Tag Archives: Istilah Bisnis

Mengenal Burn Rate (Bakar Uang) dari Pengertian Hingga Contohnya

Apakah kamu berencana untuk memulai membangn bisnis startup? Tentunya sebelum mendirikan sebuah perusahaan diperlukan analisa dan perhitungan yang cermat dan akurat. Tujuannya agar perusahaan kamu tidak mengalami kebangkrutan dan kerugian bisnis di kemudian hari.

Tandanya ketika kamu sedang membangun sebuah startup, hal pertama yang perlu kamu pahami adalah apa itu burn rate, atau yang oleh kebanyakan orang disebut “bakar uang”.

Untuk mencegah perusahaanmu bangkrut, penting bagi kamu untuk memahami istilah burn rate karena ini akan membantu kamu mengelola dana investor dengan baik. Apakah kamu ingin mempelajari lebih dalam? Simak artikel ini sekarang sampai selesai. 

Pengertian Burn Rate (Bakar Uang)

Burn rate adalah salah satu istilah yang digunakan dalam dunia bisnis, khususnya keuangan. Istilah ini mengacu pada berapa banyak uang yang dikeluarkan oleh startup, terutama sebelum perusahaan berhasil menghasilkan pendapatan apa pun. Uang yang digunakan untuk pengeluaran ini disebut jumlah bahan bakar atau “bakar uang”.

Dalam dunia korporasi, istilah ini disebut juga arus kas negatif. Penyebabnya, dana perseroan, terutama venture capital tidak mengalir maksimal. Biaya tersebut hanya di bulan pertama pendirian perusahaan. 

Mengapa Penting Mengenal Burn Rate?

Menghitung burn rate bukan hanya tentang mencari tahu berapa banyak pengeluaran startup. Namun investor juga menggunakannya sebagai langkah untuk memahami kelayakan startup-mu.

Dengan menghitung dan mengukur burn rate perusahaan, investor dapat menghitung berapa lama startup kehabisan uang tunai. Ini juga mencegah perusahaan pemula bangkrut. Oleh karena itu, menghitung burn rate sangat penting bagi investor saat meluncurkan startup Hal ini karena burn rate merupakan langkah investor dalam mengukur pembiayaan yang diberikan kemudian disesuaikan untuk mencerminkan biaya burn rate tersebut. 

Bagaimana Cara Menghitungnya?

Pengusaha harus memahami konsep dasar keuangan. Salah satu manfaatnya adalah mengetahui tingkat BR perusahaan. Perhitungannya sebenarnya cukup sederhana. Perhitungan tersebut membutuhkan cash flow perusahaan dalam suatu periode, misalnya cash flow. Perhitungannya dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

  1. Gross Burn Rate

Perhitungan gross burn rate sama dengan menghitung pengeluaran bulanan perusahaan. Misalnya gaji bulanan, sewa, listrik dan masih banyak pengeluaran bulanan lainnya. Mengetahui GBR perusahaan memudahkan dalam mengoptimalkan pengeluaran bulanan.

GBR = uang tunai / jumlah pengeluaran bulanan

Contoh:

Startup industri pupuk sedang mencoba menurunkan level BR. Setelah dilakukan pencatatan, terungkap uang tunai sebesar Rp 10 juta. Pengeluaran bulanan untuk gaji, sewa dan pembelian bahan mentah adalah 2 juta euro per bulan.

GBR = 10 juta / 2 juta = 5

Nilai 5 berarti perusahaan hanya memiliki 5 bulan sebelum kehabisan uang.

[elementor-template id=”26379″]

  1. Net Burn Rate

Metode perhitungan selanjutnya adalah net burn rate. Perusahaan kebanyakan menggunakan metode ini untuk menghitung burn rate. Burn rate ini menggunakan saldo kas dibagi dengan jumlah kerugian untuk periode tersebut. NBR = kas/kerugian untuk tahun buku

Contoh:

Startup A mulai menjual 2 juta per bulan. Rekor pengeluaran perusahaan adalah 3 juta euro per bulan. Perusahaan menderita kerugian satu juta bulan ini.

Nilai tunainya Rp 10 juta. Tagihannya adalah

NBR = 10 juta / 1 juta = 10

Jadi nilainya 10. Artinya, perusahaan hanya memiliki waktu 10 bulan sebelum kehabisan uang untuk menjalankan perusahaan.

