Tag Archives: job marketplace

Sribu

Setelah Diakuisisi Mynavi Corporation, Sribu Rencanakan Perluasan Lini Bisnis

Usai diakuisisi oleh Mynavi Corporation tahun lalu, Sribu ingin memperkuat posisinya di pasar talenta dan rekrutmen Indonesia, baik segmen pekerja lepas (freelance) maupun pekerja tetap (full time). Sejumlah strategi dan produk disiapkan untuk membidik skala bisnis yang lebih besar.

Sekilas terkait akuisisinya, perusahaan SDM asal Jepang Mynavi Corporation mencaplok mayoritas kepemilikan saham Sribu. Co-Founder & CEO Sribu Ryan Gondokusumo bilang proses pengambilalihan tersebut memakan waktu dua tahun. Pasca-diakuisisi, ia mengaku tidak ada perubahan manajemen. Sribu tetap memegang kendali terhadap pengembangan bisnis dan strateginya.

“Setelah diakuisisi, kami mencoba meredefinisi visi-misi Sribu, menentukan ke mana arah model bisnisnya. Hal ini kami diskusikan juga dengan Mynavi. Sribu memutuskan untuk fokus untuk meningkatkan kualitas talenta di Indonesia,” ujarnya saat berbincang dengan DailySocial.id soal profitabilitas baru baru ini.

Untuk mencapai standar emas yang dirancangnya, Sribu akan mengurasi sebanyak 30.000 freelancer di platformnya. Proses kurasi akan mengacu pada sejumlah metrik, seperti jumlah portofolio, ulasan klien, dan biografi freelancer. “Apabila [metriknya] bagus, mereka akan mencapai tahap interview. Nantinya, akan ada sertifikasi dan spesialisasi. Kami juga berencana grabbing overseas companies dalam 2-3 tahun ke depan.”

Kurasi freelancer ini juga sejalan dengan strategi Sribu untuk menyuplai pekerja lepas ke proyek yang lebih besar. Sribu juga mengembangkan fitur/produk white label untuk membidik segmen B2B atau pemilik bisnis yang butuh project/talent management, seperti PR dan advertising agency.

“Ada tool untuk invoicing atau quotation, cuma tidak pakai label Sribu. Pemilik bisnis bisa mengelola proyeknya [di platform Sribu]. White label menjadi salah satu revenue model kami.”

Kemudian, freelancer kini dapat memasang jasa sendiri atau mempromosikan dirinya dengan kata kunci pekerjaan yang lebih spesifik, tidak seperti sebelumnya yang hanya menampilkan profil untuk custom job. Fitur berupa search bar ini baru saja dirilis. Menurut Ryan, fitur tersebut dikembangkan untuk memenuhi permintaan pekerjaan yang suplainya tidak banyak atau sulit dicari di Indonesia. Contohnya, pengecekan Google Search Console.

Kepopuleran ChatGPT dan potensi munculnya teknologi baru di masa depan mau tak mau mendorong Sribu untuk meningkatkan kualitas talenta. Bisa jadi perkembangan teknologi berpotensi melenyapkan pekerjaan lama, tetapi otomatis menghadirkan jenis pekerjaan baru.

“Kebutuhan pekerja copywriting mulai berkurang, tetapi kategori baru muncul, yakni ChatGPT prompter. Kebutuhannya ada karena buat prompt itu sulit. Saya melihat pasar akan membutuhkan ekspertis, karena teknologi baru berarti ada suplai baru,” tambahnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pekerja lepas di Indonesia telah mencapai angka 34 juta orang pada 2022. Adapun, perusahaan yang membutuhkan jasa pekerja lepas ini diestimasi sebanyak 683 ribu yang bergerak di berbagai skala usaha.

Rekrutmen

Terakhir, Sribu juga akan masuk ke penyediaan talenta untuk pekerja penuh, akan bersaing pula dengan platform job marketplace di Indonesia. Saat ini, Sribu tengah menyiapkan produknya sebelum komersial ke publik.

“Saat ini sudah siap sekitar 500 talenta untuk IT dan programming. Modelnya adalah matching. Misalnya, kami provide tiga CV. Jika tertarik untuk lanjut ke proses interview, klien bisa deposit. Jika tidak cocok, deposit kembali. Mirip dengan recruitment agency. Saat ini, kami fokus di middle staff karena kami tidak ingin berkompetisi dengan head hunter,” jelasnya.

Untuk sourcing talent ini, Sribu hanya fokus di lima kategori pekerja, antara lain desainer grafis, programmer; video, audio & photographer; writer, translator, data entry; serta digital marketer.

Sekadar informasi, Indonesia memiliki sejumlah platform di bidang talenta dan rekrutmen yang hadir dengan beragam model dan pendekatan berbeda. Ada Jobseeker yang fokusnya mengincar pekerja kerah biru dengan model social recruitment.

Startup KUPU memanfaatkan AI ke dalam proses rekrutmen, baik untuk proses matching maupun interview. Sementara, KarirLab menghubungkan mahasiswa, perguruan tinggi, dan perusahaan dengan menyediakan platform pengembangan dan manajemen karir.

Aleisha Fiona (CEO) dan Unggul Reynawa (CMO) dirikan startup edtech Grou yakni virtual work experience marketplace untuk mahasiswa

Startup Edtech Grou Jembatani Pencari Kerja Lewat Pengalaman Virtual

Pesatnya pertumbuhan startup digital di Indonesia, mendorong lahirnya jenis pekerjaan baru yang sebelumnya tidak pernah ada. Kondisi tersebut pada akhirnya menimbulkan kesenjangan ekspektasi antara pencari kerja dengan pemberi kerja.

Untuk mengatasinya, umumnya pemberi kerja melakukan serangkaian tes guna mendapatkan ekspektasi kemampuan si pencari kerja. Bisa dibilang untuk menempuh proses tersebut, investasi yang dikeluarkan tidaklah sedikit.

