Tag Archives: job search

Kurniawan Santoso

Aplikasi Job2Go Tawarkan Layanan Pencarian Kerja Berbasis On-demand

Industri startup di Indonesia kembali kedatangan pemain baru. Melalui PT Sinergi Performa Cipta, aplikasi pencarian lowongan kerja berbasis on-demand, Job2Go resmi diperkenalkan.

Dalam keterangan resmi kepada DailySocial, Co-founder dan CEO Job2Go Kurniawan Santoso menyebutkan ada sejumlah faktor yang mendorong pengembangan layanan tersebut. Pertama, meningkatnya tren pekerja kekinian di Indonesia yang mengedepankan jam kerja dan lokasi fleksibel, serta mau mencoba berbagai pekerjaan baru.

Hal ini turut diperkuat oleh riset PersolKelly 2018 APAC Workforce Insight yang menunjukkan sebanyak 39 persen responden di Indonesia berminat mencari pekerjaan yang lebih fleksibel dari sisi kontrak kerja.

Selain itu, peningkatan tren ini juga dipicu oleh model bisnis gig-economy yang menekankan efisiensi dan efektivitas dengan teknologi. Istilah gig-economy merujuk pada ekosistem di mana seseorang melakukan pekerjaan on-demand atau jangka pendek.

Perkembangan teknologi mobile memicu semakin banyak yang ingin berpartisipasi di gig-economy. Hal ini mendorong perubahan perilaku konsumen yang menginginkan jasa atau produk yang serba instan dan customized, seperti di sektor e-commerce dan transportasi.

Menurutnya tren ini memberikan dampak positif yang menumbuhkan sektor ketenagakerjaan, mulai dari pekerja paruh waktu (freelance worker), pekerja mandiri (independent worker), dan staf yang direkrut untuk jangka pendek atau saat dibutuhkan (on-demand worker)

Di sisi lain, kita tidak dapat mengabaikan bahwa angka pengangguran semakin tinggi. Bagi mereka yang minim kemampuan kerja (low skill), pencarian kerja tentu menjadi masalah. “Maka itu, Job2Go membidik siapapun yang ingin cepat dapat pekerjaan yang menonjolkan pada pekerjaan sederhana dan tanpa keahlian khusus,” paparnya.

Dari sisi produk, aplikasi Job2Go dibekali teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk mendapatkan kecocokan antara penawaran dan permintaan kerja. Selain itu juga menyediakan informasi lowongan pekerjaan on-demand dan pekerjaan lain yang tersedia di lokasi dekat para pencari kerja.

“Kami mengolah informasi dasar dari pekerja, seperti pendidikan dan keterampilan dipadukan dengan catatan performa pekerjaan sebelumnya,” ungkap Kurniawan.

Adapun Job2Go menawarkan berbagai pilihan jenis pekerjaan, mulai dari tenaga penjualan, merchandising, SPG, staf pemasaran, staf administrasi, staf magang, dan akan berkembang pada berbagai profesinya lainnya.

Kemudian, untuk memperkuat layanannya, Job2Go menyediakan sistem pembayaran pekerjaan yang terintegrasi di dalam saldo aplikasi.

Sebagai informasi, Job2Go dikembangkan oleh anak Indonesia yang telah mengantongi pengalaman di sejumlah perusahaan global. Kurniawan Santoso, misalnya, pernah bekerja di beberapa perusahaan Silicon Valley, seperti Google, Oracle, dan Facebook.

Kemudian, Co-founder & COO Saat Prihartono pernah berkarier di OVO dan perusahaan FMCG. Terakhir, Co-founder & CPO Andry Huzain sebelumnya adalah Co-founder TunaiKita dan pernah berkarier sebagai posisi senior di perusahaan digital.

Saat ini aplikasi Job2Go sudah tersedia di Google Play Store dan akan menyusul untuk versi iOS di App Store.

Application Information Will Show Up Here
Mencermati pilihan responden soal platform job listing di Indonesia / Pexels

Mencermati Popularitas Situs dan Aplikasi Job Listing

Sejak internet sudah mulai banyak digunakan di tanah air, tepatnya sekitar awal tahun 2000-an, sudah banyak pencari kerja yang memanfaatkan situs job listing lokal hingga asing untuk menemukan tempat berkarier. Hal tersebut membuktikan bahwa pencarian lowongan pekerjaan secara online sudah mulai banyak dipilih oleh pengguna.