Perhitungan ini sebagian besar bersifat awal. Tingkat pembakaran tidak digunakan saat arus kas telah mencapai titik positif. Namun, saat memulai bisnis, sangat berguna untuk mengetahui bagaimana cara menghitungnya. 

Demikianlah penjelasan tentang burn rate. Semoga tulisan ini dapat memberikan kepada mu pemahaman yang lebih

Startup Bubble: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Tips Menghadapinya

Pertumbuhan perusahaan startup telah pesat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Tirto.id, berdasarkan data pemeringkatan baru per 3 Juni 2022, Indonesia berada di urutan kelima secara global dengan total 2.383 startup dalam negeri.

Seiring berjalannya waktu, tidak semua startup bisa bertahan lama. Beberapa di antaranya mengalami kendala dalam proses bisnis atau dikenal dengan fenomena startup bubble.

Startup bubble adalah momok karena itu berarti kerugian, biasanya ditandai dengan PHK massal atau pemotongan besar-besaran dalam biaya operasional. Apa sebenarnya Startup Bubble itu? Apa penyebabnya? Informasi lebih lanjut ada di tulisan di bawah ini!. 

Apa Itu Startup Bubble?

Sebelum membahas fenomena startup bubble di Indonesia, ada baiknya kita menelaah asal kata “bubble burst” yang menjadi momok yang paling dihindari. 

Menurut Investopedia, bubble burst adalah siklus dalam ekonomi dimana harga suatu produk atau aset naik tajam dalam waktu singkat, diikuti dengan penurunan harga yang cepat. Penurunan harga ini, yang dapat digambarkan sebagai kontraksi, adalah tempat terjadinya “breakdown” atau “crash”.

Biasanya, kenaikan harga yang tajam ini disebabkan oleh perubahan perilaku investor. Namun, dalam konteks ini, aktivitas perusahaan atau start-up bisa menjadi penyebab utama fenomena tersebut. 

Penyebab Startup Bubble

Pasar yang Jenuh

Alasan bubble burst pertama adalah pasar yang jenuh. Pasar yang jenuh dapat menjadi penyebab terjadinya fenomena buble awal. Lalu mengapa?

Pasar jenuh adalah kondisi yang menunjukkan bahwa permintaan akan suatu produk atau layanan telah mencapai puncaknya. Hal ini membuat perusahaan sulit menjual produknya. Selain itu, ini juga karena pasar sensitif terhadap penawaran dan diskon. Oleh karena itu, jika perusahaan tidak memasang iklan, maka jumlah konsumen akan berkurang.

Produknya Tidak Kompetitif

Alasan selanjutnya adalah produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan tidak dapat bersaing di pasar. Hal ini mengakibatkan perusahaan kehilangan pangsa pasar atau market share yang signifikan.

Jika perusahaan tidak berkinerja baik, tentu tidak akan memuaskan pemangku kepentingan dan investor. Selain itu, banyak bermunculan perusahaan rintisan baru sehingga persaingan semakin ketat.

Kesulitan dalam Pembiayaan

Diklaim bahwa alasan bubble burst berikutnya adalah karena para pemula kesulitan mencari pendanaan. Pasalnya, kondisi ekonomi global yang tidak menentu menyebabkan investor menjadi lebih berhati-hati dalam mengucurkan dana ke startup.

Selain itu, banyak startup yang masih bergantung pada pendanaan untuk dapat menjalankan bisnisnya. Oleh karena itu, jika perusahaan tidak mendapatkan pendanaan, biasanya tidak dapat beroperasi secara normal. Investor lebih selektif

Sehubungan dengan pertanyaan sebelumnya, kesulitan perusahaan start-up dalam mengajukan pendanaan adalah karena investor kini lebih selektif dalam membeli saham-saham start-up yang berisiko.

Selain faktor ekonomi makro global yang penuh ketidakpastian, startup yang baru terbentuk juga memperketat persaingan untuk menarik investor lebih banyak lagi. Selain itu, jika perusahaan kehilangan pangsa pasar, kinerjanya memburuk. Secara alami, hal ini membuat investor berpikir untuk menyalurkan dana ke dalam startup ini. 

