Tag Archives: kerja sama

Kerja Sama Prixa dan AdMedika

Prixa Gandeng AdMedika untuk Perluas Ekosistem Layanan Kesehatan di Segmen B2B

Startup healthtech Prixa resmi menggandeng AdMedika untuk memperluas ekosistem layanan kesehatan di segmen B2B. Melalui kemitraan ini, AdMedika dapat memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki oleh Prixa untuk menghadirkan layanan kepada kliennya, mulai dari telekonsultasi, pharmacy delivery, hingga on-demand lab secara end-to-end.

“Kolaborasi ini mengombinasikan kekuatan kedua pihak untuk capture segmen pasar yang tidak memiliki asuransi, terutama rawat jalan. Ini menjadi stepping stone kami untuk sinergi selanjutnya. Kami dapat saling leverage untuk membantu streamline di ekosistem kesehatan. Masih banyak pasar yang belum terjamah teknologi yang bisa kami tap in,” ujar Co-founder dan CEO Prixa James Roring dalam konferensi pers virtual.

Untuk tahap awal, kemitraan ini mencakup layanan telekonsultasi dan resep elektronik bagi pengguna AdMedika. Pengguna AdMedika kini dapat mengakses layanan Prixa di aplikasi MyAdMedika.

Adapun, sinergi Prixa dan AdMedika sepenuhnya menggunakan pendekatan digital dengan memanfaatkan API sehingga dapat memotong proses administrasi yang selama ini manual. Adapun, ini disebut kolaborasi pertama dari portofolio MDI Ventures antara startup healthtech dan perusahaan third party administrator (TPA).

CEO AdMedika Dwi Sulistiani menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan upaya perusahaan untuk mempercepat ekosistem kesehatan digital. “Kami ‘dijodohkan’ oleh MDI Ventures untuk bersinergi. Nantinya, ecosystem hub ada di AdMedika dan teknologi dari Prixa. Kemudian, pengembangannya nanti tidak hanya di telekonsultasi, tetapi bisa juga data. Data dari AI ini akan kami maksimalkan untuk memperkuat pelayanan, kami bisa suggest data ini ke pemerintah atau stakeholder terkait,” tambahnya.

Sebagai informasi, Prixa merupakan penyedia layanan kesehatan berbasis web yang mengklaim sebagai platform pertama dengan AI-based diagnosis engine di Indonesia. Prixa menawarkan berbagai macam layanan kesehatan, yakni telekonsultasi, pharmacy delivery, rujukan ke RS dan klinik, serta laboratorium.

Sementara itu, AdMedika adalah perusahaan TPA di bidang solusi kesehatan. Portofolio utama layanannya adalah Health Claim Management Services, Provider Management Services, dan Health Digital Services. Perusahaan telah melayani 5,1 juta pengguna dari 145 klien dari sektor asuransi pribadi, korporasi, dan BUMN dengan lebih dari 5.200 jaringan terhubung. AdMedika berada di bawah naungan PT Multimedia Nusantara (TelkomMetra) yang merupakan anak usaha Telkom.

Layanan kesehatan di B2B

Prixa memiliki misi untuk menjadi digital entry point di industri kesehatan Indonesia. Saat ini, platform Prixa didukung oleh lebih dari 100 informasi penyakit, lebih dari 400 point of delivery farmasi, dan 300 fasilitas lab. Mereka juga telah menghubungkan lebih dari 10 juta pemegang polis pribadi dengan akses telekonsultasi.

Di Indonesia, rata-rata industri healthtech masih didominasi oleh layanan telekonsultasi untuk B2C. Layanan ini tumbuh signifikan sejak 2020 karena masyarakat mengurangi kunjungan fisik selama masa pandemi.

Namun, kemunculan startup healthtech di B2B dan B2G dinilai dapat membantu mempercepat digitaliasi di industri kesehatan. Selain Prixa, startup lain yang bermain di segmen B2B adalah Klinik Pintar. Startup ini berfokus menjadi penyedia clinic chain di Indonesia yang dianggap dapat menyentuh grass roots, segmen yang dianggap kesulitan mendapat akses ke layanan kesehatan.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan 2020 mencatat rasio dokter mencapai 03,8 per 1.000 populasi, sedangkan rasio tempat tidur RS berkisar 1,2 per 1.000 populasi di Indonesia.

VIDA mengumumkan kerja sama dengan penyedia layanan tanda tangan elektronik global DocuSign

Tanda Tangan Elektronik VIDA Kini Terintegrasi dengan DocuSign

VIDA mengumumkan kerja sama dengan penyedia layanan tanda tangan elektronik global DocuSign. Kemitraan ini memberikan pilihan bagi pengguna tanda tangan elektronik DocuSign di Indonesia untuk menandatangani dokumen dengan verifikasi identitas online yang aman dan berkekuatan hukum.

Dalam konferensi pers yang digelar pada hari ini (17/2), Co-founder dan CEO VIDA Sati Rasuanto menjelaskan sertifikat elektronik yang diterbitkan VIDA menjamin perlindungan data dan privasi penggunanya, sehingga meningkatkan kekuatan pembuktian hukum dari penggunaan tanda tangan elektronik DocuSign di Indonesia.

