Tag Archives: kartu kredit virtual

Honest Dapat Investasi Strategis dari Perusahaan Pembiayaan Jepang “Orico”

Honest Financial Technologies International (Honest Bank) mendapat investasi strategis dari Orico, perusahaan pembiayaan konsumen asal Jepang, dilansir dari Nikkei Asia. Melalui investasi ini, Orico akan memulai debutnya di Indonesia dengan meluncurkan kartu kredit virtual. Berdasarkan data yang dilaporkan ke Venture Cap, nominal yang disuntik senilai USD$2 juta atau Rp30 miliar.

Dikenal sebagai Orient Corp., Orico adalah grup perusahaan yang memiliki rekam jejak pada layanan keuangan koperasi. Pertama kali diluncurkan di Hiroshima pada 1954. Adapun, produk kartu kredit virtual Orico dan Honest ditargetkan meluncur pada tahun ini.

Operasionalnya akan melibatkan kecerdasan buatan untuk melakukan pemeriksaan kredit, mengonfirmasi identitas pemegang kartu dengan video chat, dan mencegah penipuan. Pengguna bisa mendapatkan kartu dalam waktu tiga menit, tanpa harus membayar biaya tahunan. Selain itu, akan segera hadir layanan pembayaran kode QR yang ditautkan pada kartu.

Sebagai informasi, Honest Bank adalah startup digital dan open banking asal Singapura yang didirikan oleh Peter Panas dan Will Ongkowidjaja (Founding Partner Alpha JWC Ventures) pada 2019. Honest Bank telah mendapat investasi dari sejumlah investor, termasuk XYZ Capital, Village Global ,Insignia, Global Founder Capital (GFC), Alpha JWC Ventures, Digital Horizon, hingga Alumni Ventures.

Untuk debut di pasar Indonesia, Honest Bank mengakuisisi mayoritas saham PT Sahabat Finansial Keluarga (SFK), perusahaan pembiayaan milik PermataBank, dan rebranding menjadi PT Honest Financial Technologies. Pada Maret 2023, PT Honest Financial Technologies memperkenalkan kartu kredit tanpa nomor (numberless) yang dapat digunakan melalui smartphone.

Di Indonesia, Honest beroperasi dengan dua lisensi usaha, yakni sebagai penyelenggara jasa pembayaran dari Bank Indonesia (BI) dan perusahaan pembiayaan yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dalam wawancara terakhir bersama DailySocial.id, Direktur Utama Honest Dharu Estiningrum mengungkap kartu kredit menjadi entry point yang tepat karena melayani dua aspek penting dalam kehidupan masyarakat, yakni sebagai instrumen pembayaran dan pinjaman. Di samping itu, kartu kredit juga menawarkan fleksibilitas penuh kepada konsumen dalam pembayaran tagihan.

“Kalau hanya pembayaran, kami tidak dapat membantu konsumen [membangun] credit history. Kami membangun disiplin pada pengguna kami supaya mereka bisa siap dengan produk pinjaman selanjutnya. Untuk bisa naik ke jenjang kehidupan yang lebih baik, mereka membutuhkan financial services dari lembaga jasa keuangan formal. Maka itu, pendekatan kami berbeda,” kata Dharu.

Pasar kartu kredit

Di Indonesia, tren penggunaan kartu kredit disebut mengalami fluktuasi dalam  beberapa tahun terakhir. Penetrasi pengguna kartu kredit di Indonesia hanya 6%, terendah dibandingkan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Bank Indonesia (BI) mencatat, jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia mencapai 16,58 juta unit pada Juni 2022.

Transaksi kartu kredit selama masa Covid-19 juga berkurang, tetapi nilai transaksinya terpantau meningkat. BI mencatat nilai transaksi kartu kredit di Indonesia sebesar Rp34,37 triliun pada Maret 2023. Jumlahnya naik 10,18% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month) yang sebesar Rp31,20 triliun.

Dalam meningkatkan transaksi melalui kartu kredit, BI telah menerbitkan beberapa kebijakan. Pertama, mengurangi batas maksimum suku bunga kartu kredit dari 2% menjadi 1,75% per bulan, berlaku mulai Juli 2021. Kemudian, memperpanjang masa berlaku kebijakan nilai denda keterlambatan pembayaran kartu kredit sebesar 1% atau maksimal Rp100.000,00 dari semula 31 Desember 2022 menjadi 30 Juni 2023.

