Tag Archives: Kemenkes

Transformasi Digital Kesehatan

Chief DTO Ungkap Update Transformasi Digital Kesehatan

Dua tahun lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan peta jalan transformasi digital untuk memperbaiki carut-marut di industri kesehatan. Salah satunya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

Eksekusinya dilaksanakan oleh Digital Transformation Officer (DTO), divisi baru di lingkup Kemenkes dan dipimpin oleh Setiaji yang berpengalaman kuat di sektor teknologi dan birokrasi. Peta jalan ini memuat tiga fokus utama yang ditarget rampung pada 2024; integrasi dan pengembangan sistem data, sistem aplikasi pelayanan, dan ekosistem di teknologi kesehatan.

Bagaimana progres pelaksanaan peta jalan transformasi digital kesehatan di 2023? Berikut rangkuman wawancara DailySocial.id dengan Chief DTO Setiaji.

Progres: rekam medis hingga sistem AI

Di awal wawancara, Setiaji bicara soal standardisasi data sebagai tulang punggung seluruh ekosistem kesehatan. Mengapa demikian? Sejak lama, fasilitas kesehatan (faskes) beroperasi dengan format dan sistem yang dibangun sendiri-sendiri. Karena format dan sistemnya berbeda, sulit untuk mengawinkan dan mengolah data informasi kesehatan.

Di sepanjang 2022, DTO merealisasikan sejumlah inisiatif untuk memuluskan integrasi dan keterhubungan data mulai dari peluncuran platform Satu Sehat, kodefikasi kesehatan (contoh: kode obat, alat kesehatan), hingga aturan untuk penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik (RME).

“Tahun lalu, kami fokus merampungkan standardisasi data dan melakukan integrasi, dimulai dari Jawa dan Bali. Karena kami buat platform, bukan membangun sistem di faskes, jadi kami bertemu dengan pihak terkait, untuk memperkenalkan standardisasi ini,” ungkapnya.

Ia juga mengungkap progres integrasi pada rekam medis. Dengan transisi PeduliLindungi ke platform Satu Sehat, masyarakat kini dapat mengakses data kesehatan mereka. Setiaji bilang, baru sekitar 500 faskes yang mengirimkan data secara real-time dari target awal 10.000 faskes yang siap diintegrasi.

Standardisasi data kesehatan / Diolah kembali oleh DailySocial

Tahun ini, DTO tengah mengimplementasi sistem analisis kesehatan berbasis AI serta bioteknologi, hingga perizinan pengembang healthtech. Setiaji mengungkap sejumlah tenaga data scientist telah bergabung untuk mengembangkan permodelan untuk membantu proses diagnosis atau screening test penyakit tertentu.

Kemudian, pihaknya juga tengah mengulas hasil regulatory sandbox untuk platform telemedis. Beberapa poin yang diamati adalah lisensi tenaga kesehatan, cakupan praktik, dan keamanan data. Dari 60 platform mendaftar, sebanyak 15 dipilih agar kebijakannya nanti dapat mewakili setiap kategori.

Pihaknya juga tengah meminta input dari venture capital (VC) yang kini banyak terlibat dalam pengembangan teknologi kesehatan terkait klusterisasi layanan/produk.

“Dari regulatory sandbox ini, kami juga akan lihat terkait lisensi penyedia layanan telemedis, misalnya apakah sebagai platform atau klinik virtual. Contoh lain, nakes punya Surat Izin Praktik (SIP) daerah, harusnya punya SIP nasional untuk bisa cover secara nasional juga.”

Setiaji menambahkan bahwa aturan teknikal mengenai teknologi kesehatan akan diatur lewat Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) atau Peraturan Direktorat Jenderal (Dirjen). Sementara, Peraturan Pemerintah (PP) akan mengatur dalam sekop besar. Ini akan memudahkan pengembangan inovasi kesehatan di masa depan, tanpa perlu mengubah PP lagi.

Perlu diketahui, Pemerintah tengah mematangkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dari UU No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Pasal 344 menyatakan bahwa teknologi kesehatan akan diatur di dalam PP.

