Tag Archives: j&t express

IPO J&T Express

Segera IPO di Bursa Hong Kong, J&T Express Incar Dana Segar 8 Triliun Rupiah

J&T Global Express dilaporkan mengincar dana sebesar $500 juta (sekitar hampir Rp8 triliun) dari aksi penawaran saham perdana (IPO) di bursa efek Hong Kong sebagaimana diberitakan Reuters.

Dalam laporan sebelumnya, penyedia layanan logistik tersebut sempat menargetkan $1 miliar lewat IPO yang ditargetkan pada semester II 2023. Angka ini disebut bakal menjadi penjualan saham terbesar kedua di Hong Kong di sepanjang 2023 setelah ZJLD Group yang mengumpulkan $675,2 juta pada April.

Sementara menurut sumber lain seperti diberitakan Bloomberg, pertimbangan J&T IPO di Hong Kong dikarenakan regulator Tiongkok tengah meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan yang beroperasi di luar negeri. Beberapa investor J&T juga berbasis di Tiongkok.

J&T Express didirikan oleh Jet Lee dan Tony Chen, petinggi perusahaan ponsel Oppo di 2015. Pada 2021, J&T Express memperoleh investasi sebesar $2,5 miliar dengan valuasi tembus $20 miliar dari Boyu Capital, Hillhouse Capital Group, Sequoia Capital China, hingga raksasa gaming Tencent Holdings.

Selain untuk IPO, sumber mengungkap bahwa penggalangan dana ini sejalan dengan ekspansi J&T ke Tiongkok dan Amerika Latin.

Jelang IPO, J&T Express sempat mengakuisisi 100% saham Fengwang Information, anak usaha SF Holding yang mengoperasikan Fengwang Express sebesar ¥1.183 miliar (sekitar Rp2,5 triliun). SF adalah penyedia layanan logistik terbesar di Tiongkok secara end-to-end untuk rute domestik dan internasional.

Akuisisi ini dilakukan untuk memperkuat posisi J&T di pasar logistik Tiongkok yang saat ini dikuasai oleh SF Holding, serta kompetitor ZTO Express dan jaringan logistik raksasa milik Alibaba Group dan JD.com. Di Indonesia, J&T Express ikut bersaing dengan pemain logistik penyedia layanan last mile, seperti SiCepat dan Ninja Xpress.

J&T Express Akuisisi Perusahaan Logistik Tiongkok Fengweng Express

Penyedia layanan logistik asal Indonesia J&T Express mengumumkan akuisisi atas Fengwang Information, anak perusahaan S.F. Holding Co., Ltd, yang mengoperasikan Fengwang Express. Kedua perusahaan telah menandatangani Perjanjian Pengalihan Saham dan J&T Express akan mengakuisisi 100% hak saham senilai ¥1.183 miliar atau lebih dari Rp2,5 triliun.

SF sendiri merupakan penyedia layanan logistik terintegrasi terbesar di Tiongkok, menyediakan layanan rantai pasokan satu atap ujung ke ujung untuk rute domestik dan internasional. Perusahaan berkomitmen untuk membangun ekologi rantai pasokan digital dan menjadi pemimpin dalam rantai pasokan pintar secara global.

Di bawah SF Holdings, jaringan Fengwang Express menawarkan layanan kepada pelanggan e-commerce dan telah menjangkau sekitar 27 provinsi, kotamadya, dan daerah otonom di seluruh penjuru Tiongkok. Tahun lalu saja, layanan ini berhasil membukukan pendapatan lebih dari ¥3,2 miliar atau sekitar Rp6,8 triliun.

Menurut situs perusahaan, di Indonesia sendiri, perusahaan telah memiliki 100 gateway center dengan peralatan profesional, lebih dari 4 ribu titik operasi dan 30 ribu SDM terlatih, dan ribuan armada untuk mendukung layanan messenger antarkota, antarprovinsi, dan lintas pulau.

Berdasarkan keterangan J&T Express, ini merupakan sebuah langkah signifikan dalam sektor pengiriman ekspres e-commerce sejak perusahaan melakukan ekspansi ke pasar Tiongkok pada tahun 2020. Sebelumnya, perusahaan juga telah berhasil mengakuisisi bisnis ekspres Best Inc. di Tiongkok pada akhir tahun 2021.

Mengikuti misi “berorientasi pelanggan dan berbasis efisiensi”, perusahaan menyatakan komitmennya untuk terus mengoptimalkan pengalaman layanan sebagai bagian dari fokusnya pada industri layanan pengiriman ekspres e-commerce.

Dalam keterangan resmi, J&T mengungkapkan, “Akuisisi ini akan meningkatkan kapabilitas layanan terintegrasi J&T Express. Langkah ini diharapkan dapat mendorong pengembangan industri berkualitas tinggi yang memungkinkannya untuk lebih meningkatkan keunggulan kompetitifnya di sektor pengiriman e-commerce dan berkontribusi pada pengembangan industri berkualitas tinggi,”

J&T Express berkomitmen untuk menyediakan pelanggan dengan solusi logistik terintegrasi melalui infrastruktur cerdas dan jaringan logistik digital, sebagai bagian dari strategi globalnya untuk menghubungkan dunia dengan efisiensi yang lebih besar dan membawa manfaat logistik untuk semua.

Rencana J&T Express

Didirikan pada 2015 oleh Jet Lee dan Tony Chen, J&T Express telah melebarkan sayap bisnis ke luar Asia. Jaringan J&T Express kini telah menjangkau tiga belas negara, termasuk Indonesia, Vietnam, Malaysia, Filipina, Thailand, Kamboja, Singapura, Cina, Arab Saudi, UEA, Meksiko, Brasil, dan Mesir.

Pada 2021 silam, perusahaan dilaporkan memperoleh putaran pendanaan sebesar $2,5 miliar atau setara 35,6 triliun Rupiah. Pendanaan ini mengantar valuasi J&T Express mencapai $20 miliar (sekitar Rp285 triliun), alias sudah menyandang gelar “decacorn”. Hal ini disebut sebagai bagian dari rencana J&T melantai di bursa.

Berdasarkan sejumlah sumber, perusahaan berencana mengincar dana segar antara $1 miliar sampai $2 miliar (antara Rp15,1 triliun-Rp30,3 triliun). Sumber Reuters yang mengetahui kabar tersebut menyebutkan, sebenarnya J&T Express berencana untuk IPO pada tahun lalu, namun ditunda karena kondisi pasar yang tidak menentu.

Bila aksi korporasi ini terlaksana, diprediksi IPO ini akan jadi yang terbesar di Hong Kong pada 2023. Sepanjang 2021-2022, nilai penjualan saham IPO turun 74% menjadi $7,4 miliar di 2022 dari $28,17 miliar di 2021. Faktor pemicunya, menurut Refinitv, dikarenakan perlambatan global di pasar modal sebagai akibat dari kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan ketegangan geopolitik yang berkelanjutan.

