Tag Archives: Jonathan Sudharta

PT Astra International Tbk melalui anak usahanya, Astra Digital, pimpin putaran pendanaan Seri D untuk startup healthtech Halodoc senilai $100 juta

Astra Kembali Pimpin Pendanaan Seri D Rp1,5 Triliun untuk Halodoc [UPDATED]

PT Astra International Tbk melalui anak usahanya, PT Astra Digital International (Astra Digital), memimpin putaran pendanaan seri D untuk Halodoc senilai $100 juta (lebih dari Rp1,5 triliun). Disebutkan total investasi yang telah dikucurkan Astra untuk Halodoc mencapai $135 juta (lebih dari Rp2 triliun).

Dalam keterangan resmi yang disampaikan pada hari ini (28/7), Openspace dan Novo Holdings, investor dari Denmark, turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Perseroan memercayai bahwa kolaborasi ini dapat memberikan solusi inovatif bagi masyarakat, serta memberikan dampak positif bagi industri kesehatan dan pertumbuhan ekonomi digital di tanah air.

Perseroan melakukan sejumlah investasi untuk industri kesehatan di Indonesia, yakni Halodoc (2021 dan 2023) dan Hermina (2022). Mereka percaya dengan sinergi antara Halodoc, Hermina, dan ekosistem Astra dapat menciptakan perjalanan pasien yang lancar, serta membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan secara merata dan berkualitas seantero negeri.

“Tingginya permintaan terhadap layanan akses kesehatan yang berkualitas telah mendorong meningkatnya adopsi teknologi digital pada layanan kesehatan. Astra menilai sektor kesehatan di Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang baik dalam jangka panjang. Hal ini turut didukung oleh upaya-upaya pemerintah memajukan sektor layanan kesehatan di tanah air,” ucap Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro.

Partner Openspace Shane Chesson menyampaikan, pihaknya bangga dapat berpartisipasi dan melanjutkan kemitraan yang sudah dijalin bersama Halodoc sejak 2017. “Pilihan layanan kesehatan digital menjadi pilihan utama bagi pasien, dan Halodoc menjadi yang terdepan, telah membangun hubungan kepercayaan dan berbagai layanan yang memberikan special insights,” ujarnya.

CEO & Co-Founder of Halodoc Jonathan Sudharta menambahkan, setelah dampak pandemi, Indonesia berada pada momen yang sangat penting bahwa ada tantangan bagaimana perusahaan dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat terhadap akses layanan kesehatan yang berkualitas di Indonesia. Perusahaan pun memfokuskan diri sebagai penyedia solusi dari masalah kesehatan yang dialami oleh para pengguna, dengan menyederhanakan akses kesehatan.

“Apresiasi kami berikan terhadap kepercayaan Astra dan para pemangku kepentingan kami, merupakan dukungan yang tak ternilai dalam perjalanan kami menerapkan teknologi untuk kebutuhan kesehatan,” ujar dia.

Dana segar ini nantinya akan difokuskan untuk empat hal:

  1. Memperkuat ekosistemnya yang terintegrasi dengan lebih banyak pelaku kesehatan mulai dari dokter, apoteker, rumah sakit, klinik, hingga penyedia asuransi;
  2. Mengembangkan berbagai layanan kesehatan bersifat preventif, di antaranya layanan Home Lab yang memungkinkan pengguna mendapatkan berbagai layanan tes kesehatan dari rumah secara nyaman dan privat;
  3. Mengembangkan Asuransiku, agar pengguna bisa mendapatkan layanan kesehatan yang telah terintegrasi dengan layanan asuransi secara lebih seamless dan terjangkau;
  4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan pentingnya menjaga kesehatan sebelum sakit.

Di Indonesia sendiri, Halodoc berkompetisi langsung dengan sejumlah pemain. Beberapa di antaranya adalah Alodokter, Good Doctor, KlikDokter, Prixa, dan beberapa lainnya.

Pencapaian Halodoc

Aplikasi Halodoc

Momentum pandemi COVID-19 secara tidak langsung mendorong masyarakat menggunakan layanan telemedik misalnya konsultasi medis secara online. Berdasarkan data dari Aliansi Telemedik Indonesia (Atensi) terdapat kurang lebih 17,9 juta aktivitas konsultasi kesehatan yang berasal dari 19 perusahaan telemedisin pada 2022 lalu. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa teknologi digital memainkan peran kunci pada kemajuan industri kesehatan pada saat ini.

Sejak diluncurkan pada 2016, Halodoc telah membuka akses ke lebih dari 20.000 praktisi medis, 3.300 rumah sakit, dan 4.900 apotek. Pada 2022, terdapat lebih dari 20 juta pengguna aktif bulanan terhubung dengan platform Halodoc.

Halodoc mengambil pendekatan terhadap teknologi memiliki layanan kesehatan bagi masyarakat yang terintegrasi, mulai dari telemedik dengan dokter terdaftar, pemesanan obat yang terpercaya, reservasi layanan diagnosa lab, reservasi kunjungan dengan dokter di rumah sakit hingga pengurusan asuransi, pembayaran dan administrasi pihak ketiga.

Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, Halodoc mengedukasi kesehatan masyarakat yang fokus pada tindakan preventif, di antaranya melalui artikel kesehatan yang dapat ditemukan secara mudah pada aplikasi dan blog Halodoc.

Hal tersebut menjadi strategi Halodoc untuk menyasar potential user melalui pendekatan yang lebih relevan. Lalu, menghadirkan solusi layanan preventif Halodoc seperti Home Lab yang memungkinkan masyarakat melakukan tes kesehatan dari rumah secara privat dan seamless.

Dari sisi profil pengguna pun, aplikasi Halodoc telah dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan kesehatan bagi seluruh kelompok umur, mulai dari gen Z, millennial, hingga baby boomers. Beberapa inovasi yang dihadirkan mulai dari layanan Janji Temu, Home Lab, Mental Health, dan Animal Health.

Bagi generasi muda dengan jumlah mencapai 53,81% dari total populasi Indonesia, layanan berbasis teknologi yang praktis dan instan telah menjadi kebutuhan dalam keseharian mereka. Oleh karena itu, Halodoc mengintegrasikan berbagai layanan kesehatan secara seamless hanya dalam satu aplikasi.

Sementara itu, Halodoc pun menunjukkan kepeduliannya terhadap pengguna di kalangan usia lansia dengan menghadirkan layanan yang memudahkan proses konsultasi dengan dokter bagi para caregiver (anggota keluarga yang merawat) dengan layanan Elderly Care maupun fitur Langganan yang membantu mengingatkan dan memudahkan pembelian produk kesehatan secara rutin bagi orang tua.

Berdasarkan data Statista, diprediksi pada 2027 mendatang, industri kesehatan digital akan bernilai $3,97 miliar, tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 15% dari nilai pasar pada 2022 sebesar $1,98 miliar.