“Kemitraan DocuSign dan VIDA meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dan juga menjamin integritas dokumen dengan verifikasi biometrik. Kami menerapkan best practice dan teknologi kelas dunia di berbagai layanan kami,” kata Sati.

Sebagai pionir tanda tangan elektronik global, DocuSign telah membantu banyak pelaku bisnis dalam mengotomatisasi, mempersiapkan, menandatangani, menindaklanjuti, hingga mengelola berbagai dokumen perjanjian. Meski demikian, kepastian hukum termasuk elemen dasar yang sangat penting.

Dengan integrasi produk DocuSign dan VIDA, pengguna DocuSign eSignature di Indonesia akan mendapatkan keuntungan secara langsung karena tanda tangan elektronik DocuSign akan dilengkapi dengan sertifikat elektronik untuk autentikasi identitas.

Proses ini sejalan dengan standar industri yang menggunakan standar global dalam pemrosesan dan penyimpanan data. Juga, memperkuat kepastian hukum tanda tangan elektronik pengguna DocuSign di Indonesia. Pasalnya, dokumen yang ditandatangani akan memiliki nilai yang sama dengan tanda tangan basah di mata hukum Indonesia.

“VIDA mengimplementasikan end-to-end encryption bagi seluruh transmisi data, kerahasiaan data pengguna dapat dijaga dan hanya digunakan sesuai kebutuhan penggunanya. Untuk mencegah penyalahgunaan identitas, verifikasi identitas online kami dilengkapi dengan verifikasi biometrik dengan liveness detection yang mengacu pada basis data identitas nasional resmi.”

Kemitraan tersebut juga membuka kemungkinan bagi VIDA untuk melangkah ke kancah global, mengingat VIDA sendiri sudah terakreditasi global dari WebTrust yang diakui secara global. Namun, Indonesia masih menjadi fokus utama perusahaan saat ini mengingat potensinya besar untuk digarap.

“Secara teknis di DocuSign, ketika memilih digital identity akan keluar pilihan. Karena VIDA sudah under WebTrust maka bisa dimunculkan. Ini memungkinkan VIDA muncul di negara lain, kembali ke user mau dimunculkan pilihan itu atau tidak. Tapi sekarang fokus market kita itu di Indonesia,” tambah Head of Product VIDA Ahmad Taufik.

Group Vice President and General Manager of DocuSign Asia-Pacific Dan Bognar mengatakan, “Kami sangat senang dapat mengumumkan kemitraan baru kami di Indonesia dengan VIDA. Kemitraan ini akan mendukung visi kami dalam menyediakan solusi end-to-end sepanjang proses perjanjian, dan terus menjadi partner terpercaya dalam hal tanda tangan elektronik.”

DocuSign merupakan salah satu pionir penyedia layanan tanda tangan elektronik global. Disebutkan jumlah penggunanya secara global tembus di angka 1,1 juta pengguna. Adapun total addressable market (TAM) dari tanda tangan elektronik ini masih terbuka luas diestimasi mencapai $25 triliun. Perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar $545,5 juta di kuartal III 2021, atau meningkat 42% secara yoy.

Dalam temuan DocuSign, tanda tangan elektronik mampu memberikan efisiensi pada aspek biaya, misalnya saat harus cetak dokumen. Secara rata-rata, bisnis tidak perlu mengeluarkan biaya sebesar $36 untuk setiap dokumen kesepakatan yang berhasil diselesaikan. Di Indonesia tren ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah penyedia layanan tanda tangan elektronik yang masuk ke industri ini.

Seiring dengan itu, hadirnya regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah menyediakan kepastian hukum dalam penggunaan tanda tangan elektronik. Di Indonesia, tanda tangan elektronik telah disahkan oleh Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), diikuti oleh Peraturan Pemerintah (PP) no. 71 2019. Dalam periode 2018-2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia mencatat lebih dari 2,58 juta sertifikat elektronik telah diterbitkan untuk menjamin tanda tangan elektronik tersertifikasi.

VP Partnerships, Head of APAC PPRO Tristan Chiappini / PPRO

Perkuat Layanan di Indonesia, PPRO Gandeng Kredivo

Setelah meluncur di pasar Indonesia akhir tahun 2020 lalu, platform pembayaran PaaS asal Inggris “PPRO” berencana untuk menjalin kolaborasi lebih luas lagi dengan platform pembayaran digital di Indonesia.

Setelah OVO dan Doku, kini PPRO kembali mengumumkan kerja sama strategis dengan Kredivo. Besarnya penggunaan metode pembayaran Buy Now Pay Later (BNPL) alias paylater di Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa kerja sama ini dilancarkan.

“Kami melihat pilihan pembayaran BNPL banyak dipilih oleh pengguna layanan e-commerce secara global bukan hanya di Indonesia. Memanfaatkan sekitar 5 juta pengguna Kredivo, diharapkan kolaborasi ini bisa berguna untuk pasar di Indonesia,” kata VP Partnerships, Head of APAC PPRO Tristan Chiappini.

PPRO mencatat sekitar 55% pengguna layanan e-commerce memilih untuk melakukan pembayaran dengan cara BNPL. Dengan menawarkan metode pembayaran BNPL kepada konsumen saat checkout, merchant dapat meningkatkan tingkat konversi mereka, menghasilkan transaksi rutin dari konsumen yang menggunakan metode pembayaran, dan berpotensi melihat ukuran keranjang yang lebih besar.

