Tag Archives: karma

Sennheiser Jalani Debut Perdananya di Bidang Otomotif dengan Membawa Konsep Immersive Audio

Tidak seperti Bowers & Wilkins, Bang & Olufsen, maupun dedengkot audio lainnya, Sennheiser selama ini belum pernah mengaplikasikan teknologinya ke sektor otomotif. Bukan berarti pabrikan asal Jerman itu tidak tertarik, namun mereka rupanya memiliki visi yang sedikit berbeda. Berbeda karena mereka ingin memberikan suatu suguhan yang benar-benar baru di dunia otomotif.

Suguhan yang dimaksud adalah 3D audio, atau yang dikenal juga dengan istilah immersive audio. Seperti yang kita tahu, beberapa tahun terakhir ini Sennheiser sibuk mengembangkan platform teknologi bernama Ambeo yang menitikberatkan pada penyajian immersive audio.

Puncaknya, awal tahun ini Sennheiser menyingkap Ambeo Soundbar, yang diyakini sanggup menggantikan peran set home theater dalam menyajikan immersive audio, tanpa harus meminta bantuan dari perangkat lain seperti subwoofer. Berhubung teknologinya sudah cukup matang, Sennheiser kini berniat memperkenalkan Ambeo ke industri otomotif.

Klien pertama mereka adalah Karma Automotive, produsen mobil elektrik yang dulunya mengusung nama Fisker Automotive. Kolaborasi antara kedua pihak ini melahirkan sound system Ambeo untuk Karma Revero GT.

Berdasarkan penjelasan Sennheiser, sistem ini melibatkan sejumlah speaker multi-channel yang disusun menjadi dua lapis, serta dibantu oleh sebuah subwoofer. Agar semakin maksimal, sandaran kepala pada kursi mobil juga tidak lupa diintegrasikan dengan deretan speaker ini.

Contoh interface mobil sound system Sennheiser Ambeo / Sennheiser
Contoh interface sound system Sennheiser Ambeo pada layar dashboard mobil / Sennheiser

Menariknya, kadar immersive dari audio yang disuguhkan rupanya juga bebas diatur oleh konsumen melalui layar dashboard. Bahkan titik pusat suaranya pun juga bisa disesuaikan dengan keinginan. Sennheiser tak lupa menambahkan bahwa ini berlaku untuk sumber audio apapun, sebab Ambeo telah dilengkapi algoritma yang sanggup mengonversi format audio standar menjadi 3D audio.

Itu tadi soal output, dan ternyata sound system Ambeo juga meliputi input sekaligus. Berbekal deretan mikrofon berteknologi beam-forming, sistem ini juga dirancang untuk mewujudkan percakapan telepon via mobil yang lebih jernih dari biasanya, sebab teknologi beam-forming itu mampu memfokuskan mikrofon ke pembicara yang aktif.

Di saat yang sama, suara angin, suara mesin, atau suara gesekan ban juga akan dianulir oleh sistem ini. Lebih menarik lagi, berkat kemampuan menentukan titik pusat audio itu tadi, penumpang lainnya tak harus terganggu oleh percakapan telepon dan tetap bisa menikmati alunan musik yang tengah diputar.

Apa yang ditawarkan Sennheiser ini, khususnya seputar positional audio itu tadi, sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh pabrikan lain, Harman misalnya. Kendati demikian, karya Sennheiser ini terkesan lebih lengkap karena juga melibatkan immersive audio dan yang pada dasarnya merupakan teknologi noise cancelling untuk bercakap-cakap di dalam mobil.

Sumber: Sennheiser.

Belum Dua Tahun, GoPro Resmi Mundur dari Bisnis Drone

Sungguh malang nasib GoPro. Belum dua tahun menekuni bisnis drone, produsen action cam nomor satu itu sudah menyerah dan memutuskan untuk mundur sepenuhnya. Karma, drone perdananya yang diperkenalkan pada bulan September 2016, sudah berhenti diproduksi, dan GoPro akan meninggalkan area kekuasaan DJI ini sesaat setelah stok Karma habis.