*) Kami menambahkan informasi tambahan: investor lainnya yang bergabung dan penggunaan dana investasi

Application Information Will Show Up Here
Startup healthtech Halodoc mengungkapkan rencana ekspansi regional. Thailand, Vietnam, dan Malaysia adalah negara yang dibidik perusahaan

Halodoc Persiapkan Ekspansi Regional

Startup healthtech Halodoc mengungkapkan rencana ekspansi regional. Thailand, Vietnam, dan Malaysia adalah negara tetangga yang dibidik perusahaan karena dinilai punya kesamaan masalah seperti Indonesia.

Mengutip dari wawancara CEO Halodoc Jonathan Sudharta di Nikkei Asia, ia menyebutkan bahwa perusahaan selalu memiliki mimpi untuk menyederhanakan akses kesehatan. “Kami tidak pernah menyebut itu hanya untuk Indonesia,” jelasnya.

Jonathan tidak merinci detail mengenai jadwal ekspansi perusahaannya tersebut. Baik Thailand, Vietnam, dan Malaysia, memiliki masalah yang sama dengan Indonesia, salah satunya adalah kemacetan lalu lintas. Setelah ekspansi regional, Jonathan berniat untuk bergerak ke luar wilayah tersebut.

Ia beralasan, biasanya Indonesia mengimpor solusi dari luar negeri, tetapi sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memiliki begitu banyak masalah perawatan kesehatan yang berbeda sehingga perusahaan seperti Halodoc dapat menyelesaikan masalah di Indonesia. Ia pun meyakini bahwa solusinya dapat diekspor ke tempat-tempat, seperti AS, Eropa, Jepang, dan Singapura.

Saat dihubungi terpisah oleh DailySocial.id, Jonathan tidak merespons seluruh pertanyaan hingga berita ini diturunkan.

Kompetitor terdekatnya, Alodokter sudah melebarkan sayap ke Thailand sejak 2016 dengan brand PobPad. Sama seperti Alodokter, PobPad juga memberikan informasi seputar kesehatan berbahasa Thailand yang mudah dicerna oleh siapa saja. Namun, solusi PobPad tidak sekomprehensif Alodokter yang menyediakan telekonsultasi, belanja obat, dan buat janji konsultasi dengan dokter dan/atau mencari rumah sakit pilihan.

Fokus solusi preventif

Dalam perjalanan Halodoc sejak 2016, perusahaan aktif menyediakan berbagai solusi kesehatan yang sifatnya kuratif, kini masuk ke solusi-solusi yang berfokus pada preventif. Hal ini bisa ditemukan di dalam aplikasi Halodoc, di antaranya, Risiko Diabetes, Risiko Jantung, Kalender Menstruasi dan Kehamilan, Kalkulator BMI, Pengingat Waktu Minum Obat, Donasi, Cek Stres, Tes Depresi, dan masih banyak lagi.

Halodoc punya empat fitur utama, yaitu Toko Kesehatan, layanan untuk membantu pengguna membeli suplemen, vitamin, dan obat-obatan dengan resep dokter secara cepat, aman & nyaman di lebih dari 4.000 apotek rekanan; Chat Dokter yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi dengan lebih dari 20.000 dokter berpengalaman dan terpercaya melalui chat, video call, atau voice call.

Selanjutnya, Janji Temu Dokter yang memungkinkan pengguna untuk membuat janji temu dengan dokter di 2.000 rumah sakit rekanan; dan, Layanan Medis & Lab untuk memesan berabgai layanan tes dan vaksinasi COVID-19 dengan metode walk in atau drive thru.

Di luar itu, perusahaan juga melakukan misi sosial dengan merilis aplikasi Bidanku yang diperuntukkan secara gratis buat para bidan di daerah terpencil. Bidanku menjadi perpanjangan tangan Halodoc untuk masuk ke daerah terpencil, populasi bidan di Indonesia yang populasi sekitar 240 ribu orang.

Halodoc Rilis Aplikasi “Bidanku”, Sederhanakan Proses Administrasi dan Operasional Bidan

Halodoc meresmikan kehadiran aplikasi Bidanku setelah dikembangkan sejak pertengahan 2021. Aplikasi ini hadir untuk mendigitalkan proses administrasi layanan bidan, dengan demikian mereka dapat fokus memaksimalkan kualitas kesehatan ibu dan anak. Selain itu, layanan teranyar ini ditujukan memperkuat ekosistem teknologi Halodoc yang sudah ada, yaitu untuk menyederhanakan akses kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Aplikasi ini sebenarnya hadir sebagai bentuk realisasi investasi yang diberikan oleh Bill & Melinda Gates Foundation pada Juli 2019 dalam putaran pendanaan seri B+. Bidanku hadir murni untuk kegiatan sosial, bersifat gratis untuk para bidan di daerah terpencil. Bidan menjadi perpanjangan tangan Halodoc untuk masuk ke daerah terpencil. Saat ini, Bidanku telah digunakan oleh bidan-bidan di berbagai wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua.

“Di tengah populasi penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, akses layanan kesehatan masih menjadi tantangan bagi masyarakat di berbagai wilayah. Peran bidan dalam bantu jaga kesehatan ibu dan anak juga menjadi sangat penting di tengah kondisi penyebaran jumlah dokter dan fasilitas kesehatan yang belum merata di Indonesia,” terang Co-founder dan CEO Halodoc Jonathan Sudharta dalam keterangan resmi, Kamis (3/2).

Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi mengungkapkan pentingnya implementasi teknologi kesehatan dalam mendukung kualitas bidan. Dia bilang, bidan menjadi profesi yang unik dan spesifik dalam membangun generasi yang berkualitas karena bidan bisa fokus pada kesehatan reproduksi perempuan, perencanaan keluarga, hingga kesehatan bayi dan balita.

Bidan menjadi tenaga kesehatan yang strategis karena berada di tengah masyarakat dan mereka menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, apalagi sebagian besar bidan di Indonesia berada di daerah terpencil. Bahkan, dokter sekalipun masih sangat terbatas untuk bisa menjangkau masyarakat di daerah.

“Saya menyambut baik adanya platform digital yang mempermudah tugas bidan dalam menjangkau sasaran. Di Indonesia sendiri, tercatat ada 5,5 juta ibu hamil dan 80% di antaranya dipantau oleh bidan. Platform digital akan mempermudah tugas bidan, memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi kesehatan secara real time,” terang Emi.

Sementara itu, bidan juga dinilai memiliki peran penting dalam membantu fokus pemerintah mengentaskan stunting di Indonesia. Data Litbang Kemenkes menyebut Indonesia masih memiliki prevalensi stunting pada anak sebesar 30%.