“Integrasi kami dengan PPRO memungkinkan lebih banyak merchant untuk menawarkan pelanggan mereka opsi untuk membayar dengan Kredivo. Melalui mereka, kami dapat memperkuat komitmen kami untuk memberikan konsumen kesempatan untuk mengakses lebih banyak pasar e-commerce dunia,” kata VP Business Development Kredivo Krishnadas.

Sebelumnya PPRO juga telah melakukan integrasi dengan Jenius Pay dan LinkAja. PPRO dalam waktu dekat juga berencana untuk mengumumkan kerja sama strategis dengan platform dompet digital terbesar di Indonesia. Disinggung apakah GoPay yang akan menjadi mitra baru PPRO dalam waktu dekat, Tristan enggan untuk memberikan informasi lebih lanjut.

Pandemi dan pertumbuhan layanan e-commerce

Pandemi secara langsung telah mempercepat akselerasi layanan e-commerce di Indonesia. PPRO juga mencatat terdapat 3 negara yang kemudian banyak mendapatkan permintaan dari merchant di Indonesia. Di antaranya adalah Tiongkok, Amerika Serikat, hingga Singapura. Dilihat dari negara Top 3 tersebut menjadi relevan bagi PPRO untuk memperluas kemitraan dengan pemain lokal di Indonesia.

“Kami melihat 23% layanan e-commerce di Indonesia sudah lintas batas. Indonesia menjadi pasar yang menarik bagi kami untuk melakukan konsolidasi pasar. Kita sudah mempunya live traffic dengan payment menthod di Indonesia,” kata Tristan.

Selama 2 tahun terakhir PPRO mengklaim menjadikan Indonesia sebagai pasar prioritas mereka. Namun demikian karena pandemi, PPRO belum memiliki rencana untuk menempatkan tim di Indonesia. Selanjutnya PPRO akan terus fokus di PSP dan memenuhi demand dari para merchant. Selain pasar di Indonesia, PPRO juga memiliki rencana untuk memperluas layanan di negara lain seperti India hingga Malaysia.

PPRO adalah perusahaan fintech yang mengglobalisasikan platform pembayaran untuk bisnis, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menawarkan lebih banyak pilihan pembayaran pada saat checkout di berbagai platform dan meningkatkan penjualan lintas batas.

“Klien kita adalah global mulai dari Asia Tenggara hingga Amerika Serikat, ada potensi melakukan cross border untuk Indonesia.,” kata Tristan.

Kerja Sama EVOS dan LinkAja, Tawarkan Diskon dan Promosi di Metazone

EVOS Esports baru saja mengumumkan kerja sama dengan institusi digital payment, LinkAja. Melalui kerja sama ini, kedunya berharap bisa mendorong pertumbuhan industri esports di Indonesia, yang memang tengah menarik perhatian banyak orang.

Salah satu hasil kerja sama antara EVOS dan LinkAja adalah penawaran diskon dan promosi untuk pembelian menggunakan LinkAja di Metazone milik EVOS. Semua penggemar esports akan bisa mendapatkan manfaat tersebut. Namun, EVOS dan LinkAja juga menawarkan promosi eksklusif  bagi anggota membership EVOS Fams.

“Tujuan EVOS bekerja sama dengan LinkAja adalah untuk memberikan solusi pembayaran digital bagi fans EVOS dan audiens esports,” ujar Michael Wijaya, Chief Marketing Officer, EVOS Esports. Lebih lanjut dia menjelaskan, Metazone adalah voucher gateway yang memungkinkan Anda untuk membeli voucher untuk game serta Google Play. “Anggota EVOS Membership akan mendapat kemudahan lebih serta manfaat eksklusif.”

Sementara itu, Chief Marketing Officer LinkAja, Wibawa Prasetyawan menjelaskan alasan mengapa LinkAja tertarik untuk menggandeng EVOS sebagai rekan. “Kita tahu bahwa beberapa tahun belakangan, khususnya dalam tiga tahun terakhir, industri game dan esports berkembang pesat di Indonesia,” ujarnya.

Konferensi pers kerja sama EVOS dan LinkAja.

“Pada 2021, akan ada 17 juta orang yang bermain game online dari 116 juta gamers aktif di Indonesia,” ujar pria yang akrab dengan panggilan Iwan ini, dalam konferensi pers yang diadakan pada Kamis, 30 September 2021. “Komunitas game sudah menjadi sebuah movement. Dan dalam satu movement, tentunya ada aliran jasa dan uang. Kami ingin bisa memfasilitasi semua itu.”

Ketika ditanya mengapa LinkAja memiliih EVOS sebagai rekan, Iwan menjawab, “Siapa yang tidak kenal dengan EVOS di industri game? Mereka punya ekosistem yang kuat dan fanbase yang besar. Dan fanbase EVOS itu berisi anak-anak muda, generasi milenial dan Gen Z. Kami juga ingin bisa menjangkau generasi milenial dan Gen Z. Sehingga ketika mereka tumbuh dewasa, mereka akan tetap menggunakan LinkAja.”