Keputusan ini didasari oleh beratnya persaingan di segmen drone, ditambah lagi dengan tidak mendukungnya regulasi seputar drone di berbagai negara. Meski demikian, GoPro masih akan terus memberikan layanan purna jual bagi konsumen yang sudah terlanjur membeli Karma.

Apakah ini berarti GoPro juga akan berhenti memasarkan aksesori Karma Grip. Sayangnya sejauh ini belum ada informasi sama sekali mengenai hal tersebut. Andai ada demand yang cukup besar dari konsumen, saya yakin GoPro masih akan lanjut memproduksinya, akan tetapi lain ceritanya apabila GoPro benar-benar ingin melupakan kenangan pahitnya selama menggeluti segmen drone.

Kenangan pahit? Ya, sebab peluncuran Karma bukanlah tanpa masalah. Tidak sampai dua bulan setelah dipasarkan, semua unit Karma langsung ditarik oleh GoPro akibat masalah teknis. Tiga bulan setelahnya, barulah GoPro kembali memasarkan Karma setelah menginvestigasi penyebab masalahnya, yang ternyata cuma sesepele mekanisme pengunci baterai yang tidak optimal.

GoPro Karma

Problem lain yang juga mempengaruhi pengambilan keputusan yang mengejutkan ini adalah masalah finansial yang GoPro alami. Per akhir September kemarin, GoPro sudah merumahkan 254 karyawannya, yang sebagian besar berasal dari divisi drone. Bukti lainnya, GoPro memangkas harga jual Hero6 Black sebesar $100 meski action cam tersebut belum ada enam bulan terjun ke pasaran.

Isu keuangan ini sejatinya cukup serius. CNBC melaporkan bahwa beberapa bulan lalu GoPro sudah meminta bantuan institusi finansial kenamaan, J.P. Morgan, untuk mencari perusahaan yang tertarik mengakuisisi GoPro, atau sebatas kemitraan dengan perusahaan lain.

CEO GoPro, Nick Woodman, menjelaskan bahwa mereka mempertimbangkan peluang GoPro untuk menjadi anak usaha dari perusahaan yang lebih besar, dengan maksud supaya GoPro bisa bertumbuh dengan skala yang lebih besar lagi. Meski begitu, GoPro berharap bisa tetap beroperasi secara mandiri andaikata wacana ini bisa terwujudkan.

Sumber: Ars Technica dan GoPro.

Masalah Teknis Paksa GoPro Tarik Semua Unit Drone Karma

Karma ialah drone videography pertama dari pakarnya action cam. Meski baru diluncurkan, keinginan GoPro untuk menggarap produk ini sudah terdengar sejak 2014 saat mereka diketahui berdiskusi dengan DJI, dan selanjutnya 3DR. Kedua upaya negosiasi itu gagal. Akhirnya GoPro memutuskan buat menggarap drone mereka sendiri, memulai pengembangannya di pertengahan 2015.

Pelepasan drone konsumen tersebut boleh dibilang cukup sukses. GoPro Karma terjual sebanyak kurang lebih 2.500 unit. Namun secara mendadak, sang produsen mengumumkan rencana untuk menarik semua produk yang telah dipasarkan, alasannya adalah mereka telah menemukan masalah pada tenaga, menyebabkan drone mati ketika dioperasikan. Setelah GoPro membenahinya, mereka baru akan menjualnya kembali.

Dari penjelasan GoPro, problem tersebut mereka temukan di sejumlah kasus, di mana Karma tiba-tiba kehilangan tenaga sewaktu terbang. Bersama Consumer Product Safety Commission Amerika Serikat dan FAA, GoPro saat ini masih melangsungkan investigasi. Dan jika Anda merupakan salah seorang pemilik Karma, GoPro telah menyediakan instruksi untuk memperoleh refund (via Best Buy maupun GoPro.com).