Di Indonesia sendiri, J&T bersaing ketat dengan sejumlah startup logistik, termasuk SiCepat dan Ninja Xpress, yang sama-sama memanfaatkan tren e-commerce untuk mengakselerasi bisnisnya. Menurut CEO J&T Robin Lo kala itu, jasa logistik dari bisnis e-commerce berkontribusi sebesar 50% terhadap pendapatan perusahaan di 2017.

Application Information Will Show Up Here

Masuk 2023, Berikut Valuasi dan Performa J&T Express, Penguasa Pasar Logistik Sepanjang 2022

Jenis usaha startup merupakan jenis usaha yang paling banyak diperbincangkan oleh pasar global. Hal tersebut karena di zaman digital ini usaha startup memang memiliki popularitas dan juga margin keuntungan yang menjanjikan, ditambah lagi banyaknya sektor usaha yang tergabung dalam dunia startup ini.

Salah satu sektor usaha startup yang cukup banyak menyita perhatian investor adalah startup sektor logistik, yang terletak di urutan keempat dalam tangga sektor usaha yang paling diminati investor di Asia Tenggara, dengan jumlah sebanyak 8 startup yang bergerak di sektor logistik ini. Selain itu, berdasarkan data global startup unicorn tahun 2022, startup logistik menempati urutan ketujuh pada sektor startup berdasarkan nilai valuasinya.

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa startup yang bergerak di bidang logistik. Hal ini dikarenakan kebiasaan belanja online masyarakat Indonesia yang terus meningkat semenjak pandemi COVID-19, dan terus meningkat bahkan hingga saat ini.

Salah satu ekspedisi pengiriman yang paling banyak digunakan dan disukai masyarakat adalah J&T Express, yang merupakan salah satu startup asal Indonesia yang menjadi startup logistik dengan nilai valuasi global tertinggi sepanjang tahun 2022.

Apa yang dimaksud dengan valuasi?

Sebelum membahas J&T Express dan statusnya sebagai startup logistik dengan nilai valuasi global tertinggi, perlu kita ketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan nilai valuasi pada sebuah perusahaan atau startup.

Valuasi adalah perhitungan nilai perusahaan, dengan mempertimbangkan kualitas manajemen, struktur modal, total aset, dan laba yang diharapkan. Bagi perusahaan besar maupun kecil, valuasi sangatlah penting, terutama bagi perusahaan yang masih membutuhkan pendanaan untuk berkembang. Singkatnya, valuasi ini adalah nilai keseluruhan dari suatu perusahaan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai jual maupun nilai investasi suatu perusahaan.

Untuk menentukan valuasi dari sebuah perusahaan, maka perlu dilakukan analisis yang cukup panjang dan kompleks. Analisis harus dilakukan secara detail, mulai dari perhitungan seluruh aset, arus kas, dan juga berbagai data dan detail lainnya. Seperti yang disebutkan sebelumnya, peringkat dapat berfluktuasi naik dan turun tergantung pada faktor yang memengaruhinya.

Valuasi startup logistik J&T

Berdasarkan data startup unicorn tahun 2022, J&T menempati urutan pertama startup dengan nilai valuasi tertinggi di sektor logistik. Hal tersebut karena jumlah valuasi dari J&T yang berada di angka $20 miliar. Angka tersebut tentunya merupakan angka yang sangat besar bagi sektor logistik, karena biasanya angka-angka valuasi yang tinggi diraih oleh startup dengan sektor fintech yang kemudian disusul oleh sektor internet software & service dan e-commerce.

Dengan angka $20 miliar tersebut, maka J&T tidak hanya menjadi startup dengan valuasi global tertinggi di sektor logistik, melainkan juga menjadi startup asal Indonesia dengan valuasi tertinggi dari tujuh startup lainnya di kelas unicorn. Selisih nilai valuasinya bahkan juga sangat tinggi dibandingkan startup urutan kedua di bawahnya, yaitu Traveloka dengan angka valuasi $3 miliar. Hal tersebut tentu saja dikarenakan J&T Express saat ini merupakan ekspedisi dengan volume pengiriman paling besar dan paling banyak digunakan di Indonesia.

Sumber: Kaggle

Dengan angka valuasi sebesar $20 miliar tersebut, maka tentu J&T sudah termasuk dalam startup decacorn, karena nilai valuasinya yang sudah berada di atas $10 miliar. Itu berarti J&T telah menjadi startup decacorn kedua di Indonesia setelah Gojek atau Goto. Selain itu, berdasarkan laporan dari CNBC Indonesia, J&T telah mendapatkan pendanaan sebesar $4,7 miliar atau setara dengan 68,15 triliun rupiah dalam empat putaran pendanaan.

J&T menjadi ekspedisi pengiriman dengan volume terbesar dan terpopuler

Sepanjang tahun 2022, J&T Express berhasil berada di peringkat pertama jasa ekspedisi yang paling banyak digunakan di Indonesia. Bersumber dari DataIndonesia.id yang telah melakukan survei pada 20 provinsi di Indonesia, jumlah persentase pengguna J&T Express menyentuh angka 42% dari total 100% dan menduduki ranking pertama dari lima ekspedisi populer lainnya.

Dengan memimpin pasar logistik maka tentu J&T memiliki volume pengiriman yang sangat besar. Berdasarkan data dari Katadata, J&T Express mampu mengirim sebanyak 2 juta paket setiap harinya. Hal tersebut karena antusiasme belanja online masyarakat Indonesia yang cukup besar, dan J&T menjadi ekspedisi yang paling banyak dipilih oleh masyarakat.

Bukan tanpa alasan, J&T Express banyak dipilih karena tingkat pengirimannya yang terbilang cukup cepat dibandingkan ekspedisi lain. Tidak hanya itu, J&T juga telah mampu menjangkau banyak daerah di Indonesia, bahkan ke daerah yang masih terpencil sekalipun. Hal tersebut karena jumlah kurir, armada, dan juga agen dari J&T yang banyak tersebar di seluruh Indonesia, sehingga wajar jika J&T menjadi startup dengan nilai valuasi tertinggi.

Artikel ini ditulis oleh Suryaningsih, alumni program DNA #Cohort1 yang digagas oleh DailySocial.

Perusahaan logistik J&T Express dikabarkan berencana untuk melantai atau initial public offering (IPO) di Hong Kong pada kuartal II 2023

J&T Express Dikabarkan Segera IPO di Hong Kong Tengah Tahun Ini

Perusahaan logistik J&T Express dikabarkan berencana untuk melantai atau initial public offering (IPO) di Hong Kong pada kuartal kedua tahun ini. Perusahaan berencana mengincar dana segar antara $1 miliar sampai $2 miliar (antara Rp15,1 triliun-Rp30,3 triliun).

