Tag Archives: kamera 8k

Canon EOS R5 Sanggup Hasilkan Video Slow-Motion dalam Resolusi 4K

Meski belum diperkenalkan secara resmi, Canon EOS R5 sudah bisa mencuri perhatian di segmen kamera mirrorless. Bagaimana tidak, kamera ini menjanjikan sejumlah inovasi yang terbilang revolusioner, seperti misalnya perekaman video 8K 30 fps tanpa crop factor.

Andai kamera ini masuk lini EOS C yang memang diprioritaskan untuk video, mungkin hype-nya tidak akan setinggi sekarang. Namun kenyataannya tidak demikian, EOS R5 adalah kamera still yang kebetulan sangat kapabel untuk merekam video, menjadikannya pantas untuk disebut sebagai penerus spiritual 5D Mark II.

Baru-baru ini, Canon kembali mengonfirmasi sejumlah keunggulan yang bakal dihadirkan EOS R5. Di samping perekaman video 8K dalam format RAW, perangkat juga siap dipakai untuk merekam video 8K dalam format HDR maupun C-Log dengan warna 10-bit 4:2:2. Semuanya menggunakan seluruh penampang sensor dan disimpan langsung ke memory card.

Canon EOS R5

Alternatifnya, EOS R5 sanggup merekam video 4K 120 fps secara internal, juga dalam format HDR ataupun C-Log. 120 fps berarti pada dasarnya kamera ini bisa menciptakan video slow-motion dalam resolusi 4K. Lebih lanjut, semua mode perekaman 8K maupun 4K-nya bisa dilangsungkan dengan fitur Dual Pixel AF menyala.

Hal lain yang dibanggakan oleh EOS R5 adalah perkara image stabilization. Sistem image stabilization 5-axis yang terdapat pada kamera ini dapat ditandemkan dengan stabilization bawaan lensa demi menghasilkan video yang lebih mulus lagi.

Semua itu tanpa melupakan kapabilitas fotografinya. Berbekal sensor full-frame dan kemampuan menjepret tanpa henti dalam kecepatan 12 fps menggunakan shutter mekanis, Canon EOS R5 semestinya bakal menjadi rival berat terhadap Sony a7 atau bahkan a9.

Sayang sampai saat ini Canon masih belum mengungkap jadwal peluncuran EOS R5. Semoga saja ini merupakan teaser terakhir sebelum ia dirilis secara resmi.

Sumber: PetaPixel.

Autel EVO II Siap Memulai Era Drone Berkamera 8K

Apa tren drone baru yang bakal populer di tahun 2020 ini? Salah satu yang sudah tercium adalah kemampuan merekam video beresolusi 8K. Namun yang memulai rupanya bukan DJI, melainkan Autel Robotics.

Di CES 2020 kemarin, Autel memperkenalkan EVO II, suksesor dari drone bikinannya dua tahun lalu. Seperti halnya DJI Mavic 2, Autel EVO II hadir dalam lebih dari satu model yang dibedakan berdasarkan kameranya: EVO II, EVO II Pro, dan EVO II Dual.

Autel EVO II

EVO II standar inilah yang akan memulai era drone berkamera 8K. Ia mengemas sensor berukuran 1/2 inci yang mampu merekam video beresolusi 7720 x 4320 pixel, serta menjepret foto 48 megapixel. Kameranya juga dapat melakukan zooming hingga sejauh 4x.

EVO II Pro, sesuai namanya, menarget kalangan profesional dengan sensor 1 inci, perekaman video 6K dan pemotretan 20 megapixel. Selain mengemas sensor berukuran besar, kameranya juga istimewa berkat aperture yang dapat disesuaikan dari f/2.8 sampai f/11, tidak ketinggalan juga sensitivitas ISO 100 – 12800.

EVO II Dual di sisi lain ditujukan untuk kebutuhan komersial berkat kamera thermal FLIR Boson beresolusi 640 x 512 pixel yang mendampingi kamera 8K-nya. Ketiga model EVO II ini siap merekam video dengan bitrate maksimum 120 Mbps maupun video berformat HDR.

