Lama tak berkabar, PT Supra Kreatif Mandiri, pemegang brand layanan online grocery Kesupermarket mengumumkan rebranding menjadi GetMyStore (GET) per 9 November 2020. Lewat identitas baru, GET akan perluas cakupan bisnis tidak hanya B2C, tapi juga B2B dan marketplace.
Perusahaan patungan dari PT Supra Boga Lestari Tbk dan PT Kresna Graha Investama Tbk ini, juga mengangkat Andrew You sebagai CEO.
Dalam wawancara bersama DailySocial, Andrew mengatakan akan membawa GET sebagai pemain online grocery terdepan yang spesifik bermain di segmen menengah ke atas.
“Sekarang ada banyak pemain e-grocery di Indonesia, tapi kebanyakan bermain di mass market. Kami spesifik melayani pembeli menengah ke atas yang populasinya ada sekitar 25% di Indonesia dengan concern produk premium yang berkualitas,” terangnya.
Memanfaatkan jaringan dari induk, pemilik jaringan Ranch Market dan Farmers Market, GET melebarkan sayapnya bisnisnya. Saat ini, Supra Boga mengoperasikan 52 gerai Ranch Market dan Farmers Market yang tersebar di Jabodetabek, Cikarang, Surabaya, Malang, Semarang, Balikpapan, Samarinda, Pekanbaru, Dumai, dan Ambon.
Seluruh gerai ini dapat melayani konsumen yang berada di kota tersebut dan sekitarnya, bekerja sama dengan kurir logistik pihak ketiga. Terdapat dua jenis layanan pengiriman yang disediakan GET, yakni pengiriman instan untuk pelanggan yang melakukan pembelian produk segar dan pengiriman reguler. Metode pembayaran juga dipermudah dengan kehadiran Gopay, virtual account, dan kartu kredit.
Online grocery adalah salah satu industri yang tumbuh di tengah pandemi, Andrew memandang dampak tersebut juga dirasakan oleh perusahaan. Meski \tidak bersedia membagi data lebih lanjut, ia menggambarkan terjadi tren kenaikan konsumsi buah-buahan dan sayuran segar untuk meningkatkan imun mereka. Adapun rata-rata belanja mereka tercatat di atas Rp300 ribu untuk sekali belanja.
“Konsumen middle class itu mencari produk premium dan eksklusif yang sulit ditemukan di tempat lain. Kami memberikan layanan premium untuk mereka, misalnya menaruh petugas khusus di tiap toko agar pengiriman bisa dilakukan dengan instan.”
Perluas segmen
Andrew melanjutkan, saat ini perusahaan tengah mempersiapkan segmen baru yang segera diresmikan pada kuartal III mendatang, yakni platform B2B dan marketplace. Perusahaan sangat optimis masuk ke segmen ini karena masih ada peluang-peluang yang belum bisa diselesaikan oleh pemain yang ada sekarang.
Ia mencontohkan, segmen B2B menarik karena dalam proses supply chain masih dihuni oleh pihak ketiga yang merugikan pebisnis. Dengan proses digital, akan jauh lebih transparan dan produk yang didapat juga jauh lebih berkualitas berkat jaminan Ranch Market.
Bahkan nantinya, perusahaan akan menyediakan layanan produk private label untuk kategori food, non-food, dan perlengkapan dan aksesori umum. Jaminan mutu dan keamanan pangan produk dijaga betul-betul untuk memenuhi rantai pasok produk private label ini.
Sementara itu, marketplace juga menarik untuk diseriusi karena GET sadar betul bahwa SKU yang ada di dalam jaringan Ranch Market tidak selengkap yang ada di pasar. Kesempatan tersebut akhirnya menginisiasi untuk menjaring lebih banyak penyuplai terkurasi ikut berjualan dan melayani konsumen GET.
Produk-produk yang dicari, mulai dari produk makanan impor, suplemen kesehatan, makanan sehat, bahan dapur organik, dan sebagainya. “Secara model bisnis kami ingin lebih banyak penjual berkualitas yang bisa bergabung, meski mereka belum berbentuk brand besar. Untuk mengurasi, kita punya benchmark sebagai standar prosedurnya.”
Sama seperti bisnis B2C, nantinya platform marketplace ini juga akan bermain ke segmen menengah ke atas karena sama-sama menyasar pengguna aplikasi GET. “Penting bagi kami untuk membangun platform yang memiliki positioning penting di pasar karena e-grocery saat ini sudah kompetitif. Kami cukup jelas di sini, bermain di middle up class dan ke depannya akan ada banyak orang Indonesia yang naik kelas ke segmen tersebut,” tutupnya.
The online grocery allows the consumer to order groceries, such as vegetables and other ingredients, through an application. It was on-demand, the order will be delivered to their houses within a certain period, it is due to its freshness. The platform developer also has its own couriers.
In Indonesia, the penetration is still around the top-tier cities like Jabodetabek. Although, it still holds high potential. The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia said the online grocery value will grow at 198% from US$99 billion in 2019 to US$295 billion in 2023. Southeast Asia is projected to experience rapid growth, although in terms of value is not as big as in Japan, South Korea, or China. Indian and Indonesian market is projected as important for business for its scalability.
