Belum lama membuka diri ke publik, Kaskus sekarang sudah memiliki 77 program podcast dengan 56 di antaranya berasal dari pengguna. Mereka mengklaim jumlah pendengar Kaskus Podcast terkini sudah mencapai 300 ribu orang.
“Adapun jumlah pengunjung dari November 2018 hingga Agustus 2019 sudah lebih dari 1 juta pengunjung dengan total lebih dari 300 ribu pendengar,” ujar Partner & Media Relations Kaskus Marsha Karindra.
Seperti platform podcast lainnya, konten horor/misteri dan sepakbola merupakan genre paling memikat pendengar di Kaskus. Namun Kaskus berupaya mengimbanginya dengan konten yang lebih beragam seperti Kekoreaan yang membahas kultur K-Pop, Hansip Hoax yang memuat klarifikasi informasi hoaks, hingga Hello Community yang mengulas komunitas-komunitas unik di Kaskus.
Meski belum memberikan imbalan, Kaskus memberikan insentif lebih berupa promosi di semua lini media sosial mereka bagi para kreator konten yang menitipkan karyanya di Kaskus Podcast.
Meski masih rencana, Kaskus sebenarnya punya strategi monetisasi dengan menempatkan spot atau adlibds di dalam program-program original mereka. Selain itu mereka juga membuka peluang kerja sama dengan pihak lain untuk menciptakan konten berbayar.
“Dengan dukungan ini, kami harap para kreator juga semakin semangat membuat konten Podcast dan secara rutin mengunggahnya di Kaskus Podcast,” imbuh Marsha.
Mengenai bentuk platform mereka, Kaskus masih belum berniat beralih ke format aplikasi sebagaimana platform podcast lain. Mereka justru menilai podcast berbasis web lebih memudahkan pendengar.
Forum online terbesar di Indonesia ini menargetkan pendengar Kaskus Podcast tumbuh 30 persen hingga akhir tahun dan diikuti oleh kenaikan jumlah program dari pengguna.
Kaskus Podcast diluncurkan pada November 2018 menyusul Kaskus TV yang diperkenalkan dua bulan sebelumnya. Kaskus Podcast menghadirkan sejumlah konten audio, baik dari pengguna ataupun dari Kaskus sendiri, yang membahas mulai dari hobi, minat, hingga kisah-kisah menarik dari segala genre.
Media menjadi industri yang ikut berdampak karena perkembangan teknologi digital. Konsumsi orang dalam membaca berita pun bergeser, mulai dari durasi membaca makin pendek, lebih tingginya ketertarikan pada visual daripada tulisan, dan faktor lainnya. Lantas bagaimana solusinya?
Hal ini dijawab dalam salah satu diskusi panel yang diselenggarakan Qlue bertajuk Smart Citizen Day beberapa hari lalu, menghadirkan praktisi dari berbagai media seperti Hugo Diba (Kumparan), Rama Mamuaya (DailySocial.id), Edi Taslim (Kaskus), dan Karaniya Dharmasaputra (Bareksa).
Hugo Diba menjelaskan kehadiran Kumparan sejak 2017 ini adalah jawaban dari pergeseran konsumsi media. Pergeseran ini adalah suatu keniscayaan yang membuatnya percaya bahwa mau tak mau harus meredifinisikan kembali jurnalisme. Caranya harus dengan membangun tim terbaik dan teknologi terbaik.
“Perusahaan media itu harus jadi tech juga, makanya kita challenge tim IT kita bagaimana teknologi bisa bantu teman-teman jurnalis bisa dapat info lebih cepat dan akurat. Ada algoritma, trending topic, supply side kami perbesar. Alhasil jurnalis kami bisa kerja 4x lebih cepat. Visi misi kami adalah bagaimana menyampaikan berita dengan baik dan tepat,” terangnya.
Di sisi lain, Rama Mamuaya menambahkan perusahaan media memang harus beradaptasi dengan perubahan teknologi. Informasi yang disampaikan dalam konten harus sempurna tersampaikan dengan baik, apapun medium yang dipakai entah itu visual, teks, ataupun video.
“Perusahaan media harus tetap bertanggung jawab dengan kualitas konten yang disampaikan, apapun format yang mereka pakai,” katanya.
Kembali ke khittah awal
Sementara itu, perkembangan teknologi internet yang pesat membuat Kaskus berbenah diri agar tetap relevan dengan kondisi terkini. Edi Taslim mengatakan ekosistem internet 20 tahun lalu berbeda jauh, belum ada platform media sosial, sehingga Kaskus harus mencari cara agar tetap relevan dan menjadi destinasi untuk kultur pop.
Kaskus banyak meluncurkan inisiasi yang pada ujungnya mengembalikan Kaskus ke khittahnya sebagai platform diskusi yang berlandaskan pada kesamaan minat dan hobi.
“Jadi esensinya adalah tetap menjadikan Kaskus sebagai tempat orang membicarakan hobi. Itu yang kami pertajam sehingga membuat Kaskus tetap unik,” terang Edi.
Bagi Bareksa, penetrasi keuangan yang masih rendah saat ini adalah bukti ketidakmampuan jurnalisme elitis. Ini adalah jurnalisme yang memberitakan hanya untuk segelintir kalangan saja. Oleh karenanya, Bareksa ingin mendemokratisasikan kekuatan teknologi dengan industri keuangan terutama reksa dana agar bisa dijangkau oleh siapapun dari berbagai kalangan kelas ekonomi.
“Pengalaman di Bareksa, kami jadi fintech pertama yang mendapat lisensi APERD dari OJK. Investor ritel kami ada 450 ribu orang, itu mencerminkan 40% dari total investor reksa dana di Indonesia.”