Lebih lanjut, DTO juga tengah menyiapkan Health Tech Space yang akan menjadi hub untuk mempertemukan ekosistem kesehatan. Health Tech Space juga akan berfungsi sebagai ruang advokasi terhadap regulatory sandbox, akselerator, dan inkubator. Bagi pelaku startup, ruang ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ide maupun inovasi kesehatan.

Sumber: DTO Kemenkes

Tantangan: akses internet hingga SDM

Dalam pelaksanaannya, Setiaji mengaku ada sejumlah tantangan yang menyulitkan proses integrasi data kesehatan. Pertama, tidak meratanya akses internet. Dari total 10.000 puskesmas di Indonesia, sebanyak 745 tidak memiliki akses internet yang memadai. “Untuk menangani hal ini, pemerintah memfasilitasinya dengan internet satelit.”

Kedua, masih banyak faskes tidak memiliki sistem untuk mengimplementasikan rekam medis elektronik (RME). Pemerintah berupaya mendorong keterlibatan startup atau platform penyedia solusi terkait sehingga faskes tidak perlu membangun infrastruktur dari awal.

“Startup-startup ini menawarkan solusi dengan model berlangganan, ada juga paket gratis selama satu tahun. Kami pernah melakukan riset di mana ada satu RS menghabiskan Rp2 miliar untuk rekam medis berbasis kertas. Nah, kami coba arahkan agar beralih ke elektronik,” ungkapnya.

Ekosistem healthtech di Indonesia / DS/X Ventures

Terakhir adalah tantangan pada sumber daya manusia (SDM). Sejak tahun lalu, DTO dan pemangku kepentingan terkait aktif menggencarkan kegiatan edukasi terhadap 10.000 tenaga kesehatan (nakes) terkait literasi digital. Edukasi ini diperlukan untuk memahami transformasi digital sektor kesehatan.

Dengan waktu tersisa satu tahun ke depan, DTO berupaya mengakselerasi agenda transformasi ini. Paling tidak, tahun ini dapat terealisasi integrasi di 30.000 faskes hingga akhir 2023. Apabila tidak terpenuhi, ada sanksi yang dikenakan sebagaimana diatur dalam PMK No. 24 Tahun 2022. Sanksi ini dapat berupa sanksi tertulis atau sanksi administrasi (misal, akreditasi diturunkan).

“Kami berupaya speed up dengan memperbaiki model registrasinya. Data faskes kan sudah ada, kami buat verifikasinya secara otomatis. Kami juga memisahkan tim untuk go-to-market dan tim operasional untuk integrasi. Nah, integrasi ini juga sebetulnya tidak harus full mencapai level 6, jadi bertahap. Transformasi digital harus berbasis gerakan, tidak bisa dilakukan DTO sendiri.”

BGSi: enabler inovasi biogenomik

Agustus lalu, Kemenkes baru saja meluncurkan program inisiatif pertama Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) untuk mengembangkan metode pengobatan yang tepat bagi masyarakat. Keluarannya dapat menghasilkan produk diagnosis untuk pencegahan dan vaksin untuk perawatan penyakit.

Caranya adalah menggunakan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen, seperti virus dan bakteri atau disebut Whole Genome Sequencing (WGS). “Targetnya dapat mengumpulkan 100 ribu sample pada 2025 untuk dipetakan data genomenya,” ujar Setiaji.

Setiaji mengungkap bahwa saat ini rancangan pelaksanaan BGSi tengah disiapkan, terutama rincian terkait biobank, bioregistry, dan ethical clearance. Targetnya, BGSi dapat menjadi enabler bagi ekosistem terkait untuk mempercepat inovasi biogenomik di Indonesia.

Selain alat sequencing, BGSi juga tengah mempersiapkan perangkat untuk menganalisis sample. Butuh perangkat komputasi tinggi karena sample membutuhkan data sangat besar, bisa sampai 300 GB per sample. Kami pernah coba pakai komputer biasa dan itu memakan waktu tiga hari. Dengan perangkat high computing, hanya 30 menit,” jelasnya.

Nantinya akan disiapkan juga portal hub yang dapat memfasilitasi sistem secara end-to-end, mulai dari data sequencing, transfer data untuk analisis, hingga pencocokan data sesuai rekam medis untuk mengetahui hasil genomik.