Sebagian besar pemegang kartu kredit Indonesia disebut memiliki pendapatan tahunan melebihi 500 juta, yang dianggap berpenghasilan tinggi. Sementara kelas menengah yang memiliki akses yang lebih sedikit untuk kartu kredit, pembayaran kode QR telah menjadi alternatif yang populer. Konsep berbelanja menggunakan paylater juga tengah naik daun.

BRI Introduces “Ceria”, An Application for Virtual Credit Card Services

BRI has launched BRI Ceria, a paylater service or virtual credit card targeting underbanked debtors. The application is now available to download in the Android version.

It’s further detailed in the release that BRI Ceria is to provide loans start from Rp500 thousand up to Rp20 million with a tenor of 1-12 months. The interest rate is 1.42% per month or 17.04% per year. If it’s already past the due date, customers may incur a late payment fee for 3% of the total bill or up to Rp150 thousand.

This feature is limited only for BRI customers. It’s a strategy to make credit scoring and prevent fraud.

Another requirement is for the customers should at least 21-50 years old, with minimum income of Rp3 million, and have Taxpayer Identification Number (NPWP).

BRI claimed, once the data submitted, the verification process will only take 30 minutes. Once approved, the credit limit is available to shop at online merchants. This concept is similar to the ones issued by Kredivo and Akulaku.

In the initial stage, BRI Ceria has available to use for payment on Tokopedia, purchase flight tickets on the Panorama JTB site, and the electronic products e-commerce Dinomarket.

Quoted from Kontan, BRI’s Director of Digital, IT, and Operational, Indra Utoyo explained. Ceria is BRI’s paylater with a limit of up to Rp20 million targeting ultra micro customers.

“The new product Ceria is to be launched soon, BRI’s paylater up to Rp20 million limit for ultra micro,” he said.

Prior to this, BRI through its subsidiary, BRI Agro, has launched a similar application named Pinang.

The development of BRIBOX

Next year, the company will continue the digital initiation through BRIBOX, it’s a modernization of work unit network infrastructure throughout Indonesia, modernization of cloud-based data centers, and implementation of core banking modernization.

The initiation is to absorb the largest allocation for IT-related capital expenditure. Indra also revealed the bank has prepared Rp4.2 trillion for next year’s budget, increased by 13.5% from this year’s budget.

“The main effect of modernization is to be eager to face the growth and innovation of digital services that are flexible, scalable, secure, and reliable.”

The digital transaction has now dominated the entire transaction at BRI. About 80% [of the transactions] come from non-branches. Moreover, the company plans to shift the employees’ role in branch offices as customers’ advisors and counselors.

“Closing branch offices is a normal consequence, but its role will later be rethought. Teller’s current role is now being repurposed because there will be a lot of self-service and assisted service in the future,” Indra said.

Application Information Will Show Up Here
Bank BRI merilis aplikasi BRI Ceria, layanan paylater atau kartu kredit virtual untuk menyasar debitur underbanked dengan pinjaman 500 ribu hingga 20 juta

BRI Buat “Ceria”, Aplikasi Khusus Layani Kartu Kredit Virtual

BRI merilis aplikasi BRI Ceria, layanan paylater atau kartu kredit virtual untuk menyasar debitur yang underbanked. Aplikasi sudah dapat diunduh, namun baru tersedia versi Android.

Dalam penjelasannya, BRI Ceria memberikan pinjaman mulai dari Rp500 ribu sampai Rp20 juta dan tenor 1-12 bulan. Bunga per bulannya 1,42% atau 17,04% dalam setahun. Bila terlambat membayar, nasabah akan dikenakan tambahan 3% dari jumlah tagihan atau maksimal Rp150 ribu.

Fasilitas tersebut hanya diberikan untuk nasabah BRI. Hal ini sebagai strategi BRI dalam melakukan credit scoring dan mencegah wanprestasi.

Prosedur lainnya yang harus dipenuhi nasabah adalah berusia 21-50 tahun, minimal penghasilan Rp3 juta, dan memiliki NPWP.

Pihak BRI mengklaim bila seluruh data sudah diserahkan, proses verifikasi hanya memakan waktu 30 menit. Bila disetujui, limit kredit dapat digunakan untuk berbelanja di merchant online. Konsep ini sama dengan produk sejenis yang dikeluarkan Kredivo dan Akulaku.

Untuk tahap awal, BRI Ceria sudah dapat digunakan berbelanja di Tokopedia, pembelian tiket penerbangan di situs Panorama JTB, dan e-commerce produk elektronik Dinomarket.