Belum ada konfirmasi yang diberikan J&T Express terkait rumor tersebut. Pemberitaan pertama kali berhembus dari sumber Reuters pada pekan lalu (17/2).

Sumber Reuters yang mengetahui kabar tersebut menyebutkan, sebenarnya J&T Express berencana untuk IPO pada tahun lalu, namun ditunda karena kondisi pasar yang tidak menentu.

Bila aksi korporasi ini terlaksana, diprediksi IPO ini akan jadi yang terbesar di Hong Kong pada 2023. Sepanjang 2021-2022, nilai penjualan saham IPO turun 74% menjadi $7,4 miliar di 2022 dari $28,17 miliar di 2021. Faktor pemicunya, menurut Refinitv, dikarenakan perlambatan global di pasar modal sebagai akibat dari kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan ketegangan geopolitik yang berkelanjutan.

“J&T Express yang diluncurkan untuk melayani pasar e-commerce booming Asia Tenggara ini mengincar valuasi $20 miliar, berhasil dicapai dalam putaran pendanaan privat terakhirnya pada November 2021,” mengutip dari Reuters.

Dengan mengacu dari valuasi tersebut, perusahaan sedang mempertimbangkan untuk menjual 5% hingga 10% dari sahamnya, yang akan membuat IPO bernilai antara $1 miliar-$2 miliar, kata sumber tersebut.

Sebelumnya, perusahaan disebutkan telah menyandang status decacorn pada November 2021 pasca-memperoleh pendanaan sebesar $2,5 miliar. Pendanaan ini melambungkan valuasi perusahaan ke angka $20 miliar. Investor yang berpartisipasi dalam putaran tersebut adalah Boyu Capital, Hillhouse Capital Group, dan Sequoia Capital China dan investor lainnya dari Tiongkok.

Perusahaan sendiri sebenarnya didirikan di Indonesia pada 2015 oleh Robin Lee dan Jet Lee. Kini sudah beroperasi di 13 negara, termasuk Vietnam, Malaysia, Filipina, Thailand, Kamboja, Singapura, Tiongkok, Arab Saudi, UEA, Meksiko, Brasil, dan Mesir. Lima negara terakhir dirambah perusahaan pada tahun lalu.

Menurut situs perusahaan, di Indonesia saja, perusahaan telah memiliki 100 gateway center dengan peralatan profesional, lebih dari 4 ribu titik operasi dan 30 ribu SDM terlatih, dan ribuan armada untuk mendukung layanan messenger antar kota, antar provinsi dan lintas pulau.

Tren IPO di Hong Kong

Menurut Refinitiv, Hong Kong adalah pasar IPO terbesar ketiga di dunia pada tahun lalu. Di kota tersebut telah melantaikan 90 perusahaan, mengumpulkan HK$104,57 miliar. Sebelumnya, saham teknologi dan biotek mendominasi dalam daftar IPO, tapi digeser oleh industri yang lebih tradisional, seperti ritel dan consumer goods, sektor bahan dan jasa baru.

Kota ini juga mendapat dorongan dari profilnya yang berkembang sebagai alternatif “pelabuhan aman” bagi Amerika Serikat yang telah menjadi badai untuk saham dari perusahaan Tiongkok selama dua tahun terakhir. Sebanyak 11 perusahaan Tiongkok yang sudah IPO di Amerika Serikat, melakukan dual listing di Hong Kong. Beberapa namanya adalah Nio Inc, KE Holdings, Tencent Music, dan lainnya.

Mengutip dari Seeking Alpha, berbagai lembaga akuntan global menaruh optimismenya yang tinggi terhadap kondisi pasar saham global yang membaik akan berpengaruh secara positif pada antusiasme IPO di Hong Kong.

Sejumlah insentif dari regulator setempat disiapkan sebagai booster, di antaranya “dual tranche, dual counter” yang memungkinkan perdagangan di sekuritas berdenominasi dolar Yuan dan Hong Kong. Langkah ini diharapkan akan menarik lebih banyak stok mata uang ganda untuk dicantumkan di bursa saham Hong Kong.

Selain itu, berencana untuk memodifikasi aturan listing untuk menurunkan ambang batas (thresholds) untuk lima industri teknologi mutakhir, termasuk IT, perangkat keras, advanced material, energi baru, dan konservasi energi dan perlindungan lingkungan. Aturan baru ini ditargetkan dapat diterapkan pada kuartal tahun ini setelah periode konsultasi berakhir pada Desember 2022.

Application Information Will Show Up Here

Pemodal Ventura Dorong Startup untuk Ubah “Playbook” Bisnis

Para pemodal ventura (venture capitalist) di Indonesia tak henti-hentinya menekankan para startup untuk tetap resilient di tengah berbagai gejolak ekonomi dunia tahun ini. Apalagi, di sepanjang tahun ini, kita telah menyaksikan sejumlah startup melakukan efisiensi, ada yang menutup layanan dan ada juga yang merumahkan banyak karyawannya.

Gejolak ekonomi yang terjadi diketahui merupakan salah satu langkah antisipasi global untuk menghadapi resesi dengan adanya inflasi dan kenaikan suku bunga tinggi. Bahkan, gejolak baru bertambah pasca-pemerintah Indonesia mengumumkan kenaikan harga BBM.

Sebetulnya, CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro menilai sentimen yang terjadi tak selalu berarti buruk, baik itu tren bullish, bearish, atau market correction. “It’s a market adjusting itself. Apalagi valuasi [startup] mahal dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya pada sesi Nexticorn International Summit 2022 beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, founder startup juga untuk jangan terlalu overlook pada cash management yang dapat memicu startup menjadi lalai terhadap penggunaan modal mereka. Startup perlu menahan diri melakukan shopping spree, bakar uang untuk kegiatan promo, atau menambah banyak tim.

“Kita lihat startup mulai melakukan efisiensi, bisa berupa mengurangi biaya marketing atau human resource. Startup harus mengubah playbook di situasi saat ini. Cobalah untuk fall in love dengan produk yang mereka kembangkan,” tutur Eddie.

Senada dengan di atas, Co-founder dan Managing Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe berpendapat bahwa situasi ‘tech winter‘ dapat menjadi momentum founder untuk merefleksi dan fokus kembali pada pengembangan produk. Para founder juga perlu mengubah cara mereka untuk membangun bisnis.

Menurutnya, tantangan besar justru akan dialami pada startup di tahap seri A, B, dan C, bukan di early stage. Berkaca dari pengalamannya, Jefrey menilai tidak semua startup mampu menunjukkan profitabilitas di tahapan tersebut. Startup harus kembali fokus pada fundamental dan tidak perlu terjebak pada tekanan harus segera profit selama bisnisnya solid.