Online grocery platform journey in Indonesia
The online grocery concept has been started since the 2013’s. There were several players entering the market then, one of which still survives is SeroyaMart. While others like Sukamart chose not to continue the business. In the following year, other players began to appear, including regional migrant, Honestbee even though only lasted 1.5 years in Indonesia.
HappyFresh, SayurBox, KeSupermarket, Hypermart, GoMart, until the latest GrabFresh now serves the community. Each has strong business support.
First, HappyFresh, has entered Indonesia in 2015, they’ve expanded to 11 major cities in 3 countries, including Malaysia and Thailand. They serve users in Jadetabek, Bandung, Surabaya, and Malang. Sinar Mas Digital Venture, Vertex Ventures, Grab Ventures, LINE Ventures are some of the venture capitalists who have backed HappyFresh into a centaur, valuing above US$ 100 million.
HappyFresh driver-partners will help users shop in supermarkets and stores that have become partners, some of which are Transmart, Giant, Lotte Mart, and Super Indo. In addition, HappyCorporate exists to serve the needs of grocery in offices. Significant strategic cooperation was then built with Grab, resulting in GrabFresh services. Compete directly with Gojek’s GoMart, which offers similar services.
SayurBox has become an online grocery startup that has succeeded in becoming a centaur, through funding provided by Insignia Venture, Patamar Capital, East Ventures and Tokopedia. The approach is different, they are connected directly with farmers or sales partners to distribute their merchandise through the application. In addition to providing fresh produce, they have a mission to break the supply chain so as to provide better income for farmers. At the moment, SayurBox is only operating in Jabodetabek.
Tokopedia also has its own agenda with the involvement. Delivered on a separate occasion by CEO William Tanuwijaya, the corporate action was carried out in order to smooth the company’s plan to realize its vision of being “Infrastructure as a Service” in the field of commerce. The expected impact of SayurBox, besides completing the product category – there is now a separate channel on the Tokopedia page – also provides an expansion of features on the demand and agtech side. For information, Tokopedia also invests in other vertical startups related to retail.
Consolidation with retail
As a transformative effort, Ranch Market and Farmers Market retailers finally entered the digital industry in 2016 by cooperating with Kresna Graha Investama. They present a grocery online platform called KeSupermarket. An online-to-offline scheme through the “Collect in Store” feature is also presented, allowing users to take items purchased online at offline stores, while still providing logistical services.
As other retailers like Hypermart do, they present digital services on websites and mobile applications to make it easy for users to get their products. The O2O scheme is also implemented to provide options, therefore, users can pick up their purchases at the store themselves. Giant, Hero, Transmart, Lotte Mart also finally took a similar approach to developing digital channels.
Although these retailers have their own applications, it does not necessarily get high interest from users. For example, if you see download statistics on Google Play, the grocery online app startup gain higher downloads. Meanwhile, what players like HappyFresh do is actually connects consumers with products in retail such as LotteMart.
Applications (Android)
Total Downloads
LotteMart Indonesia
10.000+
Hypermart Online
100.000+
SayurBox
500.000+
HappyFresh
1.000.000+
There are indeed many variables, one of which can be analyzed is each business’ focus. Grocery online startups try to consolidate catalogs of various retailers to be easily accessed on one channel. The benefit is, users can get a more complete variant by surfing in one place. The focus is on accommodating the ordering process without having to think about the product supply chain directly so that they can also focus more on managing the logistics system.
Moreover, the development of grocery services (or in collaboration with) ride-hailing providers. They already have a strong foundation in the distribution system, taking advantage of driver-partners who are available in various locations. This is what makes Gojek confident with GoMart, in the midst of business efficiency through the reduction of features, such as GoLife services were stopped, leaving only GoClean and GoMassage.
A more open system also allows online grocery players to connect directly with product brands, such as partnerships that are now being intensified by players. This will have an impact on the supply chain, thereby making prices more affordable.
Not always have a clear path
Made a succession of HappyFresh and RedMart Singapore to Lazada become the highlight of the end of 2016, also to show the tight competition of the online grocery business in Southeast Asia. In the next years, some last but many also fell. Last year, Honestbee has a serious financial issue and shut down business in some countries, including Indonesia. Then, rumor has it with Grab and Gojek business exploration, but it didn’t go as planned.
Launched in 2015, Honestbee has launched an aggressive growth strategy. Successful in their home country, Singapore, they soon expanded to seven neighboring countries including Hong Kong, Taiwan, Thailand, Indonesia, the Philippines and Japan. The business system, they employ freelancers or so-called “Bees” to help spend orders and send to users – a concept that is now increasingly familiar with Indonesian consumers.
In addition, Honestbee has briefly presented the concept of food delivery in Singapore. However, boosted growth has a direct impact on their finances. In the end of 2018 the company reportedly began to run out of capital, they began to dismiss employees and stop several business units, including R&D centers in India and Vietnam. Indeed, the loss that reaches millions of US dollars has succeeded with a large number of user acquisition, but the traction is not as good as expected.