Efek dari Startup Bubble

Fenomena startup bubble tidak hanya berdampak negatif pada kehidupan bisnis secara umum, tetapi juga pada karyawan. Berikut adalah informasi lebih lanjut tentang efek gelembung:

Masalah Keuangan Semakin Parah

Dampak terbesar dari bubble bursting adalah munculnya masalah keuangan di perusahaan start-up. Hal ini disebabkan kesulitan dalam menjual produk dan mendapatkan dukungan keuangan dari investor. Sebagian besar startup masih mengandalkan pendanaan investor. Hal ini menyebabkan kesulitan keuangan untuk startup. 

Akhir Masa Kerja (PHK)

Cara perusahaan menghemat uang adalah melalui pemutusan hubungan kerja. Ini sering terjadi pada startup Indonesia.

Keputusan ini diambil sebagai solusi untuk menghindari kebangkrutan perseroan. Pasalnya, perusahaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang baik juga mengalami kesulitan dalam membayar gaji karyawannya. 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa munculnya bubble ekonomi sangat tergantung pada kepemimpinan perusahaan, perilaku investasi atau kebutuhan masyarakat. Ketiga hal tersebut merupakan hal eksternal yang berada di luar kendali masyarakat kita.

Cara Menghadapi Startup Bubble Bagi Pekerja

Berikut adalah cara-cara mengenai apa yang harus dilakukan.

  1. Tingkatkan keterampilan kamu di tempat kerja

Mengembangkan keterampilan, terutama keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan kamu, merupakan langkah dalam mempersiapkan gelembung dari sekarang. Karena menurut Washington Post, karyawan yang berkualitas sangat diminati di perusahaan.

  1. Tunjukkan bahwa kamu adalah aset berharga bagi perusahaan

Hal berikutnya yang dapat kamu lakukan untuk meledakkan gelembung startup Indonesia adalah menunjukkan diri kamu sebagai aset berharga bagi perusahaan. Menurut Memang, keselamatan kerja dipastikan dengan menjadi aset perusahaan.

  1. Perluas jaringan

Jaringan memberimu koneksi ke berbagai tempat yang dapat membantu pencarian pekerjaanmu. Jaringan juga memungkinkan kamu untuk bertemu profesional dari industri yang berbeda. Tentu saja kamu bisa mendapatkan informasi di sana.

  1. Siapkan dana darurat

Menyiapkan dana darurat adalah langkah selanjutnya dalam mempersiapkan bubble brust. Dana darurat dapat membantu kamu menemukan pekerjaan baru.

  1. Literasi digital

Di era teknologi dan informasi yang maju, keterampilan digital yang baik sangat penting. Karena hampir semua proses bisnis sekarang sudah online dan menggunakan perangkat teknis. Mengontrol berbagai perangkat teknologi memungkinkan kamu melakukan pekerjaan dengan baik, yang di mata perusahaan juga merupakan nilai tambah. 

Itulah penjelasan mengenai Startup Bubble dari pengertian hingga tips bagi pekerja untuk menghadapi efek ini di dalam dunia pekerjaan. Semoga bermanfaat!

Mengenal Bridge Loan, Sistem Kerja, Kelebihan dan Kekurangan, Hingga Contohnya

 Hari ini ada banyak jenis pinjaman. Salah satunya adalah bridge loan. Bridging loan adalah jenis pinjaman untuk menutupi kebutuhan finansial. Namun bagi sebagian kalangan, pinjaman jenis ini masih terdengar asing.

Tentu saja, kita semua perlu tahu tentang jenis pinjaman yang satu ini. Selain itu, kita juga perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Maka dari itu bridge loan akan dibahas secara detail pada kesempatan kali ini. Yuk, simak hingga akhir!

Definisi Bridge Loan

Bridge loan termasuk dalam kategori pinjaman jangka pendek. Umumnya, jangka waktu pinjaman bervariasi dari dua minggu hingga tiga tahun. Di Inggris istilah ini dikenal dengan istilah caveat loan. Di Afrika Selatan, jenis pinjaman ini dikenal sebagai bridging finance. Jadi, bridge loan adalah pembiayaan sementara untuk bisnis atau perorangan. Umumnya dana yang diperoleh dari pembiayaan ini digunakan untuk pelunasan pinjaman dan berbagai kebutuhan modal lainnya.