Strategi LinkAja serupa dengan strategi JD.id ketika mereka memutuskan untuk menjadi sponsor dari High School League. Dengan mensponsori HSL, JD.id berharap bahwa gamers yang masih duduk di bangku SMA akan mengenal situs e-commerce itu dan akan tetap setia ketika mereka beranjak dewasa.


Hybrid.co.id hadir juga di berbagai media sosial. Temukan konten yang menarik di Instagram atau follow akun Twitter kami. Jangan lupa juga untuk Likes Fanpage Facebook Hybrid.

Hybrid.co.id Jalin Kerja Sama dengan Niko Partners

Dalam menjalankan Hybrid.co.id, salah satu yang terus kami jalankan adalah menjalin relasi dengan berbagai mitra, baik yang sudah ada adalam ekosistem esports atau yang tertarik dan berencana masuk. Tujuannya secara general adalah satu, untuk bersama-sama mengembangkan ekosistem esports di regional Asia dan khususnya di Indonesia.

Salah satu kerja sama yang Hybrid lakukan baru-baru ini adalah dengan Niko Partners. Kerjsa sama yang dilakukan berupa knowledge partnership.

Niko partners adalah firma riset pasar dan konsultasi yang mengkaver berbagai segmen yaitu games, esports dan pasar streaming di Asia. Lembaga ini menghadirkan koleksi analisis data kualitatif maupun kuantitatif, forecast serta saran strategis yang bisa memberikan masukan penting untuk mengetahi tren yang ada di region Asia.

Ketertarikan atas penyajian informasi atau konten berbasis data adalah nadi utama yang selalu kami pelihara sejak awal Hybrid.co.id berdiri. Selain berita, guide baik untuk game in general atau spesifik tema esports, Hybrid secara rutin menyajikan berbagai model artikel yang menyajikan data dalam kontennya, baik sebagai sajian utama atau sebagai konten pendukung. Sajian ini dimaksudkan untuk meberikan perspektif yang lebih clear dan bisa digunakan bagi pembaca untuk berbagai tujuan mulai dari membantu mengambil keputusan dalam menjalankan organisasi esports, atau sebagai bacaan di waktu senggan yang menambah nutrisi pengetahuan.

Hybrid.co.id menjadi salah satu pelopor untuk konten berbayar (premium) di segmen esports dan gaming di Indonesia. Analisis, bedah data atau artikel longform yang menyajikan pemahaman mendalam menjadi salah satu bentuk konten yang menjadi pembeda ketika pembaca masuk ke situs kami. Data dari kerja sama dengan Niko Partnres ini akan menjadi pelengkap bagi artikel-artikel mendatang kami, sehingga bisa menghadirkan konten yang lebih berbobot, menambah pengetahuan dan jadi lebih menarik.

Tentu saja, akan ada pula artikel-artikel dengan data dari kerja sama Niko Partners ini  yang bisa Anda baca secara gratis (bukan artikel premium), dan usaha untuk penyajiannya kontennya pun akan sama baiknya dengan artikel premium. Namun biasanya, artikel premium akan lebih dalam dalam membahas sebuah topik.

Kerja sama dengan Niko Partsners ini kami harapkan bisa menambah lengkap nutrisi data, analisis serta pandangan atas industri gaming dan esports yang hadir dalam konten-konten di Hybrid.co.id. Jangan lupa untuk selalu kunjungi Hybrid.co.id untuk mendapatkan konten tersebut. Atau Anda bisa juga daftar newsletter kami untuk mendapatkan informasi rutin langsung di email Anda.

Kerja sama dengan Niko Partners ini menjadi tambahan mitra dalam lembaga/organisasi bagi Hybrid setelah Esports Charts, tim esports BOOM ID, Legion of Racers, Myth Station dan UwU gaming.

EVOS PUMA

EVOS Esports Ungkap Kolaborasi dengan PUMA

Organisasi esports besar asal Indonesia EVOS Esports baru saja mengumumkan kolaborasi terbarunya dengan brand apparel ternama asal Jerman PUMA. Kerja sama ini pertama kali diumumkan melalui kanal YouTube EVOS Esports dengan video berdurasi 50 detik bertemakan #PlayHarder.

Walaupun begitu, kolaborasi ini hanya mencakup divisi EVOS Esports MY/SG (Malaysia dan Singapura). Belum ada informasi lebih lanjut tentang mengapa kerja sama ini tidak mencakup “markas besar” EVOS Esports di Indonesia.

Koleksi merchandise kolaborasi dari kedua merek raksasa ini meliputi tracksuit, kaos, serta sejumlah pakaian lifestyle seperti jogger pants, topi, dan jaket. Penggemar yang membeli koleksi terbaru EVOS Esports dengan PUMA ini akan mendapatkan kode khusus yang dapat ditukarkan dengan item eksklusif di game Mobile Legends: Bang Bang, yaitu EVOS Emote.

“Kami sangat senang dapat berkolaborasi dengan merek global seperti PUMA, yang benar-benar memahami value bisa terhubung dengan generasi muda melalui esports.

Kami menantikan kolaborasi yang bermakna bersama dan memperdalam kecintaan merek dan menciptakan kesadaran yang lebih besar tentang PUMA dengan audiens esports yang cerdas.” Ujar Ivan Yeo, Co-Founder dan CEO EVOS Esports dalam keterangan pers.