The thing is, not every market share ready with these services. It was still in 2017 back then. Users in Indonesia were only familiar with e-commerce services, seeing many surveys that the average product purchased online was a gadget or fashion product. Unreliable logistics are a major problem for the delivery of fresh food. Furthermore, the services offered by Honestbee is not on-demand.
Pandemic support popularity
HappyFresh and SayurBox finally developed for a local touch. They see the fundamental problems above, such as logistics, become priorities to be resolved first. The service also operates in large urban areas that are subject to traffic congestion, but it still seeks fast delivery to home – users can view estimated delivery times and track current status.
HappyFresh CEO Guillem Segarra once said, instead of considering points on the map, their expansion strategy was always based on a market-driven approach. They choose not to rush and only come to markets that really need the solutions offered. Segarra claims to have benefited in the market where its services currently operate.
In 2020, the grocery online business might obtain a surge of high users. The Covid-19 pandemic made people start using the service, because there was an appeal not to travel outside the home. Sure enough, there are currently a lot of product stocks on empty platforms. The shipping queues have also piled up – they cannot be shipped the same day. The important point is that there is a growing awareness among Indonesian consumers.
However, e-commerce also began speeding the grocery category, such as Lazada’s strategy after the acquisition of RedMart. Local companies have begun to show the same signs. For example, Blibli with the Blibli Mart, presenting the O2O concept of product daily necessity. The same thing was done by JD.id.
Online grocery will have a bright future, in the midst of increasingly digital habits, as well as consolidated retail and platform. This is in terms of the currently visited market, as in Jabodetabek. Beyond that, there are still many left to do to be validated because basically what startups offer in this vertical is to change the culture of the community, especially among housewives.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Layanan online grocery memungkinkan pengguna memesan kebutuhan sehari-hari, seperti sayuran dan bahan makanan lainnya, lewat aplikasi. Bentuknya on-demand, pesanan diantar langsung ke rumah masing-masing dalam kerangka waktu yang ditentukan, biasanya juga untuk menjaga kesegaran. Tak ayal pengembang platform tersebut juga punya kurir pengantarannya sendiri.
Di Indonesia, penetrasinya masih di seputar kota besar seperti Jabodetabek. Meski demikian, potensinya dinilai masih besar. The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia menyebutkan bahwa nilai pasar online grocery akan bertumbuh 198% dari US$99 miliar di 2019 jadi US$295 miliar di 2023. Asia Tenggara diproyeksikan akan mendapati pertumbuhan tercepat, kendati secara nilai belum sebesar di Jepang, Korsel dan Tiongkok. Pasar di India dan Indonesia juga akan semakin penting bagi pebisnis karena skalanya.
Perjalanan online grocery di Indonesia
Konsep online grocery sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2013-an. Waktu itu ada beberapa pemain yang hadir ke pasaran, salah satu yang masih bertahan sampai sekarang SeroyaMart. Sementara lainnya seperti Sukamart memilih tidak melanjutkan bisnis. Di tahun berikutnya mulai bermunculan pemain lain, termasuk pendatang dari regional Honestbee walau cuma bertahan 1,5 tahun di Indonesia.
HappyFresh, SayurBox, KeSupermarket, Hypermart, GoMart, sampai yang terbaru GrabFresh kini melayani masyarakat. Masing-masing juga punya dukungan bisnis yang kuat.
Pertama HappyFresh, hadir di Indonesia sejak tahun 2015, kini mereka sudah menjangkau 11 kota besar di 3 negara, termasuk Malaysia dan Thailand. Mereka melayani pengguna di Jadetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang. Sinar Mas Digital Venture, vertex Ventures, Grab Ventures, LINE Ventures adalah beberapa dari nama pemodal ventura yang kini sudah membawa HappyFresh jadi centaur, bervaluasi di atas US$100 juta.
Mitra HappyFresh akan membantu membelanjakan kebutuhan pengguna di supermarket dan toko yang telah menjadi mitra, beberapa di antaranya Transmart, Giant, Lotte Mart, dan Super Indo. Selain itu, kini juga sudah ada HappyCorporate untuk melayani kebutuhan grocery di perkantoran. Kerja sama strategis yang cukup signifikan kemudian dibangun bersama Grab, menghasilkan layanan GrabFresh. Bersaing langsung dengan GoMart milik Gojek yang menyajikan layanan serupa.
SayurBox juga jadi startup online grocery yang berhasil sandang status centaur, melalui pendanaan yang diberikan oleh Insignia Venture, Patamar Capital, East Ventures dan Tokopedia. Pendekatannya beda, mereka terhubung langsung dengan petani atau mitra penjual untuk mendistribusikan dagangannya lewat aplikasi. Selain memberikan produk segar, mereka miliki misi untuk memutus rantai pasokan sehingga memberikan penghasilan lebih baik kepada petani. Saat ini SayurBox baru beroperasi di Jabodetabek.
Tokopedia tentu juga punya agenda dengan keterlibatannya pada investasi tersebut. Disampaikan dalam kesempatan terpisah oleh CEO William Tanuwijaya, aksi korporasi dilakukan demi muluskan rencana perusahaan realisasikan visi menjadi “Infrastructure as a Services” di bidang perniagaan. Dampak yang diharapkan dari SayurBox, selain melengkapi kategori produk –saat ini sudah ada kanal tersendiri di laman Tokopedia—juga memberikan perluasan fitur di sisi on-demand dan agtech. Sebagai informasi, Tokopedia juga berinvestasi ke startup vertikal lain yang masih berhubungan dengan ritel.
