Tag Archives: jacquard

Samsonite Konnect-i Adalah Tas Ransel Pintar dengan Teknologi Google Jacquard

Masih ingat dengan Google Jacquard, teknologi unik yang dapat mengubah berbagai jenis pakaian menjadi semacam alat pengendali berbasis gesture? Teknologi ini menjalani debutnya pertama kali pada tahun 2017 dalam bentuk jaket jeans besutan Levi’s, dan tahun lalu, ia mulai merambah kategori lain, yakni tas ransel.

Tas ransel itu dibuat oleh Yves Saint Laurent, dan seperti yang bisa diduga, harganya kelewat mahal di angka $880. Beruntung sekarang ada opsi lain yang jauh lebih terjangkau, kali ini dibuat oleh produsen tas kawakan asal Amerika Serikat, Samsonite.

Saya bilang lebih terjangkau, bukan murah, sebab harganya masih cukup lumayan di angka $200. Namun saya kira $200 masih jauh lebih masuk akal daripada $880, dan lagi sejumlah model tas ransel lain bikinan Samsonite yang tidak dilengkapi teknologi Jacquard pun juga dijual di kisaran $200.

Lalu apa yang bisa konsumen dapatkan dari tas bernama Samsonite Konnect-i ini selain sebagai wadah untuk menyimpan beragam gadget, termasuk halnya laptop dengan layar sebesar 15,6 inci? Untuk itu, silakan amati bagian strap sebelah kirinya. Garis-garis horizontal berwarna putih itu merupakan penanda area yang bisa membaca sentuhan.

Jadi setelah modul Jacquard-nya diselipkan di bawah garis-garis tersebut, pengguna bisa langsung menerapkan gesturegesture seperti mengusap ke bawah, mengusap ke atas, menutupi, atau double tap. Akan diterjemahkan menjadi fungsi apa gesturegesture tersebut semuanya tergantung pengaturan yang pengguna tetapkan pada aplikasi pendamping Jacquard di perangkat Android maupun iOS.

Fungsi yang paling umum tentu saja adalah untuk mengatur volume musik, mengatur playback, atau menerima panggilan telepon. Namun yang ingin saya tanyakan adalah, apakah mengatur volume menggunakan tas ini memang lebih mudah daripada langsung mengusap sisi luar TWS atau headphone wireless yang sedang kita kenakan?

Tentu saja fungsi-fungsinya tidak terbatas untuk itu saja. Satu yang mungkin bisa sangat berguna buat sebagian besar konsumen menurut saya adalah menggunakannya sebagai remote untuk mengambil selfie atau wefie dari kejauhan, kurang lebih seperti menggunakan S Pen sebagai remote pada Samsung Galaxy Note10 atau Note20.

Bagian yang sedikit merepotkan adalah, modul Jacquard sesekali harus dilepas dan di-charge. Baik Google ataupun Samsonite tidak menyebutkan seberapa lama daya tahan baterainya, tapi yang pasti perangkat masih harus di-charge menggunakan kabel micro USB.

Well, anggap saja semua ini bonus, sebab tasnya sendiri sudah kelihatan cukup premium dan pantas menyandang harga $200. Buat yang memerlukan space lebih lapang, tersedia pula varian Samsonite Konnect-i yang sedikit lebih besar seharga $220.

Sumber: The Verge.

BMW Vision iNext Demonstrasikan Teknologi Kabin yang Amat Canggih

Mobil konsep dulunya identik dengan pintu bergaya gullwing maupun elemen visual lain yang dapat menambah kesan keren secara instan. Zaman jelas sudah berubah. Sekarang, mobil konsep identik dengan interior minimalis ibarat sebuah lounge berjalan, maupun yang dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan.

Tema yang sama juga diangkat oleh BMW lewat konsep terbarunya, BMW Vision iNext. Melalui iNext, BMW sejatinya ingin mendemonstrasikan teknologi-teknologi yang bakal mendikte perkembangan mereka selama setidaknya sepuluh tahun ke depan.

BMW Vision iNext Concept

Motor elektrik sudah pasti menjadi atribut utama, demikian pula integrasi sistem kemudi otomatis. iNext masih mempunyai lingkar kemudi pada dashboard penuh layarnya, yang berarti Anda masih bisa memilih untuk menyetir sendiri. Namun saat mode otomatisnya aktif, setir akan bergerak mundur, mengindikasikan sistem telah mengambil alih.

Yang cukup janggal dari kabin ini adalah absennya tombol atau kenop kontrol fisik. Oke, memang sudah ada beberapa mobil produksi zaman sekarang yang mengandalkan interface sentuh sepenuhnya. Lalu apakah iNext juga demikian? Ya, tapi jauh lebih canggih dari yang kita bayangkan.

BMW Vision iNext Concept

Untuk mengatur volume audio misalnya, tidak perlu menyentuh slider di layar atau menerapkan gesture tangan tertentu. Cukup letakkan jari di permukaan jok di samping paha, lakukan gerakan seperti menggambar lingkaran, maka volume bakal membesar atau mengecil.