Dikutip dari Kontan, Direktur Digital, TI, dan Operasi BRI Indra Utoyo menjelaskan, Ceria adalah paylater dari BRI dengan limit pinjaman maksimal Rp20 juta untuk nasabah ultra mikro.

“Produk baru Ceria sebentar lagi keluar, paylater-nya BRI yang Rp20 juta ke bawah untuk ultra mikro,” katanya.

Sebelumnya, strategi bisnis serupa juga telah dilakukan BRI melalui anak usahanya, BRI Agro, dengan aplikasi Pinang.

Pengembangan BRIBOX

Tahun depan perseroan akan melanjutkan inisiasi digital melalui BRIBOX, yakni modernisasi infrastruktur jaringan unit kerja seluruh Indonesia, modernisasi data center berbasis cloud, dan implementasi modernisasi core banking.

Inisiasi tersebut akan menyerap anggaran terbesar untuk belanja modal BRI terkait TI. Indra menjelaskan, tahun depan bank menyiapkan anggaran Rp4,2 triliun, naik 13,5% dibandingkan anggaran tahun ini.

“Efek modernisasi utamanya kesiapan menghadapi pertumbuhan dan inovasi layanan digital yang fleksibel, terukur, secured serta reliable.”

Transaksi digital kini mendominasi keseluruhan total transaksi di BRI. Sekitar 80% datang dari non-branch. Alhasil perseroan berencana untuk mengalihkan peran pegawai di cabang menjadi pendamping dan penyuluh nasabah.

“Pengurangan branch adalah konsekuensi yang normal, namun perannya pun nanti akan dipikirkan ulang. Peran teller yang sekarang di-repurpose karena ke depan akan banyak self service dan assisted,” pungkas Indra.

Application Information Will Show Up Here
Tokopedia melengkapi produk fintech dengan menyiapkan layanan kartu kredit virtual dinamai "TokoSwipe" bermitra dengan perusahaan yang telah mengantongi izin dari OJK

Tokopedia Siapkan Layanan Kartu Kredit Virtual “TokoSwipe”

Tokopedia melengkapi produk fintech dengan menyiapkan layanan fintech teranyar berupa kartu kredit virtual dinamai “TokoSwipe”. Sementara ini layanan tersebut belum bisa digunakan pengguna dan nantinya hanya bisa diakses lewat perangkat smartphone.

Menurut keterangan yang kami peroleh, pengguna dapat menggunakan TokoSwipe untuk membayar transaksi Tokopedia dan melunasi tagihannya pada akhir bulan. Untuk menghadirkan layanan ini, Tokopedia menggandeng mitra yang bergerak di bidang lending telah terdaftar dan diawasi oleh OJK. Hanya saja tidak disebutkan identitas mitra tersebut.

Pihak Tokopedia menolak berkomentar tentang produk yang belum diluncurkan ini.

Dijelaskan lebih jauh, aktivasi TokoSwipe dapat dilakukan langsung dari aplikasi Tokopedia, namun saat ini masih terbatas untuk pengguna Tokopedia yang berdomisili di Jabodetabek.

Peminat cukup mengisi data yang diperlukan, seperti informasi pribadi, KTP, dan menyetujui ketentuan di persetujuan pengguna. Data akan diverifikasi dalam waktu 1 x 24 jam di hari kerja. Pemberian limit dan penolakan disebut sepenuhnya menjadi hak partner.

Setelah disetujui, pengguna dapat memilih TokoSwipe sebagai metode pembayaran untuk setiap transaksi minimal Rp10 ribu. Metode ini tidak bisa digunakan untuk produk angsuran kredit, tagihan kredit, reksa dana, dan emas.

Pengguna diberi kebebasan untuk memilih berapa besaran cicilan tagihan, mulai dari minimum 10% dari total tagihan. Nanti pengguna akan mendapat notifikasi setelah membayar tagihan, sisanya dapat dibayarkan bulan depan.

Ada biaya layanan yang dibebankan pengguna untuk pemakaian limit dana. Bila membayar penuh akan dikenai 1,5% dari total transaksi. Pilihan lainnya adalah untuk tenor 3 bulan (1,6%), 6 bulan (1,75%), dan 12 bulan (2%).

Bila menunggak hingga tanggal jatuh tempo, akan ada tambahan biaya bunga yang besarnya ditentukan partner.