Autel EVO II

Kemampuan mengudara ketiga model EVO II ini juga tidak kalah mengesankan. 12 sensor optik beserta 2 sensor sonar mewujudkan kapabilitas obstacle avoidance yang menyeluruh (360 derajat). Autel mengklaim EVO II dapat mendeteksi rintangan dari jarak sejauh 30 meter, lalu mengatur sendiri kecepatannya demi menghindari rintangan tersebut sehingga pilotnya bisa tetap berfokus mengendalikan kameranya.

EVO II mampu mentransmisikan sinyal menuju controller-nya sampai sejauh 9 kilometer. Autel pun tidak lupa mempertahankan salah satu keunggulan EVO generasi sebelumnya, yakni remote control yang dibekali layar, sehingga pengguna dapat mengoperasikan EVO II tanpa perlu mengandalkan smartphone sama sekali.

Autel EVO II

Juga mengesankan adalah ketahanan baterai 7.100 mAh yang terpasang pada EVO II. Dalam sekali pengisian, Autel mengklaim EVO II sanggup mengudara hingga 40 menit nonstop. Memang masih kalah dari V-Coptr Falcon yang juga baru dirilis, tapi tetap impresif mengingat drone lain yang sekelas umumnya hanya bisa terbang selama 20 – 30 menit saja.

Semua ini ditawarkan dalam harga yang cukup kompetitif: EVO II seharga $1.495, EVO II Pro seharga $1.795, sedangkan EVO II Dual berdasarkan pesanan.

Sumber: DPReview dan Autel.

QooCam 8K Buktikan Bahwa Kamera 360 Derajat Beresolusi 8K Tidak Harus Sebesar Bola Basket

Insta360 One X dan GoPro Max sudah membuktikan bahwa ukuran bukanlah penghalang bagi kamera 360 derajat untuk bisa memaksimalkan potensinya. Dua kamera tersebut sama-sama mudah disimpan dalam kantong, akan tetapi output video yang dihasilkan tetap memuaskan di resolusi 5,6K 30 fps.

Kalau yang dikejar adalah resolusi yang lebih tinggi lagi, opsi yang tersedia sayangnya tidak ada lagi yang masuk kategori pocketable, melainkan yang sebesar bola basket atau termos. Benarkah demikian? Tidak kalau menurut pabrikan asal Tiongkok bernama Kandao.

Bantahan itu mereka buktikan lewat QooCam 8K, sebuah kamera 360 derajat berdimensi ringkas yang sanggup merekam dalam resolusi 8K (7680 x 3840 pixel). Pocketable tapi beresolusi amat tinggi, QooCam jelas merupakan spesies kamera 360 derajat yang masih langka sejauh ini. Andai diperlukan, ia pun juga siap merekam video dalam resolusi 4K 120 fps.

QooCam 8K

Output video sebesar itu datang dari sensor yang berukuran besar pula, 1/1,7 inci, dengan kemampuan memotret di resolusi 30 megapixel. Ia bahkan mewarisi fitur image stacking ala smartphone, dan yang ditumpuk di sini adalah gambar dalam format RAW, sehingga hasil akhir fotonya diyakini punya detail dan dynamic range yang lebih baik.

Mengikuti tren stabilization internal yang begitu efektif yang dipopulerkan oleh Insta360 dan GoPro, QooCam 8K turut mengemas gyroscope 6-axis untuk menstabilkan video yang tengah direkam tanpa harus bergantung pada gimbal. Sistem stabilization ini juga membuatnya ideal dipakai untuk vlogging, dan ia memang dibekali mode khusus untuk vlogging layaknya GoPro Max.

Dalam mode tersebut, lensa dan sensornya cuma berfungsi di satu sisi saja. Di sisi sebaliknya, layar sentuh 2,4 inci bertugas menampilkan preview yang tengah direkam secara real-time. Tentu saja layar ini juga berguna untuk meninjau hasil rekaman atau jepretan tanpa harus menyambungkannya terlebih dulu ke smartphone.

Urusan editing, aplikasi pendampingnya ternyata tidak kalah cerdas. Sebuah fitur bernama 8K Express Edit memungkinkan pengguna untuk menyunting video 8K langsung di smartphone. Bukankah itu merupakan tugas yang amat berat untuk hardware sekelas ponsel? Betul, akan tetapi ini bisa diakali dengan metode proxy editing.

