Tag Archives: Kitabisa

The Big Leap Jakarta, The Indonesian Retention Pinnacle: Personalized Customer Journeys with Innovative Technology / e27

The Big Leap: Peran Teknologi Tingkatkan Retensi Pengguna Lewat Personalisasi

Isu tech winter masih hangat dibicarakan, mengingat terus mengalirnya pemberitaan layoff  dari startup teknologi. Perusahaan rintisan kini semakin mengencangkan ikat pinggang dan fokus pada strategi perusahaan untuk mendulang profit. Dimulai dari menjaga retensi pengguna yang sudah ada di platform.

Platform manajemen pelanggan CleverTap berkolaborasi dengan e27 mengadakan Roadshow The Big Leap di 6 kota di Asia Tenggara, termasuk Jakarta. Acara yang bertajuk “The Indonesia Retention Pinnacle: Personalized Customer Journeys with Innovative Technology” ini bertujuan untuk membantu para pemain industri meningkatkan pertumbuhan dan retensi pelanggan.

Beberapa pemain industri yang turut hadir dalam acara ini adalah VP of Brand Communication Kitabisa.com Iqbal Hariadi, Co-Founder & CMO Sociolla Chrisanti Indiana, serta VP of Marketing Rukita Lika Aprilia Samiadi. Mereka mewakili perusahaan rintisan di Indonesia yang juga tengah berjuang mempertahankan retensi pengguna.

Membangun relasi personal

Memberi pengalaman personal kepada pengguna merupakan salah satu strategi bisnis yang sangat penting, agar setiap pengguna merasa mereka dikenal secara personal dan merasa yakin dapat mengandalkan sebuah brand untuk setiap kebutuhan. Bila perusahaan bisa menangkap peluang itu, maka penjualan dan kesetiaan pelanggan secara otomatis akan mengikuti.

Startup retailer kecantikan Sociolla mengungkapkan bahwa mereka memiliki misi untuk menjadi user’s best friend atau sahabat pengguna. Setiap kampanye yang digalakkan juga selalu disesuaikan dengan preferensi para penggunanya. Hal ini sesuai dengan misinya ‘liberating self-care for everyone’, menjangkau semakin banyak beauty enthusiast di seluruh Indonesia.

Terkait pendekatan secara personal ini, Chrisanti angkat bicara, “Kami ingin menciptakan nilai dalam produk-produk yang kami salurkan melalui Sociolla. Kami ingin menjadi merek yang autentik. Hal ini memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tetapi kami merasa ini penting untuk bisa bertahan di industri.”

Sociolla sendiri saat ini tengah fokus pada solusi omnichannel dengan menggabungkan pengalaman online dan offline yang seamless. Dari situ, perusahaan dapat menghilangkan semua hambatan dan batasan bagi pelanggan untuk berbelanja sesuai keinginan mereka, di mana saja dan kapan saja.

Selain itu, strategi omnichannel menjadi lebih relevan dengan perilaku pelanggan saat ini. Bertahannya preferensi digital dan omnichannel di antara konsumen Indonesia adalah salah satu dari lima tema konsumen baru yang diperkirakan akan terus berlanjut pasca-COVID 19.

Fokus pada solusi

Salah satu startup yang juga hadir dalam acara ini adalah Rukita, yang dikenal sebagai platform penyedia sewa hunian jangka panjang. Perusahaan dinilai memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup pesat dengan usia yang masih terbilang belia.

Rukita saat ini berfokus pada banyak hal. Salah satunya adalah tentang bagaimana pengembangan produk teknologi Rukita mampu meningkatkan pengalaman terhadap para pelaku ekonomi di dalam ekosistemnya, mulai dari konsumen (penyewa), agen properti, hingga rekan atau mitra.

Dalam memasarkan brand terkadang pemasar juga terlalu fokus pada kinerja perusahaan. “Fokus pada apa yang dapat dilakukan brand dalam menyediakan solusi bagi pengguna, daripada sekadar apa yang bisa dilakukan brand,” tegas VP of Marketing Rukita Lika Aprilia Samiadi.

Ke depannya, perusahaan memiliki long-term goal untuk bisa menyediakan tempat tinggal yang nyaman, terjangkau, dan assle-free di seluruh Indonesia. Beberapa waktu lalu, Rukita juga baru saja mengakuisisi Infokost yang merupakan startup yang bergerak di bidang online listing untuk sewa hunian seperti indekos dan sejenisnya.