Konsolidasi dengan ritel
Sebagai upaya transformatif, peritel Ranch Market dan Farmers Market tahun 2016 lalu akhirnya masuk juga ke ranah digital menggandeng Kresna Graha Investama. Mereka menghadirkan platform online grocery bernama KeSupermarket. Skema online-to-offline melalui fitur “Collect in Store” turut dihadirkan, memungkinkan pengguna mengambil item yang dibeli online di toko offline, kendati tetap menyediakan layanan logistik.
Demikian juga yang dilakukan peritel lain seperti Hypermart, mereka sajikan layanan digital dalam situs web dan aplikasi ponsel untuk mudahkan pengguna dapatkan produk mereka. Skema O2O juga diterapkan, untuk memberikan pilihan agar pengguna dapat mengambil sendiri belanjaannya di toko. Giant, Hero, Transmart, Lotte Mart juga akhirnya lakukan pendekatan serupa dengan kembangkan kanal digital.
Kendati peritel tersebut punya aplikasinya sendiri-sendiri, tidak serta-merta mendapatkan minat yang tinggi dari pengguna. Misalnya jika melihat statistik unduhan di Google Play, aplikasi dari startup online grocery mendapatkan unduhan yang lebih tinggi. Sementara, yang dilakukan pemain seperti HappyFresh sebenarnya juga menghubungkan konsumen dengan produk-produk di ritel seperti LotteMart.
Aplikasi (Android)
Total Unduhan
LotteMart Indonesia
10.000+
Hypermart Online
100.000+
SayurBox
500.000+
HappyFresh
1.000.000+
Tentu banyak variabel yang membedakan, salah satu yang dapat dianalisis adalah mengenai fokus bisnis masing-masing. Startup online grocery mencoba mengkonsolidasikan katalog berbagai peritel agar mudah diakses di satu kanal. Manfaatnya, pengguna bisa mendapatkan varian yang lebih lengkap dengan berselancar di satu tempat. Fokusnya mengakomodasi proses pemesanan tanpa harus memikirkan rantai pasokan produk secara langsung membuat mereka juga bisa lebih fokus mengelola sistem logistik.
Terlebih layanan grocery yang dikembangkan (atau bekerja sama dengan) penyedia ride-hailing. Mereka telah memiliki fondasi yang kuat di sistem distribusi, manfaatkan mitra pengemudi yang tersedia di berbagai penjuru lokasi. Poin ini yang membuat Gojek masih yakin dengan GoMart, di tengah efisiensi bisnis melalui pengurangan fitur yang sempat dilakukan – banyak layanan GoLife yang dihentikan, menyisakan hanya GoClean dan GoMassage.
Sistem yang lebih terbuka juga memungkinkan pemain online grocery terhubung langsung dengan brand produk, seperti kemitraan yang kini digencarkan oleh para pemain. Ini akan berdampak pada rantai pasokan, sehingga membuat harga lebih terjangkau.
Tidak selalu mulus
Suksesi CEO HappyFresh dan penjualan RedMart Singapura ke Lazada menjadi sorotan di akhir tahun 2016, sekaligus menunjukkan kerasnya persaingan bisnis online grocery di kawasan Asia Tenggara kala itu. Di tahun-tahun selanjutnya ada yang masih bertahan, namun ada juga yang tumbang. Tahun lalu Honsetbee mengalami isu keuangan yang serius, lantas menghentikan operasionalnya di banyak negara, termasuk Indonesia. Kala itu sempat santer terdengar kabar penjajakan penjualan bisnis ke Grab dan Gojek, namun tidak berbuah manis.
Diluncurkan sejak tahun 2015, Honestbee canangkan strategi pertumbuhan yang cukup agresif. Sukses di negara asalnya, Singapura, mereka segera lakukan ekspansi ke tujuh negara tetangka termasuk Hong Kong, Taiwan, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Jepang. Sistem bisnisnya, mereka memperkerjakan freelancer atau yang disebut dengan “Bees” untuk membantu membelanjakan pesanan dan mengirimkan kepada pengguna — konsep yang saat ini makin akrab dengan konsumen Indonesia.
Tidak berhenti di sana, Honestbee juga sempat menghadirkan konsep food delivery di Singapura. Namun pertumbuhan yang terus digenjot berdampak langsung pada keuangan mereka. Dalam mulai akhir 2018 perusahaan dikabarkan mulai kehabisan modal, mereka pun mulai melakukan pemecatan karyawan dan menghentikan beberapa unit bisnis, termasuk pusat R&D di India dan Vietnam. Memang, kerugian yang mencapai jutaan dolar AS berimplikasi pada perolehan jumlah pengguna yang banyak, tapi sayangnya tidak menghasilkan traksi seperti yang diharapkan.
