Tag Archives: Kharim Siregar

(Ki-ka) Head of Merchant Business Bank Jago Vincent C. Soegianto, Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, dan Head of Merchant Platform GoTo Financial Novi Tandjung

Bank Jago Umumkan Sinergi dengan GoBiz, Bantu Kelola Keuangan Mitra Merchant

PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTO) dan GoTo Group kembali melanjutkan kolaborasi strategisnya pada ekosistem layanan keuangan GoTo Financial. Bank Jago mengumumkan sinerginya dengan platform untuk mitra usaha GoBiz.

Sebelumnya Bank Jago dan GoTo telah mengintegrasikan sejumlah layanan di GoPay. Di antaranya, pembukaan rekening, opsi pembayaran di Gojek, serta mengintegrasikan GoPay ke dalam fitur Kantong/Pocket di Bank Jago.

Sebagai informasi, GoTo Financial saat ini memiliki lisensi di e-wallet, e-money, P2P, multifinance, hingga payment gateway. GoTo Financial menaungi GoPay, GoBiz, Moka, hingga GoStore. Adapun, GoBiz (GoFood, GoPay, dan GoKasir) menawarkan one-stop-solutions untuk membantu pemilik usaha mengelola bisnisnya.

“Sinergi ini menandai langkah perusahaan untuk berperan aktif mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, khususnya bagi segmen UMKM, ritel, dan mass market,” ungkap Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar.

Sinergi ini juga berangkat dari riset yang dilakukan Bank Jago terkait pain point pemilik usaha. Mereka menemukan bahwa pemilik usaha memiliki terlalu banyak rekening dari bank berbeda, kesulitan mengelola dana, dan minim akses terhadap pinjaman usaha.

Untuk tahap awal, Bank Jago mengintegrasikan pembukaan rekening dan fitur Kantong/Pocket ke aplikasi GoBiz. Proses onboarding juga tidak lagi melewati verifikasi dengan KTP dan video call.

Selain itu, dalam waktu dekat Bank Jago juga akan merilis fitur yang memungkinkan pengguna GoBiz mencairkan dana di hari sama. Tak menutup kemungkinan, Bank Jago akan memberikan pinjaman kepada pengguna GoBiz ke depannya. Saat ini, GoTo Group memiliki 15,1 juta mitra usaha.

Merchant UMKM

Head of Merchant Business Bank Jago Vincent C. Soegianto menuturkan saat ini merchant GoBiz banyak berasal dari UMKM di segmen F&B. Menurutnya, kebutuhan finansial pada merchant di skala ini belum ter-capture sepenuhnya dibandingkan merchant skala besar (enterprise) yang sudah banyak diakomodasi oleh bank.

“Sinergi Bank Jago dengan GoTo akan berjalan bertahap karena Gojek dan Tokopedia punya banyak ekosistem yang kebutuhan dan segmennya berbeda-beda. Ini saja kami baru masuk ke individual [UMKM], belum ke merchant yang sudah punya PT,” tutur Vincent usai acara.

Ekosistem digital GoTo / Sumber: IndoPremier

Berdasarkan riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia pada 2021, pelaku UMKM menyebutkan bahwa kemitraan dengan GoFood memberi manfaat terhadap pengelolaan operasional melalui aplikasi GoBiz.

Sekitar 75% mitra merchant GoFood menganggap biaya komisi yang dikenakan sepadan dengan manfaat yang didapatkan, yakni fitur untuk mengelola bisnis, promosi, dan akses terhadap konsumen. Kemudian, 90% mitra merchant GoFood merupakan pemilik usaha mikro dan 34% adalah first-time entreprenuer yang baru bergabung saat pandemi Covid-19.

Integrasi Bank Jago di Gojek

Bank Jago Umumkan Integrasi Fitur Pembukaan Rekening Melalui Aplikasi Gojek

PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTO) kembali mengumumkan integrasi layanan bersama Gojek. Kali ini, pengguna dapat membuka rekening Bank Jago langsung dari aplikasi Gojek dengan klaim waktu kurang dari lima menit. Pembukaan rekening tidak dikenakan biaya administrasi atau saldo minimal.

