Tag Archives: Jahja Suryandy

MCAS Invests in the Audio-Visual Company “V2”, Developing Metaverse Digital Infrastructure

PT M Cash Integrasi Tbk (IDX: MCAS) digital company through its subsidiary PT Meta Pravia Digital (MPD) disbursed a 50% investment into PT V2 Indonesia (V2). M Cash Integrasi wants to synergize its digital infrastructure ecosystem through this investment to be ready for the metaverse.

M Cash Integrasi’s Managing Director, Jahja Suryandy mentioned the various synergies to be developed with V2, including the ones with tens of thousands of modern retail networks which already connected within the group. Furthermore, synergies in the entertainment and digital content sectors through commercial and marketing activities.

“We are also preparing M Cash to enter the metaverse in the near future. We are optimistic with the various V2 audio-visual technology expertise to connect the digital infrastructure ecosystem in this metaverse,” Jahja added.

On the general note, V2 is an audio-visual technology solution company with a bluechip client base and has collaborated with various leading audio-visual brands. The company was in charge of several projects in the government and corporate sectors for audio-visual related in the command centers, modern retail, airports, and MRT stations.

Meanwhile, V2 Indonesia’s Founder and CEO, Rudi Hidayat, said that the investment support and business network under M Cash Group could accelerate the company’s growth in the near future. His team is preparing various new initiatives in the future, such as House of Future, digital tech experience gallery (AR, VR, AI, XR), and technology center.

The synergy between the two is adhered to bring new breakthroughs, especially in the area of AI, visual IT analysis in government, corporate and retail operations, and IOT smart apps to be implemented for home automation.

“Changes and developments in the creative industry encouraged us to continue developing for creative content to support the digital signage industry, such as the first 3D digital signage in Indonesia. We are currently implementing it in Sarinah Jakarta,” he said.

Metaverse in Indonesia

Metaverse and NFT are two topics that has been on the spotlight for the past three months. Especially after Ghozali Everyday’s NFT photo went viral on the internet. Among technology activists, the government, and the public are increasingly showing their enthusiasm for this new digital era.

M Cash Integrasi has started to anticipate the NFT trend by investing resources. Through its subsidiary, PT Digital Mediatama Maxima Tbk (IDX: DMMX) formed a joint venture with Bumilangit Entertainment to launch NFT Bumilangit with some characters, including Gundala and Sri Asih for the first time. This is the initial strategy to strengthen the innovation of the Bumilangit digital ecosystem.

Previously, Shinta VR’s Co-founder & Managing Director, Andes Rizky revealed that the Indonesian people currently enjoyed the semi-metaverse content, such as online games, even though they yet to directly enter the real metaverse world.

He said that it is only a matter of time until the metaverse becomes mainstream, and this trend can be started with NFT. As technology and its derivative ecosystem evolve, devices to support the metaverse, such as VR, are becoming more affordable than its first penetration on the market. Likewise, the supporting infrastructure, such as 4G and 5G networks, is one of the foundations to finally realize the metaverse world in the future.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

MCAS Kucurkan Investasi ke Perusahaan Audio-Visual “V2”, Persiapkan Infrastruktur Digital Metaverse

Perusahaan digital PT M Cash Integrasi Tbk (IDX: MCAS) melalui anak usahanya PT Meta Pravia Digital (MPD) mengucurkan investasi 50% ke PT V2 Indonesia (V2). Lewat investasi ini, M Cash Integrasi ingin menyinergikan ekosistem infrastruktur digitalnya demi mempersiapkan diri menuju metaverse.

Managing Director M Cash Integrasi Jahja Suryandy mengungkap berbagai sinergi yang akan dilakukan dengan V2 antara lain sinergi dengan puluhan ribu jaringan modern retail yang telah terkoneksi dalam grupnya. Kemudian, sinergi di sektor hiburan dan konten digital melalui kegiatan komersial dan pemasaran.

“Kami juga mempersiapkan M Cash untuk masuk ke metaverse dalam waktu dekat. Kami optimistis dengan berbagai keahlian teknologi audio-visual V2 untuk menghubungkan ekosistem infrastruktur digital di metaverse ini,” ungkap Jahja.

Sebagai informasi, V2 merupakan perusahaan solusi teknologi audio-visual yang memiliki basis klien bluechip dan telah berkolaborasi dengan berbagai merek audio-visual terkemuka. V2 telah menjalankan sejumlah proyek di sektor pemerintahan dan korporasi untuk kebutuhan audio-visual pada command center, modern retail, bandara, hingga stasiun MRT.