Application Information Will Show Up Here

 

PayLater dari Go-Jek saat ini bisa dipakai pelanggan Go-Food terpilih. Memiliki limit maksimal Rp500 ribu tanpa bunga dengan biaya langganan bulanan

Mengenal PayLater, “Kartu Kredit Virtual” Tanpa Bunga dari Go-Jek

Go-Jek meluncurkan PayLater, fitur pembayaran terbaru memungkinkan pengguna untuk berutang dengan limit tertentu. PayLater merupakan produk fintech lending dari Findaya (PT Mapan Global Reksa) yang dikembangkan oleh PT Mapan Global Reksa (Findaya), tergabung sebagai bagian dari Mapan. Mapan sendiri adalah satu dari tiga startup fintech yang diakusisi Go-Jek akhir tahun lalu.

Findaya telah memperoleh surat tanda terdaftar sebagai penyelenggara lending dari OJK. Dalam bisnisnya, Findaya telah melayani mitra Go-Jek, Go-Food, Go-Clean, Go-Massage, dan Mapan dengan fasilitas cicilan laptop, smartphone beserta aksesorisnya, dan kebutuhan lainnya.

Dalam keterangannya, Chief Commercial Expansion Go-Jek Catherine Hindra mengatakan, untuk sementara ini PayLater baru bisa dinikmati secara terbatas untuk pengguna Go-Food. Mereka yang terpilih sudah disaring terlebih dahulu berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan Go-Jek dan Findaya, namun Catherine tidak menjelaskan detailnya.

Dia mengibaratkan mekanisme PayLater yang mirip dengan berlangganan paket telekomunikasi pascabayar. Pengguna memiliki batas pemakaian hingga Rp500 ribu dan akan dikenai biaya berlangganan sebesar Rp12.500 per bulannya.

“Fokus kami bersama Findaya adalah memberikan pengalaman terbaik kepada pengguna Go-Food terpilih terlebih dahulu. Pelajaran yang kami petik tentunya akan dimanfaatkan untuk pengembangan fitur berlangganan di masa mendatang,” tuturnya kepada DailySocial.

Terkait biaya berlangganan, sambung Catherine, hanya akan ditagih sekali setiap bulan apabila menggunakan PayLater. Apabila fitur ini tidak dipakai, maka biaya administrasi juga tidak akan dikenakan. Untuk bulan pertama, biaya berlangganan akan digratiskan sebagai promosinya.

Catherine juga tidak memberikan penjelasan lebih lanjut kapan fitur ini akan digulirkan ke semua pengguna Go-Jek.

Menjajal PayLater

Bila ditelusuri lebih dalam, PayLater memperbolehkan pengguna untuk berutang sampai limit maksimal Rp500 ribu. Tagihan harus dibayarkan setiap akhir bulan lewat Go-Pay.

Apabila menunggak, tidak ada penjelasan dari Go-Jek apakah ada bunga yang dibebankan. Pihak Go-Jek hanya akan terus memberikan notifikasi mulai dari tanggal 25 setiap bulannya dan juga setiap tanggal jatuh temponya sampai akhirnya utang terlunasi.

DailySocial berkesempatan menjajal fitur tersebut untuk pertama kalinya. Alurnya sama seperti saat memesan Go-Food pada umumnya, namun akan muncul pilihan PayLater dalam opsi pembayaran.

Ketika memilih PayLater, secara otomatis akan tertera biaya pesanan makanan yang harus dibayar, sama halnya bila memilih opsi pembayaran dengan Go-Pay atau tunai. Setelah pesanan diterima, secara otomatis akan muncul notifikasi limit PayLater telah berkurang. Kita bisa memilih membayar tagihan tersebut kapan saja, sejak limit berkurang, sampai akhir bulan.

Application Information Will Show Up Here
Tim inti FinAccel / FinAccel

Kredivo Peroleh Pendanaan Seri B Lebih Dari Rp435 Miliar, Siapkan Ekspansi Regional

Startup fintech yang bergerak di layanan online lending FinAccel (menggunakan nama produk Kredivo) mengumumkan peroleh pendanaan seri B senilai US$30 juta (lebih dari Rp435 miliar) yang dipimpin Square Peg Capital, dengan partisipasi investor baru MDI Ventures dan Atami Capital. Investor sebelumnya, Jungle Ventures, OpenSpace Ventures, GMO Ventures, AlphaJWC, dan 500 Startups juga turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Dana segar ini, menurut CEO Kredivo Akshay Garg, akan digunakan untuk membangun layanan baru di luar pinjaman via situs e-commerce, ekspansi regional, dan menambah talenta baru di bidang engineer dan data scientist.