Hal yang kurang dipertimbangkan, tidak semua pangsa pasar siap dengan layanan tersebut. Waktu itu masih di tahun 2017. Pengguna di Indonesia baru akrab dengan layanan e-commerce, melihat banyak survei rata-rata produk yang dibeli secara online adalah gadget atau produk fesyen. Logistik yang belum reliable jadi masalah utama untuk pengiriman bahan makanan segar. Maka layanan yang ditawarkan Honestbee pun akhirnya kurang diminati.
Pandemi dongkrak popularitas
Sentuhan lokal akhirnya coba digarap oleh HappyFresh dan SayurBox. Mereka melihat masalah mendasar di atas, seperti logistik, menjadi prioritas untuk diselesaikan sejak dini. Layanan juga beroperasi di wilayah perkotaan besar yang syarat dengan kemacetan, namun pihaknya tetap mengupayakan pengiriman cepat ke rumah – pengguna bisa melihat estimasi waktu pengiriman dan melacak status terkini.
CEO HappyFresh Guillem Segarra pernah menyampaikan, alih-alih mempertimbangkan titik di peta, strategi ekspansi mereka selalu didasarkan pada pendekatan market-driven. Mereka memilih tidak terburu-buru dan hanya mendatangi pasar yang benar-benar butuh solusi yang ditawarkan. Segarra mengklaim telah mendapatkan keuntungan di pasar tempat layanannya beroperasi saat ini.
Tahun 2020 tampaknya bisnis online grocery akan mendapati lonjakan pengguna tinggi. Pandemi Covid-19 membuat orang-orang mulai manfaatkan layanan tersebut, karena ada imbauan untuk tidak bepergian ke luar rumah. Benar saja, saat ini banyak stok produk di platform yang kosong. Antrean pengiriman pun juga sudah menumpuk – sampai tidak bisa dikirimkan ke hari yang sama. Poin pentingnya, ada awareness yang makin terbangun di kalangan konsumen Indonesia.
Tapi tidak bisa lengah, pasalnya e-commerce juga mulai kebut kategori grocery, seperti strategi Lazada pasca akuisisi RedMart. Perusahaan lokal pun sudah mulai perlihatkan gelagat yang sama. Misalnya yang dilakukan Blibli dengan menghadirkan Blibli Mart, hadirkan konsep O2O jajakan produk kebutuhan sehari-hari. Hal serupa juga dilakukan oleh JD.id.
Online grocery akan memiliki masa depan yang cerah, di tengah kebiasaan masyarakat yang semakin digital, serta konsolidasi ritel dan platform yang semakin baik. Ini dalam konteks di pasar yang saat ini sudah disinggahi, yakni Jabodetabek. Di luar itu, masih banyak PR yang harus divalidasi karena pada dasarnya yang ditawarkan startup di vertikal ini adalah mengubah kultur masyarakat, khususnya di kalangan ibu rumah tangga.
KeSupermarket, layanan penjualan online dari Ranch Market dan Farmers Market (Supra Boga Lestari) mengenalkan konsep O2O (Online-to-Offline) melalui fitur “Collect in Store”. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengambil item yang dibeli melalui layanan e-commerce namun barangnya diambil sendiri di toko offline milik Ranch Market dan Farmers Market.
Konsep O2O dinilai cocok diterapkan untuk produk bahan makanan seperti yang dijual KeSupermarket. Bagi konsumen, hal ini untuk memastikan bahan makanan yang dibeli tersedia dan masih fresh ketika diambil di tokonya.
Layanan e-commerce KeSupermarket sendiri diluncurkan bekerja sama dengan Kresna Graha Investama. Ranch Market dan Farmers Market sendiri juga merupakan rekanan HappyFresh.
O2O menjadi sebuah fitur penting bisnis e-commerce di Indonesia
Konsep semacam ini bukan hal baru untuk layanan e-commerce, beberapa pemain lain di berbagai bidang seperti MatahariMall, Alfacart hingga Berrybenka sudah menguatkan konsep tersebut dalam operasional bisnisnya, dengan beragam bentuk, mulai dari sistem locker (seperti layanan PopBox) hingga menggandeng toko fisik rekanan. Tujuannya sederhana, untuk memberikan pilihan lebih banyak dalam penyampaian produk.
Penerapan skema O2O bukanlah sebuah keharusan, namun menjadi opsi yang sangat ideal diterapkan di tengah persaingan bisnis e-commerce yang ada saat ini. Logistik masih berkembang, sementara pasar menuntut kecepatan penyampaian barang dengan kualitas dan biaya efisien.
PT Kresna Graha Investama Tbk dan PT Supra Boga Lestari Tbk meresmikan platform e-grocery Kesupermarket yang berada di bawah naungan perusahaan patungan PT Supra Kreatif Mandiri (SKM) khusus bergerak di bisnis e-commerce. Platform ini adalah official e-grocery pertama dari Ranch Market dan Farmers Market, yang merupakan produk supermarket dari Supra Boga.
Kedua merek dagang ini nantinya akan menjadi penyuplai eksklusif untuk Kesupermarket. Sebelumnya, Ranch Market dan Farmers Market telah meresmikan kemitraannya untuk penjualan online dengan HappyFresh, salah satu penyedia layanan e-grocery on-demand. Pihak Kesupermarket memastikan kemitraannya dengan perusahaan tersebut tidak akan mengganggu bisnis dari kedua belah pihak.