Dengan ini, PUMA akan bergabung dengan merek-merek non-endemik esports lainnya yang telah terlebih dahulu menggandeng tim bertagar #EVOSRoar ini. Beberapa brand yang telah terlebih dahulu bekerja sama dengan EVOS meliputi produk grooming pria AXE, perusahaan keuangan global VISA, dan e-commerce asal Singapura Lazada.

Steven Tan, Country Manager PUMA Malaysia berkata, “kami sangat senang bekerja sama dengan EVOS Esports dalam kemitraan produk ini. Bekerja dengan EVOS Esports adalah cara yang bagus tentang bagaimana tim PUMA regional dapat terlibat dengan esports dan game secara bermakna di tingkat lokal. Melalui kemitraan produk dengan EVOS Esports, kami percaya bahwa PUMA akan terus memimpin dalam mempopulerkan pertumbuhan industri ini. ”

Selain EVOS Esports, PUMA juga telah malang melintang di ranah esports dengan menggandeng organisasi besar, meliputi Cloud9, Gen.G, FunPlus Phoenix, dan masih banyak lagi. Bahkan PUMA juga tidak segan-segan merilis produk edisi spesial dalam rangka gelaran Kings Pro League di China dan kolaborasi sneakers dengan Cloud9.

GudangPintar

Kioson Bentuk Anak Usaha Patungan Khusus Pengadaan “GudangPintar”

Kioson, perusahaan yang fokus pada pengembangan UMKM dan toko kelontong, mengumumkan pendirian anak usaha patungan khusus pengadaan (fulfillment center) GudangPintar.id demi mengakselerasi bisnis UMKM di Indonesia. Keeppack.id adalah mitra yang diajak Kioson untuk mendirikan GudangPintar.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kioson menyetorkan modal sebesar Rp700 juta atau 700 lembar saham dengan kepemilikan 70% saham dari total modal disetor PT Gudang Pintar Indonesia (GPI).

GudangPintar diharapkan dapat meningkatkan efisiensi di bidang logistik, khususnya dalam penyediaan layanan fulfillment center. Ia akan melengkapi ekosistem ritel digital Kioson yang saat ini telah mencapai lebih dari 80 ribu outlet ritel yang terdaftar di jaringan Kioson.

“[..] Kami bersama dengan Keeppack.id meluncurkan layanan fulfillment center GudangPintar. Layanan ini nantinya diharapkan akan dapat memberikan efisiensi dari sisi logistik pengadaan stok barang dagangan para mitra ritel kami, yang sebagian besar adalah UMKM,” ucap Direktur Utama Kioson Reginald Trisna dalam keterangan resmi, Rabu (5/5).

Merujuk dari riset CLSA bertajuk “E-warung Indonesia’s New Digital Battleground,” menyampaikan 3 juta warung kelontong berkontribusi hampir 80% terhadap pasar ritel Indonesia. Namun, sekitar 80% atau 2,5 juta warung masuk kategori underserved. Dalam menjawab tantangan tersebut, setiap 1 fulfillment center GudangPintar bisa membantu percepatan distribusi dan efisiensi biaya logistik untuk sekitar 2 ribu warung dan toko kelontong di sekitar lokasi.

GudangPintar memiliki sistem WMS (Warehouse Management System) yang terintegrasi dengan prinsipal dan partner logistik. Proses fulfillment secara sederhana dimulai dari pemenuhan proses dalam ekosistem logistik, mulai dari pemilahan barang, pengemasan, sampai pengiriman via kurir ekspedisi. Dalam hal ini, GudangPintar akan memaksimalkan proses logistik untuk para mitra warung yang dikelola Kioson saat pengadaan stok barang dagangan.

Reginald menargetkan pada tahun ini GudangPintar memiliki target membangun lebih dari 1000 fulfillment center untuk melayani 2 juta warung UMKM. “Sinergi GudangPintar dengan ekosistem Kioson kami harapkan mampu memberikan efisiensi maksimal pada bisnis UMKM para mitra retail Kioson dalam hal logistik dan pengadaan stok barang dagangan,” tutupnya.

Kioson turut meramaikan perusahaan yang terjun ke layanan pengadaan untuk proses logistik yang lebih efisien. Solusi pergudangan ini juga dilakoni oleh perusahaan lainnya ada yang datang dari pemain logistik, e-commerce, dan e-commerce enabler.

Untuk pemain e-commerce enabler yang sudah perluas layanan mereka ke sistem fulfillment, ada TokoTalk, Sirclo, GudangAda, dan Jet Commerce. Shipper sebagai agregator logistik mengakuisisi Pakde dan Porter, serta membentuk Gudang Shipper untuk melengkapi ekosistem logistik. Dari pemain e-commerce ada TokoCabang dari Tokopedia, Dikelola Shopee, mengikuti jejak JD.id, dan Lazada yang sudah lebih dahulu.

Ekosistem bisnis logistik penyokong e-commerce
Co-Founder & CEO Kiddo Analia Tan / Kiddo

Perluas Kemitraan Antarnegara, Kiddo Hadirkan Kursus Bahasa Inggris untuk Anak

Setelah sebelumnya menggandeng platform asal Malaysia, GogoKids, untuk menambah pilihan edukasi anak kepada pengguna, Kiddo kembali menjalin kerja sama strategis dengan Kyna English yang merupakan penyedia layanan kursus berbahasa Inggris berstandar Cambridge asal Vietnam.