“Tahun lalu, kami pikir pasar sangat bullish, banyak founder dapat funding, tim bertambah. Tiba-tiba tahun ini bearish sangat ekstrem. Where’s the money, where’s the profit? Maka itu, startup yang dapat pendanaan harus take it slow. Mereka harus berubah, salah satunya mencapai product-market-fit sampai lima tahun untuk bisa achieve profitabilityWe’ll see a lot of potential growth dalam 3-5 tahun ke depan,” jelasnya.

Ekspansi regional

Pada kesempatan sama, DailySocial.id juga sempat berbincang dengan sejumlah startup unicorn menanggapi isu IPO maupun rencana ekspansi. Sebagian besar mengaku merampungkan tahun 2022 dengan fokus terhadap pengembangan produk dan ekspansi regional.

Kopi Kenangan, misalnya, akan membuka gerai regional pertamanya di Malaysia pada kuartal IV 2022. Co-founder dan CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata mengungkap bahwa ini merupakan bagian dari rencana ekspansi ke Asia Tenggara yang akan dilakukan secara bertahap.

Ia mengaku telah mematangkan rencana ekspansi sejak lama dengan memperhitungkan potensi kenaikan harga bahan baku. Namun, situasi tersebut diatasi dengan melakukan integrasi dari sisi upstream. Per 2021, Kopi Kenangan telah menjual sebanyak 40 juta cangkir. Kini, total outlet-nya telah mencapai 672 outlet di 45 kota di Indonesia.

Demikian juga Co-founder dan COO Xendit Tessa Wijaya yang mengaku fokus terhadap ekspansi regional alih-alih memikirkan rencana melantai di bursa saham sebagaimana telah dilakukan oleh GoTo dan Bukalapak. Sekadar informasi, Xendit telah memulai ekspansi regionalnya sejak 2020.

“Saat ini, kami baru hadir di dua tenggara dan impian kami adalah menguasai Asia Tenggara. Mungkin selanjutnya, kami melirik Malaysia, Thailand, dan Vietnam untuk [ekspansi] ini karena ada permintaan dari customer. Indonesia semakin disorot, banyak global company yang berkembang. Mereka ingin suatu produk tidak cuma di Indonesia, tapi di Asia Tenggara,” jelasnya.

Adapun,  J&T Express tengah melakukan ekspansi ke Tiongkok dan Amerika Latin. Menurut CEO J&T Robin Lo, pasar J&T telah berkembang besar di Indonesia, tetapi belum merambah ke Asia Tenggara. Per 2021, J&T telah menyandang gelar decacorn dengan valuasi sebesar $20 miliar.

“Banyak perusahaan luar masuk ke Indonesia membawa investasi super raksasa. Kalau tidak menjajal negara lain, ketika diserang luar, kita akan sulit survive karena cuma punya market di Indonesia. Once we survive in Asia Tenggara dan Tiongkok, [kita] akan mudah survive di mana saja.” Tutupnya.

Startup Logistik Indonesia

Intip! Daftar 15 Startup Logistik di Indonesia

BPS (Badan Pusat Statistik) melaporkan, pada tahun 2021 sektor logistik mampu tumbuh 3,24%. Banyak faktor yang melandasinya, mulai dari permintaan tinggi dari sektor e-commerce, sampai dengan transformasi digital yang ada di bisnis logistik itu sendiri. 

Tren positif bisnis logistik juga menjadi kesempatan tersendiri bagi startup digital yang fokus menggarap sektor logistik untuk turut mengakomodasi pasar. Saat ini ada berbagai stratup dengan solusi unik di bidang logistik — mulai dari layanan agregator, pengantaran, sampai dengan manajemen armada.

Berikut ini adalah 15  startup logistik Indonesia yang patut diketahui.

Andalin

Andalin adalah startup logistik Indonesia yang berdiri sejak tahun 2016. Mereka menghadirkan platform yang dapat membantu para pemilik UMKM di Indonesia untuk mengimpor dan mengekspor barang dari dalam dan luar negeri. 

Para kliennya hanya perlu mengirimkan semua persyaratan dan biaya yang dibutuhkan Andalin. Selanjutnya platform akan memastikan proses pengiriman barang lintas negara tersebut berjalan dengan baik. Andalin juga bisa melakukan pemantauan secara real-time dengan Andalin Get yang telah diluncurkan tahun lalu.

Belum lama ini Andalin mengumumkan tambahan pendanaan sebesar $4 juta atau setara dengan 57,2 miliar rupiah yang dipimpin oleh Intudo Ventures. Sejumlah investor terlibat seperti Cardig Group, Beenext, dan investor strategis lainnya. Pendanaan ini melanjutkan putaran seri A yang diperoleh perusahaan pada Maret 2021.

AnterAja

Salah satu startup logisitk Indonesia yang saat ini kian ekspansif. Perusahaan logistik ini berfokus pada pengiriman barang. Pelayanan yang diberikan AnterAja ini cukup bervariatif dari regular, next day, same day tergantung dari jarak lokasi juga. 

Pada tahun 2021 IFC (International Finance Coorporation) melakukan investasi kepada AnterAja dengan nilai yang cukup fantastis sebesar 451 miliar Rupiah untuk melakukan ekspansi produknya ke beberapa pulau di Indonesia.

Biteship

Startup solusi logistik e-commerce Biteship telah berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal  dengan jumlah yang tidak diungkapkan. Pendanaan tersebut dipimpin oleh East Ventures dan Beenext. 

Biteship ini didirakan Mirsa Sadikin (CEO) dan Afra Sausan (CMO) pada tahun 2019. 

Biteship ini memiliki model bisnis yang cukup unik dibandingkan dengan startup logisitik Indonesia yang lain, karena biteship ini dapat mengirim paket dari berbagai pilihan kurir lainnya. Selain pengiriman barang mereka juga dapat menyewakan gudang untuk melakukan perdagangan di dalam maupun luar negeri.

Deliveree

Deliveree didirikan oleh Tom Kim selaku CEO dan Co-Founder pada tahun 2015. Deliveree ini memiliki banyak sekali fitur yang dapat digunakan terhadap jasa pengiriman dan logistik.

Salah satu layanan yang terbaru Muat Sebagian (Less Than Truckload/LTT) menjadi alternatif pilihan yang bisa dimanfaatkan seluruh bisnis dari berbagai skala, termasuk UMKM yang memiliki limitasi budget.

CEO Deliveree Tom Kim menjelaskan, ada kucuran dana $14,5 juta yang baru dikeluarkan dari Gobi Partners bersama Asia Summit Capital dan Inspire Ventures ini akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan marketplace logistik di kawasan Asia Tenggara.

Envio

Salah satu startup logistik Indonesia yang berbasi B2B digitalisasi, Envio mendapatkan pendanaan pre-seed pada tahun ini dengan nominal yang dirahasiakan dari Antler, Iterative, dan sejumlah angel investor lainnya. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis Envio di 2022.

