Tag Archives: ITMF Annual Conference 2017

Bagaimana Industri Tekstil dan Manufaktur Mengadopsi Teknologi Digital

Dalam acara ITMF (International Textile Manufacturers Federation) Annual Conference 2017, yang berlangsung di Bali akhir pekan lalu, para pakar dan pelaku industri tekstil dan manufaktur meramaikan kegiatan tersebut untuk berbagi informasi, pengalaman dan kegiatan terkini seputar industri tekstil dan manufaktur secara global.

Hal menarik di acara tersebut adalah ajakan dan inisiatif untuk membawa industri tekstil dan manufaktur menuju Go Digital.

“Dibandingkan dengan industri yang lain, tekstil dan manufaktur terbilang paling ketinggalan. Masih banyak pemilik usaha yang menjalankan bisnis dengan cara konvensional,” kata Edwin Keh dari HKRITA.

Luasnya aspek pendukung untuk menghasilkan sebuah produk garmen dan tekstil, merupakan salah satu kendala mengapa selama ini manufaktur masih enggan untuk mengadopsi teknologi. Masih betah dengan lingkungan yang sama secara rutin merupakan alasan masih rendahnya awareness penerapan teknologi di kalangan tersebut.

Menurut Edwin sudah waktunya para manufaktur untuk merubah mindset yang ada. Jangan hanya melihat perkembangan teknologi yang terjadi di industri lainnya, sudah waktunya industri tekstil untuk menjadi bagian perkembangan teknologi.

Strategi Amazon “mengganggu” industri

Kehadiran Amazon di Amerika Serikat sudah menggantikan mesin pencari Google untuk pencarian informasi fesyen, produk, dan material tekstil. Teknologi dan layanan digital juga sudah menggantikan cara konvensional orang untuk melakukan transaksi. Tidak lagi mengunjungi toko fisik, namun sudah terbiasa melakukan pembelian secara online.

“Saat ini kalangan millennial sudah mendominasi pembelian secara online dan enggan untuk datang secara langsung untuk membeli ke toko fisik. Banyaknya tawaran dan kemudahan saat ini juga sudah memberikan alternatif baru kepada mereka untuk meminjam baju dan tidak harus membeli,” kata Edward Gribbin dari Alvanon.

Strategi Amazon pun tidak hanya sebatas sebagai penyedia lengkap produk fesyen berkualitas dan terkini. Saat ini Amazon diklaim sudah memiliki private label yang terbilang sukses, meskipun di masa awal sempat mengalami kesulitan untuk membaca consumer behavior.

Penerapan tepat omni channel

Meskipun saat ini tercatat 88% penggiat ritel, toko pakaian, dan layanan e-commerce mengklaim telah menerapkan skema omni channel, namun faktanya hanya sekitar 20% yang benar-benar telah menerapkan kegiatan tersebut.

Menurut Jorge Martin dari Euromonitor, masih banyak pelaku usaha yang kurang mengerti dengan baik apa itu omni channel dan bagaimana cara kerjanya. Bukan hanya memiliki toko dan cabang yang banyak, namun omni channel lebih kepada integrasi.

“Idealnya omni channel itu adalah informasi yang didapatkan secara online juga offline, itu adalah penerapan omni channel yang tepat.”

Peranan software mendukung bisnis

Salah satu manfaat yang bisa diperoleh dari teknologi adalah kemampuan untuk melihat data dan memprediksi behavior pengguna memanfaatkan software hingga big data. CEO 88Spares Hartmut Molzahn menyebutkan sudah saatnya perusahaan tekstil dan manufaktur memiliki jajaran C-Level yang mengerti dan memiliki visi dan misi yang baik terkait penerapan teknologi.

“Untuk itu harus dimulai dari organisasi di perusahaan. Jangan hanya menggunakan teknologi untuk pendukung saja (IT Support), namun manfaatkan teknologi untuk mengamati, mencari tahu dan melakukan prediksi untuk kemajuan perusahaan.”

Ke depannya diharapkan industri tekstil dan manufaktur secara global bisa dengan cepat mengejar ketinggalan, terkait adopsi teknologi, dan bisa melakukan perubahan yang signifikan saat memanfaatkannya.

