Beberapa bulan belakangan, saya memiliki kebiasaan buruk baru yaitu belanja impulsif untuk gaming peripheral — mulai dari earcups headset, mousepad, mouse, sampai keyboard mekanikal dan komponennya (keycaps dkk.). Kebiasaan buruk ini bahkan sampai membuat tagihan kartu kredit saya membengkak… Wkwkwkw…
Daripada hanya berujung pada penyesalan, saya pun memutuskan untuk berbagi pengalaman saya yang siapa tahu berguna bagi Anda juga.
Jadi, tanpa panjang lebar lagi, inilah beberapa upgrade yang bisa dilakukan untuk membuat keyboard mekanikal Anda lebih nyaman digunakan. Beberapa informasi/upgrade yang saya tuliskan di sini juga bisa Anda jadikan pertimbangan baru jika ingin membeli keyboard baru seutuhnya.
Mengganti Keycaps
Mengganti keycaps memang kedengarannya sederhana namun hal ini punya beberapa dampak yang sangat signifikan dengan usaha yang minimal. Pertama, keycaps akan berpengaruh besar pada kenyamanan Anda mengetik ataupun bermain game. Kedua, keycaps juga akan mempengaruhi suara mekanikal keyboard Anda saat digunakan (khususnya saat bottoming out). Ketiga, tak kalah penting juga, keycaps sangat berpengaruh atas tampilan keyboard Anda. Mari kita bahas satu per satu.
Keycaps adalah komponen keyboard yang paling sering bersentuhan dengan jari Anda. Bahan (PBT, ABS, dkk.) keycaps akan terasa berbeda di jari-jari Anda. Kecuali Anda ikut Group Buy untuk keycaps eksklusif atau limited edition, saran saya, carilah keycaps dengan bahan PBT. Selain terasa lebih solid saat dipencet, finishing yang digunakan di PBT keycaps juga biasanya lebih enak untuk jari-jari Anda.
Selain lebih nyaman di jari Anda, bahan PBT juga akan memberikan suara yang lebih tebal saat Anda bottoming out. Ingat, semakin tipis dinding rongga suara, semakin nyaring juga suara yang akan dihasilkan. Maka dari itu, keycaps ABS biasanya akan memberikan suara yang lebih kopong (hollow). Anda juga bisa bereksperimen dengan keycaps berbahan karet ataupun logam namun, bagi saya, keycaps PBT adalah yang paling ideal dari sisi harga, akses, dan kenyamanan penggunaan.
Tahukah Anda bahwa keycaps sebenarnya punya tinggi dan bentuk yang berbeda-beda. Bentuk dan tinggi keycaps itu biasanya menggunakan istilah ‘profile’. Profile OEM adalah yang paling sering digunakan di semua keyboard produk massal. Ada juga Cherry profile yang lebih pendek namun masih angled/sculpted. Jika Anda mencari yang lebih tinggi dari profile OEM dan masih angled, profile SA bisa jadi pilihan Anda. Terakhir, ada profile XDA yang lebih pendek dan rata.
Selain 4 profile tadi, masih ada varian lainnya lagi sebenarnya (seperti DSA, DCS, ataupun yang lainnya) namun; dari pengalaman saya cuci mata di online marketplace lokal, 4 profile yang saya sebutkan pertama adalah yang paling mudah ditemukan (meski profile SA tidak semudah 3 profile lainnya dan profile OEM adalah yang paling mudah dan paling murah).
Profile keycaps ini juga penting untuk diperhatikan karena akan memberikan kenyamanan dan suara yang berbeda. Untuk urusan kenyamanan penggunaan, tinggi keycaps akan sangat berpengaruh terhadap orientasi letak tombol (asumsinya Anda sudah tak melihat keyboard lagi saat menggunakannya) dan seberapa kuat tenaga yang dibutuhkan untuk bottoming out. Sedangkan untuk suaranya, semakin tinggi rongga suara, semakin nyaring juga bunyi yang dihasilkan oleh keycaps saat bottoming out.
Saran saya, cherry profile adalah yang paling ideal untuk Anda cari — jika ingin berganti dari OEM dan sebelum mencoba profile lainnya. Cherry profile lebih enak digunakan dari OEM karena lebih pendek sehingga kemungkinan Anda bottoming out juga akan lebih jarang — kecuali Anda terlalu brutal saat menggunakan keyboard. Berhubung lebih pendek juga, rongga suara yang dimiliki cherry profile pun jadi lebih sempit yang akan membuat keyboard Anda lebih padat juga suaranya.