Envio didirikan pada tahun 2021 oleh Richard Cahyanto dan Alif Amri Suri yang masing – masing menjadi CEO dan CTO. Model bisnis Envio sendiri ini lebih mengarah kepada B2B digitalisasi hal ini memudahkan konsumen melihat secara real-time dan end-to-end barang yang mereka kirim.

J&T Express

J&T Express merupakan startup logistik Indonesia yakni seperti jasa pengiriman barang, baik berupa dokumen maupun paket. J&T Express adalah startup logistik yang juga menggunakan IT dalam menawarkan layanannya, mereka menawarkan keuntungan dalam mengambil barang. Sehingga pelanggan tidak perlu datang ke kantor J&T jika ingin mengirim barang.

J&T Express adalah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 20 Agustus 2015. Didirikan oleh Robin Lo Perusahaan ini pada umumnya bergerak dalam bidang ekspedisi. Pada tahun 2018, J&T telah membangun gudang sortir otomatis di Semarang dan Surabaya.

Startup logistik J&T Express dilaporkan telah memperoleh putaran pendanaan sebesar $2,5 miliar atau setara 35,6 triliun Rupiah dengan valuasi mencapai $20 miliar (sekitar 285 Rupiah triliun), alias sudah menyandang gelar “decacorn“. Penggalangan dana ini merupakan bagian dari rencana J&T agar dapat melantai di bursa Hong Kong pada kuartal pertama 2022.

Janio

Startup logistik yang berbentuk e-commerce ini memiliki banyak fitur seperti pelacakan real time, analisa terstruktur dan komunikasi khusus untuk pengiriman paket pada satu platform

Selain itu, Di dalam platform tersebut, berisi informasi saat barang masuk gudang, pengiriman first mile, proses bea cukai di bandara udara asal dan tujuan, distribusi, hingga pengiriman last mile. Layanan ini bisa dipakai untuk bisnis UKM maupun korporasi yang memulai ekspansi bisnis secara internasional.

Janio ini didirikan oleh Syed Ali Ridha Madihid pada tahun 2019, Dalam segi pendanaan Janio ini dibantu oleh Choco Up perusahaan investasi berbasis pendapatan antarmuka senilai $8 Juta.

Kargo Tech

Startup logistik yang satu ini menawarkan fitur yang dapat memberikan kemudahan untuk mengelola logistik dengan cara yang baik. Kargo Nexus adalah fitur yang dapat memudahkan perusahaan untuk melakukan pengelolaan logistik dengan cara digital.

Kargo tech ini didirikan oleh Tiger Fang pada tahun 2015. Selain Kargo Nexus, startup logistik yang satu ini juga menyediakan jasa logistik truk antar pulau seperti diesel, engkel, fuso, hingga kontainer.

Pada bulan febuari 2022, Kargo tech mendapatkan pendanaan dari teleport (anak perusahaan Air Asia) senilai 501 Miliar Rupiah untuk melakukan ekspansi ke mancanegara.

Logisly

Logisly merupakan perusahaan startup logistik Indonesia pertama yang menerapkan e-forwading dimana mempertemukan pengguna dengan penyedia jasa logistik. Sejak beroperasi Juli 2019 terdapat 5000 truk dengan mayoritasnya adalah pengusaha truk yang telah menggunakan logisly dan telah terverifikasi.

Melalui teknologinya logisly ini dapat memungkinkan para pengusaha truk mendapatkan order melalui logisly serta cash flow yang lebih terjaga melalui fitur tersebut. 

CEO Logisly, Roolin Njotosetiadi mengungkapkan bahwasannya logisly akan terus melakukan ekspansi serta pembaruan agar konsumen serta pengusaha penyedia logistik puas dengan kinerja dari logisly.

Pada tahun 2020 Logisly mendapatkan pendanaan Seri A senilai 87,7 Miliar Rupiah dipimpin oleh Monks Hill Ventures.

McEasy

McEasy menyediakan solusi digital berbasis Internet dan GPS Tracker untuk menjawab kebutuhan operasional logistik dan pelacakan lokasi kendaraan. Perusahaan didirikan oleh Raymond Sutjiono dan Hendrik Ekowaluyo sejak tahun 2017 dan terus bertransformasi menjadi terdepan dalam memberikan solusi terintegrasi di bidang transportasi logistik.

Application Information Will Show Up Here

Pada bulan september 2021, Perusahaan ini mendapatkan 22 Miliar Rupiah dari East Ventures pada tahap awal. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun teknologi logistik, merekrut tim pemasaran dan penjualan guna menjangkau lebih banyak pengguna.

Paxel

Paxel adalah startup logistik indonesia pertama berbasis aplikasi yang menawarkan layanan Same Day Delivery dengan biaya pengiriman yang terjangkau. Paxel didirikan oleh Bryant Christanto (CEO), Zaldy Ilham Masita (Co-Founder), dan Johari Zein (Co-Founder) pada awal tahun 2018. 

Saat ini Paxel hanya mengakomodasi layanan di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Layanan pemesanan cukup menggunakan aplikasi. Maksimal 8 jam barang akan sampai di tempat tujuan. Saat ini, Paxel memiliki armada lebih dari 200 sepeda motor dan lima mobil. Kedepannya, Paxel menargetkan hadir di lima kota lain di Indonesia

Startup Paxel ini mendapatkan pendanaan seri B dipimpin oleh MDI Ventures dengan valuasi nominal senilai 134, 7 Miliar Rupiah.

Shipper

Startup logsitik Indonesia yang pertama akan dibahas adalah shipper, Shipper ini didirikan pada tahun 2016 oleh Budi Handoko (Co-Founder & COO) dan Phil Opamuratawongse (Co-Founder & CEO). 

Shipper sendiri menawarkan beberapa layanan yang pastinya berbeda dengan startup logistik di Indonesia yang lain. Perusahaan ini tidak hanya menawarkan jasa pengiriman barang akan tetapi mereka juga menawarkan penyewaan gudang. Selain itu, perusahaan ini Terintegrasi denga API (Aplication Programing Interface) dimana hal tersebut memudahkan para kurir dengan banyak dengan satu platform saja.

Dalam pendanaan seri B bulan lalu, sebagai agretator bisnis shipper mendapatkan $63 Juta atau kisaran 923 Milliar Rupiah.

Sicepat

PT Sicepat Ekspres ini didirikan oleh The Kim Hai pada tahun 2014. Model bisnis dari sicepat ini sangat bervariasi bagi mulai dari COD, Kirim barang lebih dari 3 Kilogram, Kargo, Layanan cepat dalam sehari dan sebagainya.

Pada maret 2022, Sicepat ini berhasil mendapatkan mendanaan senilai $170 Juta atau 2,4 Triliun Rupiah untuk mengekspansi serta membuat inovasi yang lebih baik lagi untuk perusahaan kedepannya.

