Tag Archives: kemandirian finansial

Perencanaan keuangan yang efektif memungkinkan generasi muda mencapai kemandirian finansial / DailySocial

Platform Perencanaan Digital Fasilitasi Literasi dan Kemandirian Finansial

Dewasa ini, kemandirian finansial kerap menjadi perbincangan khalayak, terutama generasi muda di Indonesia.  Kemandirian finansial sendiri diartikan sebagai kondisi di mana seseorang tidak terbebani dengan hutang konsumtif serta memiliki sumber penghasilan pasif yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan sehari-hari.

Setiap orang memiliki tolok ukur berbeda dalam hal kemandirian finansial. Satu hal yang pasti, untuk mencapai tujuan tersebut, perencanaan keuangan yang baik sangat dibutuhkan. Penggunaan teknologi seperti pencatatan keuangan dan platform investasi bertujuan mempermudah orang mencapai tujuan finansial, namun tidak sedikit yang masih belum paham mengenai perencanaan keuangan yang efektif.

COO dan Co-Founder Sribuu Nadia Fadila mengungkapkan fenomena di industri fintech lima tahun ke belakang adalah fokus pada inklusi. Perusahaan fintech berlomba mengajak masyarakat menggunakan platform digital seperti uang elektronik, memperkenalkan bank online, dan mempermudah akses investasi.

“Menurut data OJK, 80% orang indonesia sudah punya akses ke perbankan. Namun, tingkat literasi keuangan masih 30%. Masih ada masalah yang bisa kita tackle ke depannya sebagai [platform] fintech. Bagaimana orang bisa menggunakan berbagai akses sesuai dengan kecerdasan finansial mereka,” ujar perempuan yang kerap disapa Dila ini.

Berangkat dari fenomena ini, Sribuu ingin memfasilitasi dan membantu mengarahkan para generasi muda untuk bisa memiliki perencanaan keuangan yang baik demi mencapai tujuan-tujuan finansial mereka, tentunya dibantu dengan pemanfaatan teknologi terkini.

Literasi seiring inklusi

Sebelum masuk ke era teknologi, masyarakat melakukan perencanaan keuangan secara manual dengan mencatat di buku. Lalu, seiring kemajuan zaman, mereka beralih menggunakan aplikasi Spreadsheet. Saat ini pengguna semakin dimudahkan dengan kehadiran platform pencatatan keuangan berbasis AI yang bisa memberi rekomendasi terpersonalisasi berdasarkan rekam jejak dan preferensi pengguna. Rekomendasi ini tak luput dari tinjauan para penasihat keuangan yang bersertifikasi.

Di samping mempermudah proses perencanaan keuangan, platform teknologi juga berkontribusi dalam meningkatkan literasi keuangan di tengah masyarakat. Sribuu, misalnya, aktif memberi edukasi terkait literasi keuangan melalui media sosial dan artikel yang ada dalam aplikasi.

Untuk jangkauan luar jaringan, perusahaan mulai dari sebuah komunitas dan ingin memperluas jangkauan. Salah satunya melalui kerja sama dengan lebih dari 30 kampus di lebih dari 10 kota dengan program kampus ambasador Sribuu.

Ketika pandemi pertama kali mencuat, banyak orang yang mulai peduli dengan kesehatan finansial mereka. Semakin banyak orang yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh terkait investasi, asuransi diiringi meningkatnya traksi pada banyak instrumen keuangan. Namun, dengan latar belakang, tanggung jawab, dan penghasilan yang berbeda pada tiap orang, tidak ada satu formula khusus yang bisa diaplikasikan untuk semua. Di sini, literasi finansial sangat dibutuhkan dalam memutuskan instrumen yang cocok untuk perencanaan keuangan yang efektif.

Siklus perencanaan keuangan

Di diskusi #SelasaStartup yang mengambil topik “Road to Financial Freedom: Mendalami Peran Teknologi Dalam Mencapai Kebebasan Finansial”, Business Development Sribuu Achmad Farhan Noor memaparkan tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam usaha mencapai tujuan finansial. Hal pertama yang harus ditentukan adalah target jangka waktu untuk mencapai kemandirian finansial dan berapa banyak yang dibutuhkan untuk sampai pada titik tersebut.

Setelah menetapkan tujuan, maka siklusnya dimulai dengan menentukan budget yang dibagi dalam kategori. Salah satunya adalah alokasi untuk tabungan, di sini bisa mulai melihat kalau ada instrumen investasi sesuai profil risiko yang bisa digunakan untuk bisa mencapai tujuan lebih cepat. Lalu, mulai melaksanakan pencatatan transaksi harian. Untuk kemandirian finansial, biasanya memiliki jangka waktu yang lama, maka dari itu dibutuhkan evaluasi selang beberapa waktu untuk memastikan tetap berada di jalur yang tepat.