Sementara itu, Founder dan CEO V2 Indonesia Rudi Hidayat menambahkan, dukungan investasi dan jaringan bisnis yang dimiliki M Cash Group dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan dalam waktu dekat. Pihaknya tengah menyiapkan berbagai inisiatif baru di masa depan, seperti House of Future, digital tech experience gallery (AR, VR, AI, XR), dan technology center.

Sinergi keduanya juga diyakini akan membawa terobosan baru, khususnya di ranah AI, analisa IT visual di pemerintahan, perusahaan dan retail operation, hingga IOT smart apps yang akan diterapkan untuk mendukung home automation.

“Perubahan dan perkembangan industri kreatif mendorong kami untuk terus mengembangkan konten kreatif yang akan menunjang industri digital signage, seperti 3D digital signage pertama di Indonesia. Saat ini sedang kami implementasikan di Sarinah Jakarta,” tuturnya.

Metaverse di Indonesia

Metaverse dan NFT merupakan dua topik yang tak pernah absen dalam pembicaraan khalayak selama tiga bulan terakhir ini. Apalagi usai viralnya foto NFT milik Ghozali Everyday di internet. Di kalangan pegiat teknologi, pemerintah, hingga masyarakat awam semakin menunjukkan antusiasmenya menyambut era baru digital ini.

M Cash Integrasi bahkan mulai mengantisipasi perkembangan tren NFT dengan terjun ke dalamnya. Melalui anak usaha PT Digital Mediatama Maxima Tbk (IDX: DMMX) membentuk joint venture bersama Bumilangit Entertainment untuk meluncurkan NFT Bumilangit dengan karakter Gundala dan Sri Asih secara perdana. Ini menjadi strategi awal untuk memperkuat inovasi ekosistem digital Bumilangit.

Sebelumnya, Co-founder & Managing Director Shinta VR Andes Rizky mengungkap bahwa saat ini masyarakat Indonesia sebetulnya telah menikmati konten yang sifatnya semi-metaverse, misalnya game online, meski tidak langsung masuk ke dunia metaverse yang sebenarnya

Ia menilai saat ini tinggal menunggu waktu hingga metaverse menjadi sesuatu yang mainstream, dan tren ini dapat diawali dengan NFT. Seiring berkembangnya teknologi dan ekosistem turunannya, perangkat untuk mendukung metaverse, seperti VR, mulai terjangkau jika dibandingkan awal-awal kemunculannya di pasar. Demikian juga infrastruktur pendukungnya, seperti jaringan 4G dan 5G sebagai salah satu fondasi untuk merealisasikan dunia metaverse di masa depan.

Tingkatkan Pangsa Pasar, M Cash Siap Sebar 4 Ribu Kios Sampai Akhir 2018

Setelah menggelar bookbuilding, M Cash Integrasi mengungkapkan sejumlah rencana perusahaan pasca IPO. Ambisi yang ingin dicapai adalah menjadikan M Cash sebagai perusahaan distributor digital terbesar di Indonesia.

Beberapa rencana di antaranya menambah mesin kios sampai akhir tahun ini sebanyak 1.000 unit dan melipatgandakan jumlahnya hingga 4 ribu unit di akhir 2018 mendatang. Tak hanya itu, perusahaan berkomitmen untuk mengembangkan inisiatif baru agar konten dalam kios semakin beragam, sehingga memancing orang untuk bertransaksi di dalamnya.

“Kita mau jadi perusahaan distributor digital terbesar di Indonesia. Untuk mencapai itu, ada banyak inisiatif yang harus kita kerjakan agar bisa memberi dampak yang besar,” terang Managing Director M Cash Jahja Suryandy, Kamis (26/10).

Adapun anggaran capital expenditure (capex) yang dibutuhkan perusahaan untuk ekspansi pada tahun depan, akan diambil dari hasil IPO. Perkiraannya dana yang dibutuhkan sekitar Rp40 miliar sampai Rp45 miliar untuk membuat mesin kios dan pengembangan software. Sisa dana IPO akan digunakan untuk diputar sebagai modal kerja perusahaan, peningkatan kompetensi dan sumber daya manusia.

Berdasarkan proyeksi, dengan pengadaan 4 ribu kios diharapkan dapat mencetak pertumbuhan pendapatan M Cash sebesar Rp2,3 triliun dengan keuntungan bersih Rp49,5 miliar sampai 2018. Sementara sampai akhir tahun ini, proyeksi M Cash dengan mengadakan 1.000 kios dapat mencetak pendapatan sebesar Rp853 miliar dengan keuntungan bersih Rp6,8 miliar.

Apabila mengacu dari laporan keuangan M Cash per April 2017, pendapatan perusahaan mencapai Rp269 miliar dengan keuntungan bersih Rp3 miliar. Adapun total kios yang telah disebar M Cash sebanyak 210 unit tersebar di beberapa kota.