Transtrack.ID

Startup logistik Indonesia yang satu ini merupakan start up dengan mengintegrasikan antara kondisi setempat dengan waktu yang tepat (real time). Trastrack.ID ini memiliki beberapa fitur lengkap untuk mendukung manajemen logistik.

Perusahaan ini didirikan oleh Anggia Meisari dan Aris Pujud selaku CEO pada tahun 2019. Selain itu pada tahun 2022 Transtrack.id ini mendaptkan seed funding untuk untuk mendukung pengembangan produk dan pertumbuhan sales senilai $570 ribu atau 8 miliar Rupiah.

Waresix

Waresix adalah startup logistik Indonesia yang menyediakan solusi penyimpanan end-to-end yaitu mencakup transportasi hingga kebutuhan pergudangan. Perusahaan rintisan ii didirikan pada 2017 oleh para engineer Andree Susanto, Edwin, dan Filbert Hansel. Saat ini, Waresix memiliki lebih dari 200 mitra gudang.

Pada April 2022, Waresix mendapatkan pendanaan senilai $50 Juta atau setara dengan 718,4 miliar Rupiah untuk mengekspansi serta menambah daya gedor untuk sales.

Indonesia-Miliki-12-Gelar-Unicorn-di-Tahun-2021-Anggota-Baru-Muncul-di-Penghujung-Tahun

Indonesia Miliki 12 Gelar Startup Unicorn di Tahun 2021, Anggota Baru Muncul di Penghujung Tahun

Penghujung tahun 2021 memberikan kejutan kepada para pelaku dan startup enthusiast. Bagaimana tidak, berbagai startup telah dinobatkan sebagai unicorn di tahun ini. Berdasarkan data dari DailySocial.id Annual Report 2021, tercatat total sebanyak 11 startup Indonesia telah menjadi Unicorn di tahun 2021. Jumlah ini bertambah dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Dari laporan Startup Report 2020, pada tahun 2020 saja, Indonesia hanya memiliki 5 startup unicorn, yaitu Tokopedia, Gojek, Traveloka, Bukalapak dan OVO. Namun, tujuh startup Indonesia saat ini telah mengisi deretan startup unicorn pada tahun 2021.

Unicorn sendiri merupakan level ke-4 dari tingkatan bisnis startup. Dalam tingkatan level Unicorn, nilai valuasi yang digunakan sebagai indikator adalah senilai USD$ 1 miliar – USD$ 10 miliar atau jika dirupiahkan adalah sebesar 10,47 triliun.

Beberapa startup yang telah menjadi unicorn di tahun 2021, merupakan startup pada level centaur di tahun sebelumnya. Berikut 11 startup Indonesia yang telah mencapai unicorn:

1. GoTo

GoTo merupakan startup merger antara Gojek dan Tokopedia. PT GoTo Gojek Tokopedia didirikan pada 17 Mei 2021 dengan fokus industri teknologi informasi. GoTo mengombinasikan layanan e-commerce, on-demand, dan layanan keuangan ke dalam satu ekosistem.

November tahun ini, Grup GoTo mengumumkan penutupan pertama penggalangan dana pra-IPO lebih dari $1,3 miliar (lebih dari 18,5 triliun Rupiah) dari berbagai investor.

2. Traveloka

Traveloka sendiri telah menyandang status unicorn pada tahun 2017, ketika mengantongi investasi sebesar USD350 juta dari Expedia. Berdiri sejak tahun 2012, Traveloka telah mengembangkan berbagai produk, hingga menjadi startup non fintech pertama yang menerapkan paylater “beli sekarang, bayar nanti”.

3. Bukalapak

Bukalapak merupakan salah satu perusahaan e-commerce Indonesia yang didirikan pada tahun 2010 lalu. Bukalapak berhasil menjadi unicorn pada tahun yang sama dengan Traveloka, dengan valuasi mencapai USD 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun.

Tahun 2021, Bukalapak dikabarkan memperoleh pendanaan sebesar $234 juta (lebih dari 3,4 triliun Rupiah) dalam putaran pendanaan Seri G yang dipimpin oleh Microsoft, GIC sovereign wealth fund Singapura, dan EMTEK.

4. OVO

Tahun 2019, OVO berhasil menjadi startup unicorn. Finance Asia menyebut valuasi OVO saat dinobatkan menjadi unicorn sudah mencapai $2,9 miliar (lebih dari 40 triliun Rupiah).

Sebagai perusahaan yang memimpin industri pembayaran digital bersama GoPay, OVO jelas memproses perputaran dana yang sangat besar yang mencapai triliunan Rupiah per tahunnya.

5. JD.id

Awal tahun 2020 lalu, JD.id telah mencapai valuasi perusahaan lebih dari US$1 miliar dan menambah jajaran startup unicorn saat itu. JD.id merupakan salah satu e-commerce yang ada di Indonesia dan merupakan bagian dari JD.com yang berkantor pusat di Beijing China.

6. Blibli.com

Blibli.com merupakan satu-satunya e-commerce yang meraih status unicorn pada tahun ini. Per Agustus 2021, blibli.com telah mencapai valuasi sebesar 1 miliar dollar AS. Berdiri pada tahun 2010, butuh waktu sekitar 11 tahun bagi blibli.com untuk mencapai level ke-4 pada tingkatan bisnis startup ini.

7. Tiket.com

Menyusul pesaingnya, Traveloka, Tiket.com akhirnya menjadi unicorn pada awal tahun 2021.

Tiket.com sendiri didirikan tahun 2011 dan diakuisisi Djarum Group melalui Blibli pada tahun 2017. Saat ini keduanya tetap berjalan dengan entitas legal (PT) terpisah, sehingga memungkinkan jika Tiket.com melangsungkan IPO terlebih dulu.

8. J&T Express

Awal tahun 2021, J&T Express telah menjadi unicorn dengan valuasi sebesar mencapai 7,8 miliar dollar AS atau setara Rp 113,5 Triliun. J&T Express menduduki posisi kedua sebagai startup unicorn Indonesia dengan nilai valuasi terbesar setelah Gojek.

J&T Express menjadi mitra pengiriman logistik dari sejumlah e-commerce besar, termasuk, Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Shopee, dan JD.id.

9. Kredivo

Kredivo merupakan startup yang berada di bawah naungan PT FinAccel Teknologi Indonesia dan berdiri pada Desember 2015. Kredivo memiliki performa serta pertumbuhan yang pesat hanya dalam waktu kurang dari 6 tahun sejak didirikan sehingga menarik perhatian para investor.

Sama dengan blibli.com, Kredivo menjadi unicorn pada pertengahan tahun 2021 ini.