Fokus 88Spares Menjadi Layanan “Niche” Procurement B2B Tekstil dan Garmen

Setelah soft launching pada bulan April 2017 lalu, layanan e-commerce B2B industri tekstil dan garmen 88Spares saat ini sudah masuk dalam versi Beta dan siap diresmikan pada kuartal pertama tahun 2018 mendatang. Mereka masih fokus akuisisi lebih banyak vendor yang pada umumnya adalah pemilik usaha mesin, bahan, hingga material pendukung industri tekstil di Indonesia.

Kepada media, CEO 88Spares Hartmut Molzahn dalam gelaran acara ITMF Annual Conference 2017 mengungkapkan saat ini 88Spares sudah memiliki sekitar 700 vendor yang masuk dalam proses penyeleksian dari berbagai layanan terkait. Menyadari besarnya industri garmen dan tekstil saat ini secara global, 88Spares hanya ingin fokus kepada layanan “niche” terlebih dahulu. Nantinya jika sudah mulai berkembang akan dibuka kategori lainnya.

“Saat ini masih banyak pemilik usaha keluarga yang belum mengadopsi teknologi dan masih menggunakan cara-cara paling dasar dan konvensional untuk menjalankan bisnis. Dengan platform yang kami miliki kami ingin membantu pemilik bisnis mulai menggunakan teknologi,” kata Hartmut.

Mengklaim memiliki layanan hingga teknologi berbeda dengan layanan procurement B2B serupa, seperti Bizzy dan Mbiz, layanan produk tekstil dan garmen yang dihadirkan 88Spares saat ini masih cukup langka dan belum ada startup lokal yang memberikan layanan tersebut.

“Tidak hanya dari sisi teknologi, tapi pendekatan dan rencana scale up kami ke depan sangat berbeda. Harapannya 88Spares bisa menjadi yang terdepan dalam hal penyediaan kebutuhan industri garmen dan tekstil secara global,” kata CMO 88Spares Rosari Soendjoto.

Menjembatani pembeli dan vendor

Fokus kepada pemilik usaha dan vendor di Indonesia, saat ini sebagian besar vendor yang terdaftar di 88Spares merupakan pemilik bisnis asal Indonesia. Besarnya potensi industri garmen dan tekstil, membuat tim 88Spares ingin membantu pemilik bisnis di Indonesia yang selama ini masih menjalankan bisnis dengan cara lama mulai memanfaatkan teknologi untuk mendorong pertumbuhan.

88Spares memiliki visi dan misi mempermudah proses procurement di industri tersebut, sekaligus membantu pemerintah menciptakan ekonomi yang lebih baik.

“Tujuan kami adalah ingin menjadi yang terbaik dalam industri “niche” dan empower SME untuk memanfaatkan teknologi lebih optimal,” kata Rosari.

Sebagai pihak yang bakal menjembatani kebutuhan para pembeli dan para vendor secara langsung, 88Spares bakal “mengganggu” proses yang selama ini tergolong panjang dan berliku. Menyadari tantangan yang ada, 88Spares berkomitmen terus membantu pembeli dan pemilik bisnis mendapatkan produk yang diinginkan dengan harga yang terjangkau.

“Selama berkarier di industri tekstil dan garmen, saya kerap menemukan case di mana pembeli kesulitan untuk menemukan garmen atau bahan yang mereka butuhkan, padahal saat ini banyak sekali vendor di Indonesia yang bisa meng-cater kebutuhan tersebut,” kata Hartmut.

Terkait strategi monetisasi yang bakal dilancarkan, 88Spares akan mendapatkan komisi dari setiap transaksi yang sukses. Jumlahnya bervariasi tergantung kontrak dan berapa banyak produk yang dibeli buyer.

“Untuk scale up sendiri sebenarnya bukan prioritas kami. Dengan banyaknya faktor pendukung yang ada di industri garmen dan tekstil, semua kebutuhan bisa kami jadikan potensi untuk mengembangkan bisnis ke depannya,” kata Hartmut.

Rencana fundraising dan menjadi platform digital terdepan

Masih fokus kepada pengembangan bisnis dan terus melakukan kurasi vendor yang terbaik untuk dipromosikan secara global, 88Spares saat ini belum memiliki rencana untuk melakukan fundraising. Meskipun demikian, untuk mengembangkan teknologi dan merekrut tim, 88Spares membuka kesempatan ke investor yang tepat untuk urusan pendanaan segar.

“Selama ini kami cukup mampu menjalankan bisnis secara bootstrapping. Namun demikian untuk mengembangkan bisnis lebih baik lagi, fundraising akan masuk dalam rencana kami selanjutnya,” kata Rosari.