Tag Archives: kacamata hitam

Bose Luncurkan Dua TWS Baru dan Tiga Kacamata Audio

Active noise cancellation (ANC) belakangan ini selalu menjadi topik pembahasan utama saat membicarakan tentang true wireless earphone yang duduk di kelas premium. Produk-produk seperti Apple AirPods Pro, Sony WF-1000XM3, maupun Sennheiser Momentum True Wireless 2 semuanya menawarkan fitur ini.

Lalu yang mungkin jadi pertanyaan, di mana penawaran serupa dari Bose, yang notabene dikenal sebagai pionir teknologi noise cancelling? Well, jawabannya baru datang sekarang dalam wujud Bose QuietComfort Earbuds. Seperti yang sudah bisa diduga dari namanya, TWS ini datang membawa teknologi ANC yang sangat canggih.

Nama “QuietComfort” bisa dibilang melegenda berkat popularitas headphone Bose QuietComfort 35, dan sekarang nampaknya Bose ingin mengulangi kesuksesannya di kategori TWS. Teknologi ANC yang ditawarkan oleh produk ini bukan sembarangan, melainkan yang bisa diatur intensitasnya dengan 11 tingkatan yang berbeda.

Fitur semacam ini memang cukup umum di ranah headphone, tapi masih tergolong langka di sektor TWS. 11 tingkatan itu meliputi yang paling kuat dan yang akan memblokir semua suara di sekitar, sampai yang membiarkan suara dari luar masuk, dan pengguna tinggal menyesuaikannya dengan kebutuhan.

Selain memblokir suara secara aktif, QuietComfort Earbuds juga diyakini menawarkan isolasi suara secara pasif yang efektif berkat eartip silikon berdesain baru. Lalu agar perangkat bisa benar-benar stabil di telinga, Bose turut menyematkan semacam sirip kecil yang lentur.

Semua itu dikemas dalam rangka yang tahan air dengan sertifikasi IPX4. Tanpa harus terkejut, perangkat juga dilengkapi kontrol sentuh di permukaan luarnya. Juga menarik meskipun sepintas terdengar sepele adalah, konten akan di-pause secara otomatis setiap kali perangkat dilepas dari telinga, dan sebaliknya diputar kembali saat perangkat dikenakan.

QuietComfort Earbuds menggunakan Bluetooth 5.1 sebagai konektivitasnya. Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa tahan sampai 6 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai 12 jam daya ekstra (total 18 jam). Seperti halnya AirPods Pro, charging case milik QuietComfort Earbuds juga dapat di-charge secara wireless.

Satu hal yang mungkin agak membuat geleng-geleng kepala adalah harganya. Dengan banderol $280, harganya sudah melampaui AirPods Pro dan nyaris menyamai Momentum True Wireless 2. Kalau itu terkesan terlalu mahal, Bose sudah punya alternatifnya, yakni Bose Sport Earbuds.

Perangkat ini boleh dibilang merupakan penerus dari Bose SoundSport Free yang dirilis tiga tahun silam. Sport Earbuds dihargai $180, dan wujudnya juga sedikit lebih ringkas daripada QuietComfort Earbuds. Satu perbedaan yang paling signifikan adalah, Sport Earbuds tidak punya ANC.

Ya, selisih $100 itu berarti konsumen Sport Earbuds hanya bisa mengandalkan isolasi suara secara pasif saja. Beruntung ia masih mewarisi banyak keunggulan kakaknya, mulai dari desain eartip dan sirip fleksibelnya, sertifikasi ketahanan airnya, sampai kontrol sentuh maupun konektivitasnya.

Sayang baterainya tidak seawet QuietComfort Earbuds. Dalam satu kali charge, Sport Earbuds tahan sampai 5 jam pemakaian, dan charging case-nya cuma bisa mengisi 10 jam daya ekstra (total 15 jam). Well, setidaknya Bose menjanjikan kualitas suara yang lebih baik daripada sebelumnya berkat rancangan akustik baru.

Bose Frames

Dalam kesempatan yang sama, Bose turut memperkenalkan tiga model baru dari seri kacamata audio Bose Frames. Seri perangkat ini pertama kali diperkenalkan dua tahun lalu sebagai produk augmented reality (AR). Namun seperti yang kita tahu, Bose sudah resmi meninggalkan bisnis AR sejak Juni lalu.