Kepada DailySocial, Co-founder & CEO Kiddo Analia Tan menyebutkan, setahun ke belakang mereka melihat pertumbuhan transaksi untuk kategori bahasa Inggris yang cukup tinggi mencapai 60%. Dengan alasan itulah kerja sama ini dilancarkan oleh Kiddo.

“Sebagai platform edukasi anak, kami paham bahwa kualitas konten itu sangat penting. Kyna English merupakan platform belajar bahasa Inggris yang menggunakan kurikulum Cambridge, salah satu kurikulum bahasa Inggris yang diakui seluruh dunia. Maka dari itu, kami yakin kerja sama ini akan menjadi salah satu opsi pembelajaran yang baik untuk pengguna Kiddo maupun calon pelanggan kami.”

Hadir sejak tahun 2013 lalu, Kyna English telah membantu anak-anak dengan sebuah metode yang telah terbukti dapat meningkatkan keterampilan mereka, yaitu mendengarkan, berbicara, dan membaca. Lebih dari 100 ribu orang tua di Vietnam telah mempercayai Kyna English untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris anak-anak mereka.

“Ambisi kami adalah memberdayakan generasi muda melalui teknologi, maka kemitraan dengan Kiddo merupakan langkah strategis kami untuk mewujudkan impian kami. Kami berharap dengan Kyna English, jutaan anak Indonesia dapat mengakses program bahasa Inggris berkualitas tinggi bertaraf internasional dengan biaya yang terjangkau dan penuh kenyamanan,” kata Co-founder & CEO Kyna English Tram Ho.

Rencana ekspansi dan perkuat tim

Tim dan manajemen Kiddo

Salah satu tujuan mengapa Kiddo memutuskan untuk menjalin kemitraan dengan platform asing di antaranya adalah, memperkenalkan lebih lanjut platform Kiddo dan harapannya bisa mewujudkan rencana perusahaan untuk go international. Selain itu Kiddo juga ingin menambah jumlah pengguna melalui kerja sama ini. Setelah Malaysia dan Vietnam, mereka memiliki rencana kolaborasi lainnya dengan berbagai platform edukasi anak di mancanegara.

“Kami selalu terbuka dengan kolaborasi internasional, dan saat ini kami aktif mencari konten-konten internasional lainnya, terutama untuk kategori pembelajaran yang banyak diminati oleh pasar Indonesia,” kata Analia.

Kiddo juga telah meluncurkan fitur baru yang bernama “Milestone Tracker” yang memberikan kemudahan untuk orang tua dalam mengetahui potensi si kecil melalui tes tumbuh kembang dan potensi gratis dengan hasil real-time. Setelah mengetahui kecenderungan potensi anak, orang tua dapat mengakses ribuan panduan aktivitas yang sudah disesuaikan dengan hasil tes, untuk menstimulasi tumbuh kembang si kecil.

Setelah pandemi mempercepat adopsi dan pertumbuhan bisnis Kiddo, tahun ini perusahaan mengklaim telah mengalami pertumbuhan jumlah pengguna secara signifikan. Kiddo juga telah mengantongi pendanaan awal dari OCBC NISP Ventura pertengahan tahun lalu, perusahaan juga berencana untuk melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat untuk tahapan selanjutnya.

Kiddo juga ingin menambah area layanan di kota-kota besar lainnya tahun ini, penambahan tim internal juga masih terus dilakukan oleh Kiddo untuk memperkuat perusahaan.

Insurance Companies Strategy to Tighten Distribution Channels by Collaborating with Startups

Last week, Home Credit announced collaboration with PT Asuransi Harta Aman Pratama to launch an insurtech product called “MyLifeCOVER” on the fintech platform. Users can now register, pay, and process claims through the Home Credit application.

Earlier this month, Grab has also announced PT PFI Mega Life Insurance as its partner. The collaboration is formed through the “Sobat Proteksi” feature on the superapp, making it easier for users to get insurance products for critical illness protection.

In 2020 we recorded a total eight launching of similar collaboration, between digital platforms and insurance companies – apart from platforms developed by startups that specifically work on insurtech businesses – including:

Platform Digital Perusahaan Asuransi
DANA AXA Financial Indonesia, Mandiri AXA General Insurance
Traveloka FWD Life Indonesia
Grab Asuransi Simas Jiwa
Good Doctor AXA Financial Indonesia
JD.id Asuransi Jiwa Sequis Life
Modal Rakyat Adira Insurance
OYO Asuransi Simas Insurtech
Halodoc Avrist Assurance

Quoting from 2020 Corporate Digital Transformation Report, digital innovation for insurance products and services is divided into several aspects. Nearly all collaboration models are focused on “digital customer engagement”, or as a channel to connect insurance products and services to their users. The question is: how effective is that?

Insurtech Innovation

Grab Financial (a unit of Grab that focuses on financial and insurance platforms) recently announced that during its two years of operation in Southeast Asia, their insurtech unit has successfully sold 100 million insurance policies. In the release, Tokopedia also said that micro insurance products such as “Gadget Protection” had experienced an increase in transactions of up to 70 times by the end of 2020. These two examples are obviously extraordinary.

