Tag Archives: Jade

Penutupan Jade dan Terhentinya Coral, Tanda Persaingan Industri E-commerce Indonesia Semakin Ketat

Vertikal startup paling riuh persaingannya di Indonesia adalah e-commerce. Sejak pertama kali hype startup terdengar di Indonesia, sektor ini seolah tidak kehabisan peminat. Banyak sekali model-model startup e-commerce bermunculan, baik dengan konsep yang serupa maupun yang berbeda. Tak jarang perusahaan besar turut masuk ke industri ini dengan alasan mengembangkan bisnisnya ke arah digital.

Salah satu imbas ketatnya persaingan e-commerce adalah banyak startup yang layu, tutup bahkan sebelum dikenal masyarakat. Tahun ini, Jade, sebuah layanan e-commerce yang kabarnya siap memanaskan persaingan industri e-commerce di Indonesia dengan konsep anggota premium mengumumkan penutupan layanannya dalam waktu yang tidak ditentukan. Belum jelas apa yang sedang terjadi, sejauh ini pihak Jade belum bisa dikonfirmasi.

Selain itu ada juga Coral, sebuah layanan mobile marketplace yang mencoba memanfaatkan tren sosial dan mobile ke dalam pengalaman belanja. Bersaing dengan sejumlah pemain seperti Lyke, Shopee, dan Carousell, beberapa waktu ini situs Coral tidak dapat diakses dan aplikasi Coral sudah ditarik dari Google Play. Kami berusaha menghubungi pihak Coral untuk memastikan hal ini. Ada yang mengabarkan bahwa Coral saat ini sedang melakukan rebranding untuk layanannya, meski belum terkonfirmasi.

Dua layanan tersebut melengkapi jajaran startup e-commerce yang menghentikan layanannya di Indonesia tahun ini. Sebelumnya sudah ada Ensogo dan Rakuten yang menutup semua layanannya di Asia Tenggara. PinkEmma, yang sebelumnya juga menimbulkan tanda tanya, tampaknya sudah kembali beroperasi.

Menghentikan layanan kadang menjadi pilihan terbaik

Dalam setiap keputusan penutupan pasti ada isu-isu yang melatarbelakanginya. Entah itu kehabisan modal, tidak bisa bersaing dengan pemain yang ada, hingga sedang mempersiapkan turn over bisnis ke bentuk, pasar, atau pengguna yang lebih potensial. Demikian juga pertanyaan yang menghinggap soal Jade dan Coral. Keduanya masih belum berumur 6 bulan sejak peluncuran.

Industri e-commerce di Indonesia sekarang semakin ketat dan keras. Ketat untuk menggambarkan begitu sesaknya industri ini dan keras untuk menggambarkan siapa pun harus bersiap untuk gulung tikar atau diakuisisi.  Jika sokongan dana tidak begitu besar, sulit untuk bisa bersaing dengan pemain yang sudah ada. Yang ada malah layu sebelum berkembang, ecuali jika memposisikan diri sebagai niche player.

Jika menengok pemain e-commerce di Indonesia yang masih bertahan macam Lazada, Bukalapak, Tokopedia, Mataharimall, Alfacart, Blanja, Bhinneka, dan lain-lain, mereka memiliki dukungan modal yang sangat besar untuk bisa terus berinovasi dan mempromosikan dirinya ke masyarakat. Dengan belum ada “pemenang” di sektor ini, bahan bakar pendanaan investor menjadi hal yang krusial. Mereka yang kehabisan bensin, bakal berhenti di tengah jalan.


Randi Eka Yonida berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Jade Segarkan Tampilan Situs dan Ubah Kebijakan “Refund”

Jade, layanan e-commerce baru di Indonesia yang mengusung skema keanggotaan berbayar, belum lama ini telah mengubah tampilan situs dan kebijakan refund mereka. Langkah ini diambil karena reaksi postif yang diterima dari masyarakat. Kini, kebijakan refund dapat dinikmati oleh paid member ataupun free member dari Jade.

PR dan Marketing Jade Fifi Angeline mengatakan, “CEO kami Daniel, ingin seluruh rakyat Indonesia untuk benar-benar merasakan keindahan belanja online tanpa kerumitan dan 100% bebas risiko. Kami ingin semua orang menikmati keindahan kebijakan refund kami. Jadi, kami memutuskan untuk membiarkan semua orang menikmati manfaat yang sebelumnya hanya dapat dinikmati oleh anggota dibayar kami.”

“Semua orang sekarang bisa berbelanja di Jade sebagai anggota gratis [free member] dan masih menikmati keindahan kebijakan pengembalian dana [refund] kami. […] Selain itu, kami juga telah mengubah desain website dengan desain yang lebih premium, ” lanjut Fifi.