“Startup [di bidang genomik atau bioteknologi] juga nanti dapat mengirimkan sample kami. Ini memungkinkan mereka untuk menekan biaya R&D. Kami juga tengah menyusun revenue model dengan ekosistem terkait, mulai dari researcher, vendor, hingga startup.”

Perlu diketahui, program BGSi didukung oleh sejumlah investor dan kolaborator dalam dan luar negeri, termasuk The Global Fund, Panin Bank, Biofarma, dan East Ventures; serta melibatkan Illumina, BGI, Oxford Nanopore Technologies, dan Yayasan Satria Budi Dharma Setia.

Application Information Will Show Up Here
Healthtech Indonesia

Lanskap Teknologi Kesehatan Indonesia Tahun 2023

Kesehatan merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia. Namun, Indonesia adalah salah satu negara dengan akses dan infrastruktur kesehatan yang kurang memadai (atau pemerataannya masih jauh dari ideal). Setuju atau tidak, pandemi selama lebih dari tiga tahun terakhir, membuka mata banyak pihak untuk memperbaiki industri kesehatan di tanah air.

Dalam ringkasan laporan yang disusun DS/X Ventures, nilai industri healthcare di Indonesia diproyeksi mencapai $68 miliar di 2030, berpotensi untuk memberikan dampak signifikan dengan melibatkan adopsi teknologi. Untuk lebih lengkapnya, DailySocial.id merangkum beberapa poin menarik terkait lanskap kesehatan Indonesia.

Transformasi kesehatan Indonesia

Terlepas potensinya, healthtech Indonesia terhalang sejumlah hambatan yang menghalangi pengembangan inovasi di bidang kesehatan. Menurut Chief Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes Setiaji, sulit untuk mendisrupsi industri ini karena, salah satunya, tidak ada keterhubungan data antar-fasilitas kesehatan.

Ada 400 aplikasi di bidang kesehatan, 70 aplikasi puskesmas, dan 50 aplikasi RS yang memiliki sistem sendiri-sendiri.

Masalah klasik lainnya adalah sulitnya masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan karena keterbatasan biaya dan lokasi fasilitas kesehatan. Kemenkes mencatat rasio dokter hanya berkisar 0,38 per 1.000 populasi, sedangkan rasio tempat tidur di RS adalah 1,2 per 1.000 populasi pada 2020. Adapun, rata-rata biaya kesehatan per kapita Indonesia di 2022 turun 6,39% menjadi Rp32,1 ribu dari tahun sebelumnya sebesar Rp34,3 ribu.

Padahal, inovasi di bidang kesehatan dapat membantu proses bisnis di sektor kesehatan dan membuka akses lebih luas terhadap masyarakat. Adopsinya juga dapat didorong melalui kolaborasi antara faskes tradisional, seperti klinik, RS, dan farmasi dengan penyedia solusi digital untuk saling memperkuat pengetahuan, infrastruktur, dan ekspertis dalam menjangkau pengguna yang lebih besar.

Beberapa inovasi kesehatan antara lain:

  1. Data kesehatan dan analitik
    Data-data yang dikumpulkan dapat dianalisis untuk menghasilkan insight bernilai bagi pemangku kepentingan di industri kesehatan. Misalnya, pengembangan obat yang dapat dipersonalisasi, pencegahan penyakit, dan pengelolaan kesehatan masyarakat.
  2. Aksesibilitas dan keterjangkauan
    Infrastruktur kesehatan yang kurang memadai di negara berkembang, termasuk Indonesia, menyulitkan masyarakat di daerah untuk melakukan pengobatan. Belum lagi, biaya berobat di Indonesia, terutama di RS, masih terbilang tinggi. Digitalisasi rantai klinik yang dikembangkan Klinik Pintar menjadi salah satu upaya untuk mempermudah akses kesehatan bagi segmen akar rumput.
  3. Pengelolaan data pasien
    Industri kesehatan adalah salah satu industri yang sulit untuk didisrupsi karena proses bisnisnya sebagian besar masih manual. Rekam medis dan administrasi kebanyakan ditulis di kertas. Nature bisnis kesehatan yang sangat teregulasi juga menyulitkan platform healthtech untuk mengembangkan inovasi, misalnya digitalisasi rekam medis.