Aleisha Fiona (CEO) dan Unggul Reynawa (CMO), yang bertemu saat bekerja di Gojek, menawarkan solusi yang berbeda untuk mengatasi hal tersebut dengan meluncurkan Grou. Grou adalah startup edtech yang menyediakan platform marketplace khusus virtual work experience untuk mahasiswa dan pencari kerja mendapatkan pengalaman kerja secara virtual.

Sejatinya, Grou adalah hasil rebrand dari wadah komunitas pengembangan karier ReLearn yang sudah hadir sejak Februari 2020. ReLearn yang berbasis akun media sosial di Instagram ini dirintis dengan intensi awalnya sekadar untuk menyebarkan tips-tips seputar dunia kerja untuk mahasiswa dan pencari kerja yang baru merintis karier. Kemudian berkembang dengan menghadirkan program mentorship.

Terkait alasan pivot dan rebranding, Aleisha menjelaskan bahwa terdapat kesenjangan antara filosofi dengan nama merek sebelumnya. ReLearn itu artinya belajar lagi. Konteks belajar itu sendiri sangat luas. Sementara, filosofi yang selalu dibawa ReLearn adalah teman perjalanan karier. Di sisi lain, merek ReLearn sedikit mirip dengan startup sejenis yang sudah lebih dulu hadir di Indonesia, ada yang mengira subsidiary-nya.

“Awal 2022 kita mulai riset, seperti apa persona ReLearn. Mereka ingatnya teman karier karena jargon yang kita pakai itu ‘grow with ReLearn’ karena kita mau orang berkembang bersama kita. Kita gali terus sampai akhirnya yakin [untuk rebrand],” ujar Aleisha kepada DailySocial.id.

Tiga tahun mengembangkan ReLearn, Aleisha mempelajari bahwa program mentoring saja tidak cukup dalam menyelesaikan masalah yang di lapangan yang alami oleh para rekruter. Sebelum berkarier di ranah profesional, Aleisha pernah ikut menjadi penasihat karier di luar negeri. Tiap bulannya ia meninjau 300 lamaran pekerjaan yang masuk, sebagian besar para kandidat tersebut masih ragu dengan tujuan karier setelah lulus kuliah.

Di Indonesia saja, menurut data yang ia kutip, terdapat 8,3 juta fresh graduate yang tidak bekerja saat ini. Dari total tersebut, hanya 15 ribu orang yang memiliki akses ke program intership.

Berbagai pengalaman dan riset di lapangan, memantapkan dirinya untuk menyeriusi solusi pengalaman kerja virtual ini. Terlebih, ia juga melihat kesuksesan Forage, startup sejenis Grou asal Amerika Serikat, dengan konsep yang diusung untuk meyakininya diadopsi ke Indonesia.

“Indonesia mempunyai lebih dari 10 juta fresh graduates, sedangkan peluang magang di Indonesia masih sangat terbatas setiap tahunnya. Dengan adanya marketplace pengalaman kerja virtual yang diluncurkan oleh Grou, kami berharap agar bisa membangun peluang kerja yang lebih terdemokratisasi, sehingga siapapun bisa mendapatkan pengalaman pekerjaan, sekalipun untuk yang tertarik berkarier lintas jurusan.”

Produk Grou

Produk Grou saat ini ada dua, yakni virtual work experience dan komunitas. Produk pertama ini walau dilakukan secara daring atau virtual, program pengalaman kerja virtual Grou memiliki peluang besar untuk membantu rekruter perusahaan menyaring calon karyawan yang berkualitas dengan mudah.

Hal ini didukung oleh akses program yang bersifat gratis untuk para pencari kerja, serta fitur Digital Profile yang dapat membantu rekruter menyaring kandidat lebih mudah sesuai kebutuhan. Penggunanya dapat berasal dari kalangan mahasiswa, fresh graduate, professional, bahkan praktisi industri yang ingin bergabung sebagai mentor.

Dari sisi perusahaan, mereka dapat listing berbagai posisi pekerjaan dengan mencantumkan studi kasusnya melalui akses dasbor yang diberikan Grou. Calon pekerja dapat mengerjakan studi kasus tersebut, sesuai jenis pekerjaan dengan yang mereka mau.

“Jadi drive dari sisi job seeker itu, dia mau tahu apa saja yang ia kerjakan. Tapi dari sisi perusahaan, mereka bisa kontrol apa saja pekerjaan yang mau di-post. Mereka ada potensi membutuhkan kandidat tersebut atau amplifikasi employer branding-nya karena banyak orang yang enggak tahu pekerjaannya tuh kayak gimana.”

Aleisha melanjutkan, “Dari job seeker mereka dapat pengetahuan mengenai perusahaan tersebut. Mereka bisa tahu kalau misalnya jadi finance manager di perusahaan itu silabusnya apa saja yang harus dipelajari. Silabus ini kan yang missing di bangku kuliah. Itu yang kita trying to solve.”

Produk pertamanya ini baru dirilis pada 14 Oktober kemarin. Calon pekerja tidak dibebankan biaya untuk menggunakan solusi tersebut karena model bisnis yang dianut adalah B2B.

Grou juga memiliki program mentoring virtual untuk mendukung proses pengembangan karier generasi muda. Diklaim perusahaan telah bekerja sama dengan 150 praktisi industri untuk melakukan program mentoring karier bersama lebih dari 500 anggota komunitas di Grou. Para mentor ini berasal dari perusahaan teknologi, big 4 consulting, dan perusahaan bergengsi lainnya.

“Sekarang masih tahap awal, masih cari product-market-fit. Sembari itu kita expanding anggota komunitas karena apapun bentuk produk yang kita keluarkan akan tetap ada unsur komunitas yang melekat di dalamnya.”

Disebutkan Grou telah mengantongi pendanaan sebesar $40 ribu (Rp628 juta) dari lima angel investor. Latar belakang para investor ini beragam, ada yang dari industri game, hiburan, dan sebagainya. Aleisha menyebut pendanaan pra-awal ini masih berlanjut dan ditargetkan dapat meraup dana sebesar $175 ribu (Rp2,7 miliar).