Kolaborasi dengan berbagai pihak
Kolaborasi itu tidak berlaku untuk satu industri saja. Perusahaan media pun juga harus berkolaborasi. Rama menjelaskan untuk mengembangkan teknologi, agar bisa dikenal oleh siapapun, perlu harus gandeng berbagai pihak. Mulai dari pembuat kebijakan, pengambil keputusan, dan lainnya.
Hal ini juga diamini Karaniya. Dalam bisnisnya, Bareksa kini bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Ovo untuk memasarkan produk reksa dana online secara masif dan ritel. Agar semakin banyak orang yang terkonversi menjadi investor pasar modal.
“Kami ingin mereplika kisah sukses di Tiongkok. Dunia fintech tumbuh dengan pesat karena e-commerce dan e-money,” pungkasnya.
Akhir pekan kemarin (17 Maret 2019) menjadi penutup dari gelaran Kaskus Battleground Season 4. Mempertandingkan game Arena of Valor, tim EVOS AOV kembali menjadi raksasa yang tak terkalahkan dalam kompetisi ini. Gelaran turnamen AOV ini juga menjadi penutup Kaskus Battleground seri 2018-2019 yang membawa tema “Mobile Game Festival”
Dalam gelaran babak Grand Final, EVOS berhasil membantai habis tim DG Esports 3-0. Walaupun begitu, perjalanan DG Esports di Kaskus Battleground Season 4 ini sebenarnya cukup memukau. Glenn “DG.Kurus” Richard dan kawan-kawan berjuang keras untuk bisa bangkit dari lower bracket. Harus berhadapan dengan nama besar di jagat kompetitif AOV, yaitu GGWP.ID juga Saudara Esports, mereka tak gentar dan berhasil kalahkan mereka.
Namun pada gelaran final, permainan EVOS ternyata masih terlalu solid. Alhasil DG Esports jadi kalang kabut melawan Wiraww dan kawan-kawan. Akhirnya Ran23 dan kawan-kawan DG Esports harus menerima kekalahan yang cukup telak, dengan setiap game bisa diselesaikan dalam waktu sekitar di bawah 15 menit.
Sudah kurang lebih sekitar dua tahun, Kaskus Battleground menjadi wadah bertanding bagi atlet-atlet esports nasional. Tetapi setelah seri ini selesai, bagaimana kelanjutan dari Kaskus Battleground nantinya? Untungnya saya berkesempatan berbincang dengan Ridwan Gunawan, Brand Manager Kaskus, membicarakan hal tersebut. Berikut hasil perbincangan saya dengan Ridwan.
Mengawali obrolan, saya sebenarnya cukup penasaran dengan awal mula terciptanya Kaskus Battleground. Maka dari itu saya pun menanyakan hal tersebut kepada Ridwan. Ia lalu menjawab bahwa Kaskus Battleground sebenarnya adalah inisiatif kumpu-kumpul dari komunitas forum 46 (forum games) Kaskus.
“Jadi dahulu kala, anak-anak forum game itu ceritanya minta dibikinin turnamen. Mereka berpikir daripada cuma ngobrol doang, akan lebih enak kalau kita ada wadah untuk berkompetisi dan kumpul. Akhirnya dari situ terciptalah Kaskus Battleground” jawab Ridwan.
Kaskus Battleground pertama kali diselenggarakan pada awal tahun 2017 lalu. Ketika itu kompetisi ini mempertandingkan salah satu game kompetitif terpopuler pada masanya, Dota 2. Brand kompetisi ini terus berlanjut sampai ke tahun 2018, namun membawa tema yang berbeda yaitu “Mobile Games Festival”.
Kaskus Battleground – Mobile Games Festival berlangsung selama 2018-2019. Selama satu musim tersebut, kompetisi dibagi menjadi 4 season, dengan mempertandingkan berbagai mobile game yang sedang populer. Ada Vainglory, Rules of Survival, PUBG Mobile, dan Arena of Valor sebagai sajian utama dari Kaskus Battleground.
Tapi acara Kaskus belum lengkap kalau tidak melibatkan komunitas di dalamnya. Maka dari itu, selain sajian utama, ada juga “hidangan sampingan”berupa kompetisi dari komunitas. Jadi selain empat game tersebut, ada juga pertandingan serta ajang kumpul komunitas game seperti: game sepakbola FIFA dan PES 2019, lalu ada juga Tekken 7, Let’s Get Rich, Speed Drifters, dan lain sebagainya.
Sampai sejauh ini, prestis Kaskus Battleground terbilang cukup tinggi, karena kompetisi ini kerap diikuti oleh berbagai tim esports papan atas Indonesia. Lebih lanjut soal ini Ridwan, sejujurnya ingin mengarahkan agar Kaskus Battleground bisa menjadi panggung bagi pendatang baru di dunia esports.
“Menurut pandangan saya, sebenarnya saya ingin Kaskus Battleground bisa jadi panggung bagi para newcomer dari dunia esports. Maka dari itu untuk ke depannya, saya punya rencana untuk mengemas Kaskus Battleground agar tidak cuma sekadar kompetisi, tapi juga jadi wadah sharing ilmu dari pro player kepada komunitas, kepada newcomer jagat kompetitif game” Ridwan menambahkan.
Lebih lanjut soal masa depan Kaskus Battleground, saya cukup penasaran dengan satu hal. Adakah kemungkinan Kaskus akan menyediakan panggung utama Kaskus Battleground, kepada komunitas-komunitas kecil nan solid? Contohnya seperti komunitas rekanan Hybrid, seperti R6 IDN dan komunitas game Fighting yang diwakili Advance Guard.