Kabar baiknya, tahun lalu Kemenkes telah menerbitkan regulasi tentang penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik (RME) pada fasyankes; tertuang dalam PMK No. 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis yang merupakan perubahan dan pemutakhiran dari peraturan sebelumnya PMK No. 269 Tahun 2008.

Menurut Setiaji, aturan baru ini akan memberikan dukungan signifikan terhadap tercapainya keterhubungan data yang selama ini menjadi isu utama pelaku healthtech. Otomatis, regulasi ini dinilai akan memudahkan pelaku healthtech untuk mengembangkan inovasi.

Peta Jalan Transformasi Digital Kesehatan / Sumber: Kemenkes

Upaya pemerintah untuk mentransformasi digital industri kesehatan juga akan menjadi langkah penting untuk memberikan dampak signifikan terhadap perbaikan industri kesehatan di Indonesia. Ada tiga agenda utama yang menjadi prioritas Kemenkes, yaitu integrasi dan pengembangan pada sistem data, aplikasi pelayanan, dan ekosistem di bidang teknologi kesehatan (healthtech).

Healthtech di Indonesia

Adopsi layanan healthtech Indonesia naik signifikan saat pandemi Covid-19. Telemedis adalah layanan healthtech yang paling banyak digunakan, memungkinkan masyarakat untuk berkonsultasi online dengan tenaga kesehatan melalui aplikasi. Platform Halodoc dan Alodokter adalah contoh aplikasi telemedis terpopuler.

Sumber: Statista / Diolah kembali DS/X Ventures

Namun, perkembangan healthtech Indonesia tak terbatas pada adopsi layanan telemedis saja. Pelaku startup mengembangkan inovasi untuk layanan pencegahan penyakit, digitalisasi klinik dan rumah sakit, hingga kesehatan mental. Beberapa di antaranya ada Fita, Klinik Pintar, dan Riliv.

Ekosistem healthtech di Indonesia / Sumber: DS/X Ventures

Selama tiga tahun terakhir, healthtech Indonesia juga diguyur investasi yang menandakan sektor ini memiliki potensi untuk berkembang. Halodoc, sejauh ini, telah mengumpulkan pendanaan hingga $180 juta dari Gojek, Astra, Telkomsel, Singtel, hingga Temasek. Sementara, Alodokter mendapat dukungan investasi dengan total $51,5 juta, salah satunya dari SoftBank.

Data yang dihimpun oleh DS/X Ventures mencatat bahwa selama sepuluh tahun terakhir, sektor healthtech di tanah air telah mendapat total pendanaan dari investor sebesar $231,7 juta, kebanyakan dikucurkan untuk startup tahap awal dan seri A.

Eksplorasi genomik

Genomik menjadi salah satu studi yang tengah disorot dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Meski masih terbilang tahap awal, studi tentang keseluruhan gen sebuah organisme (genom) telah banyak dilakukan karena potensinya sangat besar terhadap aspek kehidupan masyarakat di masa depan.

Berdasarkan laporan yang diterbitkan East Ventures di 2023, genomik memiliki sejumlah manfaat yang dapat diaplikasikan ke area yang lebih luas, termasuk:

  1. Pengembangan obat
    Pemanfaatan genomik dapat mendorong penelitian terhadap obat-obatan yang lebih efektif dan akurat bagi individu.
  2. Pengobatan prediktif
    Dengan mengidentifikasi penanda genetik terkait risiko penyakit, diagnosis berbasis genomik dapat memungkinkan pengobatan prediktif sehingga individu yang lebih rentan terhadap penyakit tertentu dapat mendeteksi lebih awal dan memungkinkan pencegahan tepat waktu.
  3. Metode pengobatan
    Genomik diyakini dapat merevolusi metode pengobatan. Misalnya, terapi gen untuk mencari kesalahan spesifik yang dikodekan dalam DNA kita. Ini memungkinkan perawatan yang lebih efisien dan efektif bagi individu.

Secara umum, inovasi genomik dapat berdampak signifikan terhadap pengembangan obat-obatan, diagnosis, hingga metode pengobatan, yang mana dapat meningkatkan tindakan perawatan pasien dan menghasilkan perawatan yang lebih terpersonalisasi.