Itulah mengapa Bose sama sekali tidak menyinggung soal AR saat mengumumkan trio Frames baru ini. Ketiganya murni disiapkan sebagai kacamata hitam yang kebetulan bisa memutar audio. Ya, tiga kacamata ini memang dilengkapi speaker pada masing-masing tangkai/gagangnya.

Kualitas suara yang terbaik bisa didapat melalui Bose Frames Tempo, model yang tangkainya kelihatan paling gendut. Tidak tanggung-tanggung, Bose menanamkan driver berdiameter 22 mm di tangkai sebelah kiri dan kanannya, sehingga Tempo sanggup memutar audio dalam volume yang cukup keras, bahkan ketika dipakai bersepeda dengan kecepatan 40 km/jam sekalipun.

Berhubung tidak ada bagian dari telinga yang tertutupi, pengguna tetap bisa mendengar semua suara yang ada di sekitarnya. Baterainya diestimasikan cukup untuk pemakaian selama 8 jam, dan pengisiannya sudah mengandalkan sambungan USB-C. Dibandingkan kacamata hitam biasa, selisih bobotnya diklaim tidak lebih dari 50 gram.

Alternatifnya, ada Bose Frames Tenor dan Frames Soprano yang berdimensi lebih ringkas. Tenor untuk yang suka dengan bingkai mengotak, sedangkan Soprano untuk yang suka bentuk membulat. Keduanya mengemas sepasang driver yang berukuran lebih kecil di angka 16 mm, akan tetapi Bose bilang respon bass-nya malah lebih nendang daripada Tempo.

Satu hal yang mungkin agak menyulitkan adalah, Tenor dan Soprano mengandalkan charger khusus dengan sambungan pogo-pin. Dalam sekali charge, baterainya cukup untuk pemakaian selama 5,5 jam.

Ketiga kacamata audio ini Bose jual seharga $250. Selain untuk mendengarkan musik atau podcast, perangkat juga dapat digunakan untuk menelepon, dan Bose mengklaim mikrofonnya mampu menangkap suara yang jernih selagi mengeliminasi suara angin maupun suara-suara lain yang mengganggu di sekitar.

Sumber: Bose 1, 2 via Digital Trends.

Kacamata IRL Bisa Memblokir Hal-Hal yang Tak Perlu Anda Lihat

Dengan segala macam informasi penting yang disajikan olehnya, layar perangkat elektronik merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Ia memegang peranan penting saat kita bekerja, berkomunikasi, bahkan menjadi elemen krusial penunjang penyajian konten hiburan. Tapi interaksi dengan layar secara konstan tentu punya dampak negatif bagi kesehatan dan keselamatan.

Kita sering kali tergoda untuk melihat layar di situasi yang sebetulnya menuntut kesadaran penuh, misalnya ketika berjalan di tempat umum atau saat berkendara. Jika bagi Anda godaan untuk melihat layar – baik smartphone ataupun iklan digital di pinggir jalan – terlalu berat untuk dilawan, desainer Ivan Cash tengah menggarp solusinya. Lewat situs Kickstarter, inventor asal Oakland itu memperkenalkan IRL Glasses, yaitu kacamata yang bisa memblokir gangguan.

IRL Glasses mempunyai penampilan seperti kacamata hitam biasa, memiliki lebar 140mm dan panjang tangkai 145mm, dengan bingkai trapesium serta lensa berwarna gelap. Namun ada hal istimewa terjadi jika Anda mengenakannya: IRL mampu memblokir konten layar televisi, dan semoga suatu saat nanti, perangkat bergerak. Aksesori ini bekerja tanpa elemen elektronik, namun tetap berbasis sains.

Pembuatan IRL Glasses terinspirasi dari kacamata di film cult classic They Live yang bisa melindungi penggunannya dari iklan. IRL Glasses sendiri mampu memblokir konten layar LCD dan LED berbekal lensa horizontal polarized. Ketika lensa terpolarisasi itu diratakan dan diputar 90 derajat, ia dapat menahan cahaya yang dihasilkan layar agar tidak masuk ke mata kita. Efeknya, dari perspektif pengguna, display terlihat tidak aktif.