Di tahun 2017 ini, teknologi sudah semakin advance, demikian juga dengan pilihan dan alternatif untuk mencari lowongan pekerjaan. Bukan hanya situs job listing, namun aplikasi hingga media sosial, sudah menjadi pilihan tersebut.

DailySocial bersama dengan Jakpat meluncurkan hasil survei yang melibatkan 994 responden yang kebanyakan adalah kalangan millennial terkait dengan kebiasaan penggunaan situs dan aplikasi favorit pencarian pekerjaan secara online.

Situs job listing populer

Pertama yang patut dicermati adalah hingga kini situs job listing yang sudah eksis sejak awal tahun 2000-an seperti Jobstreet (60.00%), Karir (44.06%) hingga JobsDB (37.22%) masih menjadi tiga pilihan paling popular pencari kerja untuk menemukan lowongan yang sesuai. Sementara situs job listing yang terbilang baru hadir mulai dilirik oleh sebagian pencari kerja. Di antaranya adalah, KerjaDulu (10.87%), Karirpad (9.05%), Jofom (5.94%) hingga Jora dan Creasi (5.33%).

Selain memanfaatkan situs job listing, banyak juga pencari kerja yang menemukan lowongan pekerjaan melalui situs berita seperti DailySocial (21.63%) hingga Kompas Karier (31.09%). Hal tersebut membuktikan, informasi lowongan yang relevan di masing-masing situs berita tersebut, mulai dijadikan pilihan oleh pencari pekerjaan.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, banyak juga responden (74.65%) yang menyebutkan melihat langsung lowongan yang tersedia melalui situs resmi perusahaan yang diincar.

Pencarian melalui media sosial dan online chat

Hal menarik lainnya adalah kehadiran LinkedIn yang telah memberikan alternatif baru bagi pencari kerja, atau mereka yang sekedar “melihat” lowongan pekerjaan yang diinginkan, meskipun masih memiliki pekerjaan. Namun demikian tidak terlalu banyak orang mencari pekerjaan secara khusus melalui LinkedIn hanya sekitar (30.28%) responden menyebutkan mereka mencari pekerjaan melalui Linkedin.

Pilihan lainnya yang digunakan oleh responden adalah online chat group seperti WhatsApp (52.11%), Telegram (13.58%), Facebook Groups (44.47%), Line Groups (30.89%). Sementara sisanya (29.07%) mengaku tidak pernah memanfaatkan online chat group untuk mencari pekerjaan.

Kesempatan untuk job listing di sektor informal

Di lain sisi, hasil temuan survei menyebutkan bahwa kebanyakan pencari kerja untuk pekerjaan formal yang banyak menggunakan teknologi saat mencari pekerjaan. Sementara untuk pencari kerja di sektor informal sebanyak (60.66%) masih belum banyak yang memanfaatkan situs hingga aplikasi job listing.

Hal tersebut yang kemudian patut dicermati oleh startup seperti Sejasa (23.34%), Tukang.com (22.94%) hingga Findtukang (10.56%) untuk lebih agresif lagi melakukan kegiatan pemasaran menyasar pencari kerja di sektor informal.

Unduh laporan hasil survei selengkapnya: Job Recruitment Sites & Services Survey 2017

Kompas Gramedia Gandeng Urbanhire Luncurkan Kembali Portal KompasKarier

Kompas Gramedia Group, konglomerasi media skala besar di Indonesia, menginisiasikan kembali peluncuran portal pencari kerja KompasKarier dengan menggandeng platform rekrutmen Urbanhire. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat posisi KompasKarier sebagai salah satu portal pencari kerja terdepan di Indonesia.

Dengan menggunakan tambahan teknologi dari Urbanhire, nantinya para pencari kerja dapat menemukan puluhan ribu lowongan secara online. Mereka juga akan mendapat wawasan tambahan dari artikel yang dipublikasi oleh Kompas.

“Kemitraan ini merupakan upaya Kompas dalam menjaga reputasi sebagai pemimpin dalam dunia kerja. Sebagai sebuah grup usaha, kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan menjangkau pasar yang lebih luas,” kata Head of KompasKarier Edo Prasetya dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Senin (8/5).