Memanfaatkan data

Terlepas dari industrinya, pemanfaatan data telah diakui menjadi kunci pengambilan keputusan yang cerdas. Selain dapat mengukur tingkat retensi secara akurat dan memperbaiki metrik, data menyediakan semua hal yang dibutuhkan untuk mengukur kinerja serta mengidentifikasi strategi dan fitur yang memberikan dampak.

Kitabisa.com turut berbagi mengenai strategi perusahaan dalam menjaga retensi dan mendorong pertumbuhan penggunanya. Salah satunya adalah dengan mengembangkan donasi otomatis yang bisa dipersonalisasi sesuai preferensi pengguna. Dalam hal ini, Kitabisa fokus pada aplikasi mobile dan menggunakan teknologi pemasaran untuk mengingatkan pengguna memberikan donasi.

Saat ini kecerdasan artifisial (AI) juga menjadi salah satu teknologi yang ramai dikembangkan perusahaan teknologi. Melihat kesuksesan dari ChatGPT, tidak sedikit startup yang berusaha mengaplikasikan teknologi AI terhadap solusi yang ditawarkan perusahaan. Meskipun begitu, beberapa perusahaan masih yakin pada pendekatan personal untuk bisa menjangkau dan menjaga loyalitas pengguna.

Salah satu contohnya adalah chatbot yang sudah banyak digunakan sebagai pengganti customer service (cs). Untuk pertanyaan dasar, teknologi ini sangat membantu, namun untuk pertanyaan yang lebih spesifik, chatbot bukanlah sebuah solusi. “Para pengguna kalian adalah manusia, maka layani mereka layaknya seorang manusia,” tegas COO PT MNC OTT Network Roy Debashis.

“Mulai dari rasa empati untuk bisa lebih dekat dengan pengguna. Dari situ, kita akan mulai mendapatkan data, karena data adalah basis untuk menciptakan solusi. Ingatlah juga untuk berinvestasi pada customer service atau pelayanan pelanggan,” tambah Chrisanti.

Pendanaan Kitabisa IFC

IFC akan Berinvestasi ke Kitabisa Senilai 75 Miliar Rupiah

International Finance Corporation (IFC) mengajukan usulan investasi ke startup crowdfunding Kitabisa senilai $5 juta atau sebesar Rp74,8 miliar. Dalam laman resmi IFC, status pengajuan investasi ini tercatat masih menunggu persetujuan (pending approval).

“IFC mengusulkan investasi dalam bentuk ekuitas hingga $5 juta di perusahaan melalui pembelian saham preferen,” demikian disampaikan dalam Summary Investment Information (SII). Adapun, projected board date ditargetkan pada 23 Agustus 2021.

Melalui investasi ini, IFC memproyeksikan adanya peningkatan akses layanan asuransi ke segmen yang kurang terlayani di Indonesia. Kitabisa diharapkan dapat masuk ke segmen ini melalui pendekatan direct-to-consumer (D2C) dan digital native lewat produk asuransi syariah berbasis on-demand. 

Kitabisa juga diyakini dapat mengatasi hambatan tersebut di Indonesia berkat model bisnis berbasis digital secara end-to-end, pengembangan produk unik dan terjangkau, dan upayanya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya produk asuransi.

Sebagai informasi, Kitabisa mengoperasikan layanan donasi dan pengumpulan dana berbasis digital untuk melayani segmen berpenghasilan rendah dan menengah. Sementara, IFC merupakan konsorsium di bawah naungan World Bank yang telah berinvestasi ke sejumlah startup di Indonesia, yakni eFishery, AnterAja, dan PasarPolis.

Ekspansi bisnis

Dalam SII-nya, Kitabisa tercatat berencana ekspansi bisnis ke layanan syariah dan asuransi. Diketahui sebelumnya Kitabisa sempat mengoperasikan platform crowdinsurance bernama Saling Jaga pada April 2021. Namun, Saling Jaga terpaksa dihentikan operasionalnya pada 31 Agustus 2021 karena terkendala perizinan.

Berdasarkan pemberitaan tahun lalu, Kitabisa sebelumnya telah mendaftarkan Saling Jaga ke regulatory sandbox OJK. Menurut pihak OJK, salah satu concern dari platform ini adalah konsep crowdinsurance Saling Jaga yang melibatkan banyak orang untuk berdonasi gotong royong.

Pada Oktober 2021, Kitabisa melakukan pivot layanan insurtech dengan menyiapkan kanal Kitajaga. Melalui platform ini, masyarakat dapat membeli produk asuransi jiwa melalui aplikasi Kitabisa.