Per Desember 2021, tercatat 266 ribu bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia yang tersebar di sekitar 74.000 desa. Dari angka tersebut, sekitar 37 ribu bidan membuka praktiknya sendiri. Bidan juga bertanggung jawab untuk membantu 62% kelahiran di Indonesia dan 85% pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) secara nasional.

Oleh karenanya, Halodoc menghadirkan inovasi Bidanku untuk permudah bidan menghadapi berbagai tantangan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, mengingat peran vital mereka yang begitu penting.

Fitur Bidanku

Bidanku memiliki tiga fitur utama, yaitu fitur pengingat pasien otomatis & ringkasan kesehatan, untuk meningkatkan dan memantau kunjungan kembali pasien, sehingga mengurangi kemungkinan kehamilan berisiko tinggi yang tidak diketahui, memantau keberlanjutan kontrasepsi sebagai bagian dari program Keluarga Berencana (KB), serta mengetahui keberlanjutan imunisasi.

Kemudian, fitur manajemen pasien, untuk mempermudah administrasi bidan dalam satu klik. Fitur ini mendigitalisasi perawatan kesehatan keluarga dari kehamilan hingga imunisasi; terakhir, in-app education library, untuk membantu bidan dalam melakukan edukasi pasien dengan cara yang lebih interaktif. Fitur ini dikembangkan berdasarkan fakta bahwa bidan memiliki peran penting dalam mengedukasi pasien. Sehingga, materi edukasi yang interaktif akan membantu pasien memahaminya lebih baik.

Dalam kegiatan terpisah, sebelumnya Jonathan menjelaskan Halodoc ingin menyelesaikan bagaimana bidan bisa menangani pasien lebih baik dengan output angka kelahiran lebih baik, tingkat kematian rendah, dan sebagainya. Aplikasi ini fokus menyelesaikan masalah administrasi yang sebelumnya para bidan harus melowongkan waktu setidaknya dua jam setiap harinya untuk mengurusnya.

Tak hanya itu, aplikasi ini dapat mengelola data dan kartu digital pasien, akses riwayat kunjungan pasien dengan terangkum otomatis dalam laporan Puskesmas digital, dan mengirim pengingat kunjungan ke WhatsApp, dan cek rekap praktik untuk kelola & kembangkan praktik. “Para bidan yang sebelum dan setelah pakai aplikasi, jumlah kunjungan naik dua kali lipat karena sebelum ada app banyak yang jadwalnya tidak terkontrol,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bidanku disebutkan menjadi salah satu dukungan Halodoc pada program Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024 yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan. Terkait itu, Chief of Product Officer Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Farzikha Indrabhaskara Soerono mengatakan, tantangan terbesar dalam strategi transformasi digital di sektor kesehatan adalah pengumpulan data primer masyarakat.

Di daerah, data kelahiran bayi masih sangat lambat, bahkan harus menunggu berbulan-bulan untuk datanya bisa terekam di puskesmas. Padahal dari data-data ini, pemerintah bisa mengetahui risiko anak yang mengalami gizi buruk, misalnya. “Sehingga melalui platform ini, diharapkan akan memperluas jangkauan secara cepat dan di tengah pandemi, platform digital terbukti menjadi katalisator percepatan layanan kesehatan di Indonesia,” kata Farzikha.

Dia melanjutkan, “Namun, transformasi digital tidak berhenti di sini. Mimpi besar kita semua adalah ke depannya masyarakat bisa punya akses ke personal health record, bahkan sebelum ibu hamil, sehingga mereka lebih paham dengan risiko, menentukan tindakan preventif, harapannya, bayi bisa lahir dengan baik dan progres kesehatannya bisa terus dipantau.”

Application Information Will Show Up Here

Halodoc Aspires to Simplify Healthcare Through Platform

Who would have thought, health digital solutions will be rapidly growing during the Covid-19 pandemic. Halodoc’s vision and mission since five years ago becomes a proof that ‘healthtech is here to stay in Indonesia’. In the meantime, they learned a lot from the pandemic and how to react in order to making further impact to the country.

Halodoc’s Co-founder & CEO, Jonathan Sudharta shared many things about the startup he started from scratch through a limited media discussion that took place at his residence in Cilandak, South Jakarta some time ago.

“At that time [in early days] we were proud to have 4 thousand doctors, we acquired 100 thousand users in the first month, but the application rating was 1.9. At first, we thought that having thousands of doctors was a good thing. Eventually, we re-examined and gained insight that we need a proper product to solves the right pain point. And in the process of solving it, we need to combine products, operations, and technology,” Jonathan started the discussion.

He continued, “We discover small things that we weren’t had in mind previously, but to be focused on the right problem is not the solution, in fact. We have a mantra, ‘don’t fall in love with a solution, but fall in love with the right pain’. At that point, we started to do an experiment, where we only provide five most active doctors to answer user complaints. [..] The changing strategy boost up our rating to 4.”

Understanding ‘passion pain’, he called it that way, has had many implications for Halodoc’s entire product approach, especially during the pandemic. The drive thru test solution for Covid-19 tests and vaccines is one of the company’s realizations from this approach and is still operating.

“In short, we have helped more than 630 thousand people for the drive thru vaccine, this might be just a small number compared to the Indonesian population. However, as a private company, we are one of the biggest. Our mission is to simplify healthcare that is not just about business.”

In addition to people flocking to use telemedical services, in terms of supply, doctors also show their interest. It was stated when the Covid-19 broke out, there were more than 500 doctors per week going onboard with Halodoc app. To date, Halodoc has facilitated more than 20 thousand doctors.

From the beginning, Halodoc has positioned itself as a telemedical startup with a teleconsultation solution, guaranteeing 15 seconds of immediate response by doctors and a drug purchase service at pharmacies with 15 minutes guarantee to your home. Both services are company’s main monetization source with a commission earned from each transaction.

Jonathan claims that both services have balanced contribution, capable to drive the company to a profitable position. However, he is still trying to increase the transaction volume of the two main channels, therefore, Halodoc can become a sustainable company in the future.

“We’re not lying, we’re still looking for ways to make it sustainable. There is a saying in the digital world ‘if you can’t build 10x experience, don’t expect to sell your service’. Nevertheless, when you reach that point, prove that you have a product market fit, where people will pay for your services.”

Although he didn’t clearly stated the Halodoc’s total user, Jonathan mentioned that as many as 30% were in Greater Jakarta, of which Jakarta dominating with 20%. Then, the rest are from outside Jabodetabek and 50% of them are outside Java Island.

Bidanku App

Jonathan also mentioned another interesting news, the story of how he was able to attract the couple Bill Gates and Melinda Gates to invest in Halodoc. Long story short, Jonathan was chosen as one of the delegates for the training program held by the philanthropic foundation several years earlier, it was not until 2019, they officially invest in Halodoc.