10. Xendit

September 2021, Xendit mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $150 juta atau setara 2,1 triliun Rupiah. Putaran ini sekaligus mengokohkan valuasi perusahaan di atas $1 miliar dan menjadikan Xendit sebagai startup “unicorn” selanjutnya di Indonesia.

Sebelumnya Xendit telah menutup putaran pendanaan seri B senilai $64,6 juta pada Maret 2021 lalu dipimpin Accel. Dengan perolehan baru ini, secara total mereka telah mengumpulkan dana Rp3,4 triliun ($238 juta) sejak ronde awal di tahun 2015.

11. Ajaib

Sama seperti namanya, Ajaib berhasil menjadi startup unicorn hanya dalam waktu 2,5 tahun. Ajaib menyandang gelar unicorn setelah menutup putaran seri B sebesar $153 juta (lebih dari 2,1 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh DST Global. Pendanaan ini membawa jumlah total yang dikumpulkan Ajaib menjadi $243 juta. Ajaib sendiri telah memiliki 1 juta investor ritel saham, sejak pertama kali berdiri dua setengah tahun lalu.

 

Menutup tahun 2021 ini, sebuah kejutan muncul dari salah satu startup dengan dasar bisnisnya adalah kedai kopi, yaitu Kopi Kenangan. Desember 2021, Kopi Kenangan jadi “Unicorn New Retail” Pertama di Indonesia.

Kopi Kenangan mengumumkan telah menutup putaran pertama untuk pendanaan seri C senilai $96 juta atau setara 1,3 triliun Rupiah. Dengan tambahan dana investasi ini, perusahaan turut mengumumkan bahwa telah mencapai tonggak “unicorn” atau bervaluasi lebih dari $1 miliar. Dengan ini, Kopi Kenangan menambah deretan startup unicorn Indonesia.

Tidak hanya telah menjadi unicorn, beberapa startup lainnya juga sudah menjadi centaur di tahun ini. Untuk mengetahui informasi lainnya mengenai startup sepanjang 2021 ini, kunjungi DailySocial.id Annual Report 2021!

***

Disclosure : Artikel ini ditulis oleh Masni Rahmawatti. S

J&T Express Is Reportedly Secured 35,6 Trillion Rupiah Funding and Now a Decacorn

J&T Express logistics startup is reported to secur $2.5 billion funding or equivalent to 35.6 trillion Rupiah with a valuation of $20 billion (around Rp.285 trillion), an now officially a “decacorn”. This round is part of J&T’s plan to go public on the Hong Kong Exchange in the first quarter of 2022.

Based on Reuters, this round was backed by a number of major investors, including Boyu Capital, Hillhouse Capital Group, and Sequoia Capital China. In addition, Chinese gaming and internet giant Tencent Holdings, as well as SIG China and Susquehanna International Group.

“This fundraising is in line with J&T’s expansion steps into China and Latin America, in addition to the IPO plan on the Hong Kong stock exchange,” some undisclosed sources said.

In a general note, J&T Express plans to raise $1 billion fund ahead of the IPO. In fact, CB Insights reported that J&T had achieved unicorn status with a $7.8 billion valuation in April.

The source revealed that J&T appointed Bank of America (BAC.N), China International Capital Corp., and Morgan Stanley (MS.N) to help with the IPO plan.

Regarding the news, a number of investors involved declined to comment to Reuters, including Tencent and China’s Sequioa.

Logistics market competition

For the record, J&T Express was founded in 2015 by Jet Lee and Tony Chen, top executives from Oppo mobile phone company, and has expanded its business to a number of countries in Southeast Asia. Aside from Indonesia, J&T is available in Malaysia, Vietnam, the Philippines, and Thailand.

The founders used their previous experience to build a massive logistics network throughout Southeast Asia which is accelerating thanks to the popularity of e-commerce services.

In 2020, J&T entered the Chinese market and competed with leading rivals in logistics, including S.F. Holding, ZTO Express, as well as the Alibaba backed logistics network, JD.com.

In Indonesia, J&T is in tight competition with a number of logistics startups, including SiCepat and Ninja Xpress, both of which take advantage of the e-commerce trend to accelerate their business. J&T’s CEO, Robin Lo said at the time, logistics services from the e-commerce business contributed 50% to the company’s revenue in 2017.

E-commerce is driving the digital economy in Indonesia, which continues to grow. Based on the e-Conomy SEA 2021 research released by Google, Temasek, and Bain & Company, the e-commerce sector is still driving the digital economy with 52% or $53 billion growth.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Valuasi J&T Express

J&T Express Dilaporkan Memperoleh Pendanaan 35,6 Triliun Rupiah, Capai Tonggak “Decacorn”

Startup logistik J&T Express dilaporkan telah memperoleh putaran pendanaan sebesar $2,5 miliar atau setara 35,6 triliun Rupiah dengan valuasi mencapai $20 miliar (sekitar Rp285 triliun), alias sudah menyandang gelar “decacorn”. Penggalangan dana ini merupakan bagian dari rencana J&T melantai di Bursa Hong Kong pada kuartal pertama 2022.

Berdasarkan laporan Reuters, pendanaan tersebut disokong oleh sejumlah investor utama, antara lain Boyu Capital, Hillhouse Capital Group, dan Sequoia Capital China. Selain itu, perusahaan game dan internet raksasa Tiongkok, Tencent Holdings, serta SIG China dan Susquehanna International Group juga ikut berpartisipasi.

“Penggalangan dana ini dilakukan sejalan dengan langkah ekspansi J&T ke Tiongkok dan Amerika Latin, selain rencana terdaftar di bursa Hong Kong,” ungkap sejumlah sumber yang dirahasiakan ini.

Sebagaimana diketahui, J&T Express berencana mengumpulkan dana sebesar $1 miliar menjelang IPO. Bahkan, CB Insights melaporkan J&T telah menyandang status unicorn valuasi $7,8 miliar pada April lalu.

Sumber tersebut mengungkap bahwa J&T menunjuk Bank of America (BAC.N), China International Capital Corp, dan Morgan Stanley (MS.N) untuk memuluskan rencana IPO ini.

Terkait pemberitaan tersebut, sejumlah investor terlibat menolak berkomentar kepada Reuters, termasuk Tencent dan Sequioa China.

Persaingan pasar logistik

Sekadar informasi, J&T Express didirikan di 2015 oleh Jet Lee dan Tony Chen, para petinggi perusahaan ponsel Oppo, dan telah melebarkan sayap bisnis ke sejumlah negara di Asia Tenggara. Setelah Indonesia, J&T sudah hadir di Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

Para founder tersebut menggunakan pengalaman mereka terdahulu untuk membangun jaringan logistik besar-besaran di seluruh Asia Tenggara yang tengah terakselerasi berkat popularitas layanan e-commerce.