Pengembangan IRL Glasses masih terus dilakukan, dan saat ini, produk berada di masa pengujian. Versi ‘beta‘ tersebut mampu menangkal cahaya dari televisi LED serta sejumlah monitor LCD, tapi masih belum bisa memblokir konten smartphone maupun layar yang menggunakan panel OLED. Tentu saja produk ini tak sekadar menawarkan gimmick unik semata. IRL Glasses dibekali lapisan polarisasi TAC 1.1, Cat 3 dan UV 400. Artinya, ia dapat melindungi penglihatan layaknya kacamata hitam.

IRL 3

Walaupun status pengembangannya masih belum rampung, Ivan Cash dan tim IRL Labs siap menerima pemesanan versi beta IRL Glasses via platform crowdfuding Kickstarter. Di sana, produk dijajakan seharga mulai dari US$ 50, lebih murah US$ 30 dari harga retail-nya.

Kampanye penggalangan dana yang dilaksanakan developer berjalan lebih baik dari dugaan. Mereka berhasil mengumpulkan modal dua kali lipat dari target awal. Dengan begitu, IRL Glasses kabarnya siap didistribusikan pada bulan April tahun depan.

IRL 2

Visa Pamerkan Teknologi Contactless Payment dalam Wujud Kacamata Hitam

Berkat layanan seperti Apple Pay dan Android Pay, konsumen kini dapat melakukan pembayaran menggunakan smartphone atau smartwatch-nya. Channel YouTube ternama Unbox Therapy beberapa bulan lalu sempat mendemonstrasikan bahwa seseorang bisa menghabiskan waktunya seharian di New York tanpa perlu mengeluarkan dompet dan hanya menggunakan Android Pay saja.

Pertanyaannya, apakah smartphone dan smartwatch adalah alat bantu yang paling tepat? Menurut Visa, alternatif lainnya bisa berupa kacamata hitam. Baru-baru ini, mereka mengumumkan rencananya untuk menguji kacamata hitam berteknologi contactless payment ini.

Kalau melihat gambarnya di atas, kacamata ini tampak seperti kacamata hitam biasa. Pada kenyataannya memang demikian, hanya saja di dalam tangkainya telah tertanam chip NFC. Penggunaannya sama persis seperti smartphone atau smartwatch, cukup lepas kacamata lalu dekatkan ke mesin EDC (electronic data capture) dan transaksi pun langsung berhasil.

Visa memilih event Quiksilver dan Roxy Pro Gold Coast 2017 yang diselenggarakan World Surf League sebagai ajang percobaan teknologi ini. Kompetisi surfing sejatinya merupakan pilihan yang tepat, sebab mayoritas pengunjung yang berada di lokasi – yang pastinya di pantai – biasanya enggan membawa dompet.

Lalu ketika mereka hendak membeli sesuatu, entah itu makanan atau merchandise, mereka cukup melepas kacamata dan menggunakannya layaknya sebuah kartu debit. Meski kedengarannya praktis, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana jadinya ketika kacamata itu hilang atau diambil orang?

Visa sendiri bermaksud melakukan pengujian ini untuk meninjau apakah ada demand dari konsumen, serta apakah brand atau bank tertentu mau menjadi sponsor dari kacamata contacless payment ini.

Sumber: The Verge dan CNBC.

Oakley Radar Pace Adalah Kacamata Pintar dengan Dukungan Teknologi Intel Real Speech

Nama Oakley pastinya sudah tidak asing lagi di telinga para penggemar olahraga. Kacamata buatannya telah menghiasi wajah seabrek atlet, baik amatir maupun profesional, meski tidak mengemas fitur fitness tracking atau semacamnya. Namun sebentar lagi, Oakley sudah siap merilis kacamata pintar perdananya.

Dijuluki Oakley Radar Pace, prototipe perangkat ini sebenarnya sempat dipamerkan oleh Intel selaku mitra pengembangnya di ajang CES di bulan Januari kemarin. Ia pada dasarnya merupakan lini kacamata Oakley Radar, tapi dengan sentuhan fitur-fitur pintar di berbagai aspek.

Sebelum terlambat, jangan berpikir kalau perangkat ini bisa menggantikan peran fitness tracker atau smartwatch Anda. Ia bisa dianggap sebagai jembatan antara Anda dan smartwatch, mengakomodasi komunikasi via suara ketimbang mengharuskan Anda untuk memandang layar smartwatch di tengah-tengah sesi berlari yang intensif.