CEO Urbanhire Benson Kawengian menambahkan, “Kami sangat bangga bisa bekerja sama dengan perusahaan media terbesar dalam mengadakan teknologi pencarian kerja yang canggih dan turut memodernisasi cara pencarian kerja di Indonesia. Kami berdua memiliki visi yang sama untuk memaksimalkan produktivitas negara kita.”

Sejak pertama kali diluncurkan pada 2001 silam, KompasKarier telah mengantarkan jutaan pencari kerja ke ribuan perusahaan melalui saluran online dan offline. Untuk kegiatan offline, tiap tahunnya KompasKarier rutin mengadakan acara KompasKarier Fair. Acara tersebut dalam waktu dekat akan diselenggarakan pada kuartal III/2017 mendatang.

Di Indonesia sendiri, ada beberapa nama pemain pencari kerja lainnya yang sudah cukup eksis, di antaranya Kapankerja, Student Job Indonesia, JobSmart, Karir.com, Qerja, Rekruta, dan Jobs.id.

Platform Pencarian Kerja Wantedly Mempersiapkan Peluncuran Ulang di Indonesia

Sempat mengumumkan ekspansinya di Indonesia pada tahun 2015, platform perekrutan berbasis media sosial asal Jepang Wantedly kini sedang mempersiapkan diri untuk melakukan re-launch (peluncuran ulang) bisnisnya yang akan dilaksanakan pada tahun depan. Langkah re-launch dipilih oleh pihak Wantedly lantaran perkembangan bisnis sebelumnya dinilai belum begitu memuaskan, mengingat operasional di tangani bukan dari tim lokal melainkan dari tim Wantedly dari negara asal.

CEO dan Founder Wantedly Akiko Naka menjelaskan saat ini pihaknya sedang mengumpulkan orang-orang lokal untuk bergabung. Terhitung saat ini Wantedly sudah memiliki pengguna di Indonesia sebanyak 10 ribu orang dan 500 klien bisnis. Di Jepang Wantedly sudah beroperasi kurang lebih selama lima tahun. Kini platform tersebut memiliki 10 juta pengguna dengan total klien hingga 20 ribu.

“Kami akan re-launch Wantedly di Indonesia, rencananya tahun depan sudah resmi kembali beroperasi. Sebelumnya, kinerja Wantedly di Indonesia tidak begitu memuaskan karena operasionalnya dikerjakan bukan dari lokal. Namun sekarang kami sudah memiliki tim lokal dan sedang mencari orang untuk menjabat sebagai Country Head,” terang Naka kepada DailySocial.

Tak hanya di Indonesia, Wantedly rencananya juga sedang mempersiapkan tim barunya untuk ekspansinya di Singapura. Menurut Naka, dengan adanya tim lokal proses bisnis dirasa akan lebih berjalan mulus. Pasalnya, pasar Indonesia menjadi salah satu fokus utama Wantedly setelah Jepang, mengingat jumlah pengguna internet mencapai 132 juta menurut survei dari APJII.

Tak hanya itu, geliat pertumbuhan startup juga terbilang masif. Menurut Naka karena banyaknya startup digital, cara pencarian kerja jadi tidak bisa diterapkan secara tradisional. Mengingat nilai yang dijual oleh startup adalah misi dan value, bukan berapa besar gaji yang ditawarkan.

Hal inilah yang sejalan dengan model bisnis Wantedly, membedakan dengan platform pencari kerja lainnya semisal Jobstreet atau LinkedIn. Dalam Wantedly tidak diterangkan berapa gaji yang ditawarkan perusahaan, melainkan apa ide, misi dan value yang mereka tawarkan.

Pencari kerja juga dapat menelusuri profil perusahaan yang sedang membuka rekrutmen, siapa saja orang-orang yang bekerja di sana, dan bagaimana review dari mereka, sekaligus mengirim pesan singkat. Tujuan akhirnya, menghubungkan pencari kerja dengan pekerjaan yang sesuai passion, seiring dengan visi yang mereka hendak capai.

“Model bisnis kami menyesuaikan dengan target usia pencari kerja saat ini rata-rata adalah generasi millennial rentang usia 20-30 tahun. Kami ingin membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai passion, bukan hanya lihat dari gaji yang ditawarkan tapi apa saja visi dan misi yang hendak dicapai bila dilakukan secara bersama.”

