Tag Archives: Kalbe Farma

Pimpin Transformasi Digital Kalbe Farma, Risman Adnan Eksplorasi Inovasi Kemanusiaan

“Bagi saya, industri kesehatan lebih beresonansi karena dampaknya sangat luas terhadap masyarakat. Business nature-nya tidak balapan seperti industri lain, karena kita punya waktu panjang untuk berinovasi.”

Risman Adnan tidak sepenuhnya meninggalkan industri teknologi setelah hampir dua dekade berkarier di sana. Selepas Microsoft dan Samsung, Risman melakukan transisi karier signifikan dengan bergabung ke PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) pada Januari 2023. Masih dalam pusaran elemennya, ia tertantang mentransformasi digital salah satu perusahaan farmasi terbesar Indonesia ini untuk go global.

Transformasi digital, ungkapnya, adalah sebuah maraton inovasi dengan proyeksi ROI jangka panjang. Yang terjadi saat ini, banyak perusahaan go digital, tetapi hanya diartikan sebagai another IT. Lalu, peta jalan apa yang dipersiapkan Risman untuk membawa Kalbe Farma ke tingkat global?

Transformasi Kalbe

Risman didapuk sebagai Corporate Digital Technology Director di Kalbe Farma, berperan mendorong inovasi pada bisnis existing dan mengeksplorasi peluang baru secara bersamaan. Untuk menjalankan dua fungsi itu, Kalbe Farma membentuk divisi Corporate Digital Technology (CDT) yang dipimpin olehnya.

CDT kembali terbagi dalam dua divisi besar, yakni Kalbe Digital University (KDU) untuk pembelajaran berkelanjutan di bidang teknologi; dan Kalbe Digital Lab (KDL) untuk pengembangan inovasi maupun riset. KDL akan membantu unit bisnis di Kalbe Farma untuk menghadirkan fitur/layanan atau komersialisasi ide/inovasi berdasarkan riset yang dilakukan.

Sebagai informasi, saat ini Kalbe Farma menaungi berbagai lini bisnis kesehatan dari hulu ke hilir, mulai dari pembuatan obat, produk kesehatan, klinik, hingga distribusi. Kalbe Farma juga memiliki layanan berbasis digital, seperti KlikDokter (telemedis), Mostrans (logistik), dan EMOS (distribusi).

(Ki-ka) Aplikasi mobile EMOS, KlikDokter, dan Mostrans / Sumber: situs resmi

“Melewati lebih dari 50 tahun, apa langkah selanjutnya untuk bertahan sebagai perusahaan kesehatan terbesar di Asia Tenggara? Kalbe sudah mulai ekspansi ke luar Indonesia. Namun, untuk mengikuti regulasi yang lebih advanced, ternyata butuh teknologi yang lebih efisien. Kami harus mempersiapkan tech value agar dapat bersaing di lokal, regional, dan global. Kalbe punya R&D yang mengikuti inovasi  dari hulu ke hilir,” jelasnya saat berbincang dengan DailySocial.id.

Ia mengaku saat ini tengah fokus menggarap peta jalan transformasi serta membangun kapabilitas dan jumlah timnya di CDT. Fokusnya tak mencari pro-hire, melainkan lulusan baru yang dapat di-nurture talentanya sejak awal.

“Di Indonesia, bicara pengalaman orang, itu pasti praktikal, tidak punya pemahaman fundamental. Mereka hanya familiar dengan tools atau framework. Mudah dilatih, tetapi fundamentalnya susah dibangun. Orang dengan pengalaman praktikal tidak akan membawa inovasi. Kalau mau invonasi harus  sering baca paper atau riset akademis.”

Life science dan logistik

Risman mengamati banyak perusahaan bertransformasi digital, tetapi baru sebatas pada tahap eksperimental. Layanan digital masih diamini sebagai bisnis tambahan yang memanfaatkan teknologi dan perilaku konsumen. Ia mengaku digital mindset menjadi tantangannya untuk mentransformasi ribuan karyawan.