Disclosure: DS/X Ventures merupakan bagian dari grup DailySocial.id

Pengesahan Undang-undang (UU) Kesehatan pada sidang paripurna DPR RI pada masa persidangan V Tahun sidang 2022-2023 hari Selasa (11/7) / Kemenkes

Pengesahan RUU Kesehatan Dukung Inisiatif Startup Bioteknologi di Indonesia

Pemerintah bersama DPR RI baru saja mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan menjadi Undang-Undang (UU) Kesehatan dalam rapat paripurna DPR RI yang dilaksanakan pada hari Selasa (11/7). Salah satu aspek yang dibahas adalah pemanfaatan teknologi dalam industri kesehatan, termasuk pemanfaatan bioteknologi.

Pemerintah sepakat dengan DPR akan perlunya akselerasi pemanfaatan teknologi biomedis untuk pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kedokteran presisi. Pengesahan RUU Kesehatan ini merupakan salah satu langkah dari transformasi kesehatan untuk membangun arsitektur kesehatan Indonesia yang tangguh, mandiri, dan inklusif.

Dilansir dari Katadata, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono sempat mengatakan, ada dua subsektor kesehatan yang menarik tahun ini, yaitu data kesehatan dan biomedikal. Sementara regulasi terkait teknologi kesehatan juga diatur dalam BAB X yang terdiri dari 10 pasal, yakni 334 – 344.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan inovasi teknologi kesehatan diatur dalam bunyi pasal 337 ayat 3. Salah satunya adalah pemanfaatan teknologi biomedis yang mencakup teknologi (1) Genomik (2) Transcriptomic (3) Proteomik, dan (4) Metabolomik terkait organisme, jaringan, sel, biomolekul, dan teknologi biomedis lain.

Pemanfaatan teknologi biomedis yang dimaksud dapat dilaksanakan mulai dari:

  • Pengambilan
  • Penyimpanan jangka panjang
  • Pengelolaan dan pemanfaatan material dalam bentuk spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan data terkait.

Sementara pasal 339 ayat 1 menyebutkan, penyimpanan dan pengelolaan material dalam bentuk spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan data untuk jangka panjang harus dilakukan oleh biobank dan/atau biorepositori yang

Penyelenggaraan biobank dan/atau biorepositori harus mendapatkan penetapan dari pemerintah pusat dan diselenggarakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan, institusi pendidikan, dan/atau lembaga penelitian dan pengembangan kesehatan, baik milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun swasta.

Dalam pasal 339 ayat 4 ditegaskan bahwa penyelenggaraan biobank dan/atau biorepositori wajib menerapkan beberapa prinsip berikut: (1) Keselamatan hayati dan keamanan hayati, (2)  Kerahasiaan atau privasi, (3) Akuntabilitas, (4) Kemanfaatan, (5) Kepentingan umum, (6) Penghormatan terhadap hak asasi manusia, (7) Etika, hukum, dan medikolegal, dan (8) Sosial budaya.

Pemerintah juga mewajibkan penyelenggara biobank dan/atau biorepositori untuk menyimpan spesimen dan data di dalam negeri. Selain itu, data dan informasi harus terintegrasi ke dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional.

“Pengalihan dan penggunaan material dalam bentuk spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan/atau data ke luar wilayah Indonesia dilakukan dengan memperhatikan prinsip pemeliharaan kekayaan sumber daya hayati dan genetika Indonesia,” demikian bunyi pasal 340 ayat 1.

Startup bioteknologi di Indonesia

Menurut Global Biotechnology Innovation Scorecard 2021, Indonesia menempati peringkat ke-52 dari 54 negara dalam pengembangan bioteknologi. Indonesia juga masih mengandalkan bahan baku obat impor, dan sektor bioteknologi dalam negeri masih dalam tahap awal.

Meskipun masih terbilang prematur, sudah banyak inisiatif terkait sektor bioteknologi yang diluncurkan di Indonesia. Salah satunya adalah Etana, perusahaan bioteknologi asal indonesia yang menggunakan teknologi mRNA dan platform berbasis viral peptides untuk produksi vaksin. Perusahaan punya misi menyediakan produk bio-farmasi berkualitas tinggi, terjangkau dan inovatif.

Teranyar, Asa Ren yang mengklaim sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang fokus mengelola data DNA. Saat ini, perusahaan menyediakan aksesibilitas tes DNA langsung pada konsumen dengan menawarkan lebih dari 360 laporan — termasuk risiko kesehatan (predisposed risk), informasi keturunan (ancestry), dan laporan lainnya untuk orang dewasa hingga anak-anak.