Wantedly memiliki lima aplikasi yang saling terintegrasi satu sama lain, yakni Wantedly, Wantedly Chat, Wantedly Contact, Wantedly People, dan Wantedly Siori. Masing-masing aplikasi memiliki fungsi yang berbeda. Misalnya Wantedly sebagai main core aplikasi yang digunakan oleh pencari kerja menelusuri peluang pekerjaan atau magang apa saja yang sedang tersedia.

Atau Wantedly Chat digunakan untuk saling berkirim pesan antar pengguna, transfer dokumen, undangan, atau lainnya. Sementara Wantedly People adalah aplikasi pencatat kartu nama otomatis dari hasil jepretan kamera. Rata-rata aplikasi tersebut baru tersedia untuk Jepang saja, rencananya untuk Indonesia aplikasi yang bakal tersedia adalah produk utama Wantedly.

Application Information Will Show Up Here

Kembangkan Fitur Notifikasi Baru, Wantedly Perluas Ekspansinya di Indonesia

Platform perekrutan pekerja profesional terbesar asal Jepang Wantedly memperluas ekspansinya di Indonesia sejak mulai tersedia enam bulan lalu. Saat ini Wantedly mengklaim telah memiliki 5,000 pengguna dan 300 klien di Jakarta. Indonesia merupakan salah satu pasar yang disasar oleh Wantedly sebagai bagian dari fokus untuk tahun fiskal 2015 yang dimulai bulan September silam.

“Terdapat tiga fokus yang ingin kami capai tahun ini yaitu kesempatan untuk magang dengan skala internasional, mengembangkan usaha di kawasan asia tenggara serta infrastruktur,” kata CEO dan Founder Wantedly Akiko Naka kepada Japan Today.

Fitur International Internship atau kesempatan magang dengan skala internasional merupakan fitur terbaru yang terdapat di Wantedly untuk mengakomodir peluang para pelajar, kesempatan ini bisa dinikmati oleh seluruh pelajar yang ingin menambah pengalaman kerja di perusahaan secara global.

“Kita telah membuatkan aplikasi di iOS dan android dengan memfokuskan progam internship kepada pelajar tahun ini, Wantedly berusaha untuk mempertemukan perusahaan dengan pelajar sehingga para pelajar bisa menikmati pengalaman kerja sebelum kelulusan,” kata Akiko.

Saat ini terdapat dua kategori di Wantedly yaitu untuk klien dan pelajar. Sedikitnya terdaftar 12.000 klien yang telah menggunakan layanan dari Wantedly dan 40% dari jumlah tersebut adalah startup. Namun demikian Wantedly juga mencatat saat ini sudah semakin banyak perusahaan multinasional, bank hingga lembaga dan institusi yang menggunakan layanan melalui konsep media sosial, seperti panti jompo, sekolah, rumah sakit dan pemerintahan.

“Secara keseluruhan kami memiliki 600,000 pengguna aktif setiap bulannya, sebagian besar dari mereka telah memiliki pekerjaan tetap dan berasal dari perusahaan berbasis teknologi seperti engineers, designers, product designers, dan lainnya. Sementara itu pengguna dari kalangan pelajar hanya berjumlah sekitar 20% saja,” kata Akiko.

Pengembangan infrastruktur dan fitur terbaru

Inovasi serta fitur-fitur baru yang dinilai mampu membantu pengguna untuk mengakses Wantedly juga senantiasa dikembangkan oleh tim. Pengembangan infrastruktur yang saat ini sudah bisa digunakan yaitu API [application program interface]. Dengan tiga tombol terbaru yang berfungsi untuk notifikasi atau layanan messaging diantaranya adalah, “I want to drop by your office, ”Company Feedback,” dan “Auto Fill.”

Melalui API ini memungkinkan untuk pihak ketiga (third parties) mengakses database serta menyediakan informasi pengalaman kerja dari kandidat. Ke depannya Wantedly ingin menjembatani pekerja serta calon pekerja dan perusahaan.

“Rencana kami untuk jangka panjang di antaranya adalah untuk Go Public, tentunya semua ditentukan oleh kondisi dari pasar. Dengan didukung oleh tim yang ada saya percaya Wantedly mampu untuk menciptakan R&D serta menghasilkan produk terbaru yang baik,” tutup Akiko.