“Kita ini masih kecil banget, jadi yang kita butuhkan adalah mencari investor strategis, yang bisa jadi mentor buat aku sebagai founder,” pungkasnya.

Jobseeker Company

Jobseeker Company Usung Model Social Recruitment untuk Pekerja Kerah Biru

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada sebanyak 7,99 juta pengangguran yang jumlahnya mencapai 5,83% dari penduduk usia produktif per akhir Februari 2023. Dari jumlah tersebut, pengangguran terbanyak dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 9,6%, lalu lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,69%.

Kesenjangan yang tinggi antara supply dan demand membuat penggangguran belum tuntas teratasi di Indonesia. Sementara, platform pencari kerja populer belum ada yang secara khusus menyediakan kebutuhan para pekerja kerah biru secara optimal. Padahal proses rekrutmen untuk segmen ini tidak bisa disamakan dengan jenis pekerjaan di kerah putih.

Terdapat kesempatan yang besar di segmen ini, Chandra Ming tertantang untuk menggarapnya dengan mendirikan Jobseeker Company pada Februari 2022. Chandra memiliki latar belakang yang tergolong kuat di bidang HR, sudah berkecimpung sejak 20 tahun lalu. Beberapa posisi penting di portal pencari kerja, yakni JobsDB dan Jobstreet pernah diduduki.

Dalam temu bersama sejumlah media di Jakarta baru-baru ini, Chandra menjelaskan bahwa belum ada portal kerja lokal yang bisa mengatasi isu spesifik untuk segmen sarjana ke bawah. LinkedIn, portal kerja pada umumnya, headhunter, dan outsourcing bukanlah jawaban tepat untuk mencari pekerja dengan jenis pekerjaan yang lebih mengandalkan keterampilan dan pengalaman, seperti barista, pramusaji, dan sebagainya.

“Di Indonesia ada 75 juta pekerja dengan gelar di bawah S1 per Februari 2022 dari total 133 juta pekerja. Kalau mau sekolah tinggi itu makin lama makin mahal, sementara orang harus kerja. Kalau mereka gak bisa kuliah, pasti cari kerja ala kadarnya. Isu ini enggak akan selesai kalau tidak diselesaikan secara straight, makanya Jobseeker fokus ke non white collar,” ujar Chandra.

Untuk pekerja kerah biru, melamar dengan kirim resume/CV bukan jalan yang tepat karena banyak di antara mereka yang hanya meniru format CV yang ada. Rekruter tidak mampu menilai apakah kandidat tersebut cocok untuk bekerja, ditambah proses filtering manual. Alhasil, semua kembali ke insting, tidak ada basis data yang pendukungnya.

“Bagi level sarjana ke bawah itu banyak yang belum canggih-canggih [melek digital]. Ambil contoh untuk barista, yang pemilik kedai cari itu yang bisa buat kopi, sertifikat dan lulusan dari mana itu enggak begitu ngaruh.”

Besarnya potensi ini, menarik berbagai angel investor untuk mendanai Jobseeker. Mereka adalah Sandiaga Uno (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Helmy Yahya (Pengusaha), Gita Wirjawan (Pengusaha), Rizal Gozali (Credit Suisse), Daniel Surya (WIR Group), Philip Ng (BitCyber), Steve Lovato (Incentive Dynamics), Biju Mohan (Accenture), Akshat Chawla (Autofleet).

Rata-rata mereka masuk pada bulan ketiga dan keempat sejak Jobseeker pertama kali beroperasi di Februari 2022. Kini mereka menduduki sebagai penasihat di perusahaan.

Perusahaan juga memperoleh investasi strategis dari Salim Group. Konglomerasi tersebut mengempit 40% saham di Jobseeker.

Peluncuran Jobseeker / Jobseeker

Produk Jobseeker Company

Jobseeker Company mengambil pendekatan yang berbeda untuk mempertemukan para pelamar dengan pemberi kerja dengan membuat video resume berisi perkenalan diri. Konsepnya mirip dengan algoritma FYP (For Your Page) di TikTok atau Tinder namun versi lebih serius dan kompleks di belakang engine-nya karena ditenagai oleh kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini dimanfaatkan untuk matching algoritma berdasarkan keterampilan dan menemukan lokasi kandidat berdasarkan lokasi terdekat dari para pemberi kerja.

Proses rekrutmen hingga diterima kerja sepenuhnya dapat dilakukan lewat aplikasi Jobseeker, sehingga semua dilakukan secara satu pintu. Aplikasi untuk pelamar ini disebut Jobseeker App. Perusahaan punya tiga produk lainnya yang spesifikasi menyasar kebutuhan perusahaan lebih beragam.

Pertama, Jobseeker Software yang dilengkapi dengan Customized ATS (Applicant Tracking System), unlimited users, dan harga terjangkau. Solusi ini diperuntukkan untuk korporasi besar, di antaranya Alfamart yang berhasil merekrut 200 ribu karyawan baru, RS Mitra Keluarga, Ranch Market, Superindo, dan sebagainya.

Produk ini merupakan hasil investasi yang diberikan Chandra untuk Karirpad yang kemudian dilebur dengan Jobseeker dan akhirnya menjadi produk tersendiri.

Kedua, Jobseeker Services adalah layanan headhunter dari Jobseeker untuk mencari kandidat yang tepat sesuai spesifikasi keahlian yang dicari perusahaan. Ketiga, Jobseeker Partners, berbentuk aplikasi untuk membantu perusahaan level UMKM mencari kandidat yang mereka butuhkan.

“Banyak usaha kecil yang kesulitan mencari posisi dengan turnover tinggi, seperti barista, kasir, waiter, merchandiser, staffer. Selama ini mereka hanya mengandalkan dari referensi saja.”

Sementara itu, rata-rata pengguna perusahaan di Jobseeker datang dari industri ritel, FMCG, dan hospitality.