The potential is there; according to Nielsen’s research in 2020, public awareness of having life insurance products in major cities in Indonesia during the pandemic has increased to 24%. Previously, it only stuck in single digit. Although in Indonesia, insurance ownership in average is relatively low, with insurance penetration (total premium/GDP) of 3%.

Industry player’s perspective

In the launching of its collaboration with insurance company partners, Home Credit Indonesia’s Head of Payments & Value-Added Services, Randy Pragustio Priantoro said, “It takes innovation through digital technology, therefore, insurance can reach the widest possible range of Indonesian people and is able to provide a good understanding of the importance of soul protection.”

In his observation, consumer applications like the current products are indeed the right approach to reach these groups. Moreover, one of the fintech missions is to protect those who have not been fully served by banking services while helping to improve financial literacy.

Grab Financial Group’s Head of Insurance, Tom Duncan said similar thing when launching the partnership with Mega Life Insurance, “This product [Sobat Proteksi] is an extension of our micro and fractional pricing approach, therefore, more underserved people can benefit from insurance products that is accessible and arrived in a transparent manner.”

In terms of insurance company, Niharika Yadav as President Director of AXA Financial Indonesia also said at the launching of the collaboration with DANA, that product accessibility is a priority to develop with digital application developers. “We strive to always innovate and present life and health insurance solutions that focus on customers and provide easy access for everyone to have and experience the benefits of insurance protection.”

Education through product relevance

The best way to provide education is to provide practical experience. This model seems relevant in relation to the proliferation of microinsurance products currently integrated with services from digital startups. The microinsurance product referred to here is protection for something of relatively smaller value, for example gadget insurance, short-distance travel insurance, etc. The price is quite affordable.

For instance, OVO charges a monthly fee ranging from IDR 15,000 to IDR 65,000 for insurance to cracked screens on smartphone – in (1) 100% guarantee for new screen replacement; (2) repair warranty whether the screen have another damage within 90 days; (3) flexible protection period ranging from 3 to 12 months; (4) claim free pick-up and delivery service from the user’s residence to the service center and vice versa; (5) new and original spare parts.

Gojek offers similar product, in collaboration with its portfolio, PasarPolis. Gopay’s Chief Risk and Compliance Officer, Budi Gandasoebrata said the focus of GoSure (insurtech unit) is to facilitate public access to affordable insurance products. In addition, products or services must also be ensured with daily needs. “[As an example] In presenting this product [gadget insurance], we fully understand the importance of protecting gadgets, which currently have almost become a primary need in a society that has become increasingly digitalized since the Covid-19 pandemic.”

With a more mature understanding of insurance products / services and how they work – especially by experiencing the direct benefits – it is not impossible that the penetration of insurance products (including life insurance) will increase in the future.

Quoting from the DSResearch report, Indonesian people still reluctant to gent insurance because of some reasons. Related to the procedure to get it (33.62%); prices that are considered too expensive (24.15%); do not understand about the product and its benefits (20.76%). There are some respondents (13.56%) who associate it with the prohibition of religion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kolaborasi Startup dan Perusahaan Asuransi

Kolaborasi dengan Startup Jadi Strategi Perusahaan Asuransi Perdalam Kanal Distribusi

Pekan lalu, Home Credit mengumumkan kerja samanya dengan PT Asuransi Harta Aman Pratama meluncurkan lini insurtech bernama “MyLifeCOVER” di platform fintech tersebut. Pengguna kini bisa mendaftarkan diri, membayar, hingga proses klaim secara daring melalui aplikasi Home Credit.

Sebelumnya pada awal bulan ini, Grab juga baru mengumumkan masuknya PT PFI Mega Life Insurance ke jajaran mitranya. Kerja sama direalisasikan dengan peluncuran fitur “Sobat Proteksi” di superapp tersebut, memudahkan pengguna dalam mendapatkan produk asuransi perlindungan penyakit kritis.

Total di tahun 2020 kami mencatat ada delapan peresmian kerja sama serupa, antara platform digital dengan perusahaan asuransi – di luar platform yang dikembangkan oleh startup yang spesifik menggarap bisnis insurtech—meliputi:

Platform Digital Perusahaan Asuransi
DANA AXA Financial Indonesia, Mandiri AXA General Insurance
Traveloka FWD Life Indonesia
Grab Asuransi Simas Jiwa
Good Doctor AXA Financial Indonesia
JD.id Asuransi Jiwa Sequis Life
Modal Rakyat Adira Insurance
OYO Asuransi Simas Insurtech
Halodoc Avrist Assurance

Mengutip laporan Corporate Digital Transformation Report 2020, inovasi digital untuk produk dan layanan asuransi terbagi ke dalam beberapa aspek. Model kerja sama yang dilakukan di atas hampir semua memfokuskan pada “digital customer engagement” alias sebagai kanal untuk menghubungkan antara produk dan layanan asuransi kepada penggunanya. Tentu pertanyaannya: seberapa efektif?