BMW menyebut teknologi ini dengan istilah “Shy Tech”. Maksudnya, teknologi ini akan hanya tersedia ketika kita membutuhkannya saja. Sebaliknya, teknologi bakal membaur dengan material-material dalam kabin ketika tidak diperlukan, sama sekali tidak mengganggu pengalaman berkendara semua penumpang.

BMW Vision iNext Concept

Sepintas kedengarannya memang seperti sihir, akan tetapi BMW memanfaatkan teknologi Jacquard hasil garapan Google untuk mewujudkannya. Teknologi itu pada dasarnya memungkinkan material kain untuk disulap menjadi panel kapasitif karena ditenun menggunakan benang induktif.

Contoh lain Shy Tech yang lebih ekstrem adalah proyektor sebagai sumber segala konten. Bukan cuma konten yang tampil di layar infotainment saja, tapi juga yang muncul di halaman buku; saat berada di dalam kabin iNext, Anda cuma perlu membawa satu buku kosong, lalu proyektor akan mendeteksi keberadaannya dan memproyeksikan bacaan ke atasnya.

BMW Vision iNext Concept

Apakah ini lebih efisien ketimbang membawa sebuah iPad? Entahlah, toh ini memang mobil konsep, jadi semua hal tidak harus terdengar rasional. Kendati demikian, harus diakui filosofi Shy Tech ini sangat menarik, terutama apabila BMW bisa menerapkannya guna mengatasi problem-problem yang nyata, bukan sebatas keren-kerenan seperti mengganti buku dengan hasil proyeksi itu tadi.

BMW Vision iNext Concept

Beralih ke luar, kelihatan sekali wajah SUV yang amat futuristis. Ciri khas BMW masih dipertahankan lewat grille depannya, meski kini wujudnya sudah agak berbeda, demikian pula fungsinya yang telah beralih menjadi tempat bernaungnya sensor-sensor sistem kemudi otomatis.

Rencananya, BMW akan menggarap versi produksi iNext pada tahun 2021. Setahun sebelum itu, SUV elektrik BMW iX3 yang lebih tradisional bakal lebih dulu direalisasikan.

Sumber: CNET dan BMW.

Jaket Pintar Hasil Kolaborasi Levi’s dan Google Resmi Dipasarkan Seharga $350

Seperti yang telah dijanjikan setahun lalu, Levi’s akhirnya sudah siap untuk memasarkan jaket pintar hasil kerja samanya dengan Google. Meski sudah dua tahun lebih sejak proyek ini pertama diumumkan, setidaknya Google berhasil mewujudkannya menjadi produk final, tidak seperti Project Ara yang bernasib naas.

Levi’s Commuter Trucker Jacket with Jacquard by Google – ya, nama resminya memang sepanjang ini – lebih pantas dikategorikan sebagai pakaian ketimbang gadget. Sekadar mengingatkan, inovasi yang Google kembangkan adalah benang konduktif yang dapat ditenun menjadi kain berpanel sentuh kapasitif.

Levi's Commuter Trucker Jacket with Jacquard by Google

Penampilannya hampir tidak ada bedanya dengan jaket jeans standar Levi’s yang dibanderol jauh lebih murah, hanya saja di bagian pergelangan tangan kirinya terdapat sebuah dongle fleksibel yang bertugas berkomunikasi dengan smartphone (Android atau iPhone) via Bluetooth, sehingga pada akhirnya beragam gesture yang pengguna terapkan dapat diterjemahkan menjadi input kontrol pada smartphone.

Total ada tiga gestureswipe ke atas, swipe ke bawah dan double tap – yang semuanya dapat diprogram fungsinya melalui aplikasi pendamping Jacquard. Fungsinya sendiri terbilang terbatas, namun secara spesifik dirancang untuk mempermudah rutinitas para pesepeda.

Levi's Commuter Trucker Jacket with Jacquard by Google

Yang paling utama adalah untuk mengontrol jalannya musik. Kemudian ada pula fungsi navigasi, dimana petunjuk arah akan diberikan dalam bentuk audio, baik via earphone atau speaker ponsel itu sendiri – pada bagian dada kiri terdapat kantong khusus untuk menyimpan ponsel.

Jacquard juga dapat dipakai untuk menerima atau menolak panggilan telepon, atau bahkan membacakan pesan teks yang masuk. Semua ini memang sudah bisa didapatkan di smartwatch, akan tetapi berhubung Jacquard adalah sebuah jaket, Anda bebas mencucinya kapan saja diperlukan – terkecuali dongle Bluetooth-nya.

Dibanderol $350 mulai 2 Oktober mendatang, Jacquard jelas bukan untuk semua orang, apalagi mengingat jaket trucker standar Levi’s bisa dibeli paling murah seharga $70 saja. Di samping para pesepeda, saya kira kalangan konsumen lain yang bakal tertarik membelinya hanyalah para denim head sejati – meski besar kemungkinan mereka bakal lebih memilih jaket raw denim yang banderol harganya kurang lebih sama.

Sumber: The Verge dan Google.