Target selanjutnya

Walau Jobseeker baru berumur 17 bulan, Chandra mengklaim perusahaan sudah menjaring 2,6 juta pelamar yang sudah mendaftar dan membuat video resume mereka. Basis data ini akan diperkuat dengan mengedukasi para pelamar untuk membuat video resume yang lebih layak rapi.

Untuk itu, perusahaan akan mengadakan roadshow ke berbagai kota di penjuru Indonesia dan masuk ke SMK dan SMA. Mereka nantinya akan diajari bagaimana membuat video resume yang baik melalui perangkat smartphone.
“Kami juga berencana untuk buat fitur upskilling agar keterampilan para pelamar meningkat. Salah satunya yang siap jalan adalah bersama Rumah Siap Kerja.”

Rumah Siap Kerja adalah inisiatif yang dibuat Sandiaga, salah satu investor di Jobseeker, berbentuk wadah yang menghubungkan berbagai program khusus anak muda yang tersedia di pemerintaha, swasta, dan masyarakat.

Tak hanya itu, perusahaan akan menyempurnakan platform Jobseeker Partner, seperti proses onboarding dan matching algoritma lebih akurat dan seamless. Platform ini akan segera dirilis dalam versi penuh jelang akhir 2023, sejauh ini masih berbentuk beta.

“Versi beta kita sangat panjang karena banyak printilannya yang harus diselesaikan, ada AB testing juga. Jobseeker App sudah lebih rapi sekarang. Tapi Jobseeker Partner masih harus diselesaikan sedikit lagi.”

Dukungan dari para investor tentang solusi dan tantangan di pekerja biru ini, membuat Chandra berambisi ingin membawa Jobseeker ekspansi ke pasar Asia. Sejumlah negara di Asia Tenggara, India, dan Tiongkok sudah menjadi incaran, walau ia belum bisa memastikan kapan rencana tersebut dapat terealisasi.

Menurutnya, seluruh negara tersebut memiliki jumlah pekerja biru yang sama besarnya dengan Indonesia. Serta, belum ada platform pencari kerja yang dapat mengatasi isu seperti yang dihadapi di Indonesia.

“Setidaknya akhir tahun ini kita bisa dapat 5 juta pelamar dan tahun 2024 mendatang bisa tingkatkan angkanya ke 20 juta pelamar,” tutupnya.

Walau berambisi jadi perusahaan global, Chandra mengambil pendekatan yang berbeda dalam merekrut para talentanya. Ia merekrut talenta dari Bali dan menjadikannya sebagai kantor pusat dan menjadikan Jakarta sebagai kantor pemasaran . Para penasihat di perusahaan yang mayoritas datang dari perusahaan global juga akan membimbing para talenta lokal untuk transfer knowledge agar mereka dapat belajar dan tahu pola pengembangan di luar Indonesia seperti apa.

Total karyawan kami 50 orang, sebanyak 65% dari sini lokasinya di Bali, ada tim produk, engineer, dan lainnya. Selain Jakarta untuk tim marketing, Jobseeker juga ada kantor di Singapura. “Orang luar saya set sebagai advisor supaya bisa kasih kesempatan ke anak-anak kita untuk belajar dan tahu pola pengembangan dunia di luar seperti apa. Mudah-mudahan anak-anak [Bali] ini bisa menjadi champion di industri ini,” tutup Chandra.

KUPU, startup rekrutmen berbasis AI, mengumumkan perolehan pendanaan senilai $6 juta dipimpin oleh Ascend Global Investment Fund (AGIF)

Startup Rekrutmen KUPU Raih Pendanaan Rp91 Miliar

KUPU, startup rekrutmen berbasis AI, hari ini (04/9) mengumumkan perolehan pendanaan senilai $6 juta (atau sekitar Rp91 miliar). Putaran ini dipimpin oleh Ascend Global Investment Fund (AGIF), perusahaan dana ekuitas swasta berbasis di Singapura yang dikelola oleh Ascend Capital Advisors.

Dengan pendanaan ini, AGIF masuk ke daftar investor ternama KUPU yang di dalamnya terdapat nama besar seperti Sinar Mas Group.

Sebelumnya, baik AGIF melalui Ascend Global dan Sinar Mas Group melalui Golden Energy and Resources, bermitra dalam pembentukan perusahaan patungan Golden Investments (Australia) Pte Ltd yang bergerak di perusahaan hasil tambang dan jasa pertambangan.

Dengan pendanaan ini, KUPU berencana untuk memperluas ekspansi pasar, memperkuat solusi rekrutmen berbasis AI, dan memberikan layanan yang lebih baik kepada basis pelanggan yang lebih besar lagi.

“Investasi ini merupakan wujud optimisme AGIF terhadap potensi industri teknologi rekrutmen di Indonesia dan kemampuan KUPU dalam menangkan potensi tersebut. KUPU berada di posisi strategis untuk menjembatani kebutuhan akan talenta berkualitas tinggi di negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti Indonesia,” terang perwakilan AGIF dalam keterangan resmi.

CEO KUPU Haibo Zhou menuturkan pihaknya percaya dengan kemajuan dan modernisasi dunia usaha di Indonesia, akan semakin banyak sektor industri baru yang lahir dan bertumbuh. Para perusahaan ini tentu membutuhkan talenta yang tepat untuk bisa berkompetisi di era digital ini.

“Karena itu, peran KUPU sebagai jembatan dan mitra rekrutmen akan menjadi semakin penting, terutama agar pelaku bisnis bisa menemukan kandidat potensial yang tepat dan berkualitas di tengah banyaknya talenta di Indonesia,” terangnya.

Produk KUPU

Fokus utama KUPU adalah mentransformasi proses rekrutmen menjadi lebih mudah, akurat, dan efisien. Pasalnya, saat ini mayoritas tenaga personalia (HR) masih kesulitan menemukan kandidat karyawan yang sesuai dengan kriteria perusahaan. Biasanya, dalam satu lowongan kerja ada 250 pendaftar yang mengirimkan resume mereka.