Dalam menjalankan siklus ini, dibutuhkan komitmen yang tidak sedikit. Selain harus tekun mencatat pengeluaran, harus bisa menahan diri untuk tidak menghabiskan lebih dari budget yang sudah ditetapkan. Sebagai platform teknologi, fokusnya adalah membantu mempermudah prosesnya, juga mengingatkan, namun komitmen datang dari masing-masing individu.

Farhan menambahkan, “Rata-rata anak muda sekarang memiliki pengeluaran sekitar 10-20 persen lebih besar dari pendapatannya. Hanya sekitar 10% yang bisa membeli salah satu akses paling penting, yaitu rumah.”

Berbagai platform digital menawarkan kemudahan untuk akses layanan perbankan. Di satu sisi, hal ini memberi dampak positif dalam mendorong inklusi, namun jika tidak digunakan dengan baik juga bisa menjerumuskan. Salah satu yang jadi penghalang dalam mencapai kemandirian finansial adalah utang. “Rumus singkatnya, utang tidak boleh lebih besar dari 30% jumlah pendapatan,” ujar Dila.

Satu hal yang menarik adalah perencanaan keuangan bisa diterapkan oleh semua orang, terlepas memiliki penghasilan tetap atau tidak. Dila mengungkapkan, pengguna Sribu juga ada yang pekerja lepas (freelancer). Menurutnya, sangat penting untuk memiliki dana darurat paling tidak 6-12 bulan pengeluaran bulanan untuk kondisi yang tidak bisa diprediksi.

Proteksi sebelum investasi

Karena literasi yang masih minim, Farhan juga menyebutkan sering terjadinya miskonsepsi. Sebelum menetapkan tujuan keuangan, ada dua hal yang tidak kalah penting untuk dimiliki terlebih dahulu, yaitu asuransi dan dana darurat. Dua hal ini adalah untuk proteksi, ketika hal itu sudah terpenuhi, maka baru bisa pakai instrumen investasi.

“Banyak kondisi di mana belum ada proteksi langsung terjun investasi. Ketika ada dalam situasi genting, tanpa dana darurat, investasi terpaksa harus dicairkan,” ujarnya.

Salah satu topik yang sering muncul pada bahasan terkait perencanaan keuangan untuk generasi muda adalah eksistensi generasi sandwich. Generasi ini diartikan sebagai kondisi ketika seseorang harus memenuhi kebutuhan tidak hanya untukdiri sendiri, tetapi juga dua (atau lebih) generasi — di atas dan di bawah. Pilihannya adalah bagaimana menetapkan alokasi yang baik untuk kebutuhan maupun keinginan. Jika ada kekurangan, maka harus ada kesadaran untuk mencari pemasukan tambahan.

Terkait instrumen investasi, saat ini Sribuu sedang mengembangkan komunitas dalam mengakomodasi tujuan finansial tertentu, seiring dengan usaha edukasi dari sisi investasi. Namun integrasi dengan instrumen investasi belum tersedia dalam aplikasi.

Beberapa waktu lalu, Sribuu berhasil mengantongi pendanaan tahap awal dari Beenext dan beberapa angel investor. Pendanaan ini disebut akan fokus pada pengembangan rekomendasi keuangan yang lebih terpersonalisasi serta teknologi advisory membantu pengguna meraih tujuan-tujuan finansial.

Sejak beroperasi penuh di awal tahun 2021 lalu, Dila mengungkapkan, tantangan terbesar, selain literasi keuangan, adalah belum adanya sistem open banking yang diregulasi OJK.

Selain Sribuu, aplikasi sejenis yang juga sudah populer di Indonesia, termasuk Finansialku, Pay Ok, PINA, Finoo, Moni, Xettle, Finku, Neu (Fazz Financial Group). Sebagian dari mereka sudah mengantongi kepercayaan dari investor dalam bentuk perolehan dana segar.

“Jangan takut untuk mulai bermimpi mencapai kemandirian finansial. Pahami realita, lalu tentukan tujuan. Bangun komitmen yang kuat untuk merencanakan keuangan. Banyak yang takut ketika berbicara mengenai perencanaan keuangan. Namun, ketika sudah mengerti kondisinya, masalah keuangan jadi tidak seberat yang dipikirkan di awal. Mulai dari yang kecil, yang penting mulai dulu,” tutup Dila.

Application Information Will Show Up Here