Adapun negara yang akan disasar, menurutnya, masih dalam tahap evaluasi. Tiga negara yang sedang dipelajari di antaranya Thailand, Filipina, dan Singapura. Dalam enam bulan ke depan, FinAccel akan mengumumkan satu negara yang siap disambangi Kredivo sehingga tahun depan Kredivo resmi memiliki dua wilayah operasional.

“Dalam enam bulan ke depan akan kami putuskan satu negara yang akan kami sambangi. Sekarang masih dalam tahap evaluasi,” ujar Akshay, Rabu (25/7).

Dia melanjutkan produk baru yang sedang dikembangkan ini nantinya akan menyasar di luar ekosistem situs e-commerce, seperti pinjaman untuk sekolah, medis, dana darurat, renovasi rumah, dan sebagainya.

Secara terpisah, dalam keterangan resmi Partner Square Peg Capital Tushar Roy mengatakan Kredivo adalah bisnis berkelas institusional dalam seluruh aspek, lewat otomasi berbagai macam elemen pinjaman yang sangat kompleks dan telah dipercaya oleh merchant terbaik di Indonesia. Kredivo memiliki metrik risiko sekelas bank dan sudah menarik utang institusional.

Kredivo disebutkan memiliki tim yang berintegritas dan pengalaman tinggi sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah besar untuk pedagang dan konsumen Indonesia, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi keseluruhan.

“Kami sangat bangga untuk mendukung visi tim Kredivo untuk memungkinkan layanan finansial yang lebih baik untuk masyarakat muda Indonesia dan Asia Tenggara,” terang Tushar.

CEO MDI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, Kredivo adalah pemimpin pasar di layanan pinjaman konsumen dengan proses credit scoring yang sangat maju di industri ini. Investasi di Kredivo sekaligus menandakan portofolio perdana MDI Ventures di bidang fintech lending.

“Dengan partisipasi kami, kami berharap untuk mendorong lebih banyak segmen yang kurang terlayani dalam pasar ini, di mana kami dapat mengakses berbagai macam sumber kredit yang dapat memakai teknologi Kredivo untuk mempercepat proses pencairan dana,” ucap Nicko.

Pencapaian bisnis dan rencana berikutnya

Akshay melanjutkan perusahaan akan menggiatkan kegiatan pemasaran untuk akuisisi pengguna baru dengan memasang berbagai papan iklan di tempat umum.  Mereka juga menggencarkan beberapa inisiasif kerja sama strategis dengan Telkom Group yang kini tergabung sebagai jaringan investor Kredivo.

“Kami pilih investor strategis yang terkemuka agar ke depannya kami bisa jalin sinergi kerja sama. Akan ada banyak inisiasi baru yang siap kami lakukan bersama Telkom Group, khususnya Telkomsel.”

Dua tahun berdiri, Kredivo telah menjadi metode alternatif untuk pembayaran online dengan kartu kredit digital yang paling banyak diadopsi oleh marketplace di Indonesia. Kredivo diklaim sebagai satu-satunya perusahaan KTA online yang telah menjangkau hampir 10 situs e-commerce terkemuka, termasuk Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, dan lebih dari 200 situs lainnya.

Pertumbuhan bisnis Kredivo secara GMV (Gross Merchandise Value) mencapai 5 lipat lipat, tanpa disebutkan angka detailnya. Perusahaan telah menilai lebih dari dua juta konsumen Indonesia dan membantu pedagang online mendapatkan pendapatan dan retensi pelanggan secara signifikan.

Disebutkan 80% dari transaksi setiap bulannya berasal dari konsumen loyal Kredivo yang jumlahnya lebih dari 500 ribu orang. Adapun rasio kredit macet dijaga di bawah 5% sesuai rata-rata industri keuangan.

Perusahaan memiliki 15 perusahaan sebagai pendana yang berasal dari multifinance dan credit fund. Credit fund tersebut berasal dari Hong Kong dan negara-negara di Asia Tenggara. BFI masih menjadi salah satu pendana eksklusif di Kredivo.

Application Information Will Show Up Here

Rencana dan Fokus Kredivo dalam Menghadirkan Layanan Kredit

Setelah menjalankan bisnis selama hampir dua tahun, platform pembayaran kredit virtual Kredivo mengklaim telah mengalami pertumbuhan transaksi layanan e-commerce dan pengguna dalam jumlah yang signifikan. Kepada media hari ini, CEO FinAccel Akshay Garg mengungkapkan, pertumbuhan setiap bulannya mencapai 30-40%.