Kemudian, sekitar 4-6 orang di antaranya akan terpilih ke tahap wawancara dan hanya satu yang akan mendapatkan tawaran pekerjaan. Proses ini sangat memakan waktu, rata-rata perusahaan menghabiskan 68 hari untuk mencari satu karyawan.

Oleh karena itu, startup yang berdiri sejak 2021 ini membawa banyak inovasi baru dalam proses rekrutmen korporasi. Beberapa pendekatan kreatif yang ditawarkan, mencakup Talent and Job Competency Models, Omni-Channel Sourcing, AI Video Interviewer, dan AI Matching Model.

Misalnya dengan AI Video Interviewer, sistem KUPU dapat melakukan wawancara kandidat secara otomatis dengan daftar pertanyaan tertentu, kemudian mengirimkan hasil rekaman wawancara tersebut kepada perusahaan untuk dievaluasi, sehingga mempermudah tim HR untuk melakukan screening kandidat.

Berbagai solusi komprehensif dari KUPU membantu perusahaan dalam menghemat waktu pemrosesan rekrutmen hingga 20%, dan memperbesar pool kurasi kandidat berkualitas hingga 200% dibandingkan metode konvensional. Diklaim, hingga Agustus 2023, KUPU telah membantu lebih dari 600 ribu pencari kerja untuk menemukan lowongan yang sesuai.

Tidak hanya melalui sistem teknologi yang terkini, KUPU menawarkan aplikasi mobile swalayan (self-service) yang intuitif dan penasihat rekrutmen personal. Hasilnya, dalam waktu kurang dari dua tahun, platform KUPU telah memiliki lebih dari 3 juta pengguna aktif dan 150 ribu pelaku bisnis yang sedang mencari karyawan pun mempercayakan proses rekrutmen mereka kepada KUPU. Klien startup ini mencakup perusahaan dari berbagai skala dan industri, mulai dari Allianz, Bank DBS, Mitsubishi, Paragon, Smartfren, Kawan Lama Group, hingga Burger King.

Ke depannya, KUPU berencana untuk terus memperluas jangkauan klien dan pengguna serta mengembangkan fitur-fitur rekrutmen yang lebih cerdas dalam platform. Langkah strategis ini sejalan dengan visi KUPU untuk menjadi pionir sistem teknologi rekrutmen cerdas yang membantu perusahaan dan para pencari kerja untuk menavigasi lanskap industri yang terus berubah.

Application Information Will Show Up Here
Startup penyedia platform pengelola pekerja Staffinc dikabarkan galang pendanaan Seri B sebesar $3,9 juta dipimpin oleh Altara Ventures / Staffinc

Startup Pengelola Pekerja Staffinc Dikabarkan Galang Pendanaan Seri B [UPDATED]

Startup penyedia platform pengelola pekerja Staffinc dikabarkan galang pendanaan seri B sebesar $3,9 juta (lebih dari Rp59,4 miliar). Berdasarkan regulatory filings seperti dikutip dari Venture Cap, Altara Ventures menjadi lead investor, dengan partisipasi dari Antler, Access Ventures, K9 Industries, dan Pacific Trustees.

Kepada DailySocial, Co-founder dan CEO Staffinc Wisnu Nugrahadi menyampaikan belum bisa berkomentar lebih lanjut terkait kabar pendanaan ini.

“Untuk saat ini, kami belum bisa menyampaikan apapun terkait pendanaan. Kami saat ini sedang fokus untuk mengembangkan teknologi untuk mempermudah proses ketenagakerjaan dari perusahaan skala besar,” kata dia.

Altara adalah investor lama yang sebelumnya memimpin dalam putaran seri A pada 2021 senilai $5 juta. Diikuti jajaran investor lainnya, yakni Access Ventures, XA Network, iSeed SEA, serta dua investor di putaran sebelumnya yakni Golden Gate Ventures dan Antler.

Didirikan pada 2018, Staffinc mengawali bisnisnya sebagai Sampingan (brand sebelumnya), sebuah platform yang menghubungkan pekerja kerah biru pada beragam pekerjaan. Dalam data terakhir yang diungkap, hingga saat ini Staffinc memiliki lebih dari 1,7 juta pekerja di lebih dari 180 kota di Indonesia. Layanannya telah digunakan oleh lebih dari 310 perusahaan.

Setelah rebranding dengan nama baru, Staffinc memastikan bahwa kini perusahaan tidak hanya fokus pada pekerja kerah biru untuk posisi part time saja, namun juga full time, dan potensi-potensi lainnya.

Solusi Staffinc memungkinkan para klien perusahaan untuk menyederhanakan proses rekrutmen, dengan mencocokkan persyaratan spesifik setiap proyek dengan kandidat pekerja yang paling sesuai secara otomatis. Solusi tersebut memastikan mereka dapat menerima tenaga kerja berkualifikasi dengan keahlian dan pengalaman yang diperlukan agar untuk berkontribusi pada kesuksesan perusahaan.

Selain itu, platform tenaga kerja Staffinc Suite juga dapat dimanfaatkan untuk memudahkan proses administrasi seperti absensi, penjadwalan kerja, penugasan serta penggajian secara otomatis, sehingga memungkinkan klien untuk fokus memberikan layanan yang optimal.

Melalui beberapa program Staffinc juga menawarkan benefit kepada pekerja. Di antaranya, pelatihan yang lebih ke arah upskill dari pekerja tersebut, disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Yang kedua adalah akses finansial bagi mereka yang telah terkurasi oleh Staffinc dalam bentuk Earned Wage Access (EWA).

Layanan tersebut dihadirkan setelah menerima feedback dari para pekerja yang kerap kesulitan untuk bekerja karena berbagai alasan, mulai dari tidak ada biaya untuk membeli bahan bakar dan lainnya.

 

*) Kami menambahkan tanggapan resmi dari Staffinc

Application Information Will Show Up Here
Co-Founder dan CEO KarirLab Tessa Saraswati / KarirLab

KarirLab Kantongi Pendanaan Pra-Awal Dipimpin Alpha JWC Ventures dan M Venture Partners

KarirLab mengantongi pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan M Venture Partners, serta partisipasi dari angel investor, dengan nominal yang dirahasiakan. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan produk, memperkuat tim, serta menjalin kemitraan strategis dengan universitas dan perusahaan terkemuka.