“Apa itu inovasi? Apakah merujuk pada hasil sebelumnya, standar industri, atau riset akademis? Bisa banyak. Di Samsung, inovasi itu mengacu pada ‘what you can do in term of product features and capabilities that your competitor can’t do’. Di Kalbe, inovasi adalah ‘what we can do better compare to before‘. Misalnya, inovasi tahap lanjut demi kemanusiaan, tidak didorong oleh kompetisi,” ujar Risman.

Risman menyebutkan dua area besar yang akan menjadi prioritas pengembangan inovasinya tahun ini, yakni life science (berkaitan dengan makhluk hidup serta distribusi dan logistik. Pada fokus pertama, ia tengah mendalami studi mengenai genomik dan patologi, turut didukung dengan pemanfaatan teknologi AI.

“AI punya dua bidang besar, yakni computer vision dan NLP—ya termasuk juga robotic automation. Ini penting karena berkaitan dengan intelegensi manusia. Kita sedang eksplorasi ketiga kompetensi ini untuk genomik dan patologi. Di lini distribusi, saya banyak habiskan waktu di Enseval dan BioFarma (mitra) untuk belajar dan bantu pengembangan produk digital. Secara garis besar, kami sedang fokus diferensiasi lini digital, termasuk aplikasi, layanan, dan digital biology.”

Ia mengungkap tengah menginkubasi produk genomik. Sedikit informasi, genomik adalah studi tentang genom sebuah organisme. Pemeriksaan genomik diyakini dapat menjadi alternatif perawatan preventif  karena dapat mengetahui risiko penyakit hingga pengobatan yang tepat seseorang. Terlepas manfaatnya, ujarnya, butuh waktu lama untuk menginkubasinya menjadi sebuah produk.

“Alat [untuk ambil sample] sudah ada. Namun, apakah sudah optimal digunakan sesuai teknologi sekarang? Sistem paling kompleks ada pada tubuh manusia karena terdapat sel, kromosom, dan DNA. Terdapat jalinan protein yang meregulasi tubuh kita. Mulai banyak yang masuk ke sini sekarang. Bisa mengetahui, kalau sakit, bagusnya pengobatan bagaimana. ”

Venture builder

Belakangan, perusahaan skala besar telah melirik pengembangan inovasi atau model bisnis baru melalui partisipasi investasi, mulai dari telekomunikasi, keuangan, hingga industri kreatif. Risman mengungkap berinvestasi di perusahaan teknologi tidak selalu menjadi pilihan tepat. Dalam kasus Kalbe, contohnya, investasi bukan menjadi hal menarik jika melihat skala perusahaan.

Pihaknya kini tengah mengeksplorasi model venture builder yang dinilai lebih menarik untuk pengembangan inovasi di luar lingkungan Kalbe. Menurutnya, bisa jadi venture builder itu menjadi jalan pembuka untuk bermitra dengan pihak di luar negeri.

“Kami masih pelajari apakah [venture builder] cocok untuk perusahaan, seperti Kalbe. Dengan mindset dan kultur kerja baru, mungkin saja inovasi yang diinkubasi sebelum pilot sampai komersialisasi, dapat dibantu dengan venture builder. Kalau sebatas investasi, itu bukan hal yang menarik untuk Kalbe. Digital itu masih sulit untuk menghitung valuasinya,” ungkapnya.

Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah mencari founder, yang tidak hanya menghasilkan ide, tetapi juga mampu mengeksekusinya dan meningkatkan skala bisnisnya sehingga bisa mencapai profitabilitas. “Jadi, kami harus mencari bentuk yang pas untuk masuk ke korporasi. Bring and scale ideas.”

Perang algoritme

Di tengah ledakan data internet, pelaku bisnis dituntut untuk lebih memahami kebutuhan customernya. Pasar dapat berubah dengan cepat, sedangkan masyarakat menginginkan pelayanan yang lebih personal.

Berkaca dari perkembangan industri teknologi selama satu dekade terakhir, Risman menilai bahwa pengembangan aplikasi sudah tidak lagi relevan untuk bersaing di masa depan. Justru algoritme akan menjadi faktor kunci dalam memenangkan pasar.

