Tag Archives: Jagartha Advisors

Bareksa Prioritas untuk menggaet nasabah premium

Bareksa dan Jagartha Advisors Luncurkan Bareksa Prioritas, Targetkan Nasabah Premium

Besarnya minat kalangan menengah ke atas untuk berinvestasi di reksa dana menjadi alasan marketplace reksa dana Bareksa meluncurkan layanan terbaru bernama Bareksa Prioritas. Menggandeng konsultan finansial Jagartha Advisors, layanan ini secara khusus menargetkan nasabah High Net Worth (HNW) yang diklaim semakin bertambah jumlahnya di Indonesia. Bareksa juga ingin mendukung rencana OJK untuk mengajak lebih banyak lagi kalangan individual untuk berinvestasi melalui reksa dana.

“Dengan teknologi dan data yang kami miliki selanjutnya bisa memberikan kemudahan akses untuk analisis bagi konsultan finansial, seperti Jagartha Advisors, untuk memberikan rekomendasi dan edukasi kepada nasabah yang memiliki aset finansial minimal $1 juta [sekitar Rp 14,3 miliar],” kata Co-Founder Bareksa Karaniya Dharmasaputra.

Karaniya menambahkan, nasabah yang masuk dalam kategori HNW, biasanya membutuhkan bantuan dalam hal edukasi, informasi, dan rekomendasi dari konsultan finansial. Dengan membuka akun dan mendaftarkan diri menjadi nasabah Bareksa Prioritas, nasabah secara langsung akan mendapatkan bantuan dari konsultan keuangan secara online maupun offline.

“Memanfaatkan data dan teknologi yang dimiliki oleh Bareksa, kami dari Jagartha Advisors bisa langsung memberikan rekomendasi secara online. Dan jika diperlukan kami juga menyediakan kesempatan untuk nasabah melakukan pertemuan langsung,” kata Co-founder dan Chairman Jagartha Advisors Ari Adil.

Bareksa sebelumnya telah bermitra dengan Bukalapak untuk BukaReksa dan Tokopedia Reksadana.

Platform berbeda untuk nasabah dan konsultan keuangan

Secara khusus Bareksa menyediakan dua platform yang berbeda untuk nasabah dan konsultan keuangan Jagartha Advisors. Mulai dari dashboard khusus untuk nasabah yang bisa digunakan untuk memonitor investasi secara langsung, juga platform khusus untuk konsultan keuangan melakukan analisis dan memberikan rekomendasi investasi reksa dana kepada nasabah.

Meskipun Bareksa Prioritas terbuka untuk kalangan individu dan korporasi, secara khusus Bareksa dan Jagartha Advisors ingin merangkul lebih banyak kalangan individu untuk melakukan investasi di reksa dana. Untuk tahap awal, Bareksa dan Jagartha Advisors ingin memberikan edukasi dan memasarkan produk terlebih dahulu dan belum bisa menargetkan berapa banyak jumlah nasabah yang akan diakuisisi.

“Saat ini memang belum ada nasabah HNW di Bareksa, namun dengan investor ritel yang Bareksa kumpulkan selama ini dan berjumlah sekitar 500 ribu lebih, bisa juga naik kelas untuk kemudian menjadi nasabah HNW,” kata Karaniya.

Tingginya kebutuhan tenaga konsultan keuangan untuk kalangan HNW disebutkan telah mencapai sekitar 66.9% pada tahun 2016 berdasarkan data dari Capgemini. Di wilayah Asia Pasifik, nasabah HNW Indonesia secara khusus memiliki permintaan tertinggi akan perangkat digital dalam berinvestasi.

“Kami dari Jagartha memastikan akan menyiapkan tenaga profesional yang bisa membantu nasabah Bareksa Prioritas berinvestasi secara tepat dan tentunya mendapatkan keuntungan dari reksa dana,” kata Ari.

Application Information Will Show Up Here
Startup didorong untuk melantai agar menjadi besar setelah "go public"

Mendorong Startup Melantai di Bursa Saham

Indonesia saat ini memiliki empat startup teknologi yang memiliki valuasi di atas satu miliar dollar (lebih dari 14 triliun Rupiah menurut kurs hari ini). Mereka adalah Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. Meskipun demikian, keempatnya belum ada yang go public di bursa saham, khususnya Bursa Efek Indonesia.