“Seperti apa yang saya katakan sedari awal, fokus Kaskus memang adalah komunitas. Jadi kalau bicara soal rencana, kita selalu menyediakan rencana tersebut untuk komunitas. Tetapi kami harus memastikan terlebih dahulu, apakah komunitas tersebut aktif berkumpul? apakah pemain aktifnya cukup banyak? Kalau iya, mengapa tidak.” Jawab Ridwan kepada saya.
Kurang lebih itu sedikit obrolan saya dengan Ridwan Gunawan seputar esports dan komunitas dari sudut pandang kaskus. Kurang dan lebihnya, saya cukup setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ridwan. Komunitas bisa dibilang juga merupakan salah satu elemen penting dalam ekoisistem esports. Sebab tanpa dukungan komunitas, esports mungkin tidak akan sebesar dan semegah seperti saat ini.
Mungkin hampir semua anak generasi 90-an atau awal 2000-an tahu betul Kaskus itu apa dan pasti pernah mengaksesnya. Entah iseng-iseng ingin baca sesuatu atau dapat artikel rekomendasi dari teman.
Mengingat Kaskus itu seperti sedang bernostalgia. Segala topik bisa dibahas di sana. Yang paling saya ingat itu konten yang bermuatan jenaka namun informatif. Kaskuser sungguh kreatif dalam membuat tulisan.
Memang, konsep artikel UGC (user generated content) pada waktu itu memang belum banyak tersedia, sehingga belum ada alternatif portal lain yang bisa diakses anak muda. Baik itu portal berita atau forum lain sebesar Kaskus.
Jual-beli barang bisa terjadi lewat Forum Jual Beli. Belum ada Tokopedia, Bukalapak, atau Shopee dengan promo ongkos gratisnya yang tak kunjung usai itu. Cari barang yang mau dijual, pasang harga, dan tak lupa memasukkan pesan “Nego halus, yang keterlaluan di lempar bata ya.”
Kalau mau cari barang pun bisa pasang thread. Tak perlu capek-capek cari lapak, ketika thread sudah jadi tak lama pasti ada yang kirim pesan atau langsung SMS. Nego harga saja, janjian lokasi dengan penjual, barang pun diterima.
Belum banyaknya opsi yang bisa dipilih oleh Kaskuser, entah itu mengakses informasi dan transaksi barang, menjadikan Kaskus sebagai primadona. Apa-apa harus lewat Kaskus.
Ingat betul di benak saya, saat pulang sekolah iseng-iseng ke warnet cuma buat nge-Kaskus saja, lalu membuka semua tab yang masuk Hot Thread, sembari memasang lagu dari aplikasi Winamp yang selalu siap di PC warnet.
Setelah semua tab terbaca, saya mengklik thread rekomendasi dari Kaskuser yang biasanya dipamerkan di bagian bawah. Tak lupa baca beberapa respons dari Kaskuser. Kebiasaan ini saya lakukan sampai duduk di bangku sekolah. Saat handphone sudah sedikit canggih, saya perlahan beralih ke situs mobile.
Sempat beberapa kali saya beli dan jual barang lewat FJB. Kebanyakan produk elektronik, seperti handphone, tablet, mouse, keyboard, laptop, sampai kamera. Selama transaksi di FJB syukurnya belum pernah mengalami kejadian buruk.
ID Kaskus saya ternyata dibuat sejak 2010. Namun tak satupun thread pernah saya buat, alias silent reader. Hampir jarang sekali meninggalkan komentar dari setiap thread yang saya baca. Bahkan kemarin saya cek status ID Kaskus masih “newbie“.
Minim gebrakan inovasi sampai hinggapnya konten politik
Sedari awal Kaskus berdiri memang hanya fokus ke konten tulisan karena ingin menempatkan diri sebagai forum diskusi. Tampilan UI/UX terus dipermak demi menyesuaikan pembaca dan perkembangan zaman.
Setiap kali Kaskus melakukan pembaruan tampilan, selalu ada pro-kontra. Dalam pembaruan tampilan yang diumumkan Kaskus baru-baru ini, seorang Kaskuser menyebut, pembaruan layout, engine atau lainnya tidak diperlukan karena esensi terpenting dari Kaskus adalah kesederhanaannya sebagai forum diskusi, tidak terlalu banyak tombol sebab dia menganggap itu membingungkan.
Produksi konten tulisan dirasa semakin tertantang karena makin maraknya portal berita yang memiliki konsep UGC, platform media sosial, dan messaging. Jangan lupakan faktor smartphone dan dukungan jaringan data yang harganya semakin terjangkau.
Semuanya mengubah gaya hidup manusia dalam berkomunikasi dan mengakses informasi. Perubahan yang cepat ini membuat Kaskus seolah hilang arah. Mau mengikuti platform A, B, dan C, bagaimana cara agar tetap menjadi role model bagi setiap perusahaan digital.
Pengalaman kesusahan mencari konten original saya rasakan sendiri. Setelah vakum sekian tahun, belakangan ini saya iseng buka Kaskus. Kalau di cek thread berdasarkan “Lagi Ngetop” kebanyakan bermuatan politik. Algoritmanya terasa kacau.
Sekalinya menemukan konten yang menarik, ternyata hasil saduran dari portal media lain. Ekspektasi saya untuk mendapatkan konten yang menghibur kini sulit ditemukan di Kaskus. Berbeda dengan sebelumnya, cukup cek Hot Thread saja, sudah dijamin kontennya menarik dan original.