“Secara cepat kami mengalami peningkatan yang cukup baik dengan mengedepankan teknologi yang seamless. Kredivo telah menjadi salah satu metode checkout dengan pertumbuhan tercepat bagi merchant e-commerce.”

Hal ini diperkuat oleh perilaku konsumen yang memperlihatkan bahwa frekuensi penggunaan Kredivo untuk bertransaksi sebanyak 15 – 20 kali per tahun, 4 kali lipat dibandingkan rata-rata 4 – 5 kali per tahun untuk penggunaan metode pembayaran lainnya.

Saat ini Kredivo telah hadir di 7 kota di Indonesia menyusul Yogyakarta dalam waktu dekat. Kredivo telah bermitra dengan 100 merchant e-commerce, termasuk 6 dari 10 yang terbesar di Indonesia, yaitu di Bukalapak, Lazada, Jd.id, Bhinneka, Blibli dan Shopee.

“Selanjutnya jumlah kemitraan tersebut akan kita tambah, bukan hanya dengan layanan e-commerce namun juga layanan OTA hingga asuransi kesehatan,” kata Garg.

Hingga kini transaksi yang paling banyak dilakukan oleh pengguna Kredivo adalah pembelian barang elektronik dengan pembelian senilai Rp 4 juta rupiah hingga Rp 20 juta. Pilihan kredit yang paling banyak dipilih pun adalah cicilan selama 12 bulan.

Menghadirkan layanan pinjaman KTA kuartal pertama 2018

Disinggung tentang adanya niat untuk menambah layanan financial technology (fintech) lainnya seperti pinjaman KTA (Kredit Tanpa Agunan) dan lainnya, menurut Akshay Garg, hal tersebut sudah menjadi bagian dari rencana jangka panjang. Hal tersebut diharapkan bisa memberikan pilihan baru kepada masyarakat unbankable yang merupakan target pengguna dari Kredivo.

“Saat ini fokus kami masih dalam pengembangan produk dan memberikan pengalaman pengguna yang baik. Tahun depan jika sudah siap akan kami hadirkan layanan terbaru dari Kredivo,” kata Garg.

Kredivo yang memiliki perusahaan induk, FinAccel adalah perusahaan teknologi keuangan yang memanfaatkan analisa data mendalam pada jejak digital pengguna yang secara otomatis menilai risiko kredit dan memberikan akses kredit di Asia Tenggara.

“Dengan memanfaatkan machine learning, kami mampu mengurangi risiko dari pengguna yang tidak baik dan menentukan credit scoring yang tepat. Sehingga meminimalkan pengguna yang tidak dengan lancar membayarkan pinjamannya,” kata Garg.

Kemitraan eksklusif dengan BFI Finance Indonesia

Sebagai startup yang menghadirkan platform pembayaran kredit digital terpadu, Kredivo hingga kini masih menjalin kemitraan dengan PT BFI Finance Indonesia Tbk yang menjadi pihak lender tunggal untuk penyaluran pembiayaannya. Selanjutnya kemitraan eksklusif tersebut akan diteruskan dan Kredivo sendiri enggan untuk membuka kerja sama dengan perusahaan multifinance lainnya.

“Meskipun terbuka lebar kerja sama dengan perusahaan multifinance yang lain, namun hingga kini kami masih terus melanjutkan kemitraan dengan BFI Finance Indonesia,” kata Garg.

Untuk selanjutnya Kredivo akan masuk ke tahap scale-up, yaitu melakukan kegiatan pemasaran, membina hubungan lebih baik lagi dengan partner dan mengembangkan produk dan aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Mencari Skema Alternatif Sebagai Solusi Pembayaran App Store di Indonesia

Pembuatan Kartu Kredit Virtual Melalui Operator dan Penyedia Layanan Kartu Kredit Bisa Menjadi Alternatif Solusi Pembayaran di Ekosistem Aplikasi Apple / Shutterstock

Operator seluler di Indonesia memulai metode pembayaran potong pulsa atau carrier billing untuk pembelian konten digital di Google Play Store pada akhir 2014 yang dimulai Indosat, lalu diikuti Telkomsel pada Februari 2015. Namun hingga kini, operator seluler belum menyediakan carrier billing untuk pembelian konten di toko aplikasi Apple.

Continue reading Mencari Skema Alternatif Sebagai Solusi Pembayaran App Store di Indonesia