Jagartha Advisors, sebuah layanan independent wealth management melihat hal ini didorong beberapa faktor.

Peraturan masih ketat

Saat ini tercatat baru tiga startup yang didominasi dari kalangan fintech yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Mereka adalah Kios, MCash dan NFC Indonesia. Meskipun sudah banyak startup di Indonesia yang memiliki potensi untuk melakukan IPO, namun masih ketatnya peraturan dari BEI dan OJK, menyulitkan mereka untuk melakukan IPO di bursa efek.

“Saya melihat salah satu alasan rendahnya minat startup untuk melantai adalah karena saat ini Indonesia masih mengacu kepada dua papan, yaitu papan utama (mainboard) dan papan pengembangan (development). Untuk papan utama persyaratannya cukup sulit untuk bisa dipenuhi oleh startup yang terbilang masih kecil skala perusahaannya,” kata Co-Founder dan Managing Partner Jagartha Advisors Ari Adil.

Ketiga startup yang sudah masuk dalam bursa tersebut saat ini juga masih tergolong dalam papan pengembangan dan belum bisa terdaftar di papan utama. Untuk itu Ari melihat, rencana bursa untuk melihat kembali peraturan yang ada dan rencana untuk menerbitkan papan akselerasi menjadi solusi yang tepat untuk startup dan UKM.

Sebagai informasi, performa saham Kioson dan M Cash cukup memuaskan sejak mereka melakukan IPO akhir tahun lalu. Kapitalisasi pasar kedua perusahaan kini sudah di atas 2 triliun Rupiah.

Co-Founder dan Managing Partner Jagartha Advisors Ari Adil
Co-Founder dan Managing Partner Jagartha Advisors Ari Adil

“Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan akan membuka satu papan akselerasi bagi emiten mungkin sekitar akhir tahun 2018. Jika nantinya diluncurkan, startup bisa mendapatkan tambahan modal alternatif dari IPO tersebut,” kata Ari.

Saat ini fenomena sharing economy yang ditawarkan oleh startup “Unicorn” di Indonesia disinyalir menjadi faktor pemicu utama masuknya dana investasi asing yang fantastis. Baik GO-JEK, Tokopedia, Bukalapak, maupun Traveloka memaksimalkan konsep one stop solution dalam satu aplikasi. Menurut Ari, mereka (startup unicorn) tidak memiliki aset seperti perusahaan konvensional pada umumnya.

“Startup tersebut menyediakan aplikasi yang bermanfaat bukan hanya bagi pengguna tetapi bagi mereka yang memiliki aset seperti motor, mobil, produk, dan kehadiran startup ini mampu menjembatani gap di antara ini,” kata Ari.

Investor lokal harus jadi “raja”

Maraknya investor asing yang mendanai banyak startup di Indonesia merupakan hal yang positif untuk mempercepat pertumbuhan startup. Namun demikian, fenomena tersebut belum diimbangi dengan jumlah investor lokal dari venture capital hingga kalangan individu untuk berinvestasi. Hal tersebut yang menurut Ari, kurang untuk dikembangkan potensinya untuk investor lokal.

“Saya melihatnya sebenarnya orang Indonesia ingin berinvestasi di GO-JEK atau Traveloka, namun selama ini belum ada pasar atau peluang untuk melakukan kegiatan tersebut. Dengan adanya papan akselerasi untuk startup, merupakan akses untuk masyarakat Indonesia berinvestasi di startup indonesia melalui IPO,” kata Ari.

Masalah akses tersebut yang masih menjadi penghambat kegiatan melakukan investasi. Peluang bagi para investor lokal untuk berinvestasi pada startup unicorn Indonesia masih tersedia. Terlebih jika startup tersebut memutuskan untuk melantai di bursa saham Indonesia. Peran, dukungan, dan kolaborasi dari banyak pihak termasuk swasta dan pemerintah sangat dibutuhkan guna mencetak investor lokal yang menjadi “raja” sepenuhnya bagi startup-startup unicorn asal Indonesia.