Jadi yang dilihat dan disunting sebenarnya bukanlah video aslinya, melainkan salinannya yang sudah di-downgrade menjadi resolusi 4K supaya tidak memberatkan ponsel. Setelahnya, aplikasi secara otomatis akan menerapkan semua penyesuaian pada video aslinya, sehingga hasil akhirnya tetap di resolusi 8K.

Buat yang lebih suka menyiarkan rekamannya secara langsung, QooCam 8K mendukung live streaming ke berbagai platform, akan tetapi resolusi maksimumnya cuma 4K. Kandao berencana melepas QooCam 8K ke pasaran mulai bulan Desember mendatang dengan banderol $599.

Sumber: Digital Trends.

Hydrus VR Adalah Kamera Bawah Air yang Sanggup Merekam Video 360 Derajat Beresolusi 8K

Kita semua tahu bahwa salah satu kegunaan virtual reality adalah ‘mentranspor’ penggunanya ke tempat yang sulit dijangkau, tanpa mengharuskan mereka berada di lokasi secara fisik. Berangkat dari pemahaman tersebut, ide membawa kita ke bawah laut tanpa harus membawa bekal menyelam yang rumit dan berat jelas terdengar sangat menarik.

Itulah yang sedang diwujudkan oleh perusahaan bernama Marine Imaging Technology (MI Tech). Belum lama ini, mereka memamerkan kemampuan produk yang sedang digarapnya. Dinamai Hydrus VR, ia bukan sembarang kamera 360 derajat, melainkan yang sanggup menyelam sampai kedalaman 300 meter selagi merekam dalam resolusi 8K.

Ya, 8K, atau tepatnya 8192 x 4096 pixel dalam kecepatan 30 fps, dan itu dengan format spherical yang bakal terasa begitu immersive ketika ditonton lewat VR headset. Yang menjadi pertanyaan, bukankah di kedalaman seperti itu semuanya akan terlihat sangat gelap?

Contoh hasil rekaman Hydrus VR / MI Tech (YouTube)
Contoh hasil rekaman Hydrus VR / MI Tech (YouTube)

Tentu saja, akan tetapi Hydrus mengemas 10 sensor (8 mengitari secara horizontal dan 2 di atas-bawah) yang cukup istimewa, UMC-S3CA buatan Sony, ditemani oleh lensa besutan SLR Magic. Sensor ini diklaim memiliki rentang ISO 100 – 102400, akan tetapi bisa di-expand lebih lagi menjadi 409600, sehingga Hydrus masih bisa melihat meski tingkat kecerahan di sekitarnya cuma 0,004 lux.

Di kedalaman seperti itu, operator manusia juga jelas terdengar tidak rasional. Maka dari itu, MI Tech merancang agar Hydrus dapat dioperasikan dengan lengan robotik maupun alat bantu lain sesuai dengan kebutuhan sang videografer. Hasil rekamannya pun bisa dimonitor dari jauh secara real-time.

Hydrus VR

Hydrus juga dibekali kapasitas penyimpanan dan baterai yang bisa dipakai untuk merekam sampai dua jam nonstop, dan masih ada lagi modul tambahan yang bisa meningkatkan daya baterainya sampai delapan jam. Sejauh ini saya yakin kita semua sadar bahwa Hydrus bakal ditujukan untuk kalangan profesional, bukan konsumen secara umum.

Mengenai jadwal perilisan dan harganya, MI Tech masih belum bisa memberikan informasi. Hydrus VR masih dalam tahap pengembangan, akan tetapi MI Tech sudah punya contoh hasil rekamannya yang sangat memukau.

Sumber: VentureBeat.

RED Siapkan Kamera 8K untuk Menciptakan Konten Hologram Buat Smartphone Perdananya

Ambisi RED untuk menelurkan smartphone perdananya, Hydrogen One harus tertunda sampai Agustus nanti. Penundaan ini bisa dimaklumi mengingat ponsel tersebut memang menjanjikan sesuatu yang belum eksis di pasaran saat ini, yakni display berteknologi hologram, atau yang kerap disebut dengan format 4-View (4V).