Ia mencontohkan raksasa e-commerce dunia Amazon yang membangun algoritme untuk memperkuat kata pencarian produknya. Algoritme ini menjadi salah satu kekuatan Amazon untuk bersaing di pasar.

Pada layanan e-commerce, algoritme dapat dimanfaatkan pada use case lain, misalnya meningkatkan pengalaman belanja, memprediksi next purchase date, atau memperkirakan kapan stok barang penjual akan habis. 

“Saya rasa sekarang kita berada di fase equilibrium pada pengembangan layanan digital lewat aplikasi, API, atau database. Selanjutnya apa? Customer intelligence, intelligence service, dan data analytic di dalam aplikasi. Membuat aplikasi itu mudah, yang sulit adalah merancang user experience dengan fitur intelegensi,” tuturnya.

The real war selanjutnya adalah diferensiasi terhadap algoritme untuk meningkatkan pengalaman customer. Namun, menurutnya, kemampuan di Indonesia belum sampai di level intelligence experience karena membutuhkan level matematika yang lebih tinggi.

Hendra Tjong

Upaya KlikDokter Memperkuat Posisinya di Pasar Healthtech Indonesia

KlikDokter menunjukkan geliat untuk kembali memperkuat posisinya di pasar healthtech Indonesia. Salah satunya ditandai dengan penunjukan Hendra Tjong sebagai CEO KlikDokter sejak September 2021. Sekadar informasi, Hendra sebelumnya dikenal sebagai Co-founder dan CEO KliknClean.

Dalam kesempatan wawancara dengan DailySocial.id, Hendra mengungkap beberapa gebrakan baru yang akan dilakukan oleh platform milik raksasa farmasi Kalbe Farma ini. Terlebih melihat kondisi bahwa pandemi Covid-19 mulai melandai di Indonesia.

Sekilas mengenai KlikDokter, awalnya berdiri di 2008 sebagai portal seputar informasi kesehatan. Pada 2016, mereka berupaya menjangkau pasar yang lebih luas dengan meluncurkan aplikasi mobile. Beberapa layanan yang ditawarkan adalah telekonsultasi dan pengiriman produk farmasi.

Bagaimana KlikDokter melihat fase pasca-pandemi dan apa saja rencananya tahun ini?

Langkah selanjutnya pasca-pandemi

Menurut prediksi WHO, fase akut pandemi Covid-19 di dunia bakal berakhir di 2022. Sementara, Satgas Covid-19 menyebut Indonesia sedang menuju fase transisi dari pandemi ke endemi. Lalu, apa artinya bagi platform healthtech apabila layanan yang berkaitan dengan Covid-19 mulai tak lagi relevan di masa depan?

Hendra mengakui bahwa pandemi memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengedukasi layanan telekonsultasi kepada masyarakat. Platform healthtech juga mendapat sumber pemasukan baru dari tes Covid-19 (antigen dan PCR) dan pembelian obat/suplemen. Asal tahu saja, telekonsultasi merupakan layanan healthtech yang paling tinggi adopsinya di Indonesia.

Kendati begitu, ia tidak ingin platform healthtech hanya relevan bagi orang sakit. Justru layanan healthtech dapat ditingkatkan relevansinya lewat preventive care. Apalagi pandemi telah membuka mata bagi sebagian orang untuk berolahraga, makan bergizi, dan minum vitamin. “Kesehatan bukan cuma soal [menangani orang sakit] saja. Orang sehat justru lebih banyak,” ujarnya.

Di samping itu, ia menyoroti bahwa telekonsultasi dapat dieksplorasi lebih dalam untuk meningkatkan pengalaman penggunaannya. Saat ini, layanan telekonsultasi masih bersifat dasar. Komunikasi antara dokter dan pasien kebanyakan melalui live chat. Di masa depan, ia berharap telekonsultasi di Indonesia dapat menggunakan video call, BPJS dapat digunakan untuk mengkover biaya telekonsultasi, dan rekam medis dapat tersedia di aplikasi.

“Apabila hal tersebut bisa terealisasi, platform healthtech dapat membuat analisis bagi pasien, misalnya rekomendasi obat. Tapi tentu ini semua harus di-backup dengan data. Kami harap ada rekam medis berbasis elektronik juga nantinya,” tambahnya.

Modernisasi teknologi dan kolaborasi

Dari paparan di atas, Hendra mengungkap sejumlah rencana yang sedang disiapkan. Tak banyak yang dapat dibagikan, tetapi saat ini pihaknya tengah fokus melakukan modernisasi teknologi pada platform KlikDokter dan Hallobumil secara menyeluruh. Lewat modernisasi ini, pihaknya berupaya meningkatkan pengalaman penggunaan dan menghadirkan fitur baru kepada masyarakat.

“Kami akui platform kami kurang user-friendly. Makanya, saat ini kami sedang memperbaiki teknologi dan operasional KlikDokter dan Hallobumil, baik front-end maupun back-end. Kami juga sedang redevelop fitur untuk diagnosis dan preventive care. Kami ingin jangkau lebih luas pasarnya, dari yang muda sampai tua. Targetnya, kami relaunch aplikasi dengan tampilan baru pada Agustus ini,” ungkap Hendra.

KlikDokter awalnya berdiri sebagai portal informasi kesehatan di 2008

Adapun, ia menyebut mayoritas teknologi dikembangkan sendiri oleh KlikDokter. Di luar itu, pihaknya juga membuka ruang kolaborasi dengan mitra eksternal untuk memperluas jangkauan layanannya.

Beberapa di antaranya adalah kemitraan dengan marketplace Shopee yang baru saja diumumkan. Shopee akan berperan sebagai front-end channel layanan telekonsultasi dan pengiriman obat/suplemen dari apotek rekanan KlikDokter. Selain itu, KlikDokter juga sudah bekerja sama dengan platform asuransi We+ untuk layanan serupa. 

“Kami terbuka untuk [mencari] pendanaan eksternal. Sebetulnya, kami sedang fundraising tapi masih confidential. Kami tidak ingin hanya di bawah naungan Kalbe saja. Kami ingin punya lebih banyak partner, baik dalam maupun luar, yang cocok dengan visi-misi KlikDokter. Hopefully, ini dapat membuka akses ke ekosistem lain/baru di luar dari yang kami punya. Kami juga rencana ekspansi ke luar negeri,” ungkapnya.

Berdasarkan laporan keuangan Kalbe di 2021, KlikDokter telah menghubungkan pengguna ke 15.000 dokter terdaftar, 800 klinik dan rumah sakit, serta 2.000 apotek di seluruh Indonesia. Total kunjungan mencapai 10 juta per April 2022 mengacu peringkat di situs Similarweb.

Memanfaatkan aset milik Kalbe

Hendra menyebut bahwa saat ini mayoritas akses dan transaksi KlikDokter justru datang dari mobile browser. Itupun belum seluruhnya berpotensi memberikan pendapatan ke bisnisnya. Menurutnya, hal ini memperkuat anggapan bahwa belum banyak yang tahu keterlibatan KlikDokter dengan Kalbe.

Padahal, ujarnya, Kalbe memiliki pengalaman, data, dan ekosistem kuat di industri kesehatan Indonesia. Kalbe juga memiliki jangkauan distribusi produk yang luas yang mana dapat dimanfaatkan KlikDokter untuk mengakomodasi kebutuhan medis/obat di daerah.

Hal ini dinilai akan menjadi competitive advantage KlikDokter untuk bersaing dengan pemain sejenis di masa depan yang dinilai masih berpusat pada masyarakat di kota-kota besar. Saat ini, Kalbe punya 11 titik distribusi di Indonesia dan akan ditingkatkan menjadi 40 titik.

Sebagai informasi, KlikDokter melalui PT Medika Komunika Teknologi berada di bawah naungan PT Kalbe Farma Tbk (IDX: KLBF). Tadinya, KlikDokter merupakan perusahaan patungan (joint venture) yang didirikan oleh anak usaha Kalbe, PT Karsa Lintas Buwana (PT KLB) bersama PT Kreatif Media Karya (KMK), anak usaha konglomerasi media PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK). Namun, KMK melepas seluruh sahamnya ke KLB sehingga kini KlikDokter dimiliki sepenuhnya oleh Kalbe.

“Selain modernisasi teknologi dan operasional, strategi kami selanjutnya adalah memanfaatkan ekosistem Kalbe seoptimal mungkin agar dapat bersaing dengan kompetitor. Kami fokus menghadirkan layanan/produk di semua segmen, dari bayi sampai orang tua. Kami ingin menjadi perusahaan berbasis data yang dapat di-leverage di ekosistem kesehatan di Indonesia.” Tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Emtek Group Sells Stake of KlikDokter to Kalbe Farma

Healthtech company KlikDokter is now fully owned by Kalbe Farma after taking 23.81% shares from Emtek Group’s subsidiary, PT Kreatif Media Karya (KMK). Since the beginning, Kalbe, through PT Karsa Lintas Buwana (KLB), has been the major shareholder of 76.19% in KlikDokter when Emtek entered in 2016.

According to the disclosure on IDX, the transaction was completed on September 30, 2021, worth of IDR 62.5 billion. PT Medika Komunika Teknologi (MKT) which is the owner of KlikDokter service approved the decision to sell all shares or a total of 1,000 series B shares owned by KMK, each of 999 series B shares to KLB and 1 share to PT Hexpharm Jaya Laboratories (HJ) .

After the exchange, the latest composition is KLB with 99.98% ownership as follows, a total of 1000 series A shares or the equivalent of 23.81%; a total of 3,199 series B shares or the equivalent of 76.71%; and HJ with 1 share of series B or the equivalent of 0.02%.

Kalbe Farma’s Corporate Secretary, Lukito Kurniawan Gozali said that corporate actions were carried out to increase capital in the context of developing business in the future. “KMK has no affiliation and/or conflict of interest with the company [Kalbe Farma],” he wrote.

KlikDokter is one of the oldest healthtech companies as it has been operating since 2008. KlikDokter’s initial product was a health information portal that focused on accuracy and updates from trusted sources. Moreover, develop features around health services – such as online consultations, medical devices, hospital directories, online drug recommendations, drug delivery, to online ordering, which is accessible through websites and applications.

Various healthtech startups

In terms of service, other healthtech players has offered similar solutions to KlikDokter. In Indonesia, KlikDokter competes with several players, such as Halodoc, Alodokter, SehatQ, GoodDoctor, and others. According to RevoU’s findings, the most popular health application in Indonesia is Alodokter, based on website and social media data.

Alodokter’s monthly website visitors reached 51.3 million, followed by Halodoc with 45.8 million and SehatQ with 18.4 million. Next, there is KlikDokter with 15.1 million visits and GoodDoctor with 656,500 visits.

Based on the number of followers on various social media platforms, Instagram for example, both Alodokter and Halodoc are the leaders compared to the other three. On Facebook and Twitter, KlikDokter is a health application with the number one followers in Indonesia with 4.1 million page likes and 69 thousand followers respectively.

Meanwhile, according to the findings of the Global Consumer Survey Statista, Indonesia is the third country with the largest users of telemedicine applications. During the pandemic, the demand for telemedical services is increasing as patients can easily connect with medical practitioners virtually. Therefore, this pandemic provides a great opportunity for telemedical services to grow bigger.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
KlikDokter Kalbe Farma

Emtek Group Jual Saham KlikDokter, Kini Sepenuhnya Dimiliki Kalbe Farma

Perusahaan healthtech KlikDokter kini dikuasai sepenuhnya oleh Kalbe Farma pasca membeli 23,81% saham milik PT Kreatif Media Karya (KMK), entitas anak usaha Emtek Group. Sedari awal, Kalbe, melalui PT Karsa Lintas Buwana (KLB), adalah pemegang saham mayoritas sebesar 76,19% di KlikDokter sejak Emtek masuk pada 2016.

Menurut keterbukaan informasi di BEI, transaksi telah diselesaikan pada 30 September 2021 senilai Rp62,5 miliar. PT Medika Komunika Teknologi (MKT) yang merupakan pemilik layanan KlikDokter menyetujui keputusan penjualan seluruh saham atau sejumlah 1.000 lembar saham seri B milik KMK, masing-masing sejumlah 999 lembar saham seri B kepada KLB dan 1 lembar saham kepada PT Hexpharm Jaya Laboratories (HJ).

Setelah transaksi ini, komposisi kepemilikan saham terbaru adalah KLB dengan kepemilikan 99,98% saham dengan rincian, sejumlah 1000 lembar seri A atau setara 23,81%; sejumlah 3,199 lembar saham seri B atau setara 76,71%; dan HJ sejumlah 1 lembar saham seri B atau setara 0,02%.

Corporate Secretary Kalbe Farma Lukito Kurniawan Gozali menyampaikan, aksi korporasi dilaksanakan untuk peningkatan modal dalam rangka pengembangan bisnis/usaha ke depannya. “KMK tidak memiliki hubungan afiliasi dan/atau benturan kepentingan dengan perusahaan [Kalbe Farma],” tulisnya.

KlikDokter termasuk perusahaan healthtech tertua karena sudah beroperasi sejak 2008. Produk awal KlikDokter adalah portal informasi kesehatan yang fokus pada akurasi dan update dari sumber terpercaya. Kemudian, mengembangkan fitur seputar layanan kesehatan – seperti konsultasi online, alat kesehatan, direktori rumah sakit, rekomendasi obat online, pengiriman obat, hingga pemesanan online, yang dapat diakses melalui situs dan aplikasi.

Startup healthtech lainnya

Secara layanan, pemain healthtech lainnya juga menawarkan hal yang serupa dengan KlikDokter. Di Indonesia, KlikDokter bersaing ketat dengan pemain sejenisnya, seperti Halodoc, Alodokter, SehatQ, GoodDoctor, dan lainnya. Menurut temuan RevoU, aplikasi kesehatan yang paling populer di Indonesia adalah Alodokter, berdasarkan data situs dan media sosial.

Pengunjung situs bulanan Alodokter mencapai 51,3 juta kunjungan, kemudian disusul Halodoc dengan 45,8 juta kunjungan dan SehatQ dengan 18,4 juta kunjungan. Selanjutnya, terdapat KlikDokter dengan 15,1 juta kunjungan, dan terakhir ada GoodDoctor 656,500 kunjungan.

Berdasarkan jumlah followers di berbagai platform media sosial, misalnya di Instagram, baik Alodokter dan Halodoc adalah pemimpin dibandingkan ketiga lainnya. Di Facebook dan Twitter, KlikDokter merupakan aplikasi kesehatan dengan jumlah pengikut di Indonesia dengan angka masing-masing sebesar 4,1 juta page likes dan 69 ribu followers.

Sementara itu hasil temuan Global Consumer Survey Statista, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan jumlah pengguna aplikasi telemedis. Selama pandemi, permintaan layanan telemedis meningkat karena pasien dapat terhubung dengan mudah dengan praktisi medis secara virtual. Oleh karenanya, pandemi ini memberi ruang yang besar untuk layanan telemedis untuk berkembang lebih jauh.

Application Information Will Show Up Here

Pantau Kehamilan dan Tumbuh Kembang Anak Lewat Aplikasi Mobile Mommychi

Memantau perkembangan dan kesehatan buah hati semenjak masa kehamilan hingga perawatan usia dini merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh orang tua. Melihat mobilitas tinggi dari para ibu modern saat ini, PT. Kalbe Farma sebagai perusahaan farmasi terkemuka meluncurkan sebuah aplikasi mobile yang bernama Mommychi. Aplikasi untuk platform Android (dan segera hadir untuk iOS) ini dapat digunakan untuk me-monitoring kesehatan ibu dan anak berbasiskan data-data yang dimasukkan oleh pengguna. Continue reading Pantau Kehamilan dan Tumbuh Kembang Anak Lewat Aplikasi Mobile Mommychi