Thread paling fenomenal yang pernah dibuat di Kaskus adalah cerita bersambung Keluarga Tak Kasat Mata pada 2016 dan sudah dibuat versi film setahun berikutnya. Konten ini berhasil menarik lebih dari 13,8 juta Kaskuser dan mendapat lebih dari 7.600 komentar. Menobatkan thread ini paling banyak dibaca Kaskuser.
Inovasi yang dilakukan Kaskus, belum ada yang begitu drastis. Masih sebatas pengembangan dari produk yang sudah ada. Salah seorang Kaskuser beranggapan, sejak 2014 Kaskus mulai ditemukan konten berbau politik yang membuat dia jadi malas untuk kembali lantaran perdebatannya dianggap sudah tidak sehat. Komentar ini ditanggapi serius Kaskuser lainnya dengan menandai tahun tersebut adalah era kemunduran Kaskus.
Bila dilihat dari timeline-nya, mulai dari tahun 2015 hingga 2016, Kaskus membuat fitur-fitur yang secara halus mencegah Kaskuser beralih ke platform lain. Misalnya, Kaskus Plus untuk membership premium, aplikasi Jual Beli, Kaskus Chat, menyempurnakan FJB dengan KasPay, KasAds, BranKas, dan titik akhirnya menginisiasi Kaskus Networks untuk “menambal” kekosongan konten.
Upaya terus dilanjutkan sampai tahun 2017 ditandai lewat peluncuran Kaskus Creator untuk mendorong Kaskuser menghasilkan uang lewat konten yang mereka produksi. Kaskus beralih untuk berpartisipasi untuk pendanaan di ProPS yang bermuara pada terpilihnya eks Founder & CEO ProPS Edi Taslim menjadi CEO Kaskus.
Rekam jejak Kaskus untuk menambah portofolio tidak hanya berhenti di Garasi.id saja, diteruskan ke Prosa.ai dan KontrakHukum. Di masa kepemimpinan Edi, Kaskus akhirnya terjun ke konten video dan suara lewat kehadiran Kaskus TV dan Podcast.
Kepada DailySocial, CEO Kaskus Edi Taslim berpendapat kehadiran dua produk ini adalah upaya Kaskus agar tetap relevan namun tetap konsisten dalam menyorot kekuatan konten yang dimiliki.
“Harapannya, ketiga channel yang kami hadirkan ini bisa menjadi kekuatan dan diferensiasi dari Kaskus, juga memenuhi kebutuhan diskusi dan interasksi dari komunitas akan minat dan hobi,” kata dia.
Sementara terkait investasi ke Prosa.ai dan KontrakHukum, Edi menuturkan Kaskus dan Prosa.ai masih dalam proses pengembangan untuk mengaplikasikan Prosa Text untuk filtering konten hoax di Forum Kaskus. Diharapkan dapat segera diterapkan dalam waktu dekat.
Menurut saya, antisipasi ini bisa dikatakan terlambat namun juga tidak. Sebab Podcast ini masih jadi barang baru buat orang Indonesia dalam mengonsumsi informasi. Kaskus punya peluang di situ.
Namun kebiasaan orang Indonesia untuk mengonsumsi video itu sudah mulai terbentuk sejak YouTube hadir dan semakin dipertegas lewat berbagai platform media sosial kenamaan lainnya. Apalagi konten kreator di YouTube makin menjamur jauh sebelum Kaskus TV hadir.
Saya sendiri sudah mencoba jajal Kaskus TV dan Podcast. Secara impresi, saya lebih menyukai Kaskus Podcast karena sudah terpasang sebagai widget di situs utama Kaskus dan tidak autoplay. Kontennya pun original dan menarik karena diambil dari thread yang diunggah di Kaskus.
Beda halnya dengan Kaskus TV, video dibuat autoplay sehingga memberi kesan Kaskuser dipaksa untuk menontonnya. Satu-satunya opsi yang tersedia adalah pause video secara manual dan membiarkan video buffer dengan sendirinya.
Opsi ini tentu saja merugikan buat para Kaskuser dengan kuota data yang terbatas dan mengurangi impresi buat Kaskus TV. Dilihat dari konten, menurut saya tidak jauh berbeda dengan apa yang biasa orang-orang konsumsi di YouTube. Meski diklaim teknologi yang dipakai mencegah orang untuk melakukan pembajakan, tapi tetap saja butuh waktu untuk Kaskus TV mendapatkan timing-nya.
Lagi-lagi karena terlambat melihat peluang, Kaskus kehilangan timing. Sebelumnya menurut banyak orang, termasuk saya, Kaskus punya peluang besar untuk membesarkan FJB. Lihat sekarang bagaimana FJB, reputasinya sudah jeblok.
Edi mengklaim, sejak Kaskus TV diluncurkan pada September 2018 telah tembus 1,3 juta unique viewers. Angka ini melampaui target 1 juta unique viewers yang dia sebutkan saat peluncuran perdana. Kaskus TV memiliki delapan program original dan bekerja sama dengan lebih dari 30 partner menghasilkan 720 ragam video.
Sementara untuk Kaskus Podcast, ada enam program original dan bekerja sama dengan enam podcast partner. Pihaknya menyediakan studio podcast untuk memfasilitasi komunitas atau kerja sama program ke depannya.
Posisi merosot
Peringkat Kaskus di Alexa (15) dan SimilarWeb (25) terasa merosot jauh dari peringkat 10 besar di Indonesia, per Desember 2018. Dengan IDN Media (peringkat 13 menurut Alexa), notabenenya termasuk media UGC yang baru lahir, Kaskus sudah kebobolan.