Di 2020, J&T masuk ke pasar Tiongkok dan bersaing dengan rival terkemuka di bidang logistik, termasuk S.F. Holding, ZTO Express, serta jaringan logistik raksasa yang dimiliki Alibaba Group dan JD.com.

Sementara di Indonesia, J&T juga bersaing ketat dengan sejumlah startup logistik, termasuk SiCepat dan Ninja Xpress, yang sama-sama memanfaatkan tren e-commerce untuk mengakselerasi bisnisnya. Menurut CEO J&T Robin Lo kala itu, jasa logistik dari bisnis e-commerce berkontribusi sebesar 50% terhadap pendapatan perusahaan di 2017.

E-commerce merupakan motor ekonomi digital di Indonesia yang terus bertumbuh hingga saat ini. Berdasarkan riset e-Conomy SEA 2021 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, sektor e-commerce masih menjadi penggerak ekonomi digital dengan pertumbuhan 52% atau $53 miliar.

Application Information Will Show Up Here

Questioning J&T Express Extremely High Valuation Target

The local logistics company J&T Express (J&T) is making another headlines with plans to raise over $1 billion (more than Rp. 14.5 trillion) funding from Tencent and other investors with a pre-money valuation of $20 billion, citing The Information.

Previously, CB Insights said in April that J&T had acquired unicorn status with a valuation of $7.8 billion, through the funding worth more than $2 billion from a series of investors. The investors are PE China Hillhouse Capital, Boyu Capital, and Sequoia Capital China.

When local media asked for a response, J&T’s CEO Robin Lo did not confirm nor deny the unicorn’s status.

Referring to the CB Insight version of the valuation, it means that J&T’s valuation has grown over two times within four months. DailySocial has published a piece questioning J&T’s unicorn status.

Chairman of the Indonesian Logistics Association (ALI) Mahendra Rianto doubts this status, as compared to its closest competitor, JNE is also estimated to have become a unicorn.

Flexible valuation

Without putting aside the rumors above, the key word is that irrational valuations are something that is interesting to discuss.

Quoting from PracticalEcommerce, it is said that the valuation in private companies is speculative. Even the calculation is not as objective as imagined.

There are some considered factors, such as team expertise, product, assets, business model, market share, competitor performance, and others. There are also VCs with its own formula to find pre-value money from a business.

Therefore, calculating the startup valuation combines elements of art and science. If it’s to be compared with NFT, it is fine as both have something in common. Equally irrational. It will still be validated as long as someone buys it, regardless of the number.

However, there are eight methods of calculating valuation in general, such as The Berkus Method, Comparable Transactions Method, Scorecard Valuation Method, and so on.

It used to be commonplace for startups to raise equity funding for no more than three funding rounds and were acquired or went public within five years of operation. However, it’s not uncommon for startups to receive six rounds of funding and remain closed for more than 10 years.

As a startup grows into a mature business, both revenue and expenses, it is exposed to a different economic environment. Challenges arise — more competitor, saturated markets, acquiring customers. VCs, who profit when their startups exit, have shown great patience.

As long as it is a private company, it means that there is no obligation to notify the public of financial statements.

As startups matured, competitors emerged, and each company had to spend more on marketing and customer acquisition. The biggest need requires startups to get more money. This metric is rarely highlighted and gives a one-sided picture of the actual state of the company.

“All the hype ended, however, when the company filed to become a public entity,” PracticalEcommerce wrote.

Union Square Ventures’ Co-Founder, Fred Wilson wrote on his blog, “… valuations in the private market, especially in the late stages, can sometimes be irrational. Valuation in the public, of course after the stock has been trading for a long time and the lock-off period is over, is much more rational.”

This is clearly seen in the performance of Uber and Lyft on the stock market. When Uber went public in May 2019, its stock was valued at $45 per share at a valuation of $75.5 billion. The stock has been wildly move since then, peaking at $46 per share on June 28, 2019, then dropping to a low of $26 per share in November 2019. Currently, at September 2, 2021, $41.09 per share with a market cap of $76.59 billion.

When Lyft went public in March 2019 at a price of $72 per share with a valuation of $24 billion. Lyft’s stock price was even wilder. Now, on September 2, 2021, at $48.96 per share with a market cap of $16.41 billion, far from its initial offering price.

Fight a “different” war

In Southeast Asia, J&T has available in seven countries, before finally arrived in China in March 2020. Long before that, the founder, Robin Lo has very strong background with Chinese entrepreneurs backing.

In China, the logistics market is very bloody. There are five big players there, S&F Express, Yunda, ZTO, YTO, STO, and HT Express. In order to gain traction, J&T’s use an extreme strategy, with subsidized shipping and low prices tending to damage the market.

The relationship between Robin and Jet Lee (CEO of J&T China) in building J&T Indonesia is quite strong, considering that Jet Lee is Oppo’s former official. According to the KrAsia report, J&T’s business runs quite well thanks to the support of Oppo’s parent, BKK Electronics. It’s not only Oppo, but also other smartphone brands, Vivo, Realme, and OnePlus.

BKK’s founder, Duan Yongping played a role in J&T’s relationship with Pinduoduo as he was also a mentor to Pinduoduo’s founder, Colin Huang. Together with Pinduoduo, J&T was able to recored a daily order volume of more than 20 million packages in China alone. During the 618 Shopping Festival – the second largest annual shopping event, J&T Express’ daily package volume at that time exceeded 30 million packages.

However, with all of the backing, it is not enough to boost J&T’s strong dominance because compared to its peers, such as ZTO with 94 sorting centers and 30 thousand shipping outlets that are able to reach 99% of China’s territory. On the other hand, J&T is yet to reach rural and remote areas.

Not to focus only in China, J&T continues to create new sources of growth by shifting its attention to the Middle East and Latin America. It will focus on three densely populated countries – Egypt, Brazil and Mexico – and two countries with higher per capita incomes: the UAE and Saudi Arabia. These countries have huge population, with nearly 500 million people in total.

J&T’s growth in Indonesia

Just like China, the last-mile logistics companies in Indonesia is very crowded. Robin Loo claims the company can send up to 2.5 million packages per day thanks to its partnerships with various marketplace platforms.

J&T’s competitors largely rely on a similar strategy. For regular and one-day delivery (next day), buyers can choose delivery services from SiCepat, JNE, AnterAja, Ninja Express, to Shopee Express provided by Shopee. This is not counting Grab Express and GoSend which provide instant delivery.

These shipping options are available on every marketplace. All sellers are given free to choose the one in the coverage. Conditions are fairly reasonable whether not all logistics services are available and can be chosen by the buyer. Moreover, at Shopee, the majority of deliveries are controlled by Shopee Express.

In order to compete, J&T recently developed a cargo service for the delivery of packages with a large weight and volume with an SLA estimated delivery of 1-3 days. Premium delivery services are also increasingly being expanded in scope. not only in Greater Jakarta, but also in Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, and Jambi.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian