Tag Archives: Kalimantan

Abang Desa hadirkan layanan p2p lending untuk sektor bisnis kecil, peternakan dan pertanian / Abang Desa

Startup P2P Lending Asal Pontianak “Abang Desa” Fokus Jangkau Bisnis Peternakan dan Pertanian

Abang Desa, singkatan dari “Ayo Bangun Desa”, adalah sebuah platform lending marketplace atau peer-to-peer (p2p) lending asal Pontianak yang mencoba menghubungkan investor dengan pelaku UMKM. Startup ini didirikan pada pertengahan tahun 2016 oleh Adiwarna dan Sutopo Widodo.

Latar belakang pengembangan bisnis tersebut lantaran co-founder Abang Desa melihat data bahwa 60-70% UMKM di Indonesia belum mendapatkan akses atau pembiayaan dari perbankan. Sementara menurut data per tahun 2015, jumlah total pelaku UMKM di Indonesia berada pada angka 56,54 juta unit usaha.

Awalnya Adiwarna dan rekan berencana untuk mendirikan institusi berbasis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Pontianak, namun dengan tren fintech yang ada saat ini akhirnya mereka memilih pendekatan teknologi. Pendekatan tersebut dipilih dengan keyakinan dapat merangkum pasar yang lebih besar.

“Abang Desa menyediakan akses pembiayaan bagi nasabah yang memerlukan modal dan instrumen investasi alternatif yang dapat diakses oleh siapa saja dan di mana saja, serta dapat menjangkau mereka yang di desa hingga di batas negeri [perbatasan Kalimantan-Malaysia],” ujar Adiwarna.

Sejak diluncurkan sebagai versi percobaan pada Desember 2017 lalu, tercatat total pembiayaan yang telah disalurkan sebesar Rp150,9 juta, dengan jumlah investor aktif  21 orang dan mitra usaha yang dibiayai 12 unit. Pembiayaan tersebut berhasil menyediakan 10 ekor sapi untuk peternak dan penyediaan 2,5 hektar lahan pertanian.

Fokus di bidang peternakan, pertanian, dan bisnis kecil

Abang Desa fokus ke tiga produk utama, yakni Abang Ternak, Abang Tani, dan Abang Bisnis. Abang Ternak mengadopsi model equity crowdfunding dengan skema bagi hasil.

Abang Tani mengundang siapa saja untuk berinvestasi di sektor pertanian dengan skema peer-to-peer. Sementara itu produk Abang Bisnis merupakan instrumen pendanaan usaha di sektor pengolahan produk (industri). Semua pendekatan tersebut berusaha dikemas dengan kultur pedesaan yang kental dengan model bisnis berbasis kemitraan.

“Untuk produk Abang Ternak dan Abang Tani berusaha mendigitalkan model bisnis kemitraan yang telah lama berlaku dalam masyarakat. Dalam masyarakat desa dikenal hubungan kemitraan saling menguntungkan khususnya pemeliharaan sapi. Sistem inilah yang mereka adopsi dalam layanan Abang Ternak,” jelas Adiwarna.

Dengan skema bisnis seperti ini, ketika sapi dinilai layak jual dan menguntungkan maka akan dijual. Abang Desa akan mengembalikan porsi modal investor (100%) dan membagikan keuntungan hasil penjualan sesuai porsi masing-masing yang telah disepakati. Abang Desa akan mendapatkan fee dari keuntungan yang diperoleh.

Sementara untuk produk pendanaan Abang Tani dan Abang Bisnis, mereka menggunakan skema pendanaan p2p lending, sehingga mitra akan mendapatkan pendanaan usaha dalam bentuk pinjaman. Untuk itu mitra berkewajiban untuk melakukan angsuran bulanan dengan imbal jasa yang telah disepakati.

Market di segmen ini [khususnya di Kalimantan Barat] masih sangat besar sehingga peluang untuk berkembang terbuka lebar. Selain itu, anggota tim kami sebagian besar punya pengalaman mumpuni di perbankan, khususnya pembiayaan mikro,” tutup Andiwarna.

Sayurbaba fokus layani jasa pesan dan antar sayuran di pontianak / Pixabay

Sayurbaba Layani Pesan Antar Bahan Makanan di Pontianak

Seiring makin ramainya Kota Pontianak, Kalimantan Barat, membuat pertumbuhan bisnis digital di wilayah ini turut berkembang. Startup yang baru resmi meluncur para akhir Januari 2018 lalu adalah Sayurbaba, yakni sebuah aplikasi on-demand yang melayani pemesanan bahan makanan mentah, seperti sayuran, bumbu dapur, daging, hingga ikan.

Sayurbaba didirikan oleh Sutrisno dan Yunardi dengan konsep menjadi perantara antara masyarakat sebagai konsumen dan petani. Dalam operasional bisnis yang sudah dijalankan, Sayurbaba melayani pemesanan dalam dua shift pengantaran, yakni pagi dan siang. Dari statistik yang ada, saat ini Sayurbaba sudah mendapatkan unduhan 2300 kali di Play Store dan 700 kali di App Store.

Diceritakan bahwa kondisi Kota Pontianak saat ini sudah semakin ramai. Dengan banyaknya pekerja urban dan mahasiswa, terbuka banyak peluang usaha yang bisa dikembangkan. Sayurbaba melihat, pertumbuhan rumah kos atau kontrakan yang ada di Pontianak sebagai pangsa pasar yang dapat digali. Umumnya anak kos atau kontrakan ingin berhemat, sehingga tidak semua selalu membeli makanan siap saji.

“Untuk kesediaan sayur dan daging mentah, kami membeli dari petani dan rekanan lokal di Pontianak dengan sistem beli putus,” ujar Yunardi. “Namun Sayurbaba juga tidak ingin ‘mengganggu’ pedagang sayur lokal. Saat ini kami tengah mengembangkan proses bisnis sehingga nantinya bisa bekerja sama dengan pedagang sayur keliling yang ada.”

Sayurbaba mendapat keuntungan dari margin penjualan yang dipatok belasan persen. Selain itu juga dari ongkos kirim.

“Untuk minimal pemesanan kita patok minimal seharga Rp20.000 ditambah ongkos kirim sebesar Rp10.000, sedang untuk pemesanan Rp50.000 bebas biaya pengiriman.”

Di bawah payung legal CV Sayurbaba Online Borneo, saat ini Sayurbaba memiliki sepuluh karyawan, terdiri dari 6 orang kurir dan 4 admin, termasuk bagian pengemasan. Setiap hari pemesanan dibuka hingga pukul 22.00 malam, untuk diantar keesokan harinya.

Ke depan Sayurbaba akan menambah produk berupa buah-buahan dan paket lauk.

“Saat ini kita sudah mulai berkembang hingga ke luar Pontianak, untuk peluasan pangsa pasar mungkin kita mencari investor,” tutup Yunardi.

Application Information Will Show Up Here