Namun bila melihatnya sebagai forum komunitas online, digdaya Kaskus memang belum bisa terkalahkan di Indonesia selama 19 tahun berdiri. Menurut SimilarWeb, Kaskus memiliki total kunjungan 53,76 juta naik 8,36%. Rata-rata lama kunjungan 4:50 menit dan bounce rate 64,9%. Kaskuser membaca sekitar 2,92 halaman per kunjungan.
Dari data internal Kaskus, saat ini Kaskuser terdaftar mencapai 10,4 juta, sementara jumlah pengunjung aktifnya lebih dari 26 juta per bulan. Konten UGC yang diproduksi jumlahnya tiap tahun mencapai 1,5 juta thread.
Edi menyebut konten yang saat ini menarik bagi Kaskuser maupun non Kaskuser adalah thread yang berasal dari forum The Lounge yang umumnya membahas isu atau tren terkini. Lalu ada thread dari forum Berita & Politik, Stories form The Heart, Kendaraan Roda 4, Dunia Kerja & Profesi, Android, Lowongan Pekerjaan, Supernatural, dan Lounge Video.
Saya yakin, seluruh angka ini bukan menjadi kebanggaan karena di era kejayaannya Kaskuser rela berjam-jam mengakses Kaskus saja. Semakin rendah bounce rate, tentu akan semakin bagus buat situs karena konten yang diproduksi dibaca oleh banyak orang.
Ada salah satu Kaskuser yang saya temukan membuat thread soal perubahan Kaskus dari masa ke masa. Pada Juni 2011, Kaskus masuk ke dalam jajaran 10 besar situs yang paling banyak dikunjungi menggunakan Opera Mini. Unggahan lainnya, memperlihatkan pada Agustus 2015 Kaskus masih masuk ke posisi ke 7 di Alexa, lalu pada awal bulan tersebut melorot ke 8.
Apabila Kaskus TV dan Kaskus Podcast dalam waktu dekat belum bisa memberi sumbangsih kepada perusahaan. Artinya Kaskus harus putar otak lagi untuk mengembalikan kejayaannya. Mengadakan kompetisi dengan komunitas, seperti Kaskus Battleground untuk gaet industri e-sport, atau gelaran acara musik yang belakangan ini giat dilakukan, belum maksimal buat mendongkrak posisi Kaskus sebagai forum komunitas online.
Saya menangkap beberapa komentar dari Kaskuser menuding penurunan ini karena Kaskus terlalu sering mengubah template, padahal menurutnya hal ini membuat Kaskus kehilangan ciri khas. Berikutnya admin Kaskus yang dianggap terlalu kaku karena sering ban pengguna, tidak seperti dulu yang sangat berbaur. Apalagi saat ada masukan dari Kaskuser, jawaban dari moderator dinilai template.
Kehadiran iklan yang terlalu banyak akhirnya dianggap mengganggu karena Kaskuser menganggap Kaskus terlalu profit-oriented. Padahal kasarnya, sebagai perusahaan, Kaskus memang harus melakukan monetisasi demi menghidupi karyawannya. Namun cara yang diambil kurang berkenan bagi para Kaskuser.
Menentukan posisi
Posisi Kaskus berhadapan keras di dua area, media/media sosial dan iklan baris (classified ads). Seolah-olah menjadi pisau bermata dua, harus betul-betul tahu memposisikan diri agar Kaskus tetap eksis.
Sebelum Edi, posisi CEO Kaskus sempat kosong pasca hengkangnya Ken Dean di 2016. Saat itu, secara interim kepemimpinan dipegang On Lee yang sekaligus CTO baik di Kaskus maupun GDP Venture. Andrew Darwis kini menempati posisi Founder dan CCO.
Dalam suatu wawancara, Edi pernah mengatakan, sebagai CEO ia akan memfokuskan Kaskus kepada khittahnya sebagai forum komunitas online dengan mengedepankan unsur diskusi.
Kiprah Edi di industri media, terutama membangun Kompas Gramedia Group, majalah tekno Chip, Kompas.com, dan pencapaiannya lainnya tidak perlu diragukan lagi bisa menjadi bekal yang cukup buat Kaskus. Di bawah kepemimpinannya, saya berharap Kaskus bisa lebih agresif untuk berinovasi dan tidak lagi mandeg.
Sering-sering duduk bersama dengan Kaskuser dan membicarakan masa depan mungkin bisa mengembalikan kiprah Kaskus. Toh, keluhan Kaskuser yang diluapkan lewat thread banyak yang menginginkan manajemen untuk ngariung ngobrol bareng.
Kaskus saat ini masih bisa hidup karena dukungan Kaskuser. Jangan sampai posisi Kaskus semakin terjungkal, sampai akhirnya tinggal kenangan.
Kaskus announces an investment to KontrakHukum, a digital platform providing various legal services. There’s no further detail regarding its value. It’s expected to encourage synergy, particularly in legal support for the community of business players and content creators in Kaskus.
“The partnership is part of our support for Kaskuser can get a legal education from a credible and trusted source. The aim is for Kaskuser who also the business player or content creator, is no longer hesitant to secure their work or business in legal perspective for the future,” Edi Taslim, Kaskus’ CEO, explained.
KontrakHukum is a digital platform founded by Rieke Caroline. Having a founder with legal background and experience, KontrakHukum holds a mission to educate SMEs and startups to aware of legal early.
Some legal services offered by KontrakHukum are the making of the agreement, business entity, Intellectual Property Rights registration, business license, legal consulting, notary, and many more. Those services are accessible through its online platform. To date, KontrakHukum has served hundreds of clients.