Dibandingkan pembiayaan konvensional, jenis pinjaman ini biasanya lebih mahal. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan kelebihan risiko. Suku bunga juga lebih tinggi, sekitar 1% dari jumlah pinjaman. Pemberi pinjaman juga membutuhkan jaminan pinjaman. 

Sistem Kerja Bridge Loan

Seperti yang sudah disebutkan, bridging loan ini dapat digunakan baik untuk perusahaan maupun perorangan. Keduanya dapat disesuaikan tergantung situasi. Hal yang sama berlaku untuk pemberi pinjaman. Biasanya, jenis pinjaman ini diberikan selama enam bulan. Namun, seringkali diperpanjang hingga satu tahun penuh. Pada saat yang sama, tingkat bunga seringkali 2% atau bahkan lebih. Peminjam bisa mendapatkan suku bunga dan persyaratan yang lebih menguntungkan dengan mengajukan pinjaman jenis ini dan hipotik jangka panjang.

Pelunasan pinjaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya pelunasan pinjaman dalam pembayaran bulanan yang tetap. Pilihan lainnya adalah membayar satu kali pembayaran di akhir masa pinjaman. Dengan jenis pembayaran pinjaman ini, tanggal jatuh tempo biasanya beberapa bulan setelah pinjaman diambil. Bridge loan sering digunakan untuk membeli real estat, properti yang diambil alih, dan memanfaatkan peluang jangka pendek untuk mengamankan pembiayaan jangka panjang. 

Biasanya, hipotek jenis ini dilunasi saat properti dijual. Namun, pemberi pinjaman hanya memberikan pinjaman kepada peminjam selama mereka memiliki peringkat kredit yang sangat baik dan rasio utang terhadap pendapatan yang rendah.

Menjembatani pinjaman untuk pembiayaan real estat sangat jarang. Dalam beberapa kasus, pemberi pinjaman hanya menawarkan pinjaman hingga 80% dari total nilai kedua properti tersebut. 

Kelebihan Bridge Loan

Beberapa keuntungan bridge loan dalam dunia properti adalah sebagai berikut:

  1. Dapat digunakan untuk membeli apartemen baru tanpa batasan
  1. Dapat pembayaran untuk beberapa bulan ke depan secara gratis
  1. Dalam kondisi tertentu dapat membeli rumah baru meskipun kondisi pembelian dibatalkan.

Kekurangan Bridge Loan

Di sisi lain, bridge loan dalam dunia properti juga memiliki beberapa kekurangan, seperti:

  1. Lebih mahal dari pinjaman ekuitas rumah
  1. Peminjam harus memenuhi persyaratan dasar, yakni memiliki dua rumah
  1. Dana pinjaman akan besar, karena menangani dua hipotek untuk dua apartemen sekaligus. 
  1. Seiring dengan tambahan bunga atas bridge loan. 

Apa Bedanya dengan Traditional Loan?

Umumnya, proses pembiayaan untuk jenis pinjaman ini disetujui lebih cepat daripada pinjaman tradisional atau konvensional. Pinjaman ini memiliki jangka waktu yang lebih pendek dan suku bunga yang lebih tinggi.

Umumnya, peminjam membutuhkan jenis pinjaman ini karena mereka membutuhkan dana cepat. Peminjam bersedia membayar suku bunga tinggi karena jenis pinjaman ini bersifat jangka pendek. Selain itu, tidak ada penalti pembayaran untuk sebagian besar jenis pinjaman ini. 

Contoh Bridge Loan

Contoh penggunaan pinjaman ini bisa dilihat di Olayan America Corporation yang ingin membeli Gedung Sony pada 2016. Perusahaan mengambil pinjaman talangan dari ING Capital. Kemudian pinjaman disetujui dengan sangat cepat, memungkinkan Olayan untuk menutup kesepakatan dengan Gedung Sony. Pinjaman tersebut dapat membantu dan menutupi sebagian biaya awal bangunan hingga Olayan mendapatkan pembiayaan jangka panjang yang lebih permanen. 

Demikianlah rangkuman mengenai bridge loan dari definisinya hingga contoh yang kami berikan untuk menambah pengetahuanmu. Semoga bermanfaat!