Sejak berdiri di 2013, Kitabisa telah memiliki 6 juta donatur, melakukan 100 ribu penggalangan dana, serta didukung 3000 NGO/yayasan/lembaga dan 250 program CSR/brand/perusahaan. Berdasarkan laporan audit Ernst & Young (EY) di 2020, total jumlah penerimaan donasi di Yayasan Kita Bisa telah mencapai Rp835 miliar.

Application Information Will Show Up Here
Here are our picks (handpicked by our own editors) for Indonesia's most impactful startups that help bring positive changes to grassroots communities

Editors’ Picks: Indonesia’s Most Impactful Startups

Impact investing can be a powerful instrument of change.

— Judith Rodin (Philanthropist and former President of Rockefeller Foundation).

Creating a startup is not only about making wealth and being famous, nationwide and globally. It’s also to make impacts on society. Indonesia, an archipelago with 270+ million of population and most are working in maritime and agriculture industry, can use some help from tech startups to ignite these changes. A change for farmers, fishermen, grassroots communities, MSMEs, and people in need for a better quality of healthcare and education.

In alphabetical order, here are our picks (handpicked by our own editors) for Indonesia’s most impactful startups to date.

Amartha (Kristin, Randi)

Metrics Number/Description
Impacted MSMEs 908,000
Disbursement Rp5.13 trillion
Coverage The women-focused fund, providing access to clean water, accommodating financial access to tier-3 cities, financial literacy programs

Amartha has been uniquely positioned to use Grameen Bank’s playbook to empower women by disbursing productive loans with technological touch. In the patriarchal society we live in, where most households are supported by only men of the family, this innovation would spread an awareness that women, too, have an opportunity to contribute more to the economy. Not only about the loan, its small group setup taught about business, financial literacy, and digital literacy. Several global social impact institutions have validated the effectiveness of their business model and become strategic partners.

Aruna (Amir, Yenny)

Metrics Number/Description
About Integrated Fisheries Commerce
Total Fishermen 20,000+ fishermen and provided 10 commodities
Coverage 40 fishing community centers spread across 13 provinces, the majority are in coastal villages that have not been reached by similar fishing companies.

Indonesia claims to be a maritime industry, yet the industry hasn’t changed to support local fishermen. With one of the co-founders being a fisherman’s daughter, Aruna builds a platform that consolidates all aspects of the industrial fisheries, from aggregators of supply and purchase, financing, and reducing the price gap, while increasing the living standards for underserved fishermen. It has acquired 20,000+ fishermen to date and has begun to partner with MSMEs in the fishery business.

eFishery (Corry, Yenny)

Metrics Number/Description
Statistics 13,000+ fish farmers and 60,000+ fishponds
Impacted MSMEs 6,000 fish farmers in more than 250 cities/districts throughout Indonesia
Coverage Helps fish farmers in terms of care, the provision of feed and seeds, undercut the possibility of working with middlemen

eFishery has revolutionized the aquaculture sector through IoT-based feeder solutions, disrupting the traditional way of feeding fish and shrimp in Indonesia. It is listed as the largest feed distributor and fish supplier in Indonesia without operating any single fishpond. eFishery continues to scale up its innovation by providing an end-to-end ecosystem through the marketplace and BNPL/paylater services. It aims to build an aquaculture ecosystem in Indonesia that is not only profitable, but also sustainable to the farmers, buyers, and all stakeholders.

Halodoc (Marsya, Randi)

Metrics Number/Description
Total Users 20 million+ monthly active users
Partners 4000+ pharmacy, 20,0000+ doctor; 3800+ medical facilities
Coverage All cities in Indonesia

Halodoc succeeds in democratizing access to comprehensive health facilities. The platform enables many people, especially from tier-2 and tier-3 cities, to access a broad network of doctors and pharmacies in Indonesia with a touch of mobile services. No more wasting hours to queue at the hospital. With healthcare digitization still in the nascent stage, accelerated with the pandemic, Halodoc is on course to be the go-to platform for all healthcare needs.

Kitabisa (Randi, Marsya)

Metrics Number/Description
Statistics 6 milllion+ users/fundraisers,  1.5 million+ monthly transaction in 4000 campaigns
Donation Rp835 billion in 2020
Partners 3000+ NGOs and social institutions, 250+ CSRs

It’s no doubt that Kitabisa has set a gold standard of social crowdfunding, by turning donations into a digital lifestyle, making people more responsive to social problems. Its friendly UI/UX has been copied by many similar services. The power of technology, storytelling, and a strong community has made Kitabisa the top-of-mind donation platform in Indonesia, trusted by millions of users every month. The platform perfectly identified the pain points the community had faced with the donation program: trust, convenience, and flexibility.