“Ini proyeksi yang cukup konservatif. Dengan pertumbuhan yang konsisten, revenue Rp2,3 triliun bisa dicapai apabila kita memasang 4 ribu kios. Rencananya kami mau pasang kios M Cash di gerai Ranch Market, Hero, Carrefour, dan di daerah lainnya mengikuti lokasi mereka berada. Bisnis seperti ini di Thailand cukup meledak dan sukses.”

Sesuai dengan rencana, M Cash akan resmi melantai di BEI pada 31 Oktober 2017.

Kelebihan permintaan hingga 9,3 kali

Beberapa hari yang lalu, M Cash telah menggelar bookbuilding dan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 9,3 kali. Dalam proses ini, M Cash menjaring anchor investor dari institusi, sekitar 40% diantaranya berasal perusahaan asing (Hong Kong, Singapura, Australia, dan Amerika Serikat) dan sisanya dari lokal.

Beberapa nama institusi di antaranya PAG Asia Capital dan Maybank Asset Management. Selain itu, ada sekitar 15 perusahaan aset manajemen lokal yang turut berpartisipasi, ditambah beberapa perusahaan keluarga Singapura dengan nama yang dirahasiakan.

Setelah menjaring anchor investor, perusahaan memutuskan untuk mengambil harga saham perdananya Rp1.385 per lembar. Harga tersebut ada di kisaran bawah rentang harga penawaran saham M Cash Rp1.300-Rp1.450 per lembar. Dengan perolehan tersebut, M Cash memastikan dapat meraup dana segar Rp300 miliar.

Saat ini M Cash memiliki empat model bisnis yaitu full investment, revenue sharing, rental, dan franchise. Empat model ini memiliki kelebihan masing-masing, di mana dapat menjangkau masyarakat Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

Melalui kios, perusahaan menawarkan beberapa produk dan fitur seperti top up credit & billers, express kios, face & finger print recognition, pop-up advertisement, dan lainnya. M Cash juga mengeluarkan produk fisik, termasuk sim card telepon, sim card internet, voucher, gift card, dan e-money.

Layanan Fintech Tiongkok WeCash Masuki Pasar Indonesia

Layanan fintech Tiongkok WeCash, yang fokus mengembangkan produk evaluasi data kredit konsumen, pendeteksian fraud, dan pemberian pinjaman konsumsi, memasuki pasar Indonesia dengan menggandeng JAS Kapital dan Kresna Investments. Ini adalah langkah ekspansi WeCash kedua di Asia Tenggara setelah sebelumnya hadir di Singapura.

Perusahaan joint venture antara tiga pihak ini bernama PT Digital Tunai Kita (DTK) yang akan menggandeng bank dan perusahaan multifinance untuk memberikan pinjaman dengan jangkauan yang lebih luas. Secara model bisnis, DTK mirip dengan UangTeman karena sumber pendanaan pinjaman bukan berasal dari masyarakat umum.

“Kami senang dengan peluang berkontribusi di ekosistem fintech Indonesia dan bermitra dengan Kresna Investments dan JAS Kapital. Keduanya termasuk yang unggul di bidang perbankan, finansial, dan fintech,” ujar Chief Strategy Officer WeCash James Chan.

JAS Kapital adalah pengelola layanan e-money Mandiri E-Cash, sementara petualangan terbaru Kresna Investments adalah membantu grup pengelola Ranch Market (Supra Boga) mendirikan layanan online grocery KeSupermarket.

Dengan dukungan teknologi WeCash dan pengetahuan lokal JAS Kapital dan Kresna Investments diharapkan dapat mempercepat program inklusi keuangan yang digalakkan pemerintah dan menjangkau mereka yang selama ini sulit mendapatkan pinjaman langsung dari lembaga keuangan formal, seperti bank.

DTK akan dipimpin Direktur dan CEO James Chan dan COO Andry Huzain. Managing Director Kresna Investments Jahja Suryandy menjadi Presiden Komisaris DTK, sedangkan Co-Founder dan CEO WeCash George Zhi masuk di jajaran Komisaris.

Menurut Jahja, di tahun 2015 tingkat konsumsi finansial Indonesia mencapai $18.8 miliar (lebih dari 250 triliun Rupiah) dan menjadi $19.2 miliar di empat bulan pertama tahun 2016.

WeCash yang berdiri tahun 2014 telah memperoleh pendanaan total $26,51 juta (355 miliar Rupiah) dalam dua putaran.

“DTK akan membantu  kita membawa berbagai jenis layanan finansial dari mitra perbankan dan multifinance ke tangan puluhan juta masyarakat Indonesia,” tutup Co-Founder JAS Kapital Izak Jenie.