“The strong Kaskus communities in 58 regions in Indonesia will strategically help us to reach people in the rural area to be literate and begin to involve legal aspects in running the business or secure their work. Through the digitally integrated services, we can provide quick, easy, and affordable legal services,” Rieke Caroline, KontrakHukum’s Founder, said.
Kaskus is actively developing their business and services this year. A number of investments become their strategy, one of those is investment in Indonesian Language NLP Development company. Another strategy is by adding several new services, such as Kaskus TV and Kaskus Podcast.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Hari ini (14/11) Kaskus mengumumkan investasinya ke KontrakHukum, sebuah platform digital yang menyediakan berbagai jasa di bidang hukum. Tidak disebutkan mengenai detail dan nominal investasi yang diberikan. Investasi ini diharapkan bisa menghadirkan sinergi, terutama berbentuk dukungan dan bantuan hukum terhadap komunitas pelaku usaha dan content creator di Kaskus.
“Kerja sama ini merupakan bentuk dukungan kami agar para Kaskuser bisa mendapatkan edukasi tentang hukum dari sumber yang kredibel dan terpercaya. Harapannya, Kaskuser yang juga pelaku usaha ataupun content creator sudah tidak ragu lagi untuk mengamankan karya ataupun bisnis mereka dari sisi hukum ke depannya,” terang CEO Kaskus, Edi Taslim.
KontrakHukum sendiri merupakan platform digital yang didirikan oleh Rieke Caroline. Dengan latar belakang dan pengalaman hukum yang dimiliki founder-nya, KontrakHukum mengusung misi untuk mengedukasi pengusaha kecil menengah dan startup agar mengenal hukum sejak dini.
Beberapa jasa hukum yang ditawarkan KontrakHukum antara lain pembuatan kontrak, pembuatan badan usaha, pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual, perizinan usaha, konsultasi hukum, jasa notaris dan lainnya. Jasa tersebut bisa diakses melalui platform KontrakHukum secara online. Sejauh ini KontrakHukum sudah melayani ratusan klien.
“Kekuatan komunitas Kaskus di 58 regional Indonesia akan sangat strategis dalam membantu kami untuk menjangkau masyarakat di daerah untuk melek hukum dan mulai melibatkan aspek hukum dalam menjalankan bisnis atau mengamankan karya mereka. Melalui layanan yang terintegrasi secara digital, kami dapat memberikan pelayanan hukum dengan cepat, mudah, dan tentunya harga yang terjangkau,” tutur Founder KontrakHukum, Rieke Caroline.
Kaskus sendiri tahun ini cukup aktif dalam mengembangkan bisnis dan layanan mereka. Sejumlah investasi juga menjadi strategi mereka, salah satunya investasi ke perusahaan pengembang NLP Bahasa Indonesia Prosa.ai. Strategi Kaskus lainnya dengan menambahkan beberapa layanan baru seperti luncurkan Kaskus TV dan Kaskus Podcast.
Di usianya yang menginjak 19 tahun, secara berkala Kaskus terus meluncurkan inovasi-inovasi. Setelah di pertengahan Agustus kemarin mereka meluncurkan desain baru, kemudian di akhir September memperkenalkan Kaskus TV, kini mereka meluncurkan Kaskus Podcast. Sebuah layanan baru yang disiapkan untuk menghadirkan konten dalam format audio yang berisikan minat, hobi hingga isu terkini, baik di Top Forum Kaskus maupun di kehidupan sosial.
Selain menghadirkan konten asli karya Kaskuser di forum, Kaskus Podcast juga akan bekerja sama dengan beberapa kreator.
“Kaskus Forum kaya dengan beragam thread dan artikel berkualitas buatan Kaskuser. Beberapa di antara thread tersebut bahkan ada yang sudah dipublikasikan menjadi buku dan film layar lebar. Menyadari itu, Kaskus ingin memperluas amplifikasi konten-konten berkualitas karya Kaskuser tersebut dari basis teks dan image ke format audio visual, lewat Kaskus TV dan Kaskus Podcast. Kami yakin keunikan topik dan story yang diangkat di Kaskus Podcast dapat dinikmati pengguna dan komunitas serta masyarakat umum,” jelas CEO Kaskus Edi Taslim.
Saat ini ada beberapa program originalKaskus yang sudah hadir di Kaskus Podcast, antara lain Jas Merah, Kamis Misteri, Leh Uga dan SKJ (Seputar Kesehatan dan Jasmani). Sementara program yang bekerja sama dengan kreator podcast Indonesia antara lain CenayangFilm, Buku Kutu, KomrikMania, Box2BoxID, ArvipraTech, Umpan Tarik dan Retropus. Ada juga program hasil kerja sama dengan Gen FM. podcast mengenai “Keluarga Tak Kasat Mata”, salah satu cerita horor karya original Kaskuser yang juga sudah diangkat ke layar lebar.
“Kehadiran Kaskus Podcast juga merupakan salah satu bentuk apresiasi kami kepada para Kaskuser yang produktif menghasilkan konten-konten unik dan menarik. Harapannya Kaskus Podcast dapat lebih mempopulerkan karya Kaskuser dalam format audio dan sekaligus memberikan ruang berkreasi dan membuka peluang usaha,” imbuh Edi.
Selain memberikan platform online Kaskus Podcast, Kaskus juga memberikan dukungan berupa fasilitas Podcast Studio secara gratis kepada Kaskuser dan komunitas yang ingin memproduksi podcast mereka.