Di dalamnya bernaung tiga buah mikrofon yang didukung oleh teknologi Intel Real Speech, yang pada dasarnya merupakan sistem pengolah bahasa alami yang dapat memahami konteks. Contohnya, saat Anda baru hendak naik ke treadmill, Anda bisa bertanya berapa laju jantung Anda pada saat itu. Lalu setelah mulai berlari selama beberapa menit, Anda tinggal menanyakan “sekarang bagaimana?”, dan Radar Pace mengerti kalau yang Anda maksud adalah laju jantung.

Oakley Radar Pace dibekali sepasang earphone yang bisa ditekuk atau dilepas seandainya sedang tidak digunakan / Oakley
Oakley Radar Pace dibekali sepasang earphone yang bisa ditekuk atau dilepas seandainya sedang tidak digunakan / Oakley

Data laju jantung ini berasal dari fitness tracker atau smartwatch yang sedang Anda kenakan. Oakley mengklaim Radar Pace kompatibel dengan tracker atau smartwatch yang memiliki konektivitas Bluetooth, tapi berdasarkan pengamatan Mashable, Apple Watch ternyata tidak termasuk.

Jangan samakan juga Radar Pace dengan Google Glass, sebab fungsinya sangat jauh berbeda. Radar Pace tidak memiliki display sama sekali, bahkan chip GPS pun tidak ada. Yang ada hanyalah sepasang earphone yang bisa ditekuk atau dilepas sekalian jika sedang tidak dipakai. Dengan demikian, bobotnya pun masih bisa terasa ringan di angka 56 gram.

Berbekal earphone, tentu saja Radar Pace bisa Anda pakai untuk mendengarkan musik yang berasal dari smartphone via Bluetooth. Ia bahkan bisa dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan Siri atau Google Assistant dengan bantuan panel sentuh pada tangkai sebelah kiri. Soal baterai, Radar Pace bisa beroperasi selama 6 jam nonstop dalam satu kali charge, atau 4 jam ketika disambi mendengarkan musik.

Oakley berencana memasarkan Radar Pace mulai tanggal 1 Oktober mendatang seharga $449.

Sumber: Mashable dan Engadget.

Kacamata CTRL XC Dapat Menyesuaikan Warna Lensa dengan Kondisi Cahaya Secara Otomatis

Satu kacamata hitam untuk berbagai kondisi; bagi kita hal ini masuk akal saja, namun tidak untuk atlet profesional. Para pesepeda misalnya, mereka harus membawa kacamata hitam yang sesuai dengan kondisi pencahayaan di lokasi. Kalau di siang bolong, kacamata yang diandalkan adalah yang warna lensanya cukup gelap, sedangkan kacamata berlensa bening dibutuhkan saat matahari terbenam.

Itulah mengapa kacamata unik bernama CTRL One sempat menjadi buah bibir tahun lalu. Sejak peluncurannya, CTRL Eyewear selaku pengembangnya telah menerima banyak masukan dari pengguna dan kini siap untuk memperkenalkan penerusnya, yaitu CTRL XC.

CTRL XC masih mempertahankan fitur andalan pendahulunya, yakni lensa dengan teknologi e-Tint, dimana warna lensa bisa berganti secara otomatis hanya dalam waktu 0,1 detik. Sebuah sensor cahaya memastikan warna hanya berganti di saat yang dibutuhkan dan tanpa perlu menunggu input dari pengguna.

Saat cahaya di sekitar gelap, lensa CTRL XC akan berubah menjadi jernih, begitu juga sebaliknya / CTRL Eyewear
Saat cahaya di sekitar gelap, lensa CTRL XC akan berubah menjadi jernih, begitu juga sebaliknya / CTRL Eyewear

Jadi dalam skenario awal tadi, lensa CTRL XC akan otomatis menggelap ketika dipakai di siang bolong. Lalu saat matahari mulai terbenam, seketika itu juga lensanya akan berubah warna menjadi jernih sehingga pengguna tak perlu repot-repot melepasnya untuk bisa melihat dengan jelas. Dan yang paling penting, semuanya berlangsung dengan posisi kedua tangan pengguna terus berada di setang sepeda.

Dibandingkan dengan pendahulunya, CTRL XC diklaim lebih tahan banting berkat desain baru yang melibatkan frame berukuran penuh (hingga ke bagian bawah lensa). Di saat yang sama, desainnya juga sengaja dibuat lebih universal sehingga tidak hanya menarik untuk para atlet saja.