Sebelum integrasi ini, Bank Jago sudah lebih dulu menghubungkan Kantong (Pocket) sebagai salah satu opsi pembayaran aplikasi Gojek. Pengguna dapat membayar berbagai layanan, seperti makanan, transportasi, dan tagihan dengan Kantong Bank Jago yang di dalam aplikasi.

Kini pengguna juga dapat melakukan top up Gopay dari Bank Jago bebas biaya. Perusahaan mengklaim bahwa integrasi platform on-demand dengan bank digital merupakan yang pertama di Indonesia.

Dalam acara peluncuran yang digelar virtual, Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan bahwa sinergi ini dapat membantu pengguna untuk mengelola keuangan mereka. Pasalnya, pengguna dapat memonitor keuangan pada fitur-fitur Kantong Bank Jago di aplikasi Gojek.

“Dengan jangkauan Gopay, kami ingin memberikan manfaat dan pengalaman sehingga mereka bisa bertransaksi dengan cepat, mudah, dan aman di dalam ekosistem Gojek. Kami berinisiatif meningkatkan financial maturity di kalangan masyarakat dengan fitur-fitur yang kami tawarkan sehingga mereka tidak overspending,”

Rencana sinergi dengan Gojek / Bank Jago
Rencana sinergi dengan Gojek / Bank Jago

Sementara, CEO Gopay Hans Patuwo mengatakan bahwa kolaborasi Bank Jago dan GoTo sejalan dengan misi untuk meningkatkan inklusivitas keuangan. Bank Jago memiliki kapabilitas teknologi di sektor perbankan yang dinilai sesuai dengan misi yang ingin dicapai GoTo.

“Kami bisa bergandeng tangan untuk saling memanfaatkan keahlian tech satu sama lain untuk dapat menghasilkan value proposition layanan yang unik di pasar,” ujar Hans.

Integrasi ini merupakan sinergi lanjutan antara Gojek Group (saat itu belum merger dengan Tokopedia) dan Bank Jago ketika meresmikan masuknya GoPay (PT Dompet Anak Karya Bangsa) sebagai pemegang saham sebesar 22% pada Desember 2020.

Saat itu, dalam pengumumannya, kedua belah pihak menyepakati tujuan utama kolaborasi strategisnya, yakni mengakselerasi inklusi keuangan. Salah satu inisiatifnya adalah menghadirkan layanan perbankan di aplikasi Gojek sehingga jutaan pelanggannya dapat membuka rekening langsung di Bank Jago.

Gopay buka akses ke layanan perbankan dan keuangan

Lebih lanjut, integrasi layanan Bank Jago dan GoTo diharapkan dapat mendukung misi pemerintah untuk mencapai target tingkat inklusi keuangan sebesar 90% pada 2024. Terlebih, Gojek baru saja merger dengan Tokopedia, yang mana keduanya sama-sama memiliki ekosistem layanan dan proposisi yang kuat di segmen UMKM.

Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan, saat ini baru terdapat 61,7% masyarakat Indonesia yang memiliki akun bank. Sementara, mengacu hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, GoTo Financial dikatakan telah membantu masyarakat unbanked dan underbanked mengakses layanan keuangan formal.

Sumber: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Sumber: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia / Diolah kembali oleh DailySocial

Riset menunjukkan 1 dari 5 pengguna Gopay tidak memiliki rekening bank. Temuan lain juga mengungkap responden melihat Gopay sebagai sarana pengaturan keuangan dan jembatan terhadap layanan keuangan, tidak hanya sebagai alat pembayaran semata. Bahkan, 1 dari 4 pengguna Gopay mengaku tertarik membuka rekening bank melalui Gopay.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Bank Jago Digital

Bank Jago Tambah Modal untuk Perkuat Transformasi Menuju Bank Digital

PT Bank Jago Tbk kembali melakukan penambahan modal untuk mendukung rencana transformasinya menjadi bank digital. Penambahan modal ini dilakukan melalui aksi penerbitan saham baru (right issue) kedua yang diumumkan lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Disampaikan Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, perusahaan dituntut untuk meningkatkan skala usaha dan membangun infrastruktur teknologi yang mumpuni agar dapat bersaing dan beradaptasi terhadap perubahan akibat pandemi Covid-19.