On one occasion, all participants had the opportunity to have lunch with Bill Gates. Jonathan appeared in different clothes with the requirements given by the committee at the time. He managed to attract Bill Gates’ attention and did a pitch which essentially proposed how his philanthropic foundation can help the Indonesian people.

“At that time, I basically pitched to initiate cooperation instead of funding. However, they turned out to have a different approach to solving health issues that require digital technology, it is what finally encouraged them to invest in Halodoc.”

The realization of this investment is the Bidanku app. Its purpose is purely social, offering free service for remote areas. Midwives are Halodoc’s extension to enter remote areas, the population of midwives in Indonesia is currently around 240 thousand people.

Halodoc wants to work on how midwives can treat patients with better birth rate output, lower mortality rates, and so on. This application focuses on solving administrative problems that previously required midwives to devote at least two hours a day to take care.

In addition, this application can manage patient data and digital cards, access to patient visit which automatically summarized in digital Puskesmas reports, and send visit reminders to WhatsApp, also monitor practice recaps to manage & develop practices. “The midwives who before and after using the application, the number of visits doubled because before the application there were many whose schedules were not managed.”

He continued, “Halodoc is not a whole ‘meat’, there are many humanitarian factors that we do. This is part of the sociopreneur, there is a part of the entrepreneur who must be sustainable. Hence, don’t forget our call to help others.”

Future plans

Healthtech is a nascent industry that born post the pandemic. The product was validated in time of the pandemic. In this case, Jonathan is not really consider many healthtech players providing similar solutions as competitor. Instead, he discovers that in the world of health, the more solutions presented, the more people will have access to health care.

Halodoc becomes one of the healthtech startups which is also a member of the Indonesian Telemedicine Alliance (ATENSI) along with 30 other companies. This association was only established late last year, in the midst of a pandemic.It involves other companies include Alodokter, Good Doctor, Klikdokter, Homecare24, and many more.

“In the healthcare world, we should not see other players as competitors, instead, it is to spur us to grow better.”

The company’s next plan after this pandemic is to focus on preventive actions. It is visible from some features in the application included in the Health Support category, such as the health insurance package with Astra Insurance, diabetes risk, menstrual calendar, BMI calculator, pregnancy calendar, heart risk, medication reminders, and donations.

“We aim for Halodoc to be able to keep patients healthy. We look after them with features, such as brief test for diabetes as we try to keep them healthy and be a part of people’s health,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Strategi Bisnis Halodoc

Mengulik Asa Halodoc Sederhanakan Kesehatan Melalui Platform

Siapa sangka, solusi digital untuk kesehatan merebak pesat saat pandemi Covid-19. Visi dan misi yang digagas Halodoc sejak lima tahun lalu menjadi pembuktian bahwa ‘healthtech is here to stay in Indonesia’. Di saat yang sama, mereka juga belajar banyak dari pandemi dan bagaimana bereaksi dalam memberikan dampak lebih jauh buat Tanah Air.

Co-founder & CEO Halodoc Jonathan Sudharta menceritakan banyak hal mengenai startup yang ia rintis sejak awal ini di rumah kediamannya di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

“Saat itu [saat baru beroperasi] kita bangga-bangganya punya 4 ribu dokter, di bulan pertama kita punya 100 ribu user, tapi rating aplikasinya 1,9. Awalnya kita anggap punya ribuan dokter itu bagus. Akhirnya kita berbenah dan mendapat insight bahwa kita perlu proper product that solving the right pain. Dan dalam proses solving pain, kita perlu gabungkan produk, operasional, dan teknologi,” ujar Jonathan memulai perbincangan.

Ia melanjutkan, “Kita menemukan hal-hal kecil yang sebelumnya tidak terpikirkan, ternyata fokus on the right problem is not the solution. Mantra kita adalah ‘don’t falling in love with solution, tapi falling in love with the right pain’. Dari situ kita mulai eksperimen untuk hanya mengaktifkan lima dokter yang selalu aktif buat menjawab keluhan pengguna. [..] Dengan perubahan itu rating naik jadi ke 4.”

Upaya memahami ‘passion pain’, istilah yang ia sebut, membawa banyak dampak bagi keseluruhan pendekatan produk di Halodoc, terutama saat pandemi. Solusi tes drive thru untuk tes Covid-19 dan vaksin adalah salah satu realisasi perusahaan yang diambil dari pendekatan tersebut dan masih beroperasi hingga saat ini.

“Sekilas kami sudah bantu lebih dari 630 ribu orang untuk vaksin drive thru, mungkin ini tidak seberapa dibanding populasi di Indonesia. Tapi secara private, kita salah satu yang terbesar. Misi kami adalah simplifikasi layanan kesehatan yang enggak hanya bicara tentang bisnis saja.”

Tak hanya masyarakat yang berbondong-bondong menggunakan layanan telemedis, dari sisi suplai para dokter juga turut menunjukkan ketertarikannya. Disebutkan saat Covid-19 pertama kali merebak, terdapat lebih dari 500 dokter per minggu yang onboard ke dalam aplikasi Halodoc. Hingga kini, Halodoc memiliki lebih dari 20 ribu dokter.

Sedari awal, Halodoc menempatkan diri sebagai startup telemedis yang memiliki solusi telekonsultasi dengan jaminan 15 detik langsung direspons oleh dokter dan layanan pembelian obat di apotek dengan jaminan 15 menit sampai di rumah. Kedua layanan tersebut menjadi sumber monetisasi perusahaan karena ada komisi yang didapat dari setiap transaksinya.

Jonathan mengklaim kontribusi dari keduanya cukup imbang porsinya, mampu membuat perusahaan masuk dalam posisi yang sudah cetak untung. Akan tetapi, ia masih berusaha untuk meningkatkan volume transaksi dari kedua kanal tersebut agar Halodoc dapat menjadi perusahaan yang berkelanjutan ke depannya.

“Kita enggak bohong masih mencari cara buat sustain. Ada pepatah di dunia digital ‘kalau enggak bisa bangun 10x experience, jangan harap kamu jual service kamu’. Tapi kalau sudah sampai di titik itu, buktikan kalau sudah punya product market fit, di mana orang mau bayar service kamu.”

Meski tidak disebutkan jumlah pengguna Halodoc, Jonathan merinci bahwa sebanyak 30% berada di Jabodetabek, dari angka tersebut pengguna dari Jakarta hampir mendominasi sekitar 20%. Kemudian, sisanya dari luar Jabodetabek dan 50% di dalamnya berada di luar Pulau Jawa.

Aplikasi Bidanku

Hal menarik lainnya yang disampaikan Jonathan dalam kesempatan tersebut adalah cerita bagaimana ia mampu menarik pasangan Bill Gates dan Melinda Gates untuk berinvestasi di Halodoc. Singkat ceritanya, Jonathan terpilih sebagai salah satu delegasi untuk program pelatihan yang diadakan oleh yayasan filantropi tersebut beberapa tahun pada beberapa tahun sebelumnya, hingga akhirnya resmi suntik Halodoc pada 2019.

