Industri otomotif sempat dibuat geger di tahun 2017 saat Dyson mengumumkan bahwa mereka sedang mengembangkan mobil elektrik. Selang dua tahun kemudian, produsen perangkat elektronik asal Inggris itu kembali menjadi bahan pembicaraan setelah mengumumkan pembatalan proyek mobil elektriknya.
Sekarang akhirnya kita tahu kenapa Dyson batal merealisasikan calon pesaing Tesla-nya. Kepada The Times, James Dyson selaku pendiri perusahaan membeberkan semua detail mengenai mobil elektriknya yang tidak jadi diproduksi itu.
Alasan utamanya adalah, proyek mobil elektrik ini terlalu berisiko. Mereka sudah siap dengan teknologinya, bahkan pabrik manufakturnya pun juga sudah disiapkan. Namun dari sudut pandang finansial, prospek proyek ini terbilang suram bagi Dyson yang belum begitu berpengalaman di bidang otomotif.
James Dyson menjelaskan bahwa satu unit mobil elektrik bikinannya harus dihargai minimal £150.000 hanya untuk mengembalikan modal, belum menghasilkan laba. Harga ini saja sudah jauh lebih tinggi ketimbang harga jual mobil elektrik dari pabrikan-pabrikan ternama seperti Mercedes-Benz atau Audi.
Pada akhirnya, James dengan berat hati harus menyetop pengembangannya, meski proyeknya sudah menghabiskan sekitar £500 juta dari kekayaan pribadi sang inventor. Sungguh sayang mengingat prototipenya terlihat dan terdengar sangat mengesankan.
Secara internal, prototipe mobil elektrik ini dikenal dengan nama N526. Ia merupakan sebuah SUV tujuh penumpang berpenampilan sporty yang cukup bongsor dengan panjang sekitar 5 meter dan bobot 2,6 ton meski bodinya terbuat dari bahan aluminium.
Interiornya kelihatan begitu minimalis sekaligus futuristis, khas produk-produk Dyson selama ini. N526 bahkan mengemas semacam sistem hologram guna menampilkan info-info penting seperti kecepatan dan petunjuk navigasi tanpa harus mengalihkan perhatian pengemudi dari jalanan.
Namun yang paling mengesankan adalah jarak tempuhnya: sampai 965 kilometer dalam sekali pengisian. Rahasianya adalah teknologi baterai solid-state yang diinisiasi oleh anak perusahaan Dyson, Sakti3. Dibanding baterai lithium-ion tradisional, baterai solid-state dipercaya jauh lebih efisien meski secara fisik lebih kecil sekaligus lebih ringan.
Kabar baiknya, Dyson cukup optimis dengan prospek baterai solid-state. James melihat potensi Dyson untuk menjadi pemasok baterai solid-state bagi sejumlah pabrikan mobil elektrik di masa yang akan datang. James juga tidak menutup kemungkinan bagi Dyson untuk kembali menggarap mobil elektrik seandainya prospeknya sudah berubah.