“Kemitraan kami dengan HappyFresh masih akan tetap berjalan, meski kami meluncurkan Kesupermarket. Hanya saja bakal ada perbedaan yang mencolok, misalnya jumlah SKU di Kesupermarket yang lebih banyak,” terang Meshvara Kanjaya, Direktur Utama SKM, Senin (21/11).
Dia mengaku, semenjak jadi mitra HappyFresh banyak hal pembelajaran yang menjadi pertimbangan bagi pihaknya untuk ke arah perbaikan untuk bisnis e-grocery ke depannya. Kontribusi bisnis yang disumbangkan HappyFresh ke kantung pendapatan perusahaan pun cukup baik, meski Meshvara enggan menyebutkan detilnya.
Perbedaan yang cukup mencolok bila berbelanja lewat HappyFresh dengan Kesupermarket adalah jumlah SKU yang ditawarkan. Kesupermarket menjamin jumlah SKU yang ditawarkan oleh Ranch Market dan Farmers Market diklaim lebih dari 13 ribu SKU.
Selain itu, kualitas pemilihan produk akan terjamin karena produk akan dipilih oleh personal shopper yang sudah terlatih dari kedua merek dagang tersebut.
“Sedangkan kalau belanja lewat HappyFresh tidak ada tawaran pemilihan produk dari personal shopper.”
Tidak ingin edukasi konsumen dengan diskon
Beda dengan strategi yang diterapkan pemain e-commerce lainnya, Kesupermarket bertekad untuk tidak menggunakan diskon besar-besaran sebagai cara untuk mendapatkan konsumen saat awal berdirinya. Meshvara mengatakan, cara “bakar uang” secara terus menerus sebenarnya sangat tidak baik untuk keuangan perusahaan dan butuh dana investasi yang besar.
Pasalnya, perusahaan pada akhirnya harus mendapatkan profit. Cara yang akan dilakukan Kesupermarket cenderung tradisional dan standar yakni mengedepankan kualitas dan pelayanan yang terbaik.
Bentuk nyatanya, seperti melakukan kostumisasi pengiriman barang sesuai permintaan konsumen. Saat konsumen menyelesaikan proses pemesanan, akan ada consumer service yang akan menghubungi mereka untuk menanyakan pada jam berapa pesanan ingin sampai.
Kesupermarket sendiri menargetkan di tahun depan masih menjadi tahun edukasi yang bakal gencar dilakukan. Diharapkan pada tahun berikutnya, efek dari edukasi sudah mulai terbentuk sehingga sudah mulai menciptakan transaksi yang sehat.
“Kami banyak mempelajari dari pemain lama. Rata-rata mereka pakai strategi itu selama beberapa tahun terakhir. Efeknya, pendapatan hanya melonjak berkali-kali lipat saat promo besar-besaran saja. Kami tidak ingin edukasi konsumen dengan cara yang seperti itu.”
Tidak muluk-muluk, Meshvara hanya menargetkan kontribusi untuk tahap awalnya dari Kesupermarket ke induk perusahaan tidak lebih dari 1% saja.
Pihak Kesupermarket juga akan mendorong penggunaan kartu program loyalitas milik perusahaan induk yakni Trust. Menurut Meshvara, kontribusi penggunaan kartu terhadap total transaksi mencapai 40%.
Manfaatkan jaringan dari induk usaha
Kresna Graha merupakan salah satu induk usaha Kesupermarket. Perusahaan investasi tersebut memberikan peluang kepada Kesupermarket untuk mengambil manfaat dari ekosistem yang sedang dibangun dengan memanfaatkan infrastruktur dan enabler digital yang sedang dimiliki perusahaan.
Salah satu peluang yang siap diberikan adalah mengintegrasikan bisnis untuk sistem pembayaran e-wallet dengan Mandiri e-cash dan Line Pay e-cash.
“Ke depannya akan ada kerja sama unik lainnya yang akan dijalin dengan Kesupermarket dengan usaha digital kami lainnya,” ujar Jahja Suryandy, Direktur SKM sekaligus Managing Director Kresna Graha Investama.
Untuk menggunakan layanan ini, pengguna dapat mengakses melalui aplikasi smartphone Android dan iOS, atau situs web. Pemesanan dapat dilakukan selama 24 jam, dengan jaminan barang sampai di tangan konsumen cukup satu jam saja bila menggunakan layanan Express, atau maksimal 24 jam untuk layanan Regular.
Meski pemesanan dilakukan tengah malam, pengiriman dilakukan pada keesokan harinya, setelah jam pengiriman konfirmasi langsung oleh konsumen.
Kesupermarket menggandeng startup logistik dari Thailand Deliveree sebagai mitra eksklusif untuk jasa kurirnya. Pihak Kesupermarket meminta ada armada Deliveree yang standby di tiap gerai Ranch Market dan Farmers Market.