Beberapa hal penting lain turut GoPro jabarkan di bagian FAQ. Bahkan jika Karma milik Anda bekerja normal, produsen tetap meminta konsumen untuk berhenti menggunakan dan mengembalikannya. Penarikan sebetulnya hanya berlaku buat unit drone, tapi jika Anda membeli paket bundel bersama action cam Hero5 dan Karma Grip, semuanya harus dipulangkan dengan lengkap agar bisa mendapatkan refund secara penuh. Selain itu Anda juga dipersilakan mengembalikan seluruh aksesori Karma yang sudah dibeli.

GoPro Karma 1

Sayangnya, GoPro menekankan bahwa konsumen tidak dapat menukarkan Karma yang cacat dengan unit baru sewaktu tersedia nanti, mereka hanya bisa mendapatkan pengembalian berupa uang. Hal ini mengindikasikan belum yakinnya GoPro kapan tepatnya Karma akan dirilis kembali. Kabar gembiranya, sejauh ini belum ada laporan kerusakan properti ataupun korban luka akibat Karma.

Via Wall Street Journal, juru bicara Consumer Product Safety Commission menyampaikan bahwa mereka tidak mengatur kebijakan mengenai pengembalian uang, namun memang CPSC-lah yang memerintahkan GoPro buat menarik semua unit Karma. Federal Aviation Administration sendiri selaku otoritas penerbangan sipil AS belum memberikan komentar. Di negara itu, pemilik drone wajib mendaftarkan perangkatnya ke FAA.

Dijual seharga US$ 800, Karma adalah upaya GoPro melebarkan sayapnya ke ranah aerial videography. Drone ini dilengkapi berbagai fitur unik dan controller berlayar sentuh.

Sumber: GoPro.

Inilah GoPro Karma, Drone Perdana dari Sang Raja Action Cam

Setelah dinanti-nanti sejak lama, GoPro akhirnya mengungkap secara resmi drone perdananya, Karma. Karma menarik bukan semata karena ada label GoPro di bodinya, tetapi memang karena ada sejumlah inovasi menarik yang telah disematkan padanya.

Pertama-tama, dari segi desain Karma terbilang amat ringkas, dengan bobot sekitar 1 kg lebih sedikit. Keempat lengannya bahkan bisa dilipat lurus ke depan untuk disimpan ke dalam tas ransel yang termasuk dalam paket penjualan.

GoPro Karma bisa dilipat dan disimpan ke dalam tas ransel yang termasuk dalam paket penjualan / GoPro
GoPro Karma bisa dilipat dan disimpan ke dalam tas ransel yang termasuk dalam paket penjualan / GoPro

Performanya cukup oke untuk sebuah drone berbodi ringkas; kecepatan maksimumnya mencapai angka 56 km/jam, dan ia bisa beroperasi hingga sejauh 1 kilometer dari controller selama 20 menit non-stop sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Controller-nya sendiri sangat unik sekaligus sederhana jika dibandingkan dengan milik drone dari brand lain. Di sini pengguna sama sekali tidak perlu mengandalkan smartphone untuk mengoperasikan Karma, mengingat controller-nya sudah punya layar sentuh sendiri.

Controller GoPro Karma dibekali layar sentuh dan interface yang sederhana / GoPro
Controller GoPro Karma dibekali layar sentuh dan interface yang sederhana / GoPro

Sejumlah fitur penerbangan semi-otomatis turut tersedia, seperti misalnya Cable Car dan Orbit, sehingga pengguna bisa lebih berfokus mengoperasikan kamera. Opsi lainnya, Anda bisa memanfaatkan aplikasi baru bernama GoPro Passenger, dimana pengguna lain bisa mengambil alih kendali kamera menggunakan smartphone atau tablet selagi Anda berkonsentrasi mengendalikan drone.