Pendanaan ini juga akan dimanfaatkan untuk meningkatkan performa platform KarirLab demi pengalaman pengguna yang lebih seamless untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang.

KarirLab adalah platform online penghubung antara mahasiswa dan perguruan tinggi dengan perusahaan. Platform ini didirikan oleh Tessa Saraswati, Stephanus Wicardo, dan William Surya Wijaya. Di paruh pertama 2023, KarirLab menyebut telah memiliki ratusan ribu pengguna dan memuat ribuan pekerjaan dari ratusan organisasi berbeda di seluruh Indonesia.

“Dengan pendanaan ini, KarirLab dapat memenuhi potensi kami untuk bermitra dengan perguruan tinggi dan perusahaan dalam skala besar. Kami cukup bersemangat untuk memberdayakan generasi kerja yang akan datang dan merevolusi layanan manajemen karir di Indonesia untuk mendorong bertambahnya lulusan dan peluang karir yang berkualitas,” kata Co-Founder dan CEO KarirLab Tessa Saraswati dalam keterangan resminya.

KarirLab menjembatani ekosistem pelajar, perguruan tinggi, dan perusahaan dengan menyediakan platform pengembangan dan manajemen karir yang komprehensif dan efisien. KarirLab menawarkan berbagai produk, seperti layanan evaluasi profil, pembuatan resume yang ramah ATS (Applicant Tracking System), portal lowongan pekerjaan yang terkurasi, dan layanan manajemen karir.

“Kami optimistis dengan investasi kami di babak pra-awal KarirLab. Mereka dapat mempercepat pengembangan produk, memperkuat tim mereka, dan menjalin kemitraan dengan partner-partner strategis. Dengan demikian, KarirLab akan membuka jalan bagi ekosistem SDM yang lebih komprehensif dan efisien di Indonesia,” tambah General Partner Alpha JWC Jefrey Joe.

“MVP bangga mendukung KarirLab, platform yang menghubungkan mahasiswa ke dunia kerja, yang bertujuan meningkatkan kelayakan kerja siswa dan memperbaiki proses perekrutan pemula karir bagi perusahaan,” ujar Founding Partner M Venture Partners (MVP) Mayank Parekh.

Sasar segmen B2B dan B2C

Di pasar kerja yang kompetitif saat ini, lulusan perguruan tinggi menghadapi tantangan untuk menemukan peluang kerja yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan tujuan karier mereka. Demikian juga perusahaan yang terkendala menemukan kandidat berbakat yang punya keterampilan, pengetahuan, dan antusiasme yang diperlukan pada organisasi mereka.

Maka itu, platform portal lowongan kerja dinilai telah menjadi sumber daya berharga yang memungkinkan perusahaan terhubung dengan sejumlah besar kandidat fresh graduate. KarirLab mengungkap, tujuannya menjadi platform layanan karir nomor satu untuk pemula kerja di Indonesia, mengincar jutaan mahasiswa aktif di universitas, politeknik, dan lembaga pendidikan tinggi lainnya serta lulusan baru.

Menyasar kepada segmen B2B dan B2C, KarirLab memiliki beberapa fitur unggulan yang bisa digunakan oleh perusahaan dan calon pencari kerja. Khusus untuk B2B di antaranya Career Management Platform, Career Fair Management Platform, dan Early Talent Platform. Sementara untuk B2C terdapat beberapa produk unggulan seperti, Power Resume Builder, Power Resume Evaluation, KarirClass, CompanyTalk dan Portal Lowongan Kerja.

Berkantor pusat di Jakarta, KarirLab saat ini telah tersebar di seluruh Indonesia dan berkembang dengan delapan juta mahasiswa aktif. KarirLab memiliki tujuan agar seluruh mahasiswa dari setiap latar belakang memiliki akses dan sumber daya untuk membantu mereka membangun fondasi yang kokoh dalam menjelajahi pasar dan dunia kerja.

KarirLab saat ini juga sedang aktif dalam mengintegrasikan inovasi berbasis AI terbaru dan menjalin kemitraan strategis untuk menghadirkan platform pengembangan karir yang lebih personal. Platform yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah, Kinobi, TopKarir Indonesia, Ekrut.

COO Jobstreet by SEEK Indonesia Varun Mehta / Jobstreet

Rencana Jobstreet di Indonesia; Segera Lakukan Transisi ke Platform Perusahaan Induk

JobStreet didirikan oleh pengusaha Malaysia, Mark Chang Mun Kee pada tahun 1997, dengan fokus pada pasar kerja lokal. Pada tahun 2014, JobStreet tumbuh secara signifikan dan diakuisisi oleh perusahaan Australia, SEEK (SEK (ASX). Dengan nama JobStreet by SEEK, akuisisi ini telah membantu perusahaan memperluas jangkauannya dan membangun kehadiran di Singapura, Filipina, dan Indonesia.

Kepada DailySocial.id COO JobStreet Indonesia Varun Mehta mengungkapkan perkembangan perusahaan saat ini dan rencana ke depannya.

Fokus ke pengembangan fitur dan teknologi

Setelah diakuisisi SEEK, perusahaan telah mengalami transformasi yang cukup masif. Salah satunya adalah, transformasi pola pikir organisasi lokal menuju pola pikir kemenangan global melalui adopsi praktik secara global, seperti Fair Hiring, Modern Slavery compliance, Climate Change Network hingga peningkatan skill dari tim melalui pelatihan dan peningkatan kalibrasi.

Transformasi terbesar akan dilancarkan sepenuhnya oleh perusahaan dengan bertransisi dari platform lama JobStreet ke platform terpadu SEEK di seluruh Asia Pasifik. Mengedepankan teknologi, kecerdasan buatan dalam kemampuan yang sesuai, dan akses ke jaringan global yang memungkinkan pencari kerja untuk tidak hanya melamar pekerjaan di negara asalnya tetapi negara lain yang ada dalam jaringan SEEK.