“Sejak Covid-19, kita menyaksikan sendiri akselerasi teknologi dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kami ingin menjadi bagian dari perubahan hidup masyarakat yang semakin digital,” ujar Kharim dalam paparan RUPSLB, Selasa (5/10).

Sebelumnya, Bank Jago sudah menuntaskan right issue tahap pertama pada April 2020, mebukukan dana Rp1,3 triliun. Dana hasil right issue tahap kedua akan digunakan untuk memperkuat modal perusahaan agar dapat memenuhi aturan modal minimum bank sebesar Rp3 triliun.

Selain itu, dana tersebut nantinya digunakan untuk meningkatkan skala bisnis perusahaan, merekrut SDM yang relevan sesuai dengan visi perusahaan, dan mengembangkan teknologi.

Sebagaimana diketahui, Bank Artos resmi berganti nama menjadi Bank Jago pada Juni 2020. Rebranding ini dilakukan pasca akuisisi oleh grup investor yang dipimpin Jerry Ng dan Patrick Waluyo lewat PT Metamorfosis Indonesia (MEI), dan Wealth Track Technology (WTT). Selain itu, Bank Jago juga akan membidik segmen UKM dan ritel.

Bank Jago menargetkan komersialisasi sebagai bank digital pada akhir tahun ini  dengan meluncurkan platform aplikasi Life Finance Solution (LFS). Manajemen Bank Jago memastikan bahwa rencana menuju bank digital ini tetap sesuai target awal.

Pada paparan publik virtual Agustus lalu, Bank Jago menargetkan peluncuran LFS akan berbarengan dengan sejumlah produk keuangan digital lainnya. Perusahaan juga tengah mempersiapkan pengembangan teknologi, seperti Open API, microservices, dan cloud untuk memperkuat posisinya di ekosistem digital.

Realisasi bank digital

Sejumlah bank di Indonesia berencana untuk merealisasikan menjadi bank digital tahun ini. BCA melalui Bank Digital BCA ditarget meluncur sekitar Oktober atau November tahun ini dengan akses terbatas, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Kemudian, Bank Yudha Bhakti (BYB) juga resmi mengganti namanya menjadi Bank Neo Commerce. Dihubungi DailySocial, Direktur Utama Bank Yudha Bhakti Tjandra Gunawan mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu izin dari OJK untuk platform mobile banking.

“Targetnya semua phase [pengembangan] mobile banking bisa dirampungkan pada kuartal I 2021, termasuk teknologi QRIS dalam blueprint kami,” ujarnya dalam pesan singkat.

Sementara itu, BRI juga mempertimbangkan untuk membentuk bank digital. Direktur Digital, Teknologi Informasi, dan Operasi BRI Indra Utoyo mengungkap bahwa perusahaan masih mematangkan konsep dan strateginya saat ini.

Kepada DailySocial beberapa waktu lalu, Indra menyebut bahwa BRI Agro berpeluang untuk dikonversi menjadi bank digital. Produk digital lending Pinang (Pinjam Tenang) menjadi test case awal perusahaan untuk uji coba ke pasar.

“Terkait positioning baru Bank Agro, akan ada jawabannya di waktu yang tepat. Kami belum bisa jawab sekarang [apakah ada produk digital baru selain Pinang]. Namun, strategi digital kami akan tetap go smaller, go shorter, dan go faster. Artinya, kami masuk ke segmen yang lebih kecil, yaitu ultra mikro,” ungkapnya.