Sayangnya, ada beberapa kekurangan besar dari cherry profile dibandingkan OEM. Pertama, keycaps ini biasanya dibanderol dengan harga yang lebih mahal. Kedua, varian keycapsnya pun juga jauh lebih terbatas. Anda akan jauh lebih sulit mencari keycaps cherry profile yang hurufnya tembus backlight ketimbang profile OEM. Setahu saya, tidak ada juga pudding keycaps yang menggunakan cherry profile.
Meski demikian, dua kekurangan tadi bukan jadi masalah mengingat kenyamanan dan suara yang dihasilkan jauh lebih penting bagi saya.
Oh iya, sebelum mengganti keycaps, penting juga diperhatikan soal ukuran dan stem keycaps dari keyboard yang saat ini Anda gunakan. Tidak sedikit gaming keyboard yang tidak memiliki standard bottom row. Kebanyakan keyboard Corsair, misalnya, tidak memiliki bottom row yang standar (kecuali K100). Logitech G Pro juga tidak memiliki standard bottom row. Ukuran bottom row yang standar adalah 6.25u untuk spacebar dan 1.25u untuk sisa tombol lainnya (CTRL, Win key, ALT, dkk.). Untuk lebih lengkapnya, Anda lihat di gambar di bawah ini.
Stem yang digunakan juga penting diperhatikan karena Anda tidak bisa memasangkan keycaps jika dudukannya berbeda. Saat ini, ada 2 switch yang saya ingat tidak cocok dengan Cherry MX stem, yaitu Logitech Romer-G dan ASUS ROG RX switch.
Memasang O-rings
Setelah mengganti keycaps, cara lain yang sangat mudah dilakukan adalah menambahkan O-rings ke keycaps Anda. Gara-gara Blackwidow V3 yang suaranya kopong, saya sebenarnya jadi terpaksa mencari tahu cara-cara apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi suara keyboard yang terlalu berisik.
O-rings benar-benar efektif dalam menghilangkan suara bottoming out dan instalasinya pun sangat mudah. Anda hanya perlu memasangkan ring-ring karet ke keycapsnya. Hasilnya pun efektif karena benar-benar bisa menghilangkan suara bottoming out — kadang ada yang butuh 2-3 ring, kadang hanya butuh satu ring, tergantung posisi lajur/row keycapsnya. Meski memang, idealnya, saya lebih suka jika tetap ada suara bottoming out tapi tidak terlalu nyaring/kopong juga.
Selain bisa menghilangkan suara bottoming out, O-rings juga bisa memperpendek jarak bottoming out. Namun fungsi ini subjektif tergantung selera Anda. Ada yang suka jarak bottoming out jauh dan ada yang suka jarak yang pendek. Selain jarak bottoming out yang berubah, satu lagi yang juga subjektif dari penggunaan O-rings adalah feel saat bottoming out.
Meski kata-kata tak bisa sepenuhnya menggambarkan rasa, namun Anda bisa membayangkan rasanya dengan dan tanpa menggunakan O-rings lewat penjelasan berikut. Jika tanpa O-rings, feel yang Anda dapatkan saat bottoming out adalah plastik ketemu plastik (lapisan keras ketemu keras). Sedangkan dengan O-rings, feel yang Anda dapatkan adalah karet ketemu plastik — permukaan yang lunak ketemu yang keras.
Beberapa orang memang tidak suka feel yang berubah ketika menggunakan O-rings namun saya sendiri tidak terganggu, meski saya bisa membedakannya. Plus, memasang O-rings adalah solusi paling murah dan paling mudah jika Anda terganggu dengan suara bottoming out keyboard Anda sekarang.
Oh iya, O-rings sendiri juga punya varian ketebalan dan warna. Saran saya ambil yang warna transparan — siapa tahu warna lainnya akan mengganggu cahaya LED backlight dan ambil yang lebih tebal karena jadi tidak terlalu boros kalau 1 O-rings saja belum cukup buat keycaps tertentu.
