Tag Archives: Jinqiu Capital

Perusahaan e-commerce enabler Jet Commerce mengumumkan penyelesaian putaran pendanaan Seri B senilai lebih dari $600 miliar

Jet Commerce Peroleh Dana 900 Miliar Rupiah, Perkuat Solusi “Omnichannel Commerce”

Perusahaan e-commerce enabler “Jet Commerce” mengumumkan penyelesaian putaran pendanaan seri B lebih dari $60 juta (sekitar 900 miliar Rupiah). Pendanaan ini dipimpin sejumlah VC, yakni Jinqiu Capital, Hidden Hill Capital, dan Zhejiang SilkRoad Fund. Investor sebelumnya, seperti ATM Capital, Hui Capital, dan lainnya turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Founder & CEO Jet Commerce Group Oliver Yang mengatakan, tambahan dana ini akan digunakan untuk memperkuat infrastruktur ekosistem Jet Commerce, merekrut lebih banyak talenta lokal profesional, melakukan riset dan pengembangan teknologi, serta memperkuat kemampuan perusahaan dalam menginkubasi merek.

“Kami percaya pendanaan dan dukungan dari para investor ini dapat semakin meningkatkan kapabilitas Jet Commerce dalam membantu para mitra brand kami menangkap peluang dari pesatnya pertumbuhan pasar e-commerce di Asia Tenggara,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (30/8).

Chairman & Managing Partner Hidden Hill Capital Dongfang Hao turut menyampaikan terkait optimismenya terhadap potensi sektor e-commerce di pasar berkembang, seperti Asia Tenggara dan Amerika Latin.

“Kita dapat melihat dengan jelas bahwa seluruh pasar akan secara cepat beralih menuju online dan berfokus pada branding. Untuk itu, kami optimis layanan e-commerce menyeluruh seperti yang ditawarkan Jet Commerce akan semakin bernilai tinggi, terutama bagi brand yang ingin memenangkan pangsa pasar di emerging market,” kata Hao.

Perkembangan bisnis Jet Commerce

Perusahaan sendiri berdiri di Indonesia sejak 2017, terhitung telah ekspansi ke lima negara Asia lainnya, seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Tiongkok, dan Malaysia dalam lima tahun terakhir. Perusahaan mempekerjakan lebih dari 1.000 orang dengan 90%-nya merupakan talenta lokal di tiap negara.

Ekspansi akan terus berlanjut ke dua negara berikutnya, yaitu Brazil dan Singapura. Guna memperkuat bisnis regional, pada 2020 perusahaan membentuk grup perusahaan dan mendirikan kantor pusatnya di Hangzhou, Tiongkok. Berkat kehadiran Jet Commerce Group, kini perusahaan telah berhasil bermitra secara regional dengan beberapa brand kenamaan dunia seperti OPPO, Unicharm, DJI, Nivea, Shiseido, dan FOREO.

“Tiongkok merupakan pusat e-commerce dunia dengan teknologi dan pola belanja online masyarakatnya yang sudah jauh lebih matang. Dengan berpusat di Tiongkok, kami dapat memperluas jaringan dengan para pemimpin industri, dan belajar dari model bisnis mereka yang sudah terbukti kesuksesannya, untuk mendorong inovasi Jet Commerce selanjutnya,” tambah Oliver.

Selain memperluas jangkauannya ke negara lain, perusahaan juga memperkuat layanannya. Salah satunya menyediakan sistem omnichannel, berkat kerja sama dengan UPFOS, pada awal tahun ini. Dengan demikian, Jet Commerce mampu meningkatkan efisiensi pengelolaan operasional bisnis e-commerce mitra brand-nya. Tak hanya menyederhanakan kompleksitas dalam operasi e-commerce, perusahaan kini mampu menangani lebih dari 100 ribu pesanan per hari berkat kehadiran sistem tersebut.

Inovasi berikutnya adalah menghadirkan layanan live commerce melalui unit bisnis terbaru “Lumbalumba” sekaligus meresmikan pusat live streaming di Pluit, Jakarta. Pusat live streaming ini berisi 14 studio berfasilitas lengkap, seperti perangkat OBS (Open Broadcaster Software) untuk meningkatkan kualitas video, lightning set yang lengkap, dan berbagai peralatan lainnya.

Lumbalumba menyediakan layanan live commerce secara menyeluruh untuk mitra brand Jet Commerce Indonesia, mulai dari live streaming, talent management, termasuk menyediakan kreator konten atau influencer ternama, TikTok Shop Management, hingga content marketing.

Live commerce sendiri merupakan aktivitas perdagangan yang menyiarkan produknya secara digital melalui video dan terhubung langsung dengan konsumen secara daring, yang dinilai telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Dalam laporan terbaru Statista, tercatat terjadi peningkatan rata-rata pembelian melalui live streaming sebesar 76% di seluruh dunia, sejak awal pandemi hingga saat ini.

Persaingan omnichannel commerce

Sebagai catatan, pangsa pasar belanja online di Indonesia, menurut laporan e-Conomy SEA 2021 yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company, menunjukkan pertumbuhan kuat yang terjadi di semua sektor ekonomi digital di Indonesia. Ekonomi internet di Indonesia diprediksi mencapai $70 miliar dalam Gross Merchandise Value (GMV) pada 2021 dan diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi $146 miliar pada 2025.

Adapun, sektor e-commerce tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital. Alasannya, karena semakin banyak pedagang yang ingin bergabung ke platform e-commerce. Angkanya diprediksi mencapai $53 miliar pada 2021, naik 52% dari tahun sebelumnya, kemudian pada 2025 diprediksi akan naik menjadi $104 miliar, tumbuh 18%.

Karena demikian, lahan basah ini menjadi kesempatan bagi para pemain untuk terus menggarapnya. Kompetitor terdekat Jet Commerce, yakni SIRCLO juga turut aktif berinovasi agar proses belanja online dari brand ke konsumen semakin seamless. Perusahaan ini memiliki tiga fokus utama yang terbagi ke dalam pilar-pilar solusi, yakni Enterprise, Entrepreneur (UMKM), dan new retail. Masing-masing solusi menyesuaikan kebutuhan bisnis.

Diklaim perusahaan mencatatkan lebih dari 150 ribu brands dan lebih dari 500 ribu warung yang telah dilayani secara akumulatif; lebih dari 25 juta end-consumers telah terlayani; dan lebih dari 80 titik distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Salah satu turunan inovasi dari vertikal e-commerce yang mulai ramai dirambah adalah social commerce. Layanan ini relevan dengan kultur budaya orang Indonesia karena memberdayakan komunitas sosial dan online teknologi untuk meningkatkan pasar dengan upaya yang lebih rendah.

Model bisnisnya cukup membutuhkan seorang agen untuk membagikan tautan rujukan produk dan untuk mendapatkan impression dari orang-orang terdekat mereka melalui media sosial atau pertemuan tatap muka. Cara promosi seperti ini akan lebih native dan personal.

Mengutip dari laporan Research and Markets (2021), pangsa pasar bisnis social commerce diestimasi bakal menyentuh angka $8,6 miliar di 2022, tumbuh 55% per tahunnya. Pemain social commerce rata-rata masuk ke kota lapis dua dan tiga yang memiliki komunitas yang kuat dan literasi digital yang masih minim.