Nantinya, seluruh gerai dari kedua merek dagang ini akan segera dapat terintegrasi dengan teknologi yang disediakan oleh Kesupermarket. Namun pada tahap awal baru ada 10 gerai yang sudah terkoneksi, misalnya Ranch Market yang berlokasi di Pesanggrahan, The Breeze, Darmawangsa, Lotte Shopping Avenue, Pondok Indah, dan Grand Indonesia, dan Kemang.
Sementara, untuk Farmers Market berlokasi di Epicentrum, Kalibata City, dan Grand Galaxy Park. Bulan depan akan ada lima tambahan gerai yang terkoneksi dengan Kesupermarket, yakni Farmers Market berlokasi di Mall Kelapa Gading, Summarecon Mall Serpong, One Bell Park, Baywalk Mall, dan Bintaro Exchange.
Saat ini Ranch Market dan Farmers Market sudah tersebar di 28 titik yang berlokasi di Jabodetabek, Surabaya, dan Balikpapan.
Setelah sekian lama menggandeng HappyFresh sebagai mitra penjualan secara online, kubu Ranch Market dan Farmers Market (Supra Boga Lestari) meluncurkan layanan grocery online sendiri bernama KeSupermarket dengan menggandeng Kresna Graha Investama sebagai mitra. Untuk urusan logistik, KeSupermarket bekerja sama dengan Deliveree. Meskipun mengembangkan kanal penjualan online sendiri, sejauh ini mereka masih tersedia di daftar toko partner HappyFresh.
Pembangunan KeSupermarket diinisiasi 4 Mei yang lalu dan memang ditargetkan untuk beroperasi kuartal ketiga tahun ini. Selain Kresna, yang saat ini memang getol bermain di ranah teknologi, KeSupermarket menggandeng Deliveree sebagai mitra logistik dan Bank Mandiri sebagai mitra pembayaran.
Martin Setiadarma, GM E-commerce Supra Kreatif Mandiri, perusahaan patungan pengelola KeSupermarket, dalam rilis pers peluncuran KeSupermarket mengatakan, “Kami memastikan bahwa konsumen kami tidak perlu menunggu lama barang belanjaannya sampai di depan pintu rumah mereka. Kami menawarkan dua pilihan jasa layanan antar: “Express” untuk layanan antar maksimal satu jam dan “Regular” untuk layanan antar maksimal satu hari. Kami berupaya agar para online shopper kami dapat merasakan pengalaman berbelanja yang sama bahkan lebih baik dibandingkan dengan berbelanja secara offline.”
“Kami memahami bahwa online shopper sekarang ingin dapat langsung menikmati barang belanjaan mereka secara langsung; hal ini seringkali menjadi suatu tantangan. Kami ingin memperkecil gap antara belanja offline, di mana konsumen dapat langsung menikmati produk setelah selesai berbelanja. [Sebelumnya] dengan belanja online konsumen tidak dapat langsung menikmati produk belanjaannya karena harus menunggu produk tersebut diantar setelah melakukan pembayaran lewat transfer bank atau elektronik,” lanjut Martin.
Secara umum, cara kerja KeSupermarket serupa dengan HappyFresh, meskipun pendekatannya berbeda. HappyFresh dari awal fokus di sektor mobile, sedangkan KeSupermarket belum mengeluarkan aplikasi mobile. Pembayaran KeSupermarket pun lebih luas dengan mengakomodasi payment on delivery (gesek langsung di tempat untuk kartu debit dan kartu kredit), Mandiri e-Cash, dan transfer bank.
Sejauh ini ada 5 pasar swalayan Ranch Market dan Farmers Market yang melayani pembelian menggunakan KeSupermarket, yang terletak di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Kabupaten Tangerang.
Kami belum mendapatkan komentar dari pihak HappyFresh terkait hal ini, meskipun demikian belum ada perubahan terhadap operasional penjualan HappyFresh. Mereka masih mencantumkan gerai-gerai Ranch Market dan Farmers Market terdekat dari lokasi konsumen.
Pertanyaan sekarang adalah soal eksekusi. Mana di antara HappyFresh dan KeSupermarket yang memberikan pengalaman berbelanja grocery online yang lebih menyenangkan. Keuntungan HappyFresh adalah layanan tersebut bisa bekerja sama dengan berbagai jaringan swalayan, sementara KeSupermarket hanya memuat gerai Ranch Market dan Farmers Market. Saat ini HappyFresh juga telah bekerja sama dengan Lotte Mart dan Grand Lucky.
Sektor grocery online memang berkembang pesat setahun terakhir sejak hadirnya HappyFresh. Layanan grocery online terdedikasi yang awalnya ingin “menggusur” pasar swalayan malah gulung tikar, diganti dengan model layanan grocery online yang bermitra dengan pasar swalayan yang sudah ada. Selain HappyFresh, Honestbee yang berasal dari Singapura juga telah beroperasi di Jakarta dengan Carrefour sebagai mitra unggulan. Pemain lain di sektor ini adalah Go-Mart dari Go-Jek yang memanfaatkan kekuatan armada Go-Jek.