Klinik Pintar (Corry, Kristin)

Metrics Number/Description
Statistics 120+ clinics
Partner(s) Bundamedik Healthcare System (BMHS)
Coverage 60+ cities

Accessible infrastructure continues to be the highlight of healthcare democratization towards grassroots communities. While Halodoc provides access to doctors and pharmacies, Klinik Pintar provides physical clinic chains as the first mile for healthcare access. According to data, there are almost 9000 clinics and almost 10,000 Puskesmas nationwide, compared to less than 3000 hospitals. The platform aims to help clinics owners to make healthcare services widely accessible for people with the help of technology.

Mitra Bukalapak (Randi, Marsya)

Metrics Number/Description
Statistics 10.4 million registered micro-business users
Coverage All tier-1, tier-2, and tier-3 cities around Indonesia
Focus Financial and digital literacy programs

We believe Mitra Bukalapak will become the core and essential part of Bukalapak’s business, not just a type of diversification like others’ approach. Hence why it’s now the country leader of the O2O industry. It bridges between non-tech-savvy societies and the technology industry. The platform is about how a digital application enables micro-entrepreneurs to create added value for their customers. It’s also hopeful to provide a fair supply chain system for micro-entrepreneurs.

Tanihub (Yenny, Amir)

Metrics Number/Description
Statistics 500,000+ downloads in Google Play
Total farmers 60,000 farmers
Total users 350,000+ buyers in 12 cities

TaniHub is a one-stop digital service for agricultural products that aims to connect farmers with various types of businesses and end-users. While it’s not the only platform in the area, it’s successfully able to connect the long supply chain between farmers and customers by providing access to capital to the farmers, undercutting the distribution, and establishing a more sustainable environment in the industry. Recently it launches a foundation as a vehicle that provides long-term solutions for the welfare of farmers.

Wahyoo (Corry, Kristin)

Metrics Number/Description
Statistics 17,000 “warung”
Coverage “Warung” in Jabodetabek
Focus Digitizing “warung”, supply chain, paylater product

Small and medium enterprises represent one of the major engines of economic growth in Indonesia. Jakarta alone is home to thousands of small food stalls or locally known as “warung”. Founded by Peter Shearer, Wahyoo, through its innovation, intends to help transform the conventional working system of “warung”. It directs its vision on cost efficiency and increasing the profits of “warung” owners through simplification of the supply chain process.

Zenius (Marsya, Kristin)

Metrics Number
Statistics 20 million+ students and partners with over 7000 teachers throughout Indonesia. Total visit reached up to 38 million (session)
Content 100,000+ learning videos, hundreds of thousands of practice questions for elementary-high school level.
Coverage All cities/districts nationwide

Co-Founded by Sabda PS as one of the edtech pioneers in Indonesia, Zenius shows what an edtech company should be. The platform tries to revolutionize our basic education concept. Rather than just “memorizing”, the old method that has been practiced nationwide for years, it pushes the new idea with an understand-the-concept approach.  Moreover, it’s not only focused on students but also helping teachers catch up with digitalization.

Kitajaga Insurtech Kitabisa

Kitabisa Segera Masuk ke Bisnis Asuransi Digital Lewat “Kitajaga”

Setelah sebelumnya menutup layanan crowdinsurance Saling Jaga pertengahan bulan Juli 2021 lalu karena terkendala perizinan, kini Kitabisa melakukan pivot untuk unit insurtech-nya dengan meluncurkan kanal pembelian produk asuransi jiwa. Bernama “Kitajaga”, platform tersebut memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan berbagai produk asuransi jiwa lewati aplikasi Kitabisa.

Tidak berbeda dengan platform insurtech lainnya, semua proses dilakukan secara online, pengajuan klaim pun nantinya tanpa memerlukan dokumen fisik.

Masih dalam proses persiapan, CPO Kitabisa Vikra Ijas kepada DailySocial.id menyebutkan, saat ini layanan masih belum live. Seperti yang ditampilkan di web saat ini masih waiting list. Rencananya sebelum akhir tahun 2021 layanan tersebut akan diluncurkan.