Hari ini (08/10), Kaskus secara resmi mengumumkan investasinya ke Prosa.ai, pengembang platform Natural Language Processors (NLP) untuk Bahasa Indonesia. Tidak disampaikan terkait detail pendanaan yang diberikan. Sejauh ini produk Prosa.ai fokus pada layanan Text & Speech-based Processing Tools yang dibuat kustom sesuai dengan kebutuhan kliennya.
Dalam sambutannya, CEO Kaskus, Edi Taslim menyampaikan bahwa perusahaan melihat Prosa.ai memiliki potensi dan kompetensi yang besar melalui layanannya. Prosa.ai dinilai sebagai perusahaan perangkat lunak pertama yang berhasil menghadirkan NLP komprehensif untuk Bahasa Indonesia. Dalam waktu dekat, Kaskus akan mengaplikasikan layanan Prosa.ai guna menyaring berita hoax maupun negatif di forum, sehingga dapat menghadirkan konten yang lebih positif kepada Kaskuser.
“Kami sangat senang bisa menjadi salah satu partner awal dalam pengembangan Prosa.ai melalui investasi ini. Kami harap investasi ini bisa membantu pengembangan Prosa.ai ke depannya,” ujar Edi.
Prosa.ai diinisiasi pada awal tahun 2018, dipimpin oleh Ayu Purwarianti sebagai NLP Chief Scientist. Produk yang dikembangkan memiliki misi untuk meniru kemampuan manusia dalam menganalisis sebuah teks dan percakapan.
Dalam implementasinya Prosa.ai memiliki dua produk utama. Pertama adalah Prosa Text (nama produk untuk rekognisi teks), menyediakan jasa dalam bentuk API dan juga customized application. Beberapa di antaranya adalah identifikasi berita hoax, hate speech, ekstraksi opini, klasifikasi jenis dokumen, ekstraksi informasi khusus, tools dasar NLP, dan lain-lain.
Sementara Prosa Speech (nama produk untuk rekognisi suara), memungkinkan mesin untuk mengenali ucapan dalam Bahasa Indonesia, mensintesis ucapan, mengenali identitas pengucap, dan mengenali maksud serta emosi dari ucapan. Hal ini memungkinkan mesin untuk menerima masukan dan keluaran dalam bentuk ucapan, seperti pada voice-commands,voice-id biometrics, atau sistem media monitoring.
“Kami sangat senang dan bangga mendapatkan dukungan dari Kaskus untuk semakin mengembangkan layanan Prosa.ai. Dengan memiliki SDM lokal yang kompeten, kami yakin dapat menghadirkan teknologi NLP terdepan yang dapat memberikan solusi terhadap kebutuhan klien dan partner,” sambut CEO Prosa.ai, Teguh Budiarto.
Kaskus meresmikan layanan video streaming “Kaskus TV” dengan pendekatan program dan video format pendek seputar minat, hobi, dan gaya hidup sesuai dengan DNA perusahaan. Dalam mengisi konten, Kaskus bekerja sama dengan para pegiat hobi, komunitas, dan para mitra konten.
“Kaskus TV menghadirkan tayangan konten yang sudah dikurasi dan spesifik mengenai minat dan hobi, sesuai dengan fokus utama Kaskus. Di tahap awal ini, kami menghadirkan lebih dari 45 katalog program dengan total durasi lebih dari 200 jam,” terang CEO Kaskus Edi Taslim, Kamis (27/9).
Kaskus juga ikut memproduksi konten original yang dibuat khusus, seperti “Bermusik”, sebuah web series mengenai musik dan hobi yang dipandu mantan Editor-in-Chief Rolling Stone Indonesia Adib Hidayat. Tak hanya itu, bersama rumah produksi mereka menghadirkan secara eksklusif beberapa serial film pendek.
Dalam mengisi kontennya, Kaskus TV bekerja sama dengan sejumlah mitra, seperti Narasi.TV, Opini.id, SuperMusic, SuperAdventure, Indonesia Kaya, DailySocial, dan Kumparan.
Layanan ini juga menyuguhkan konten video mengenai minat dan hobi unik, berkolaborasi dengan pegiat hobi serta komunitas seperti Kaskus Traveller, Kaskus Table Tennis Club, Kaskus Motovlogger, SJCam, IndoExoticPets, dan masih banyak lagi.
“Kaskus TV berkaitan dengan platform diskusi Kaskus, jadi di bawah video ada thread untuk berdiskusi dengan sesama Kaskuser sebab inti utama Kaskus itu adalah forum diskusinya.”
Untuk mengisi konten di Kaskus TV akan ada proses kurasi yang dilakukan tim Kaskus. Jadi tidak sembarang konten yang bisa dikonsumsi di dalamnya. Langkah ini dilakukan demi memonitor kualitas konten tetap selaras dengan DNA Kaskus.
“Bisa ditonton siapa saja secara gratis tapi untuk mengisi kontennya kami yang kurasi. Prosesnya bisa dari kami yang mengajak kerja sama dengan pengisi konten, lalu diskusi sial model lisensinya seperti apa, dan komersialisasinya bagaimana. Siapa yang mau biayai, kemudian bagaimana sistem bagi hasilnya.”
Guna dukung para kreator konten, Kaskus sudah menyiapkan fasilitas studio mini lengkap beserta peralatan dan operatornya. Studio ini terletak di kantor Kaskus dan dimanfaatkan secara gratis.
“Platform video Kaskus TV dan fasilitas studio serta auditorium dibangun untuk mendukung berbagai aktivitas online dan offline komunitas di Kaskus. Juga untuk menghargai karya Kaskuser yang akan diproduksi dan dikembangkan jadi web series, baik format video dan audio podcast.”