Dari sisi pendanaan, para investor mulai melirik keberadaan startup biotech di Indonesia. Ketika investasi di sektor ini masih relatif baru, East Ventures telah menunjukkan kepercayaannya sejak 2018 lewat portofolio di bidang genome sequencing, yakni Nalagenetics dan Nusantics.

Tidak berhenti di situ, East Ventures juga meluncurkan sebuah white paper bertajuk “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future” bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Redseer Strategy Consultant. Laporan ini memaparkan pemahaman komprehensif tentang peran genomik dalam memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.

Di samping itu, Corporate Venture Capital (CVC) milik Telkom, MDI Ventures dan Bio Farma juga telah membentuk dana kelolaan “Bio Health Fund” sebesar $20 juta atau sekitar Rp292 miliar. Dana kelolaan ini membidik investasi startup early dan growth stage yang berfokus pada bidang biotech dan layanan kesehatan di Indonesia.

Inovasi biotech perlu mendapatkan dukungan dari beragam stakehoder / Pixabay

Peta Jalan Pengembangan Genomik di Indonesia

Bioteknologi masih menjadi sektor yang belum banyak diminati di Indonesia. Sektor ini rata-rata masih dipegang perusahaan besar dan konglomerasi, atau startup yang berbasis riset. Pengembangannya pun membutuhkan waktu relatif lama karena memerlukan kapital yang tidak sedikit untuk mulai membangun tanpa kepastian pendapatan.

Saat ini, belum banyak juga modal ventura yang masuk ke sektor tersebut, bahkan tergolong underfunded. Berdasarkan data dari laporan “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future” dari East Ventures, Indonesia juga dinilai masih tertinggal dalam hal harapan hidup serta pemanfaatan anggaran kesehatan di Asia Tenggara, maupun rata-rata global.

 

Perbandingan efektivitas anggaran kesehatan dari 14 Negara. Sumber: White Paper Genomik 2023 oleh East Ventures

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pernah mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki dua masalah utama yang terjadi di sektor kesehatan. Pertama adalah meningkatnya biaya kesehatan per kapita. Dan yang kedua adalah sebagian besar sistem kesehatan kita terfokus pada sisi kuratif daripada sisi preventif.

Sementara itu, negara ini juga disebut tengah mengalami peningkatan kasus Resistensi Antimikroba, yang menghambat efektivitas perawatan medis. Hal ini berperan dalam menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian tertinggi yang disebabkan oleh penyakit tidak menular (80%), 7% lebih tinggi dari rata-rata dunia.

Kementerian Kesehatan telah mengakui ini sebagai area krusial yang akan menjadi perhatian. Pada Agustus 2022 lalu, Kemenkes bekerja sama dengan East Ventures, mendukung penguatan inovasi di bidang kesehatan Indonesia dengan meluncurkan Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi).

Program ini didesain untuk mengembangkan pengobatan yang lebih akurat bagi masyarakat melalui pemanfaatan teknologi dalam mengumpulkan informasi genetik (genom) dari manusia dan patogen seperti virus dan bakteri atau bisa juga disebut whole genome sequencing (WGS). Sebelumnya, metode WGS sendiri telah digunakan dan berperan penting dalam pencegahan COVID-19 di Indonesia.

Selain dapat menjadi alternatif dalam memberikan perawatan preventif dan solusi pengobatan yang tepat, genomik berpotensi memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi Indonesia.

Mengembangkan lanskap genomik di Indonesia dapat menghasilkan peningkatan produktivitas bagi pasien yang penyakitnya terdeteksi dini dan yang tidak harus keluar dari tenaga kerja. Selain itu, ini juga dapat membantu menurunkan biaya perawatan kesehatan secara keseluruhan karena deteksi dini dan perawatan yang ditargetkan. Hal ini berpeluang untuk mendorong pertumbuhan nilai ekonomi senilai $110 miliar di Indonesia.