Setelah proses akuisisi tiga startup lewat anak perusahaannya tahun lalu, PT Kresna Graha Investama Tbk (Kresna) dikabarkan tengah melakukan uji kelayakan untuk akuisisi dua startup lagi di tahun 2016 ini. Kresna juga menyebutkan tengah menyiapkan dana sebesar $ 20 juta hingga $ 25 juta untuk mengakuisisi startup di tahun 2016. Total, sudah ada enam startup yang masuk dalam portofolio bisnis digital perusahaan sejak proses akuisisi tahun lalu.
Di tahun 2016 ini Kresna makin agresif untuk memperluas portofolio perusahaan yang bergerak di bisnis digital lewat proses akuisisi. Awal tahun ini saja, periode Januari hingga Mei, sudah ada tiga startup yang diakuisi dan ini sudah disinggung Kresna sejak tahun lalu. Mereka adalah PT Dini Nusa Kusuma yang bergerak di jasa satelit, platform pemesanan tiket Padiciti, dan aplikasi kinerja bisnis on-demandKpisoft.
Managing Director Kresna Jahja Suryandi seperti dilansir Dealstreetasia menekankan bahwa perusahaan hanya berinvestasi di startups yang telah mengamankan basis pelanggan kuat. Dengan cara ini, risiko dapat dikelola dan bisnis dapat disinergikan dengan satu sama lain.
“Kami selalu berpikir bagaimana kami dapat mensinergikan bisnis dalam [tiap] investasi kami. Ini yang membedakan kami dari [perusahaan] venture capitals [lainnya],” ujar Jahja.
Lebih jauh, Jahja juga mengungkap bahwa perusahaan kini tengah mencoba menyelesaikan puzzle portofolio online mereka yang terdiri dari sembilan sektor, yaitu digital payment, food delivery service, financial and investment services, cloud, forex converter, digital entertainment, loyalty and social geo marketing, mobile satellite service, dan travel.
Di samping akuisisi, Kresna juga tengah menjajaki solusi pembayaran digital melalui kemitraan anak perusahaan mereka dengan Perumnas. Tujuan solusi pembayaran digital tersebut yakni untuk mempermudah penghuni rusunawa dan pihak Perumnas dalam hal pembayaran dan administrasinya
Komitmen perluasan bisnis digital Kresna pun ditunjukan lewat keputusan perusahaan dalam menunda membayar dividen tahun ini untuk menyimpan semua uang yang mereka bisa demi investasi strategi. Setidaknya, Kresna akan mengalokasikan sekitar $ 20 juta hingga $ 25 juta untuk akuisisi startup lagi di tahun 2016.
Saat ini, Kresna disebutkan tengah melakukan uji kelayakan untuk proses akuisisi dua startup baru. Penawaran tersebut diharapkan bisa mencapai kesepakatan pada kuartal ketiga atau empat 2016. Jahja mengungkap bahwa salah satu startup yang akan diakuisisi bergerak di bidang social media.
Kemitraan dengan Supra Boga Lestari
Di awal bulan ini, Kresna juga mengumumkan kemitraan mereka dengan Supra Boga Lestari untuk mendirikan usaha e-commerce Supra Kreatif Mandiri (SKM) yang akan meluncur di kuartal ketiga 2016. SKM nantinya akan mengembangkan platform KeSupermarket yang menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan, produk segar, dan barang dagangan umum lainnya. Portal tersebut direncanakan pula untuk menjual produk elektronik dan gawai ke depannya.
Dalam kemitraan ini, Kresna akan menggelontorkan sejumlah dana investasi tahap awal untuk pengembangan platform KeSupermarket. Jumlah dana investasinya diperkirakan mencapai $ 2 juta hingga $ 3 juta.
Mengundang investor asing dan rencana IPO di tahun 2018
Menurut Presiden Direktur Kresna Michael Steven, strategi bisnis baru mereka dalam berinvestasi di startup berhasil menarik perhatian dana asing. Steven mengklaim, roadshow yang digelar di Singapura, Hong Kong, dan Amerika memberikan umpan balik positif. Itu adalah tur pengantar Kresna untuk memastikan Kresna tetap ada di radar mereka, para investor asing.
Steven sendiri menyebutkan bahwa mengundang investor asing ke perusahaan adalah salah satu kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan. Untuk mempersiapkan diri terhadap kemungkinan investor baru, Kresna berencana untuk melakukan stock split dengan rasio 1 sampai 5. Stock split adalah isu untuk saham baru di perusahaan bagi pemegang saham yang ada dalam proporsi kepemilikan mereka saat ini.
Di samping itu, Kresna juga berharap bisnis digital mereka bisa menghasilkan keuntungan yang kuat sehingga pada tahun 2018 sudah siap untuk penawaran saham publik. Jahja bahkan menyebutkan bahwa sebenarnya ada satu startups digitalnya yang mungkin siap untuk IPO sebelum 2018 bila dilihat dari kinerja dan pertumbuhan mereka. Namun, ia menolak mengatakan perusahaan mana yang sedang mempersiapkan penawaran.
Jahja juga mengungkap bahwa Kresna berniat untuk tetap jadi pemegang saham utama, bahkan setelah startups telah go public. “Tidak seperti VC lain yang mencari exit melalui IPO, Kresna berniat untuk tinggal dan membantu mereka [startup] memperluas [bisnis] dalam jangka panjang,” ujar Jahja.