Dalam salah satu kesempatan, seluruh peserta mendapat kesempatan untuk makan siang bersama Bill Gates. Jonathan tampil dengan pakaian yang berbeda dengan persyaratan yang waktu diberikan panitia. Ia berhasil menarik perhatian Bill Gates dan melakukan pitching yang intinya mengajukan bagaimana yayasan filantropinya dapat membantu masyarakat Indonesia.

“Waktu itu saya langsung pitching yang intinya ingin mengajak kerja sama, bukan untuk funding. Tapi dari mereka akhirnya ada pendekatan yang berbeda untuk menyelesaikan isu kesehatan dibutuhkan teknologi digital, keputusan inilah yang membuat akhirnya mereka berinvestasi ke Halodoc.”

Bentuk realisasi dari investasi tersebut adalah aplikasi Bidanku. Aplikasi ini murni untuk sosial, bersifat gratis diperuntukkan buat para bidang di daerah terpencil. Bidan menjadi perpanjangan tangan Halodoc untuk masuk ke daerah terpencil, populasi bidan di Indonesia saat ini sekitar 240 ribu orang.

Halodoc ingin menyelesaikan bagaimana bidan bisa menangani pasien lebih baik dengan output angka kelahiran lebih baik, tingkat kematian rendah, dan sebagainya. Aplikasi ini fokus menyelesaikan masalah administrasi yang sebelumnya para bidan harus melowongkan waktu setidaknya dua jam setiap harinya untuk mengurusnya.

Tak hanya itu, aplikasi ini dapat mengelola data dan kartu digital pasien, akses riwayat kunjungan pasien dengan terangkum otomatis dalam laporan Puskesmas digital, dan mengirim pengingat kunjungan ke WhatsApp, dan cek rekap praktik untuk kelola & kembangkan praktik. “Para bidan yang sebelum dan setelah pakai aplikasi, jumlah kunjungan naik dua kali lipat karena sebelum ada app banyak yang jadwalnya tidak terkontrol.”

Ia melanjutkan, “Halodoc enggak semuanya penuh ‘daging’, banyak faktor kemanusiaan yang kami kerjakan. Ini bagian dari sociopreneur, ada bagian entrepreneur yang harus sustain. Tapi enggak lupa dengan panggilan kita untuk bantu orang lain.”

Rencana berikutnya

Healthtech merupakan industri yang baru lahir semenjak pandemi. Produknya benar-benar baru tervalidasi ketika pandemi. Untuk itu, banyaknya pemain healthtech yang menyajikan solusi serupa, tidak dianggap sebagai kompetitor oleh Jonathan. Ia justru melihat bahwa di dunia kesehatan semakin banyak solusi maka akan semakin banyak orang yang bisa mendapat akses kesehatan.

Halodoc termasuk ke dalam salah satu startup healthtech yang tergabung dalam Aliansi Telemedik Indonesia (ATENSI) bersama dengan 30 perusahaan lainnya. Asosiasi ini baru berdiri akhir tahun lalu, di tengah-tengah pandemi. Perusahaan lainnya ada Alodokter, Good Doctor, Klikdokter, Homecare24, dan masih banyak lagi.

“Di dunia kesehatan kita enggak boleh melihat pemain lain sebagai kompetitor, justru memacu kita buat tumbuh lebih baik.”

Rencana berikutnya perusahaan setelah pembelajaran dari pandemi ini adalah fokus pada tindakan preventif. Hal tersebut dapat terlihat dari sejumlah fitur di aplikasi yang masuk ke dalam kolom Penunjang Kesehatan, seperti fitur paket asuransi kesehatan bersama Asuransi Astra, risiko diabetes, kalender menstruasi, kalkulator BMI, kalender kehamilan, risiko jantung, pengingat obat, hingga donasi.

“Kami berharap Halodoc bisa menjaga pasien tetap sehat. Kami menjaga mereka dengan fitur-fitur, seperti tes singkat risiko diabetes karena kami berusaha untuk menjaga mereka sehat dan menjadi bagian dalam sehatnya orang-orang,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Halodoc Closes Series C Funding Round Worth 1.1 Trillion Rupiah

On its 5th anniversary (21/4), Halodoc announced the closing of $80 million (around 1.1 trillion Rupiah) series C funding round led by Astra International, with participation of Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, and Bangkok Bank. There are some previous investors involved, including UOB Venture Management, Singtel Innov8, Blibli Group, Allianz X, Openspace Ventures, and others.

In the official release, this funding is said to be allocated to expand Halodoc’s penetration in various major health verticals as well as improve user experience through technology. Previously, Halodoc’s Co-Founder & CEO, Jonathan Sudharta had expressed his ambition for regional expansion, bringing practice from Indonesia to the targeted countries.

Djony Bunarto Tjondro as President Director of Astra said, “Astra’s participation in the Halodoc fundraising shows our confidence in Halodoc’s vision and commitment in overcoming challenges related to access to health services in Indonesia. The pandemic that has occurred to date is very challenging for the national health service system and we believe the investment made by Astra can support Halodoc to continue to provide innovative solutions that can benefit the lives of millions of Indonesians. ”

It’s all begin with a dream to simplify access to health for people, Halodoc has now developed into a healthtech platform that offers a variety of health services. In the five years of its journey, Halodoc has collaborated with various parties, one of which is Gojek, who was also their seed investor.

In addition, the company will continue the innovation to develop a B2B business model by partnering with insurance providers in 2018. Currently, there are more than 1000 corporate partners who have taken advantage of digital health services from Halodoc.

During the pandemic, the company experienced a significant growth of up to 16 times in terms of transactions as well as a 25 times user growth at 20 million active users per month in the same time period. The Halodoc Ecosystem is now supported by more than 20,000 licensed doctor partners, 2000 hospitals/clinics/labs, and 4000 registered pharmacies across hundreds of cities in Indonesia.

The Halodoc application has been equipped with three main features, a Health Store to make it easier for customers to buy medicines with doctor’s prescriptions quickly, safely & conveniently; Doctor Chat which allows patients to interact with more than 20,000 experienced and trusted doctors via chat, video call, or voice call; and Make Hospital Appointment which allows users to make appointments with doctors in 1000 partner hospitals.

Technology reform in the health sector

In 2021, the main focus of health industry players is to jointly succeed the national vaccination program and Halodoc becomes the first official partner of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia by presenting the Covid-19 Vaccination Service Post which is a form of contribution of the nation’s children to the national vaccination acceleration program. In just one month, Halodoc has succeeded in presenting a drive-thru Covid-19 vaccination service post in seven locations in Indonesia, which cumulatively have successfully vaccinated nearly 80,000 Indonesians.