Kolaborasi sektor publik dan swasta

Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Tiongkok, Korea, Inggris, atau Amerika Serikat, Indonesia masih berada di tahap yang sangat awal, di bawah Malaysia dan Vietnam. Amerika dan Inggris memimpin dalam area penelitian genomik dan studi nasional. Salah satu yang membuat Amerika memimpin jauh di depan karena partisipasi sektor swasta yang lebih luas.

Belum lama ini, Tiongkok dan Korea juga mulai mengembangkan aplikasi klinis genomik terbatas. Partisipasi sektor swasta tetap ada di lapisan bawah. Berbeda dengan Amerika, Korea membatasi area dan ruang lingkup genomik untuk sektor swasta di negaranya.

Dalam rangka mewujudkan pengembangan genomik yang optimal, Kemenkes berkolaborasi dengan East Ventures telah menyiapkan peta jalan pengembangan genomik di Indonesia.

Ada empat pilar kunci untuk mengembangkan bidang genomik secara optimal antara lain infrastruktur, investasi, sumber daya manusia, serta regulasi. Kerangka peraturan menjadi langkah pertama menuju pembentukan
ekosistem genomik dan mengatasi masalah utama pemain swasta.

Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam pembuatan regulasi pengembangan genomik. Pertama, terkait privasi dan penggunaan data secara etis. Kedua, seputar pengelolaan, pembagian, penyimpanan, dan pemrosesan data. Ketiga, penyederhanaan persetujuan etis dan persetujuan lain untuk penggunaan biologis sampel untuk uji klinis

Dari sisi pendanaan, pemerintah juga disebut perlu aktif dalam memberikan solusi pendanaan, contohnya: anggaran pembuatan infrastruktur genomik kritis, subsidi dan insentif pajak kepada sektor swasta, serta alokasi dana ke perguruan tinggi kedokteran untuk pengembangan sumber daya manusia.

Pada saat investasi terkait genomik masih relatif baru, East Ventures telah menunjukkan kepercayaannya di sektor ini sejak 2018 melalui perusahaan portofionya, startup yang berfokus pada genome sequencing seperti Nalagenetics dan Nusantics.

MDI Ventures dan Bio Farma juga telah membentuk dana kelolaan “Bio Health Fund” sebesar $20 juta atau sekitar 292 miliar Rupiah yang akan digunakan keduanya untuk membidik investasi startup early dan growth stage yang berfokus pada bidang biotech dan layanan kesehatan di Indonesia.

Terkait infrastruktur inti, Indonesia saat ini telah mendirikan bio bank dan pusat data bersama dengan infrastruktur pengurutan penting lainnya seperti mesin sekuensing genom, peralatan dan laboratorium. Selanjutnya, pengembangan EHR juga sangat penting untuk memastikan data dan studi genom dapat digunakan untuk pembuatan aplikasi penggunaan akhir dan solusi klinis.

Dalam hal ini, sektor swasta dapat membantu pemerintah dalam pusat data, dan menyiapkan bio bank baru ketika pemain asing dapat menyediakan mesin sequencing dan infrastruktur terkait. Di ranah infrastruktur lainnya, partisipasi pemerintah sangat terbatas, sementara hanya sedikit pemain sektor swasta yang beroperasi di ruang ini.

Beberapa pemain swasta yang sudah masuk ke ranah genomik termasuk NalaGenetics, Nusantics, dan startup biotech Asa Ren yang mengklaim sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang fokus mengelola data DNA. Perusahaan juga belum lama ini berhasil mendapatkan pendanaan senilai 123 miliar Rupiah.

Berikut adalah ilustrasi linimasa peta jalan pengembangan genomik di Indonesia:

Sumber: East Ventures’ 2023 white paper “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future”

Berkenalan dengan Aplikasi SATU SEHAT, Layanan Kesehatan di Era Digital

Setelah cukup lama hidup berdampingan dengan pandemi, pastinya kita tidak asing dengan aplikasi layanan kesehatan seperti Peduli Lindungi. Namun, apakah Anda tahu, aplikasi peduli lindungi ini nanti akan bertransformasi? Kementerian Kesehatan Indonesia memiliki rencana untuk mengubah Peduli Lindungi menjadi aplikasi layanan masyarakat bernama SATU SEHAT.

Aplikasi ini sudah mulai diresmikan sejak Selasa (26/7/2022) oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Diketahui, SATU SEHAT merupakan sebuah layanan kesehatan yang akan bisa menyimpan rekam medis pasien ke dalam satu platform Indonesia Health Services (IHS). 