Menggunakan Mousepad yang Panjang
Anda mungkin heran kenapa jadi menggunakan mousepad untuk keyboard. Sebelumnya, saya juga tidak merasa perlu. Namun setelah saya menggunakan mousepad yang seukuran taplak meja di bawah keyboard (saya menggunakan Ducky Flipper Extra R — 800x350x3mm), saya merasa mousepad tersebut sedikit membantu dalam meredam getaran keyboard.
Seperti soal peredam suara yang akan saya bahas di bagian selanjutnya, meja Anda biasanya punya permukaan keras (kayu, kaca, logam) yang tidak mampu menahan getaran. Sedangkan mousepad punya permukaan yang lebih lunak — asal jangan yang hard surface. Dengan begitu, keyboard saya jadi tak bersentuhan langsung dengan permukaan meja saya yang pakai kaca dan getaran antara kedua permukaan keras tadi jadi bisa direduksi.
Selain soal meredam getaran dengan meja, saya merasa mousepad yang panjang ini juga bisa mengurangi jarak antara mouse dan keyboard. Pasalnya, jika Anda menggunakan mousepad hanya untuk mouse, Anda tidak mungkin meletakkan keyboard di atas sebagian mousepad saja karena keyboard Anda jadi tidak rata.
Namun demikian, signifikansi menggunakan mousepad untuk keyboard Anda tidak sebesar penggunaan O-rings yang bisa meredam habis suara bottoming out. Namun demikian, menggunakan mousepad di bawah keyboard, bagi saya, cukup terasa mengurangi suara dan juga tidak merepotkan — Anda tinggal beli mousepad yang ukurannya panjang saja dan menaruhnya di bawah mouse dan keyboard.
Menambahkan Wrist Rest
Jika Anda seperti saya yang bisa menghabiskan 6-10 jam berada di depan komputer per harinya (baik itu bekerja, main game, ataupun nonton bok… eh…), mungkin saja Anda sering merasa pegal-pegal pergelangan tangannya. Idealnya, Anda memang harus berdiri dan bergerak secara berkala dan tidak terus menerus duduk. Namun demikian, saya tahu hidup itu seringnya jauh dari kata ideal… Wwakwkak…
Sebelumnya, saya juga seringkali merasa sakit pergelangan tangannya ketika terlalu lama mengetik atau bermain game — karena pergelangan tangan saya langsung bersentuhan dengan permukaan meja yang keras. Saya tahu, posisi tersebut sebenarnya juga tidak ideal. Idealnya, menurut ahli ergonomi, pergelangan tangan Anda tidak diletakkan di atas meja namun di posisi melayang saat mengetik. Anda bisa melihat tautan di atas untuk mencari tahu lebih banyak soal posisi badan dan tangan yang baik saat menggunakan keyboard.
Namun masalah pergelangan tangan saya yang pegal karena posisi keyboard yang terlalu tinggi dan sakit karena terlalu lama ditekan ke permukaan keras, jadi jauh berkurang saat saya mulai menggunakan wrist rest. Katanya, menggunakan wrist rest pun sebenarnya masih kurang ideal jika posisinya tidak benar juga. Namun demikian saya sendiri merasa dengan hanya menggunakan wrist rest yang nyaman mampu memperpanjang durasi saya mengetik dan tidak cepat pegal ataupun sakit.
Saat ini, saya punya 3 jenis wrist rest. Wrist rest pertama bawaan paket dari SteelSeries Apex 7 yang bahannya keras namun dilapisi dengan permukaan karet. Sedangkan yang kedua saya dapat dari paket penjualan Razer Blackwidow V3 yang berbahan plastik. Wrist rest ketiga, besutan Tecware, saya beli terpisah yang berisikan busa dilapisi dengan kain.
Dari ketiga wrist rest yang saya miliki tadi, wrist rest dari Blackwidow V3 yang paling tidak enak digunakan. Pasalnya, wrist rest tersebut tetap punya permukaan yang plastik keras yang tetap sakit saat digunakan berlama-lama.
Wrist rest kedua yang lebih nyaman adalah yang disertakan dalam paket penjualan Apex 7, yang berbahan keras namun dilapisi karet. Sebenarnya, jika hanya dari bahan dan permukaannya, saya lebih suka wrist rest ini ketimbang yang berisikan busa — karena busa pasti akan kempes seiring digunakan. Karena permukaannya juga bukan kain, wrist rest dengan lapisan permukaan karet juga lebih tidak mudah kotor — karena lebih mudah dibersihkan. Sayangnya, wrist rest Apex 7, karena memang didesain spesifik untuk keyboard tersebut, posisinya jadi aneh saat digunakan dengan keyboard lainnya. Dan saya sudah tak lagi menggunakan keyboard itu gara-gara salah satu switch-nya sudah aus meski belum setahun digunakan.