“Saat-saat yang sangat menyenangkan bagi kami karena kami membawa ini ke Indonesia karena ini akan menjadi platform yang sangat canggih yang dapat digunakan oleh basis besar perusahaan mitra kami untuk kebutuhan perekrutan mereka. Teknologi seperti pencocokan keahlian menggunakan AI yang langsung diurai dari CV yang tersedia dan disesuaikan dengan persyaratan, ini akan sangat memudahkan proses perekrutan,” kata Varun.

Saat ini JobStreet telah memiliki fitur unggulan, mulai dari fungsi pencarian kerja, algoritma pencocokan pekerjaan, pembuat resume, ulasan dan peringkat perusahaan, dan branding pemberi kerja. Namun demikian memanfaatkan pengalaman dan keahlian perusahaan secara global, JobStreet berkomitmen untuk terus berinovasi dan menghadirkan teknologi baru yang akan bermanfaat.

Platform yang menawarkan layanan serupa seperti JobStreet saat ini di antaranya adalah, Ekrut yang memosisikan dirinya sebagai headhunter untuk talenta digital sejak 2016 dengan pemanfaatan teknologi, Staffinc yang memiliki target untuk bisa menjadi platform workforce solution dan labour provider terbesar di Asia Tenggara dan marketplaceon-demand untuk pekerja kerah biru MyRobin secara resmi telah diakuisisi oleh BetterPlace.

Target perusahaan tahun 2023

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,86% pada Agustus 2022 atau setara dengan 8,42 juta orang yang menganggur. Meskipun demikian, jumlah orang yang bekerja meningkat menjadi 143,72 juta pada Agustus 2022, naik 3,57 juta dari Agustus 2021. Platform job listing menjadi opsi terbaik yang kemudian digunakan oleh pencari kerja dan pemberi kerja di Indonesia.

Dengan begitu banyak pilihan yang tersedia, penting untuk menemukan platform yang paling sesuai dengan kebutuhan dan menawarkan daftar pekerjaan di industri yang sesuai. Bukan hanya untuk pekerja kerah putih, namun platform job listing juga banyak yang menyediakan untuk pekerja kerah biru.

Berdasarkan Job Outlook Report 2022: Bangkit Menuju Pemulihan yang telah dirilis JobStreet terungkap, permintaan untuk tenaga kerja masih ada, meskipun industri mencari bakat yang sama telah bergeser dari perusahaan high tech ke perusahaan yang ingin menjadi perusahaan high tech di masa depan.

“Perusahaan konvensional harus mengadopsi cara-cara digital untuk menjadi lebih relevan bagi konsumen mereka dan itulah mengapa kami di JobStreet melihat adopsi yang cepat dari perusahaan baru menjadi pengguna leading job marketplace,” kata Varun.

Tahun ini perusahaan memiliki target untuk membuka lebih banyak pekerjaan melalui pendekatan terfokus, dan membuka jutaan pekerjaan berikutnya bagi masyarakat Indonesia. Saat ini, JobStreet memiliki lebih dari 13 juta pencari kerja terdaftar dan lebih dari 250.000 perusahaan terdaftar di Indonesia. Rencana tersebut akan membutuhkan banyak dukungan dari mitra terkait.

“Seperti yang disebutkan sebelumnya, platform baru kami akan memungkinkan peningkatan kemampuan yang signifikan yang belum tertandingi melalui platform lokal mana pun yang kami lihat, dan saya tahu kami hanya berfokus pada kesuksesan klien kami daripada mengkhawatirkan persaingan,” kata Varun.

Application Information Will Show Up Here
Co-Founder MyRobin: Ardy Satria dan Siddharth Kumar / MyRobin

Startup Pengembang Platform Kepegawaian Kerah Biru MyRobin Diakuisisi BetterPlace

Diluncurkan tahun 2020 lalu, platform yang menyediakan layanan job marketplace on-demand untuk pekerja kerah biru MyRobin secara resmi telah diakuisisi oleh BetterPlace.

BetterPlace berbasis di India dikenal sebagai platform SaaS  untuk penyediaan tenaga kerja frontline alias tenaga kerja kasar (kerah biru). Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi dari proses akuisisi ini yang dikeluarkan oleh BetterPlace. Akuisisi ini menempatkan BetterPlace sebagai pemilik saham mayoritas dari MyRobin.

Akuisisi ini merupakan bagian dari serangkaian investasi yang dilakukan oleh BetterPlace untuk berekspansi ke pasar Asia Tenggara. Dalam waktu dekat, perusahaan juga berencana melakukan ekspansi ke Malaysia, Thailand, dan
Filipina melalui strategi organik dan anorganik. BetterPlace baru-baru ini
mengumpulkan $40 juta sebagai bagian dari putaran Seri C.

“Sebagai pemain terbesar di Asia saat ini, kami senang menyambut MyRobin ke keluarga BetterPlace dan memajukan visi kami menuju formalisasi tenaga kerja frontline secara global. Dengan teknologi kami dan keahlian MyRobin dalam beroperasi di Indonesia dapat kami perkenalkan kesempatan yang sama untuk segmen frontline,” kata Co-founder & Group CEO BetterPlace Pravin Agarwala.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CTO MyRobin Ardy Satria Hasanuddin mengungkapkan, penjajakan proses akuisisi ini sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir. Selanjutnya MyRobin tetap menjalankan bisnis secara independen dan tidak melakukan perubahan dalam manajemen.

