihan warnanya jauh lebih banyak: selain hitam dan putih, juga ada biru, kuning, Coral (perpaduan oranye dan pink), serta merah (bagian dari seri Product RED). iPhone XR juga sedikit lebih tebal ketimbang XS dan XS Max, 8,3 mm dibanding 7,7 mm.
Dari depan, iPhone XR tampak mirip seperti XS dan XS Max, akan tetapi panel layar yang digunakan bukanlah OLED, melainkan IPS LCD, dengan bentang diagonal 6,1 inci dan resolusi 1792 x 828 pixel (326 ppi). Fitur True Tone masih ada, tapi 3D Touch absen, digantikan oleh sistem haptic touch macam yang terdapat pada touchpad MacBook Pro. Menarik juga untuk diperhatikan adalah, dimensi fisik iPhone XR ternyata lebih ringkas ketimbang iPhone 8 Plus.
Berbekal chipset A12 Bionic, iPhone XR pun menjanjikan performa yang sama persis seperti kedua kakaknya yang lebih mahal. Beralih ke belakang, Anda bakal menjumpai satu kamera saja, tapi untungnya kamera 12 megapixel f/1.8 ini identik dengan yang tertanam pada XS dan XS Max. Portrait Mode pun turut didukung berkat bantuan software (layaknya duo Google Pixel 2).
Kamera depan 7 megapixel beserta sederet sensor menghuni notch di atas layarnya. Apple menjanjikan kinerja Face ID yang sama cepatnya pada iPhone XR, menjadikannya lebih superior dibanding iPhone X soal ini. Dengan begitu, bisa disimpulkan pembeda utama iPhone XR dibanding XS dan XS Max hanyalah layar dan kamera belakangnya.
Kehadiran iPhone XR secara langsung berdampak pada ‘kepunahan’ iPhone X. Apple tak lagi menjualnya, digantikan sepenuhnya oleh iPhone XS dan XS Max tadi. iPhone XR sendiri dibanderol mulai $749 untuk varian temrurah dengan storage 64 GB (tersedia pula varian 128 GB dan 256 GB), akan tetapi pemasarannya baru akan berlangsung mulai 26 Oktober mendatang.
Tidak bisa dipungkiri, $749 masih sangat mahal bagi sebagian besar konsumen (apalagi ketika masuk ke Indonesia secara resmi nanti), tapi setidaknya lebih manusiawi. Saya pribadi masih bingung dengan penamaannya; apakah Apple memilih “R” hanya karena satu huruf lebih dulu ketimbang “S”, atau ada maksud lain. Entahlah, tapi yang pasti, nasib iPhone 9 sama seperti Windows 9: masih misteri.