In this virtual event, participating also the Minister of Health of the Republic of Indonesia, Budi Gunadi Sadikin. He briefly expressed the government’s agenda related to technological reform in the health sector which would focus on Primary Care, Secondary Care (RS), Emergency Response, Funding, Culture and Human Resources, as well as IT and health data systems.

“Halodoc believes that digital is not the only way to revolutionize the health sector in Indonesia. Our strength is to combine technology with offline services also to improve the user experience and convenience. For us, innovation is not only about launching sophisticated solutions, Halodoc’s main goal is to solve health challenges in Indonesia, one of which is through technology, not only to expand access to health for more people, but also to provide a seamless and hassle-free user experience,” Jonathan added.

TMI’s CEO, Andi Kristianto also stated, “Halodoc and Telkomsel have recently developed and launched a variety of services built from telecommunication solutions that capable to provide powerful health experiences for patients in all around Indonesia. Currently, we are continuing this collaboration by making strategic investments that can create the most comprehensive end-to-end solutions that can transform the health sector.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Selama lima tahun berkarya, Halodoc berhasil mencapai pertumbuhan signifikan dengan pengguna aktif 20 juta per bulan

Halodoc Umumkan Penutupan Putaran Pendanaan Seri C Senilai 1,1 Triliun Rupiah

Di hari jadinya yang ke-5 (21/4), Halodoc mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri C sebesar $80 juta (sekitar 1,1 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh konglomerat Astra International, diikuti oleh Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, serta Bangkok Bank. Turut berpartisipasi beberapa investor terdahulu seperti UOB Venture Management, Singtel Innov8, Blibli Group, Allianz X, Openspace Ventures, dan lainnya.

Dalam rilis resminya disebutkan bahwa pendanaan ini akan dialokasikan untuk memperluas penetrasi Halodoc di berbagai vertikal kesehatan utama serta meningkatkan pengalaman pengguna melalui teknologi. Sebelumnya, Co-Founder & CEO Halodoc Jonathan Sudharta sempat menyampaikan ambisinya untuk ekspansi regional, membawa hasil pembelajaran dari Indonesia untuk negara yang disasar.

Djony Bunarto Tjondro selaku Presiden Direktur Astra mengatakan, “Partisipasi Astra dalam fundraising Halodoc menunjukkan kepercayaan kami pada visi dan komitmen Halodoc dalam mengatasi tantangan sehubungan dengan akses layanan kesehatan di Indonesia. Pandemi yang terjadi hingga saat ini sangat menjadi tantangan bagi sistem layanan kesehatan nasional dan kami percaya investasi yang dilakukan oleh Astra dapat mendukung Halodoc untuk terus memberikan solusi inovatif yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan jutaan masyarakat Indonesia.”

Berawal dari mimpi untuk menyederhanakan akses kesehatan bagi masyarakat, Halodoc kini telah berkembang menjadi sebuah platform healthtech yang menawarkan layanan kesehatan yang bervariasi. Dalam lima tahun perjalanannya, Halodoc telah menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak salah satunya dengan Gojek yang juga merupakan investor awal mereka.

Selain itu, perusahaan juga terus berinovasi untuk mengembangkan bisnis model B2B dengan menggandeng provider asuransi di 2018. Kini, tercatat lebih dari 1000 mitra korporasi yang telah memanfaatkan layanan kesehatan digital dari Halodoc.

Selama pandemi, perusahaan mencatat pertumbuhan signifikan hingga 16 kali lipat dari sisi transaksi serta pertumbuhan pengguna aktif mencapai 25 kali lipat sebanyak 20 juta per bulan dalam periode waktu yang sama. Ekosistem Halodoc kini telah didukung lebih dari 20.000 mitra dokter berlisensi, 2000 RS/klinik/lab, serta 4000 apotek terdaftar yang tersebar di ratusan kota di Indonesia.

Aplikasi Halodoc sendiri telah dilengkapi dengan tiga fitur utama, yaitu Toko Kesehatan untuk memudahkan pelanggan membeli obat-obatan dengan resep dokter secara cepat, aman & nyaman; Chat Dokter yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi dengan lebih dari 20.000 dokter berpengalaman dan terpercaya melalui chat, video call, atau voice call; dan Buat Janji Rumah Sakit (Appointment) yang memungkinkan pengguna untuk membuat janji temu dengan dokter di 1000 rumah sakit rekanan.

Reformasi teknologi di sektor kesehatan

Pada 2021, fokus utama pelaku industri kesehatan adalah bersama-sama menyukseskan program vaksinasi nasional dan Halodoc menjadi mitra resmi pertama dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan menghadirkan Pos Pelayanan Vaksinasi Covid-19 yang merupakan bentuk kontribusi karya anak bangsa pada program percepatan vaksinasi nasional. Hanya dalam satu bulan, Halodoc telah berhasil menghadirkan pos pelayanan vaksinasi Covid-19 secara drive thru di tujuh lokasi di Indonesia yang secara kumulatif telah berhasil memvaksinasi hampir 80.000 masyarakat Indonesia.

Dalam acara yang diadakan secara virtual ini, turut hadir Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin. Ia sempat menyampaikan agenda pemerintah terkait reformasi teknologi di bidang kesehatan yang akan berfokus pada Primary Care, Secondary Care (RS), Emergency Response, Pembiayaan (Funding), Budaya dan SDM, serta IT dan sistem data kesehatan.

“Halodoc percaya bahwa digital bukan satu-satunya cara untuk merevolusi sektor kesehatan di Indonesia. Kekuatan kami adalah menggabungkan teknologi dengan layanan-layanan offline sehingga dapat meningkatkan pengalaman dan kenyamanan pengguna. Bagi kami, inovasi bukan hanya sekadar meluncurkan aplikasi canggih, tujuan utama Halodoc adalah untuk menyelesaikan tantangan kesehatan di Indonesia salah satunya melalui teknologi agar tidak hanya memperluas akses kesehatan untuk lebih banyak orang, tetapi juga untuk memberikan pengalaman pengguna yang seamless dan tanpa ribet,” ungkap Jonathan.

CEO TMI Andi Kristianto turut menyampaikan, “Halodoc dan Telkomsel baru-baru ini mengembangkan dan meluncurkan berbagai layanan yang dibangun dari solusi telekomunikasi yang mampu memberikan pengalaman kesehatan yang mumpuni bagi pasien di seluruh pelosok Indonesia. Kini, kami melanjutkan kolaborasi tersebut dengan melakukan investasi strategis yang dapat menciptakan solusi end-to-end terlengkap yang dapat mentransformasi sektor kesehatan.”