Saat ini MyRobin telah memiliki sekitar 160 pegawai dan mengklaim telah memiliki sekitar 3 juta tenaga kerja di sekitar 270 kota di Indonesia. Perusahaan juga telah mencatatkan pertumbuhan 7x lipat di tahun 2022 dan berdampak langsung pada 44.000 keluarga dalam 2 tahun terakhir

“Sebagai bab berikutnya dari pertumbuhan kami, kami ingin mengambil visi dan keahlian ke lebih banyak wilayah geografis dan BetterPlace adalah mitra yang sempurna yang akan memungkinkan kita untuk mencapai tujuan ini. Kami senang dan bersemangat untuk menjadi bagian dari BetterPlace dan bercita-cita untuk menjadi alat dalam mencapai tujuan bersama kami menciptakan tempat yang lebih baik untuk perusahaan dan pekerja frontline di seluruh dunia,” kata Ardy.

Sebelumnya MyRobin telah menerima dana segar dari sejumlah investor, termasuk Antler, SOSV, Accion Venture Lab, dan Investible. Putaran pendanaan yang telah diperoleh selama ini menempatkan MyRobin dalam tahapan Pra-Seri A yang telah mereka dapatkan tahun 2021 lalu.

Pertumbuhan positif MyRobin

Meskipun merupakan wilayah dengan tingkat adopsi digital yang tinggi, tenaga kerja garis depan atau frontline di Asia Tenggara masih belum mengalami transformasi digital yang signifikan. Perusahaan masih banyak yang menggunakan solusi terfragmentasi dan memanfaatkan vendor untuk mengelola tenaga kerja kerah biru mereka, sehingga produktivitas tidak optimal.

Platform seperti MyRobin saat ini menjadi relevan dan dibutuhkan oleh pekerja kerah biru untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang tepat. Selain memberikan peluang kerja, platform tersebut juga memberikan edukasi dan pelatihan yang tepat kepada pengguna yang tergabung. MyRobin menyediakan on-demand, pre-screened untuk pekerja frontline secara jangka panjang dan pendek untuk perusahaan di Indonesia.

Selain itu, MyRobin juga menyediakan manajemen kehadiran dan performance management. Dan melalui produk mereka MyWarung, perusahaan juga menawarkan embedded financial services seperti upah dini dan BNPL, dan memiliki platform peningkatan keterampilan tenaga kerja bernama Akademi MyRobin.

Di Indonesia sendiri solusi yang mengakomodasi segmen serupa ada beberapa startup, di antaranya Staffinc, Weorkmate, Pintarnya, Byru.id, hingga Lumina.

DailySocial mewawancarai Wisnu Nugrahadi dari Staffinc / DailySocial

[Video] Strategi Staffinc Mempertahankan Bisnis dan “Growth”

DailySocial bersama CEO Staffinc Wisnu Nugrahadi membahas tren layoff belakangan dan pengaruhnya terhadap bisnis.

Menurut Wisnu, ada perbedaan perilaku serta kebutuhan, baik dari sisi klien atau tenaga kerja kerah biru. Hal ini yang melandasi Staffinc, yang dulu bernama Sampingan, menciptakan layanan berbasis teknologi demi menunjang bisnis sektor SDM (Sumber Daya Manusia).

Bagaimana strategi Staffinc agar bisa bertahan dalam industri? Seperti apa rencana bisnis Staffinc pada 2023?

Simak pembahasannya di video berikut ini.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Startup pencari kerja Kinobi dikabarkan mengantongi pendanaan lanjutan yang diberikan PT Binus Investama Indonesia, entitas bagian dari Binus Group

Kinobi Dikabarkan Raih Pendanaan Lanjutan Dipimpin Binus Group

Startup pencari kerja “Kinobi” dikabarkan mengantongi pendanaan lanjutan yang diberikan PT Binus Investama Indonesia, entitas bagian dari Binus Group. Menurut sumber DailySocial.id, putaran ini bernilai $547 ribu (lebih dari 8,5 miliar Rupiah).

Disebutkan pendanaan ini diikuti oleh sejumlah investor, seperti Backstroke Consulting, dan investor individu, yakni Wong Chee Weng, Natasha Foong (Advisor Kinobi), Bernard Gunawan Hadipoespito (CEO Bina Nusantara), dan Roy Sim Yu Jie.

Bila informasi ini dikonfirmasi akurat, maka Kinobi menjadi startup kedua yang menerima pendanaan dari PT Binus Investama, setelah CoLearn. Pendanaan yang diberikan adalah putaran seri A senilai $17 juta pada awal tahun ini.

Kinobi merupakan startup penyedia portal manajemen karier untuk universitas dan perusahaan. Tujuannya membantu universitas demi mempersiapkan karier mahasiswa ataupun fresh graduate. Kinobi menyediakan fitur-fitur seperti CV builder, cover letter builder yang didesain untuk membantu membentuk kompetensi mereka.

Kinobi dirintis pada Mei 2020 oleh Benjamin Wong (CEO), Joshua Phua (CTO), Hafiz Kasman (COO). Perusahaan mengklaim telah bekerja sama dengan lebih dari 200 universitas di Indonesia, Singapura, Filipina, dan Vietnam. Sejumlah kerja sama telah dilakukan bersama universitas di Indonesia di antaranya ITS, ITB, UNPAD, dan UNAIR.

Fitur utama yang ditawarkan adalah CV builder atau aplikasi pembuat CV berbasis AI. Aplikasi ini dapat membantu mahasiswa untuk membuat CV dengan format yang sudah sesuai dengan Applicant Tracking System (ATS).

Portal karier Kinobi juga memiliki fitur job portal, pihak universitas dapat mengunggah lowongan kerja yang hanya dapat diakses oleh mahasiswanya. Hal ini tentu akan memudahkan universitas yang telah berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan dalam menyediakan lowongan kerja.

Baru-baru ini perusahaan merilis fitur tambahan, yakni Company Approval untuk permudah proses kerja sama antara universitas dan perusahaan membuka lowongan kerja; Job Approval untuk memungkinkan tim Kinobi atau whitelabel mengelola lowongan yang diunggah oleh perusahaan.

Berikutnya, Job Offer yang memungkinkan pelamar di job portal Kinobi tidak hanya menunggu panggilan, tapi juga bisa menerima atau menolak job offer dari perusahaan yang dilamar.