Wrist rest yang sekarang saya gunakan adalah yang berbahan busa dan dilapisi kain. Dari yang saya rasakan, menggunakan wrist rest (baik yang dari SteelSeries ataupun Tecware) bisa membantu saya lebih nyaman saat mengetik karena ada dua alasan. Pertama, pergelangan tangan saya tidak lagi harus ditekan/diletakkan di atas meja yang permukaannya keras. Kedua, wrist rest juga membuat posisi pergelangan tangan Anda jadi lebih tinggi sehingga lebih sejajar juga dengan keyboard.
Meski menggunakan wrist rest akan membuat Anda merasa lebih nyaman dan tidak cepat pegal, saya tetap menyarankan Anda untuk mencoba mengetik dengan posisi yang ideal dan tetap bergerak secara berkala (misalnya setiap satu jam sekali).
Memasang Lapisan Peredam Suara
Meski lebih repot ketimbang 4 hal di atas tadi, memasang peredam suara di (bottom) case juga mudah dilakukan dan akan membuat suara keyboard Anda lebih sunyi. Biasanya, case keyboard Anda berbahan plastik yang mudah memantulkan getaran suara. Dengan menambahkan lapisan yang lebih lembut, material tersebut dapat membantu menyerap getaran. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat Anda ingin menambahkan peredam suara untuk keyboard Anda.
Hal penting pertama adalah bahan. Peredam suara yang paling mudah didapat adalah lapisan busa tipis yang biasanya digunakan saat mengirimkan paket. Anda juga bisa menggunakan EVA foam yang murah. Anda juga bisa menggunakan busa lain yang biasa digunakan untuk keperluan lainnya (yang biasanya warna kuning). Jika Anda punya dana lebih dan sabar, ada yang bilang bahan sorbothane atau neoprene juga lebih baik untuk meredam suara — namun jujur saya malas repot dan beli lagi (wakwakawk) sehingga saya cari bahan yang sudah ada di rumah saya.
Plus, dari pengalaman saya, busa tipis pembungkus, EVA foam, ataupun busa kuning itu juga sudah cukup untuk mengurangi suara nyaring keyboard Anda. Lagipula, menurut saya, ada faktor lain yang lebih signifikan dalam mengurangi suara keyboard yang terlalu berisik — seperti keycaps, o-rings, switch, ataupun case-nya.
Hal kedua yang penting diperhatikan adalah ketebalan dari lapisan busa tadi. Jangan seperti saya yang menjejalkan busa terlalu tebal karena bisa merusak dudukan case keyboard dan membuatnya setengah mati susahnya saat dirakit kembali.
Mengganti Switch dan Stabilizer
Hal selanjutnya yang bisa dilakukan (relatif) cukup mudah adalah mengganti switch dan stabilizer. Seperti yang saya tuliskan tadi, mengganti switch keyboard memberikan dampak yang lebih besar ke suara ketimbang memasang foam. Ditambah lagi, mengganti switch akan memberikan perbedaan kenyamanan mengetik yang jauh lebih signifikan.
Saat ini, saya sudah merasakan beberapa switch keyboard seperti Cherry MX Blue, Cherry MX Red, Cherry MX Brown, Cherry MX Black, SteelSeries Blue, Gateron Yellow, Gateron Red, Razer Green, dan Durock L2. Dari semuanya tadi, Durock L2 memberikan kenyamanan paling istimewa. Switchnya sungguh smooth dan suaranya pun tidak bising.
Jika saya harus memberikan saran, Durock L2 adalah switch yang harus Anda jadikan pilihan utama — jika Anda suka dengan switch linear (bukan tactile ataupun clicky). Harganya memang lebih mahal (terakhir saya beli Rp8800 per switch) tapi kenyamanan yang diberikan sungguh sepadan dengan harga yang harus dibayarkan. Durock switch juga sudah pre-lubed dari pabrikannya sehingga cocok juga jika Anda seperti saya yang malas. Jika anggaran Anda lebih terbatas, Gateron Yellow adalah opsi kedua yang saya sarankan. Saya bahkan sebelumnya lebih lebih suka switch clicky (Cherry MX Blue) namun, setelah impulsif belanja 2 bulan ini, saya jadi pindah ‘agama’ ke linear.