Application Information Will Show Up Here
Halodoc tunjuk mantan CEO GoPay dan Mapan Aldi Haryopratomo sebagai bagian dari Board of Advisor, saat ini Aldi juga menjabat sebagai Komisaris di eFishery

Halodoc Angkat Aldi Haryopratomo Jadi Dewan Penasihat, Ungkap Ambisi Ekspansi Regional

Startup healthtech tumbuh subur selama pandemi karena meningkatnya awareness masyarakat terhadap kesehatan. Halodoc sebagai salah satu pemain di industri ini turut memaparkan sejumlah pencapaian dan rencana bisnis yang akan dilakukan pada tahun ini.

Dalam kesempatan yang sama, perusahaan juga mengangkat Aldi Haryopratomo sebagai bagian dari Board of Advisor. Sebelumnya, Aldi merupakan CEO Gopay dan Founder Mapan, saat ini juga menjabat sebagai komisaris di eFishery.

Seperti diketahui, Gojek merupakan investor awal dari Halodoc, saat ini layanan telemedicine-nya juga sudah diintegrasikan ke dalam aplikasi ride-hailing tersebut. Begitu pun eFishery, lengan investasi Gojek memimpin pendanaan seri B mereka.

Kehadiran Aldi dengan wawasannya di industri fintech pembayaran untuk segmen mikro diharapkan dapat memberi banyak masukan kepada Halodoc untuk pengembangan berikutnya. Semisalnya, pengalaman Aldi saat mengembangkan layanan keuangan Gopay ke negara-negara di mana Gojek ekspansi.

Pasalnya, Co-Founder & CEO Halodoc Jonathan Sudharta menuturkan, kini Halodoc juga berambisi untuk ekspansi regional, membawa hasil pembelajaran dari Indonesia untuk negara yang disasar. Belum ada informasi lebih lanjut kapan rencana tersebut dapat terealisasi.

Ia bilang, dirinya dan Aldi sudah mengenal semenjak remaja. Dari awal ia mulai merintis Halodoc pada empat tahun lalu, Aldi menjadi salah satu rekan diskusi rutin yang banyak memberikan masukan. “Bergabungnya Aldi sebagai bagian keluarga besar Halodoc akan memperkuat misi Halodoc dalam menjembatani akses kesehatan bagi lebih banyak masyarakat Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (1/3).

Turut menambahkan terkait ekspansi, Aldi berpendapat bahwa fintech dan kesehatan adalah industri yang saling mirip, baik itu karena penuh regulasi dan tiap negara punya regulasi yang berbeda-beda. “Tapi keduanya punya potensi yang menarik. Yang terpenting fondasi harus kuat, mencari tim lokal yang mengerti bagaimana bisa mengembangkan startup di lokasi tersebut,” kata Aldi.

Pencapaian bisnis Halodoc dan tren pengguna

CMO Halodoc Dionisius Nathaniel menjelaskan, perusahaan banyak melakukan adaptasi sepanjang tahun lalu, mengingat awareness masyarakat terhadap layanan seperti Halodoc meningkat. Dirunut dari awal Maret 2020, Halodoc memulainya dengan menambah suplai kemitraan dengan dokter untuk layanan telemedicine, hingga kini jumlahnya telah mencapai lebih dari 20 ribu dokter umum dan spesialis.

“Di bulan yang sama kami berinisiatif untuk meluncurkan AI chatbot untuk mengecek risiko Covid-19. Traction-nya cukup baik ada 12 juta orang yang sudah pakai ini,” tuturnya.

Bulan berikutnya, Halodoc meluncurkan fasilitas drive thru rapid test di berbagai lokasi dan membuat janji untuk tes Covid-19. Memasuki kuartal III 2020, perusahaan menambah jumlah psikolog hingga 200 orang karena mendapati tingginya permintaan konsumen untuk berkonsultasi ke psikiater, yang kemungkinan disebabkan sulitnya menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi.

Lalu, pada kuartal terakhir menambah fitur konsultasi Dokter Hewan. Dion mengungkapkan fitur terakhir ini berhasil tumbuh secara organik meski perusahaan tidak melakukan kegiatan pemasaran. Di samping itu, menambah rangkaian fitur wellness seperti kalender kehamilan, kalender menstruasi, kalkulator BMI, dan pengingat obat.

Dari keseluruhan inovasi tersebut, Halodoc berhasil meningkatkan jumlah pengunduh hingga dua kali lipat secara yoy. Terdapat 18 juta pengguna aktif bulanan dan trafik dari pembaca artikel juga naik dua kali lipat. Mayoritas pengguna ini datang dari kota besar, seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan Surabaya.

Dari segi umur, kebanyakan mereka berada di kelompok usia 21-20 tahun, dengan komposisi perempuan 60% daripada laki-laki 40%. Adapun, layanan Halodoc yang paling banyak digunakan adalah telekonsultasi (naik 10x lipat), toko kesehatan (5x lipat), dan buat janji (3x lipat).

Adapun jumlah tes Covid-19 yang sudah difasilitasi Halodoc mencapai lebih dari 600 ribu tes, mayoritas masyarakat memilih swab antigen ketimbang tiga jenis tes Covid-19 lainnya (rapid antibodi, PCR, dan serologi). Sementara itu, jumlah mitra rumah sakit dan apotek kini sudah lebih dari 4 ribu mitra, lebih dari 20 ribu dokter umum dan spesialis, dan 22 penyedia asuransi.

Dari seluruh pencapaian ini, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesai Halodoc, misalnya persebaran pengguna yang masih di kota besar dan kelompok usia di generasi milenial. Padahal, bila diamati layanan kesehatan ini sebenarnya juga dibutuhkan oleh para orang tua.

“Ini jadi tantangan bagi kami bagaimana memperluas akses kesehatan karena secara umum masih banyak masyarakat yang belum terbiasa dengan layanan telekonsultasi,” kata Dion.

Oleh karena itu, edukasi perlu digencarkan dan kolaborasi dengan berbagai pihak akan dilanjutkan perusahaan untuk menciptakan lebih banyak dampak sosial yang lebih luas.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi PeduliLindungi

Aplikasi PeduliLindungi Tambah Layanan Telemedicine dari Halodoc

Aplikasi PeduliLindungi kini menambah layanan telemedicine hasil integrasi dengan Halodoc. Tambahan fitur ini diharapkan masyarakat tetap terhubung dengan dokter secara daring sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19 di Indonesia.

PeduliLindungi adalah aplikasi kesehatan besutan Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai upaya meredam wabah Covid-19. Aplikasi ini dirilis sejak Maret 2020 dan sudah diakses oleh lebih dari empat juta orang Indonesia.

CEO Halodoc Jonathan Sudharta mengatakan, hadirnya layanan telemedicine Halodoc dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat ekosistem penanganan Covid-19 yang lebih komprehensif di Indonesia. Di samping itu, masyarakat juga bisa mengurangi kunjungan ke fasilitas layanan kesehatan apabila tidak dalam kondisi darurat.

“Melalui kolaborasi ini kami berharap semakin banyak lagi masyarakat yang dapat memanfaatkan teknologi telemedicine untuk memutus mata rantai penularan Covid-19,” ucap Jonathan dalam keterangan resmi, Rabu (24/6).