Pertanyaannya, kamera apa yang dapat dipakai kreator untuk menghasilkan konten 4V tersebut? Tanpa harus terkejut, RED pun sedang menyiapkan kamera khusus. Mereka tidak sendirian dalam mengembangkannya, tapi juga ditemani oleh produsen kamera 3D LucidCam.

Kamera ini bukan sebatas konsep. RED sudah punya prototipe fungsionalnya yang didemonstrasikan di hadapan sejumlah media terpilih pada tanggal 19 Mei kemarin. Desainnya tidak jauh-jauh dari kamera buatan RED lainnya, sebab memang RED sendiri yang mengerjakan hardware-nya.

Ketimbang menyematkan satu sensor 8K, di sini RED menggunakan kombinasi dua sensor 4K yang tersinkronisasi, dibantu oleh sebuah beam splitter untuk menghasilkan output 4V dalam resolusi 8K. Sejauh ini prosedurnya terkesan rumit, dan di sinilah letak peran produsen LucidCam itu tadi.

RED 8K 4V camera

Mereka telah meminjamkan teknologi 3D Fusion yang menjadi andalannya selama ini, yang diklaim memungkinkan kamera untuk menghasilkan gambar atau video 4V secara real-time dan tanpa ribet. Ibarat menggunakan kamera point-and-shoot biasa kalau kata Han Jin, pendiri sekaligus CEO Lucid.

Dari situ konten yang dihasilkan bisa langsung dinikmati di Hydrogen One. Namun yang tidak kalah unik adalah, ponselnya sendiri bisa dilibatkan dalam proses produksi, dengan cara dipasangkan langsung ke kamera dan beralih fungsi menjadi viewfinder.

Rencananya, kamera yang belum memiliki nama resmi ini bakal meluncur ke pasaran pada kuartal keempat tahun ini. Harganya juga belum diketahui, tapi kalau melihat rekam jejak RED, sudah pasti masuk kategori mahal.

Sumber: DPReview.

Foxconn dan RED Tertarik Mengembangkan Kamera 8K dengan Harga yang Lebih Terjangkau

Bagi sebagian besar orang, kamera mirrorless buatan Sony atau Panasonic sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk menghasilkan video dengan kualitas jauh di atas kamera smartphone. Namun kalau uang memang bukan masalah, saya yakin kamera-kamera buatan RED yang terkadang bisa seharga mobil mewah bakal menjadi pertimbangan.

Apakah situasinya harus selamanya demikian? Tidak, kalau menurut Foxconn. Baru-baru ini, perusahaan perakit perangkat elektronik itu mengungkap rencananya untuk bekerja sama dengan RED, dengan tujuan untuk menciptakan kamera yang sanggup merekam dalam resolusi 8K, tapi dengan dimensi dan banderol harga sepertiga dari yang ada sekarang.

Kalau kita lihat, kamera 8K ‘termurah’ RED sekarang adalah Epic-W yang mengemas sensor Helium 8K S35. Untuk bodinya saja, konsumen harus merogoh kocek sedalam $29.500. Kalau sepertiganya, berarti kamera baru hasil kolaborasi Foxconn dan RED ini nanti bakal dibanderol kurang lebih sekitar $10.000.

Angka itu memang masih sangat mahal kalau dibandingkan dengan kamera termahal Panasonic sekalipun, yakni Lumix GH5S yang dijual seharga $2.500 untuk bodinya saja. Namun perlu diingat, kemampuan merekam Lumix GH5S ‘hanya’ mentok di 4K, sedangkan yang Foxconn dan RED incar adalah kamera 8K.

Pertanyaan berikutnya, mengapa Foxconn? Jawabannya karena keduanya memang sudah punya hubungan baik selama ini. Foxconn selama ini sudah berjasa merakitkan komponen LSI circuit yang digunakan pada kamera-kamera besutan RED, dan rencana baru ini sejatinya bakal semakin memperdalam kemitraan mereka.