Pun kebijakan refund kini sudah lebih bebas, Jade masih menawarkan keanggotaan VIP (bulanan atau tahunan) bagi mereka yang ingin menikmati keuntungan lebih. Salah satunya adalah tambahan discount 2% untuk setiap VIP puschase, pembelian pribadi, atau pesanan melalui telepon. Jade juga mengklaim kini memiliki varietas produk lebih banyak termasuk produk luar negeri dari Korea, Taiwan, Jepang dan Amerika Serikat.

“Persentase barang impor saat ini sebesar 20% dari total SKU dan reaksi masyarakat sangat bagus. Karena itu kami akan terus meningkatkan range produk impor kami. Hal ini dapat dilakukan karena kami memiliki koneksi yang bagus dari para supplier luar negeri dan ini akan membedakan Jade dari e-commerce lainnya di Indonesia,” jelas Fifi.

Fifi juga mengungkapkan bahwa anggota terdaftar di Jade sekarang ini jumlahnya mencapai 20.000 pengguna dan diklaim semua anggota tersebut adalah anggota aktif. Sedangkan dari sisi order, menurut Fifi mereka bisa melayani rata-rata 200 pesanan dalam satu hari dengan persentase refund produk mencapai 2% saja.

“Jade sekarang ini sedang berkembang dengan pesat dan masih dalam fase bootsraping. Tapi, Jade saat ini juga sedang mencari pendanaan eksternal,” tandas Fifi.

Jade Siap Panaskan Kompetisi E-Commerce Indonesia

Tidak sedikit masyarakat yang mendapatkan pengalaman kurang nyaman berbelanja online di Indonesia. Selain risiko kualitas produk, konsumen turut dipusingkan saat membandingkan harga dari berbagai situs online dan juga penjualnya. Atas dasar ini, Jade mencoba hadir dengan mengeliminasi faktor-faktor tersebut dengan menawarkan kualitas premium, harga kompetitif, dan refund tanpa syarat. Model bisnisnya adalah langganan berbayar.

Dibangun oleh Daniel Liu, James Chou, dan Albert Lucius, Jade siap bersaing di atas dinamika industri e-commerce Indonesia. Ketiganya memiliki pondasi pemahaman yang cukup matang di vertikal ini. CEO Jade Daniel Liu telah berpengalaman di industri e-commerce Taiwan selama 10 tahun, sementara James Chou, selaku co-founder, memiliki keahlian membangun berbagai platform teknis e-commerce di Indonesia. Lalu Albert Lucius, yang juga CEO Kudo, jelas memahami gerak perilaku para pelaku e-commerce di tengah masyarakat Indonesia, memposisikan diri sebagai founder sekaligus penasihat.

Belum ada investor yang menopang laju operasional Jade sejauh ini. Ketiganya sepakat menjalani bisnis secara bootstrapping.

“Masalah utama dari berbelanja online adalah pelanggan seringkali mendapatkan barang palsu, seken, maupun berkualitas rendah. Pelanggan harus mengambil resiko untuk membeli suatu produk karena kebanyakan review dan rating para penjual dapat dipalsukan. Ini sangatlah merepotkan dan tidak adil,” tutur Daniel.

A customer-oriented online shopping site

Setiap produk-produk Jade dipilih, diatur, dan didistribusikan langsung oleh tim internal. Tiga poin yang ditekankan yakni kualitas produk yang terbaik, harga yang kompetitif, dan refund 30 hari setelah pembelian tanpa syarat. Untuk mendapatkan keuntungan tersebut, Jade mematok biaya berlangganan pengguna mereka sebesar Rp 400 ribu untuk 12 bulan dan Rp 150 ribu untuk 3 bulan. Untuk menarik peminat, Jade menawarkan fitur 1-week free membership trial bagi pengguna yang ingin mencoba berbelanja.

“Berdasarkan pengalaman dari [pasar] Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Taiwan, konsumen kelas atas cenderung mau membayar biaya langganan membership selama ada jaminan bahwa produk yang disediakan berkualitas, pelayanan yang baik, dan kebijakan refund,” kata CEO Jade Daniel Liu kepada DailySocial.

Sebagai pionir model ini, Jade percaya skema tersebut mampu membangun kepercayaan dan loyalitas konsumennya dan membangun jalan untuk menjadi pemain penting di industri e-commerce Indonesia. Sejak diluncurkan pada 3 Maret 2016 lalu, Jade telah memiliki setidaknya 100 pengguna berbayar. Targetnya adalah 10% dari total populasi Indonesia (sekitar 25 juta penduduk).

Menawarkan harga terbaik adalah mutlak. Jade memiliki tim yang secara reguler melakukan pengecekan harga dari berbagai situs e-commerce besar Indonesia dan mencantumkannya di deskripsi produk. Jika ada perubahan, Jade juga menjanjikan penyesuaian harga dengan segera.

“Strategi kami adalah menyediakan kebijakan refund tanpa syarat untuk semua pengguna kami yang ingin merasakan produk berkualitas terbaik dengan harga yang kompetitif, skema yang tidak bisa ditawarkan oleh pemain lain di Indonesia. Jade ingin menjadi situs belanja online paling terpercaya di Indonesia,” papar Daniel.