Saat ini CTRL XC dipasarkan lewat situs crowdfunding Indiegogo seharga $165. Ia datang bersama sebuah strap, carrying case dan kabel micro USB untuk charging – baterainya sendiri diperkirakan bisa bertahan selama 70 jam dalam satu kali charge.

Zungle Ialah Kacamata Hitam Sekaligus Headset Bluetooth

Berawal dari kebutuhan akan alat bantu pendengaran, teknologi bone conduction perlahan menapakkan jejaknya ke ranah consumer electronic berkat cara kerjanya yang praktis nan efektif. Buat yang merasa asing, teknologi ini pada dasarnya mampu menghantarkan gelombang suara dalam wujud getaran yang merambat dari tengkorak menuju ke gendang telinga.

Kelebihannya tentu saja adalah Anda tak perlu memasangkan apa-apa pada telinga Anda. Itulah mengapa pabrikan merasa tertantang untuk menciptakan perangkat audio yang bukan berupa headphone atau earphone, namun bisa berwujud macam-macam berkat penerapan bone conduction, seperti salah satunya kacamata hitam bernama Zungle ini.

Zungle kompatibel dengan lensa Oakley Frogskin / Zungle
Zungle kompatibel dengan lensa Oakley Frogskin / Zungle

Zungle kelihatan seperti kacamata hitam buatan Oakley, dan pada kenyataannya memang lensanya bisa dilepas-pasang dan diganti dengan kepunyaan Oakley. Pun begitu, ia sebenarnya juga merupakan headset Bluetooth yang bisa digunakan untuk mendengarkan musik atau menerima panggilan telepon.

Lalu mana bagian earpiece yang menancap di telinga? Tidak ada, karena ia sudah mengadopsi teknologi bone conduction yang disematkan ke bagian ujung frame. Dengan demikian, pengguna pun bisa mendengarkan musik sekaligus suara apa saja yang berada di sekitarnya, mengingat kedua telinganya sama sekali tidak tertutupi apa-apa.

Port micro USB untuk charging tersembunyi dalam engsel frame Zungle / Zungle
Port micro USB untuk charging tersembunyi dalam engsel frame Zungle / Zungle

Di frame sebelah kanan Zungle, terdapat tuas kecil untuk mengontrol jalannya musik maupun menerima panggilan telepon. Bobot totalnya hanya berkisar 45 gram, padahal ia mengemas baterai yang bisa bertahan selama 4 jam pemakaian dalam satu kali charge.

Proses charging-nya sendiri hanya memakan waktu kurang dari 1 jam. Menariknya, pengembang Zungle berhasil ‘menyembunyikan’ port micro USB pada bagian engsel frame, membuatnya sama sekali tak terlihat seperti perangkat elektronik.

Untuk sekarang Zungle masih menjalani kampanye crowdfunding di Kickstarter dan ditawarkan seharga $109 – harga retail-nya berkisar $150. Ia kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS, serta hadir dalam lima pilihan warna frame yang berbeda.

SOUNDglasses Akan Lindungi Mata dan Membuat Kita Tetap Waspada

Berkat perangkat mobile, berkomunikasi dan mengakses konten hiburan kini semudah membalikkan telapak tangan. Pasang headset, dan lakukan yang kita mau. Tapi sadarkah Anda, semua kemudahan itu menyimpan potensi bahaya besar? Dengan menjejalkan earphone ke kuping saat berkendara atau bersepeda, kita seolah-olah menonaktifkan indra pendengaran. Continue reading SOUNDglasses Akan Lindungi Mata dan Membuat Kita Tetap Waspada

Orion4Sight, Kacamata ‘Hitam’ Berperforma Terbaik Dibekali Desain Kelas Militer

Terlepas dari pemilihan namanya, kacamata hitam tidak selalu hadir dengan warna hitam. Fungsi utama aksesori tersebut ialah untuk mencegah cahaya berfrekwensi tinggi dan sinar yang terlalu cerah merusak mata. Tapi menurut desainer John Galley, 99 persen klaim produsen kacamata anti-sinar matahari hanyalah sekedar gimmick pemasaran. Continue reading Orion4Sight, Kacamata ‘Hitam’ Berperforma Terbaik Dibekali Desain Kelas Militer