Tag Archives: Kevin Zhang

Startup e-logistics Inteluck menutup pendanaan Seri B senilai $15 juta yang dipimpin oleh Creo Capital, diikuti East Ventures

East Ventures Berpartisipasi di Putaran Seri B Startup Logistik Inteluck

Startup e-logistics Inteluck menutup pendanaan seri B senilai $15 juta (lebih dari 215 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Creo Capital, perusahaan investasi asal Hong Kong yang menjadi bagian dari New World Group. East Ventures dan Headline Asia termasuk sejumlah investor yang berpartisipasi.  Favour Capital menjadi penasihat keuangan eksklusif dalam babak pendanaan tersebut.

Inteluck didirikan tahun 2014 oleh Kevin Zhang yang berpengalaman di sektor-sektor logistik, rantai pasok, teknologi, dan bisnis lintas wilayah lain, serta didukung tim inti yang menguasai pengalaman fungsional di beragam perusahaan internasional.

Inteluck menyediakan solusi platform e-logistics yang membantu klien dan mitra pemasok untuk menemukan dan menghasilkan valuasi dalam setiap aspek. Valuasi ini terwujud dengan memaksimalkan efisiensi logistik lewat teknologi, data, dan analisis. Startup ini mendukung beragam layanan platform logistik, termasuk FTL (full truckload) transportasi, manajemen gudang, freight forwarding, dan layanan rantai pasok lain yang dirancang secara khusus.

Selain itu, Inteluck mengintegrasikan dan mengoptimalkan sumber daya berdasarkan pemberdayaan teknologi, serta jaringan mitra pemasok yang telah terbentuk di Asia Tenggara selama dekade terakhir. Dengan demikian, diklaim penggunaan platform tersebut dapat menghemat biaya logistik dan meningkatkan efisiensi operasional.

Di saat bersamaan, Inteluck membantu lebih dari 5.000 mitra pemasok mengatasi tekanan arus kas dengan menambah jumlah pesanan yang diterima. Saat ini perusahaan telah melayani lebih dari 250 perusahaan ternama di sejumlah industri, seperti telekomunikasi, FMCG, manufaktur, e-commerce, pengiriman barang, dan lain sebagainya.

Dalam keterangan resmi, Founder & CEO Inteluck Kevin Zhang mengatakan, meski banyak perusahaan terdampak pandemi, bahkan memperoleh pelanggan baru kini menjadi lebih sulit, perusahaan mampu meningkatkan pendapatan sebesar 512% dalam tiga tahun terakhir.

“Pencapaian ini terwujud berkat kerja keras tim kami yang selalu melayani klien dengan layanan bermutu tinggi. Kami juga meningkatkan nilai tambah bagi klien dan vendor dengan memanfaatkan order reconstruction, dispatch optimization, dynamic pricing, dan sederet teknologi lain,” ujarnya, Rabu (26/1).

Inteluck telah memperkuat jangkauannya di segmen 3PL yang bernilai $300 miliar. Berkantor pusat di Singapura, Inteluck telah merambah Filipina, Thailand, dan negara-negara lain. Inteluck kini memperluas jangkauannya di Asia Tenggara, dan menargetkan pertumbuhan luar biasa dalam tiga tahun ke depan.

Managing Partner Creo Capital Christopher Cheng berujar, “Setelah dunia menghadapi ketidakpastian rantai pasok yang tak terduga, dan permintaan pelanggan yang cepat berubah, platform Inteluck yang canggih dan berorientasi data, serta jaringan luasnya menyediakan cara hemat biaya bagi pemasok dan perusahaan.”

Dia melanjutkan, “Hasilnya, kegiatan operasional menjadi lebih optimal, dan inefisiensi pun berkurang. Tim manajemen Inteluck yang piawai, dan produk unggulannya sejalan dengan strategi Creo untuk berinvestasi pada perusahaan transformatif yang dipimpin pengusaha inovatif. Kami optimis, Inteluck berpotensi menjadi penyedia solusi logistik terkemuka di Asia Tenggara pada masa mendatang.”

Co-founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca turut menambahkan, “Kami gembira mendukung Inteluck dan menjadi bagian dari tim Kevin dalam mengatasi kendala logistik. Platform Inteluck yang berorientasi pada teknologi dan data membantu perusahaan logistik dan pengiriman barang mengoptimalkan seluruh rantai pasok secara lebih efisien dan transparan. Kami ingin menyaksikan pencapaian Inteluck yang berikutnya.”

Tren pendanaan startup logistik

Dalam mendukung ekonomi digital, industri logistik masih memiliki banyak friksi di dalam proses bisnisnya. Kesempatan tersebut mendorong pemain startup untuk terjun yang membutuhkan banyak investasi dalam mengembangkan teknologinya.

Sejak awal tahun 2019 hingga Juli 2021, tim riset DailySocial.id mencatat ada sekitar 16 transaksi pendanaan yang diumumkan melibatkan perusahaan logistik berbasis teknologi. Investasi ini berhasil membukukan total nilai dana $586 juta. Setidaknya ada 4 startup logistik yang memiliki valuasi di atas $100 juta, yaitu SiCepat, Waresix, Shipper, dan GudangAda.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020

Indonesia Is the 41st in Huawei’s Global Connectivity Index 2015

Recently, Huawei has just published a paper entitled the Global Connectivity Index (GCI) 2015, an index that compares connectivity, utilization, ICT and digital transformation in 50 countries around the world. This time, Indonesia got ranked the 41st, below other Southeast Asian fellows like Malaysia, Vietnam, and Singapore. Continue reading Indonesia Is the 41st in Huawei’s Global Connectivity Index 2015

Huawei Rilis Global Connectivity Index 2015, Indonesia di Posisi 41 dari 50 Negara

Huawei Rilis GCI 2015, Indonesia Tempati Posisi 41 dari 50 Negara / Shutterstock

Huawei baru-baru ini mengeluarkan paper bertajuk Global Connectivity Index (GCI) 2015. Sebuah indeks yang didapat dari membandingkan konektivitas, penggunaan, ICT dan digital transformasi di 50 negara di seluruh dunia. Dalam laporan tersebut Indonesia menempati urutan ke-41, di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Vietnam dan Singapura. Continue reading Huawei Rilis Global Connectivity Index 2015, Indonesia di Posisi 41 dari 50 Negara