Dengan layanan telemedicine, pengguna bisa lebih waspada saat beraktivitas dan menerapkan protokol pencegahan sesuai anjuran dokter, termasuk saat perjalanan ke luar daerah. Aplikasi ini punya fitur utama untuk memetakan dan memantau pergerakan orang-orang yang pernah dinyatakan positif Covid-19, PDP, dan ODP.

aplikasi kesehatan besutan kementerian komunikasi dan informatika PeduliLindungi kini menambah layanan telemedicine hasil integrasi dengan Halodoc
Aplikasi PeduliLindungi Tambah Layanan Telemedicine dari Halodoc / Halodoc

Selain itu, terhubung dengan operator seluler, sehingga hasil tracking dan tracing aplikasi ini bisa memberi peringatan kepada nomor pengguna yang berjarak dua sampai lima meter dari orang yang didiagnosis PDP dan PDP. Langkah selanjutnya, pengguna bisa segera menjalankan protokol kesehatan melalui layanan konsultasi dokter.

Perlu diketahui, masuknya Halodoc ke dalam aplikasi PeduliLindungi adalah bagian dari dorongan pemerintah dalam rangka menyiapkan normal baru. Pemerintah menetapkan aturan Keputusan Menteri Nomor 253/2020 yang menjadi dasar hukum bagi penambahan fitur baru aplikasi PeduliLindungi.

Fitur tambahan tersebut, di antaranya e-sertifikat, GPS, digital diary, dan kerja sama dengan platform lain untuk memudahkan masyarakat. Selain itu, aplikasi juga telah terintegrasi dengan sistem yang dikelola Gugus Tugas dan Badan Siber dan Sandi Negara.

Untuk mengakses layanan telemedicine dari Halodoc, pengguna cukup mengunduh aplikasi PeduliLindungi melalui App Store dan Play Store. Lalu mengisi data diri, nomor telepon aktif, membuat persetujuan untuk mengaktifkan Bluetooth dan location pada smartphone-nya.

Selanjutnya pengguna dapat mengakses layanan Teledokter pada menu atau masuk melalui tombol Periksa Diri dalam menu Beranda. Kemudian masuk ke Halodoc pada bagian Konsultasi Dokter.

Tak hanya Halodoc, aplikasi ini telah terintegrasi dengan aplikasi healthtech lainnya, seperti Prixa dan Prosehat.

Application Information Will Show Up Here
BPJS Halodoc

Buah Kerja Sama BPJS dan Halodoc, Konten Kesehatan Segera Muncul di Mobile JKN

BPJS Kesehatan dan Halodoc menjalin kemitraan dalam pengembangan layanan kesehatan digital. Salah satu buah kerja sama kedua belah pihak adalah tersedianya konten informasi kesehatan Halodoc di aplikasi Mobile JKN.

“Nanti kita infokan lebih lanjut karena sekarang ini kita masih diskusi lebih dalam, tapi yang jelas fitur paling awal adalah informasi terkait kesehatan,” ucap Direktur Teknologi Informasi BPJS Kesehatan Wahyuddin Bagenda.

Selain mengenai fitur konten tersebut, baik BPJS Kesehatan maupun Halodoc masih sungkan membeberkan hal lain dari kerja sama mereka. CEO Halodoc Jonathan Sudharta menyebut ada banyak hal yang dibahas dalam kolaborasi ini dan ia tak menampik beberapa kemungkinan.

Salah satu yang memungkinkan itu adalah fitur pembayaran iuran BPJS. “Apakah kami akan bantu memfasilitasi? Saya rasa sangat besar kemungkinan dalam diskusinya itu jadi salah satu bagian servis,” imbuh Jonathan.

Menggenjot kepatuhan pembayaran iuran

Penjajakan kerja sama antara BPJS Kesehatan dengan Halodoc ini sejatinya tak lepas dari upaya BPJS untuk meningkatkan kepatuhan pembayaran iuran peserta mereka. Sejak lama kepatuhan membayar iuran ini menjadi pekerjaan rumah BPJS Kesehatan.

Sebagai gambaran, peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) berjumlah 221 juta jiwa atau lebih dari 83 persen total penduduk Indonesia. Kepesertaan JKN-KIS terbagi dari Penerima Bantuan Iuran (PBI), Peserta Penerima Upah (PPU), da Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU). Pembayaran iuran PBI dan PPU relatif lebih lancar karena masing-masing dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan.

Sementara PBPU adalah mereka yang memiliki usaha, pengusaha, dan pekerja sektor apa saja yang tak menerima upah bulanan. Pada kategori inilah pembayaran iuran BPJS Kesehatan banyak yang macet. Tercatat saat ini kepatuhan pembayaran iuran di PBPU hanya sekitar 50 persen dari 32 juta peserta padahal kelompok inilah yang dianggap paling banyak menyerap uang BPJS.

Kerja sama dengan Halodoc ini adalah contoh pendekatan baru BPJS Kesehatan dalam menggenjot pembayaran iuran. Pasalnya aplikasi Mobile JKN saat ini baru dipakai sekitar 6 juta orang, jauh dari jumlah peserta JKN-KIS. Sementara Halodoc mengklaim sampai sekarang sudah memiliki 7 juta pengguna bulanan dengan distribusi pengguna 50 persen di luar Pulau Jawa. Dengan fitur informasi kesehatan dari Halodoc di dalam aplikasi Mobile JKN, BPJS berharap masyarakat lebih sadar pentingnya jaring pengaman kesehatan yang mereka tawarkan.

“Masalah pembayaran ini jadi tantangan karena kebanyakan orang bayar karena aturan, bukan karena kebutuhan. Salah satu solusi untuk ini adalah edukasi,” pungkas Wahyuddin.

Halodoc dapat ajakan ke luar negeri

Halodoc mengaku saat ini masih fokus membangun infrastruktur online di dalam negeri seperti sumber daya manusia, hardware, dan software; serta edukasi pasar. Namun Jonathan membocorkan bahwa sudah ada ajakan dari beberapa negara agar Halodoc berkiprah di sana.

“Saat ini banyak negara baik itu di ASEAN maupun di Afrika yang sudah bicara dengan Halodoc membawa teknologinya ke sana. Doakan saja agar kita bisa jadi aplikasi kesehatan yang memudahkan rakyat di luar Indonesia. Tapi fokus kita masih di Indonesia saat ini,” ucap Jonathan.

Platform Halodoc adalah solusi kesehatan dengan empat fitur utama yang meliputi konsultasi dengan dokter, pembelian obat melalui ojek online, kunjungan ke rumah sakit, dan layanan laboratorium. Halodoc menyebut layanan mereka didukung oleh 20.000 dokter, 1.300 apotek, dan 1.000 rumah sakit.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here