Selain switch, keycap stabilizer juga penting untuk kenyamanan dan suara keyboard. Stabilizer seperti milik Razer Blackwidow V3, misalnya, sungguh menyedihkan dan membuat suaranya sangat mengganggu saat digunakan. Jika Anda tak ingin repot, Anda bisa memilih beberapa keyboard yang sudah memberikan pelumas di stabilizer-nya seperti yang saya temukan di Tecware Phantom Elite ataupun Dareu EK840. Bagi saya, stabilizer yang pre-lubed semacam itu sudah cukup juga karena saya malas untuk membeli dan mengaplikasikan lube sendiri.
Untuk mengganti switch dan stabilizer, Anda mungkin akan protes kenapa ditaruh di sini jika judulnya adalah upgrade yang ‘mudah’. Well, saya sekarang sudah menggunakan PCB yang hotswap di 3 keyboard saya. Jadi mengganti switch keyboard juga sudah semudah mengganti keycaps. Bahkan, seperti yang saya tuliskan beberapa waktu lalu, hotswap PCB harusnya jadi standar baru buat semua gaming keyboard — saya sudah tidak mau beli keyboard jika PCB nya tidak hotswap sekarang. Selain membuat upgrade switch semakin mudah, Anda tak perlu lagi pusing dan mengganti keyboard seutuhnya saat ada satu switch yang bermasalah — seperti yang saya rasakan dengan SteelSeries Apex 7 saya.
Di sisi lain, jika Anda tidak ingin membeli keyboard baru (yang hotswap PCB-nya), belajar skill soldering dan desoldering juga sebenarnya sangat berguna asalkan tidak malas dan sabar. Meski saya pribadi memilih untuk menggunakan waktu luang saya untuk bermain game… Wkwawkakwa… Makanya, sekali lagi, fitur hotswap PCB jadi faktor yang sangat krusial.
Untuk lubing switch, saya juga malas sih (baik untuk membeli peralatannya ataupun proses lubing-nya) kwakawkaw… Makanya saya tidak akan bahas di sini. Namun jika Anda sabar, lubing switch juga akan membuat suara dan rasanya lebih halus. Meski begitu, saya pribadi merasa pre-lubed switch seperti Durock juga sudah ideal karena karena saya tak perlu keluar waktu dan tambahan dana lagi.
Oh iya, jika Anda sudah menggunakan keyboard dengan hotswap PCB, penting juga untuk mencari tahu pin yang didukung oleh PCB tersebut. Ada 2 tipe pin switch, yaitu 3 dan 5 pin. Durock L2 tadi menggunakan 5 pin. Switch dengan 5 pin biasanya disebut PCB mount. Sedangkan switch dengan 3 pin biasanya disebut juga plate mount. Anda memang bisa memotong 2 kaki/pin plastik dari switch 5 pin untuk dipasangkan di hotswap PCB yang hanya mendukung 3 pin. Namun, sekali lagi, karena judul artikel ini adalah upgrade mudah dan saya itu pemalas (kawoakwokaw), PCB hotswap yang sudah mendukung 5 pin (biasanya ditulis support 3/5 pin) memberikan Anda kebebasan lebih dalam menentukan switch.
Mengganti Case
Saat ini, saya punya 5 keyboard dengan 3 ukuran berbeda: 3 full size, 1 60% (61 keys), dan 1 68% (73 keys). Dari pengalaman saya menjejalkan peredam, mengganti switch, ataupun keycaps, ukuran case (keyboard) menjadi faktor yang lebih signifikan dalam menentukan suara keyboard.
Logikanya, kembali ke teori rongga suara. Semakin besar rongga suara yang ada, semakin nyaring pula suara yang akan dihasilkan. Keyboard dengan ukuran mini (60-68%) tentunya jadi memiliki ruang yang lebih padat di dalam case-nya ketimbang keyboard TKL apalagi full size.
Saya sudah mencoba beberapa cara untuk mengurangi suara Blackwidow V3 seperti mengganti keycaps, memasang O-rings, dan menjejalkan busa (bahkan yang terlalu tebal sekalipun). Tecware Phantom Elite ataupun Dareu EK840 yang memang suara aslinya tak seburuk Blackwidow V3 tadi pun masih lebih nyaring dan tipis ketimbang suara yang dihasilkan oleh 2 keyboard saya yang berukuran 60 dan 68% meski dengan usaha minimalis. Resonansi suaranya jadi sangat pendek dan suaranya juga lebih tebal di keyboard yang berukuran imut.