Karma tidak dilengkapi kamera, tetapi ia kompatibel dengan lini action cam Hero3, Hero4 dan tentu saja Hero5 yang baru diluncurkan. Kamera ini menancap pada komponen stabilizer atau gimbal 3-axis yang bisa dilepas-pasang. Di sinilah letak fitur paling menarik dari GoPro Karma.

Stabilizer GoPro Karma bisa dilepas dan dipasangkan pada hand grip untuk penggunaan handheld / GoPro
Stabilizer GoPro Karma bisa dilepas dan dipasangkan pada hand grip untuk penggunaan handheld / GoPro

Saat gimbal-nya tersebut dilepas, pengguna bisa menancapkannya pada sebuah hand grip, dan voila, Karma pun beralih fungsi menjadi seperti DJI Osmo. Lebih menarik lagi, kombinasi gimbal dan grip ini bisa dipasangkan ke seabrek mount dan aksesori yang tersedia untuk lini action cam GoPro itu sendiri.

GoPro Karma akan tersedia di pasaran mulai 23 Oktober mendatang seharga $800, tidak termasuk kamera. GoPro rencananya juga bakal menawarkan bundle Karma bersama Hero5 Black seharga $1.100, atau $1.000 bersama Hero5 Session.

Sumber: Gizmodo dan GoPro.

Karma Revero, Penantang Baru Tesla dengan Desain Sporty dan Atap Panel Surya

Perjalanan Fisker Automotive tidak semulus yang bisa kita bayangkan jika melihat latar belakang pendirinya, Henrik Fisker. Beliau adalah desainer mobil-mobil ikonik macam BMW Z8 dan Aston Martin DB9, dan di tahun 2007, Fisker memutuskan untuk mendirikan perusahaan otomotif di bawah namanya sendiri.

Hanya 6 tahun sejak didirikan, Fisker Automotive akhirnya bangkrut di tahun 2013. Aset-asetnya kemudian dibeli oleh perusahaan asal Tiongkok, Wanxiang, dimana mereka memutuskan untuk mengecap brand baru dan membentuk divisi kepemimpinan baru demi meneruskan kiprah Fisker.

Fisker kini telah resmi berganti nama menjadi Karma, diambil dari nama mobil pertama yang diciptakan oleh Fisker. Belum lama ini, mereka mengumumkan mobil perdananya, Karma Revero. Jika melihat gambarnya, mobil ini bisa dikatakan sebagai Fisker Karma yang bangkit dari kubur.

Atap Karma Revero merupakan panel surya / Karma Automotive
Atap Karma Revero merupakan panel surya / Karma Automotive

Desainnya tidak berubah banyak dari Fisker Karma, masih seksi dan sporty dengan lekukan-lekukan yang amat khas. Perombakan besarnya justru terjadi di dalam, tepatnya pada teknologi yang mempersenjatai Karma Revero ini.

Satu yang paling menarik perhatian adalah bagian atap mobil yang telah ditanami panel surya. Karma mengklaim komponen ini cukup untuk memasok tenaga pada mobil – secara utuh atau sekadar melengkapi daya listrik dari charger konvensionalnya masih belum ada yang tahu.

Sistem infotainment Karma Revero mengandalkan UI yang simpel, intuitif sekaligus elegan / Karma Automotive
Sistem infotainment Karma Revero mengandalkan UI yang simpel, intuitif sekaligus elegan / Karma Automotive

Di samping itu, Revero juga akan dibekali dengan sistem infotainment yang diklaim simpel sekaligus intuitif. Kalau melihat gambarnya, Karma lebih memilih layar sentuh berukuran standar ketimbang yang berukuran masif seperti milik Tesla.

Semua ini akan diungkap secara lebih mendetail saat Karma Revero diluncurkan secara resmi pada tanggal 8 September mendatang. Masuk kategori sport, kemungkinan banderol harganya bisa mencapai angka $100.000.

Jangan lupa tonton uji coba yang dilakukan oleh Wired di bawah ini.

Sumber: TechCrunch.