Tidak ada sama sekali yang menyinggung soal waktu maupun jadwal perilisan di sini. Realisasinya mungkin masih membutuhkan beberapa tahun, dan mungkin ketika sudah siap, Sony dan Panasonic juga sudah menyiapkan kamera mirrorless yang sanggup merekam video 8K.

Sumber: DPReview dan EOSHD. Gambar header: Jakob Owens via Unsplash.

4K Sudah Biasa? Sharp Luncurkan Camcorder 8K untuk Kalangan Profesional

Kemampuan merekam video 4K saat ini boleh dikatakan bukan lagi atribut yang layak dibanggakan oleh suatu kamera, terutama kamera sinema. Hal ini dikarenakan mayoritas smartphone sudah bisa merekam video 4K, bahkan beberapa dalam kecepatan 60 fps. Singkat cerita, pabrikan pun mulai mengejar kapabilitas di atas 4K.

RED adalah salah satunya, tapi mereka jelas tidak sendirian. Masih ada pabrikan lain seperti Sharp yang baru saja mengumumkan sebuah camcorder profesional dengan kemampuan merekam video 8K 60 fps, seperti terindikasi dari namanya, yaitu Sharp 8C-B60A.

Kamera ini mengemas sensor Super 35, dengan ukuran setara RED Helium 8K S35, tapi belum sebesar RED Monstro 8K VV. Codec HQX dipilih agar ukuran file yang dihasilkan tidak terlalu besar meski berformat 10-bit, dan Sharp juga telah membekali kamera ini dengan SSD berkapasitas 2 TB yang kira-kira sanggup menyimpan video 8K berdurasi total 40 menit.

Untuk lensa, Sharp memilih mount PL yang kompatibel dengan berbagai lensa, termasuk lensa premium besutan Leica maupun Zeiss. Sederet fitur lain yang ditujukan buat kalangan broadcaster tentunya juga tersedia, mengingat kamera ini dimaksudkan untuk mengantisipasi Olimpiade 2020 yang dihelat di Tokyo nanti.

Usai melihat spesifikasinya, jangan kaget melihat harganya. Sharp 8C-B60A bakal dipasarkan mulai bulan Desember 2017 seharga 8,8 juta yen, atau sekitar 1,05 miliar rupiah. Bukan salah ketik, tapi memang itu biaya yang harus ditebus untuk kamera sekelas ini, apalagi di saat televisi 8K masih hampir belum eksis sama sekali.

Sumber: DPReview dan Sharp.

RED Luncurkan Kamera Bersensor 8K Baru Seharga $79.500

RED tidak bosan-bosannya membuat gebrakan di dunia perfilman. Produsen kamera pilihan sutradara Guardians of the Galaxy itu belum lama ini memperkenalkan sensor baru bernama Monstro 8K VV, yang dirancang untuk jenis bodi kamera Weapon.

Dari semua opsi sensor yang tersedia untuk RED Weapon saat ini, Monstro 8K VV memiliki ukuran penampang fisik yang paling besar, tepatnya 40,96 x 21,60 mm. Resolusinya memang masih sama seperti Helium 8K S35, yakni 35,4 megapixel, akan tetapi dimensi sensor yang lebih besar pastinya sanggup menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik lagi.

RED Monstro 8K VV

Jika melihat hasil benchmark DxOMark sebagai salah satu patokan, Helium 8K S35 berhasil mencatatkan skor total 108, alias yang tertinggi yang pernah ada. Monstro 8K VV nantinya sudah bisa dipastikan bakal mencetak rekor yang lebih tinggi lagi, apalagi mengingat RED mengklaimnya dapat menghasilkan dynamic range hingga 17+ stop.

Dari kacamata sederhana, Monstro 8K VV siap merekam video beresolusi 8K dalam kecepatan 60 fps. Ia sejatinya merupakan penerus sensor Dragon 8K VV, dengan penyempurnaan dalam hal dynamic range dan detail di area bayangan.

RED berencana memasarkan kamera Weapon dengan sensor Monstro 8K VV ini secara luas mulai awal tahun depan – kemungkinan hampir berbarengan dengan smartphone perdana mereka. Seperti halnya produk RED lain, kamera ini bukanlah untuk semua orang. Kenapa bisa demikian? Simpel: harganya $79.500.

Sumber: RED.