Sayangnya, mengganti case itu memang tak semudah mengganti keycaps, memasang peredam, ataupun O-rings. Makanya saya taruh di bagian terakhir.
Ada alasan lain juga kenapa saya bahas soal case dan ukuran keyboard di sini, meski usahanya tidak semudah 5 cara lain di atas. Sebelumnya, saya juga bingung kenapa keyboard full-size saya benar-benar punya warna/jenis suara yang berbeda jauh dengan suara keyboard yang saya dengar di video YouTuber yang menyasar pengguna keyboard mekanikal enthusiast (bukan cuma spesifik ke gamer). Jujur saya juga baru sadar setelah menggunakan sendiri keyboard yang berukuran compact. Mungkin memang ada caranya untuk membuat keyboard TKL ataupun full-sized agar suaranya mirip dengan yang berukuran mini (60-65%) namun antara caranya yang terlalu repot dan saya yang terlalu malas (seperti lubing switch, ingat jika full-sized berarti Anda harus melumas 104 switch) atau saya belum menemukan cara lainnya yang lebih mudah dan cepat.
Selain berguna dalam mengubah warna suara keyboard Anda, tampilan keyboard pun juga bisa berubah saat Anda mengganti case. Apalagi jika misalnya Anda menggantinya dengan case berbahan acrylic (baik itu yang transparan ataupun frosted), Anda bisa membuat LED RGB keyboard terlihat lebih genjreng — seperti keyboard besutan Gamakay/Womier, K61 ataupun K87.
Melepas case keyboardnya sendiri memang mudah sebenarnya namun case penggantinya yang tidak mudah dicari — bahkan tidak ada keyboard pre-built dari brand mainstream yang dijual terpisah case-nya. Namun begitu, Anda bisa menemukan beberapa pengrajin atau penyedia jasa di ecommerce yang sudah biasa membuatkan custom case keyboard.
Sayangnya, kebanyakan bahan yang digunakan untuk custom case dari penyedia jasa tadi adalah acrylic. Mungkin memang bahan acrylic tidak jelek juga sebenarnya namun jadi terbatas saja pilihan Anda. Namun demikian, jika Anda kenal/tahu pengrajin kayu ataupun logam, Anda sebenarnya bisa juga membayar jasa mereka untuk membuatkan custom case dari bahan selain acrylic.
Jika Anda berniat untuk membuatkan custom case, yang perlu Anda ingat adalah soal ukuran rongga suara di case keyboard yang ingin dibuat. Jika ingin suara yang lebih tebal dan bulat, buat ruang kosong di case yang sesempit mungkin — asal jangan sampai mengganggu komponen dan PCB keyboard. Harusnya, bahan case juga berpengaruh terhadap suara namun, berhubung saya belum banyak bereksperimen dengan bahan case keyboard, saya tak bisa memberikan komentar lebih jauh.
Penutup
Itulah tadi 7 hal yang (relatif) mudah dilakukan untuk membuat keyboard Anda lebih nyaman digunakan (termasuk soal suaranya karena saya tidak nyaman juga dengan keyboard yang terlalu bising).
Untuk bagian switch, seperti yang saya bilang tadi, jika Anda sudah menggunakan PCB hotswap — mengganti switch jadi semudah mengganti keycaps. Saya kembali mengatakan hal ini karena juga berharap kita bersama-sama menuntut brand gaming mainstream untuk menerapkan standar hotswap; ketimbang fitur-fitur yang sekadar gimmick macam 4k polling rate atau analog switch.
Sedangkan untuk case, meski memang repot juga kalau Anda harus mencari pengrajin baru — jika sebelumnya belum ada kenalan. Namun, membuat custom case bisa Anda jadikan solusi terakhir jika cara-cara lain yang lebih mudah masih belum bisa menghantarkan Anda ke suara ataupun tampilan keyboard yang Anda dambakan.
Setelah artikel ini, saya juga ingin berbagi soal pengalaman saya menggunakan keyboard dengan ukuran dan layout yang berbeda-beda. Jadi, jangan lupa kunjungi Hybrid setiap hari yak!