Tambahan pemasukan bisnis
Edi melanjutkan Kaskus TV adalah rencana bisnis yang sudah jauh-jauh hari disiapkan Kaskus. Perusahaan mengalokasikan sejumlah investasi untuk menggunakan platform video khusus yang juga dipakai oleh jaringan TV kabel HBO. Kendati demikian, ia enggan menyebutkan nilai investasi ini.
Platform video tersebut dipakai untuk mendukung kontrol Kaskus terhadap konten agar tidak mudah dibajak, sekaligus mendukung unsur eksklusivitas setiap konten yang diproduksi karena tidak ada di platform streaming lainnya.
“Di Indonesia kebanyakan media tidak menggunakan platform video sendiri, akhirnya menggunakan platform yang gratis sehingga mengorbankan strategi monetisasinya jadi terbatas. Investasi yang kami keluarkan ini dapat sepadan dengan angka viewers yang bisa kami cetak ke depannya.”
Nantinya platform ini akan jadi manuver tambahan pemasukan dari iklan untuk bisnis Kaskus. Ada yang diambil dari sewa lisensi, bagi hasil revenue, atau lainnya. Persentase untuk bagi hasil bervariasi, ada 50-50, bahkan ada yang 70-30.
Pada tahap awal ini, strategi tersebut belum menjadi fokus Kaskus. Pihaknya ingin memastikan adanya pertumbuhan secara organik untuk angka penonton.
“Video ini memiliki nilai lebih dibandingkan konten tulisan atau gambar, lagipula susah juga untuk di-copy paste. Kami tidak ingin melulu soal revenue. Kaskus TV ini akan diarahkan untuk memanjakan komunitas supaya ada wadah baru.”
Sejak dua minggu ini dilepas secara publik, salah satu program Kaskus TV, yakni Bermusik telah tembus ditonton oleh 250 ribu orang. Angka ini terbilang cukup fantastis untuk sebuah platform video streaming yang baru berusia 1,5 bulan ini.
Edi menargetkan sampai akhir tahun diharapkan dapat tembus 1 juta unique views.
“Kami cukup percaya diri dengan pencapaian yang masih baru ini. Artinya, pengguna Kaskus bisa mendapat tontonan yang cukup layak dan bervariasi sesuai dengan hobi dan minat mereka,” pungkas Edi.
Untuk mendukung Kaskus TV, ada tambahan inovasi berupa audio podcast yang dapat digunakan untuk berinteraksi dengan komunitas. Audio podcast ini rencananya akan diresmikan pada bulan Oktober 2018.
Setelah sebelumnya menjabat sebagai CTO Kudo, Sukan Makmuri saat ini resmi menempati posisi baru sebagai CTO di layanan fintech UangTeman. Dalam rilis yang diterima oleh DailySocial disebutkan masuknya Sukan dalam jajaran C-Level di UangTeman merupakan bagian dari rencana ekspansi di Indonesia dan Asia Tenggara, serta proses finalisasi pendanaan Seri B.
“UangTeman secara konsisten sudah menentukan standar untuk industri agar bisa menerapkan transparansi dan bertanggungjawab terkait dengan online microlending di Indonesia. Saya sangat menyambut baik kesempatan untuk bisa bekerja sama dengan Aidil dan tim di UangTeman, agar bisa meningkatkan dan melakukan standard scale-up di seluruh Asia Tenggara, sesuai dengan visi dan tujuan dari UangTeman untuk mendukung kawasan underbanked yang aman, transparan dan kemudahan akses untuk layanan keuangan,” kata Sukan.
Nantinya Sukan akan bertanggungjawab untuk mengembangkan teknologi untuk layanan keuangan UangTeman, di antaranya adalah credit underwriting, disbursement, dan collections. Sukan juga akan memimpin 40 tim engineer dan produk di UangTeman.
Fokus ekspansi UangTeman
Sebelum menempati posisi CTO di Kudo, Sukan juga pernah menjabat sebagai CEO Kaskus, konsultan di berbagai perusahaan ternama, juga menjabat sebagai Vice President of Internet Banking Technology di Bank of America. Latar belakang pendidikan dan pengalaman sebagai seorang profesional selama 20 tahun lebih dianggap sangat sesuai dengan visi dan misi UangTeman saat ini.
“Sukan merupakan pemimpin yang sudah melahirkan dua startup sukses Indonesia. Prestasi yang diraihnya membuktikan pemahaman serta ambisi dari Sukan untuk bisa menjadi pemandu talenta baru agar bisa bertahan dan mengalami pertumbuhan yang cepat. Dengan beroperasinya UangTeman di 13 kota di seluruh Indonesia dan rencana untuk melakukan ekspansi di Asia Tenggara, UangTeman bisa mendapatkan keuntungan lebih dari pengalaman yang dimiliki oleh Sukan,” kata CEO & Founder UangTeman Aidil Zulkifli.
Berdiri sejak tahun 2015, UangTeman mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang cukup stabil dengan lebih dari $18 juta pinjaman mikro yang tercatat secara digital. UangTeman juga mengalami pertumbuhan hingga 300% di tahun 2016, dan jumlah tersebut meningkat hingga 400% di tahun 2017. Pada akhir tahun 2017 lalu, UangTeman telah mengumumkan pivot secara penuh menjadi perusahaan p2p lending. Pengalihan ini dilakukan Uang Teman seiring telah dikantonginya surat tanda terdaftar di OJK sesuai POJK No 77/2016.