Indonesia Health Service (IHS) sendiri merupakan wadah penampung informasi digital yang menyediakan konektivitas data, analisis, hingga layanan yang mendukung. Selain itu, Indonesia Health Service (IHS) juga dapat berfungsi sebagai penghubung berbagai aplikasi kesehatan di Indonesia.

Ingin mengetahui lebih lanjut? Yuk, simak pembahasan menarik di bawah ini mengenai hal hal menarik pada aplikasi SATU SEHAT.

  1. Menghubungkan seluruh pelaku industri kesehatan

Dalam pengembangannya, SATU SEHAT memiliki model infrastruktur Platform-as-a-service (PAAS) yang mana PAAS sendiri merupakan penghubung antara seluruh pelaku industri kesehatan. Gunanya adalah untuk menciptakan kesetaraan data kesehatan yang valid dan dapat diandalkan. Contohnya, semua aplikasi atau layanan kesehatan seperti RS vertikal, RS pemerintah, RS swasta, Puskesmas, Posyandu, laboratorium, klinik hingga apotek harus mengikuti standar yang ditetapkan pemerintah melalui aplikasi SATU SEHAT.

  1. Memiliki beberapa transformasi sistem

Aplikasi ini memiliki beberapa transformasi kesehatan, seperti transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan dan transformasi pelaku industri kesehatan. 

  1. Fungsinya tidak hanya untuk vaksinasi

Setelah adanya transformasi dari PeduliLindungi terhadap aplikasi SATU SEHAT, nantinya aplikasi ini tidak hanya dapat memeriksa informasi seputar vaksinasi ataupun scanning. Melainkan masyarakat bisa menggunakannya untuk menyimpan data seputar imunisasi anak hingga riwayat cek darah. Tidak hanya itu, Budi Gunadi, selaku Menteri Kesehatan Indonesia juga menjelaskan bahwa apabila masyarakat melakukan pembelian obat di apotek, data pembelian obat tersebut akan tercatat di aplikasi SATU SEHAT.

  1. Memiliki keuntungan dari berbagai kalangan
  • Dalam bidang kesehatan, SATU SEHAT dapat memudahkan dokter melihat rekam medis yang dimiliki oleh pasiennya. Sebab, setiap dokter membutuhkan data 5 tahun terakhir mengenai riwayat penyakit pasiennya.
  • Dalam pemerintahan, SATU SEHAT juga berfungsi sebagai pemudah pemerintah memahami kesehatan populasi di daerahnya. Dengan begitu, pemerintah dapat mengambil keputusan yang lebih efektif. 
  1. Bekerja sama dengan Badan Siber Sandi Negara (BSSN)

Melalui  peraturan Kemenkes, SATU SEHAT bekerja sama dengan Badan Siber Sandi Negara (BSSN). Hal ini ditujukan untuk meningkatkan keamanan data masyarakat hingga meningkatkan rasa percaya masyarakat kepada aplikasi SATU SEHAT. Dengan begitu, masyarakat dapat menggunakan aplikasi ini dengan rasa aman, nyaman, dan tanpa rasa khawatir.

  1. Sebagai wujud kemajuan perkembangan digital di bidang kesehatan

Apabila zaman dahulu masyarakat harus membawa berkas untuk melakukan rujukan atau perpindahan rumah sakit, dengan adanya aplikasi SATU SEHAT, masyarakat tidak perlu membawa berkas rekam medis fisik ketika akan melakukan rujukan atau berpindah rumah sakit. Semua data rekam medis sudah tercatat secara digital dalam aplikasi SATU SEHAT yang terintegrasi dengan PeduliLindungi. 

  1. Dapat diakses di ponsel

Sama seperti PeduliLindungi, aplikasi SATU SEHAT juga dapat dengan mudah untuk diakses kapan saja dan dimana saja. Aplikasi ini dapat diakses melalui ponsel kesayangan. 

Itulah informasi menarik mengenai aplikasi SATU SEHAT. Dengan membaca artikel ini, diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dalam dunia kesehatan digital.

Artikel ini ditulis oleh Nur Fitriani, alumni program DNA #Cohort1 yang digagas oleh DailySocial.