Insurtech Innovation

Baru-baru Grab Financial (unit dari Grab yang fokus menangani platform finansial dan asuransi) mengumumkan bahwa sepanjang dua tahun beroperasi di Asia Tenggara, unit insurtech mereka berhasil menjual 100 juta polis asuransi. Dalam rilisnya Tokopedia juga menyampaikan, per akhir 2020 produk asuransi mikro seperti “Proteksi Gadget” yang dijajakan kepada pengguna telah mengalami peningkatan transaksi hingga 70 kali lupat. Jelas dua contoh ini adalah pencapaian yang luar biasa.

Potensinya juga masih bisa terus digali; menurut riset Nielsen di tahun 2020, kesadaran masyarakat untuk memiliki produk asuransi jiwa di kota-kota besar di Indonesia selama pandemi meningkat menjadi 24%. Sebelumnya peningkatan selalu mentok di angka satu digit. Kendati secara umum saat ini di Indonesia kepemilikan asuransi secara umum masih terbilang rendah, dengan penetrasi asuransi (total premi/PDB) sebesar 3%.

Perspektif penyaji layanan

Dalam sesi peresmian kerja samanya dengan mitra perusahaan asuransi, Head of Payments & Value-Added Services Home Credit Indonesia Randy Pragustio Priantoro mengatakan, “Dibutuhkan inovasi melalui teknologi digital agar asuransi dapat menjangkau seluas-luasnya masyarakat Indonesia dan mampu memberikan pemahaman yang baik tentang pentingnya perlindungan jiwa.”

Ia sendiri berpendapat bahwa aplikasi consumer seperti yang diusung memang jadi pendekatan tepat untuk menjangkau kalangan tersebut. Terlebih salah satu misi fintech juga mengayomi mereka yang belum terlayani sepenuhnya oleh layanan perbankan sembari membantu meningkatkan literasi keuangan.

Hal senada juga disampaikan Head of Insurance Grab Financial Group Tom Duncan saat mengumumkan kerja samanya dengan Mega Life Insurance, “Produk ini [Sobat Proteksi] merupakan perpanjangan dari pendekatan penetapan harga mikro dan fraksional kami sehingga lebih banyak orang Indonesia yang kurang terlayani dapat memperoleh manfaat dari produk asuransi yang dapat diakses dan disampaikan secara transparan.”

Di sisi perusahaan asuransi, Niharika Yadav selaku Presiden Direktur AXA Financial Indonesia juga berujar saat meresmikan kerja samanya dengan DANA, bahwa aksesibilitas produk menjadi prioritas dalam kerja sama yang dibangun dengan pengembang aplikasi digital. “Kami berupaya untuk selalu berinovasi dan menghadirkan solusi asuransi jiwa dan kesehatan yang berfokus pada nasabah serta memberikan kemudahan akses bagi semua orang untuk memiliki dan merasakan manfaat perlindungan asuransi.”

Edukasi lewat relevansi produk

Cara terbaik memberikan edukasi adalah dengan memberikan pengalaman praktik. Model ini tampaknya relevan saat mengaitkan maraknya produk asuransi mikro yang saat ini diintegrasikan dengan layanan dari startup digital. Produk asuransi mikro yang dimaksud di sini adalah perlindungan untuk sesuatu yang nilainya relatif lebih kecil, contohnya asuransi gadget, asuransi perjalanan jarak pendek dll. Harganya pun cukup terjangkau.

Ambil contoh asuransi untuk perlindungan smartphone dari layar retak, OVO mengenakan biaya bulanan berkisar Rp15.000,- hingga Rp65.000,- untuk  (1) 100% jaminan penggantian layar yang baru; (2) garansi perbaikan jika layar kembali rusak selama 90 hari; (3) periode perlindungan yang fleksibel mulai dari 3 hingga 12 bulan; (4) layanan klaim pick-up dan delivery gratis dari tempat tinggal pengguna ke service centre dan sebaliknya; (5) spare part baru dan asli.

Gojek pun miliki produk serupa, bekerja sama dengan portofolionya PasarPolis. Menurut Chief Risk and Compliance Officer Gopay Budi Gandasoebrata, fokus GoSure (unit insurtech) adalah memudahkan akses masyarakat terhadap produk asuransi yang terjangkau. Selain itu, produk atau layanan juga harus dipastikan dengan kebutuhan sehari-hari.  “[sebagai contoh] Dalam menghadirkan produk ini [asuransi gadget], kami memahami betul pentingnya melindungi gadget yang saat ini telah hampir menjadi kebutuhan primer di masyarakat yang semakin terdigitalisasi sejak pandemi Covid-19.”

Dengan pemahaman yang semakin matang terkait produk/layanan asuransi dan cara kerjanya –terlebih dengan merasakan langsung manfaat yang diberikan—bukan tidak mungkin bahwa penetrasi produk asuransi (termasuk asuransi jiwa) akan semakin meningkat di kemudian hari.

Mengutip dari laporan DSResearch, faktor-faktor keengganan orang Indonesia terhadap asuransi disebabkan oleh sejumlah alasan. Yakni, terkait prosedur untuk mendapatkannya (33,62%); harga yang dinilai terlalu mahal (24,15%); tidak memahami tentang produk dan manfaat (20,76%). Ada beberapa responden (13,56%) yang mengaitkan dengan larangan agama.