Untuk memberikan produk asuransi yang terbaik, Kitajaga bekerja sama dengan pialang asuransi resmi yaitu PasarPolis yang telah terdaftar dan diawasi oleh OJK. Sementara untuk Dana Bersama, Kitajaga menggandeng PT. Asuransi Takaful Keluarga. Nantinya Dana Bersama (atau dana tabarru’) akan dikelola secara amanah oleh mitra asuransi syariah tersebut. Dalam situs Kitajaga juga disebutkan semua disesuaikan dengan akad asuransi syariah.

Terkait hubungan dengan layanan sebelumnya, Vikra menegaskan, “Kitajaga merupakan program berbeda dengan Saling Jaga yang sudah selesai beroperasi”.

Bisnis insurtech di Indonesia

Menurut data yang diolah DSInnovate dalam “Insurtech Report 2021“, GWP (gross written premiums) yang telah dibukukan industri perasuransian di Indonesia telah mencapai $20,8 miliar pada tahun 2020. Asuransi jiwa mendominasi angka dengan persentase 73,8%.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa platform yang secara spesifik memberikan akses ke produk asuransi secara digital, berikut daftarnya:

Masing-masing memiliki pendekatan unik yang diunggulkan. Misalnya Fuse fokus pada digitalisasi sistem keagenan. Sementara PasarPolis fokus pada integrasi layanan ke ragam aplikasi konsumer. Selain bersama Kitabisa, PasarPolis juga telah menghadirkan layanan GoSure bersama Gojek.

Application Information Will Show Up Here
Bantoo.id

Platform “Crowdgiving” Bantoo.id Jembatani Kegiatan Donasi secara Digital

Besarnya minat masyarakat umum untuk melakukan donasi secara online, menjadi salah satu alasan platform Bantoo.id hadir. Kepada DailySocial.id, Co-founder Bantoo.id Ratna Veronica menyebutkan, Indonesia sebagai negara teratas dalam inisiatif untuk memberi (oleh World Giving Index) ditambah dengan kultur gotong-royong yang sudah mendarah daging.

“Namun online giving platform sebagai sociotech masih jauh kalah kuantitas dan perkembangannya dibanding fintech dan tentunya online marketplace,” kata Ratna.

Secara khusus Bantoo.id memadukan donasi barang dan uang. Berbeda dengan platform serupa lainnya, Bantoo.id bukan hanya sekedar crowdfunding platform, namun merupakan crowdgiving. Ke depannya ada beberapa vertical product dan layanan lagi yang akan dikembangkan.

Mereka juga berupaya untuk tidak menjual kesedihan, baik lewat cause campaign, konten cerita campaign, maupun foto. Perusahaan lebih mengedepankan semangat, perjuangan, inspirasi kebaikan dan berita positif. Bantoo.id juga  menerapkan 5 tahap verifikasi untuk setiap kampanye yang dijalankan.

“Bantoo.id dapat diakses oleh pengguna di seluruh Indonesia. Untuk penggalang dana sendiri tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan cause penggalangan yang beragam. Pertumbuhan unique visitor kami cukup baik dengan conversion rate to donate yang cukup tinggi. Kami mulai dari nol, dan saat ini ada di angka 200 ribu visitor per bulan,” kata Ratna.

Strategi monetisasi yang dilancarkan pada platform crowdfunding adalah 5% platform fee dari donasi terkumpul dan dikarenakan adanya crowdgiving, monetisasi bertambah dengan persentase margin dari barang donasi yang terjual di Bantoo.id. Campiagner dan mitra cukup beragam.

Diawasi oleh Kemensos dan Kominfo

Saat ini Bantoo.id diawasi oleh Kementrian Sosial dan Kominfo. Disinggung apakah nantinya Bantoo.id akan bertransformasi lebih dari sekadar platform donasi, mereka menegaskan untuk saat ini dan ke depannya akan terus menjadi platform crowdgiving di Indonesia.

Cara unik yang kemudian dilancarkan oleh mereka yaitu menawarkan pilihan donasi bukan hanya uang, namun juga barang, zakat, hingga bagi ilmu. Dengan demikian memberikan pilihan kepada orang banyak untuk melakukan donasi dengan opsi yang lebih luas.

“Saat ini donasi paling banyak adalah donasi dana. Namun dengan menawarkan pilihan seperti #BagiBarang bisa menjembatani mereka secara individu hingga perusahaan yang ingin melancarkan kegiatan CSR memanfaatkan layanan pilihan dari Bantoo.id,” kata Ratna.

Salah satu pemicu pertumbuhan layanan donasi Bantoo.id adalah saat pandemi. Pandemi secara langsung memberikan dampak positif, banyak social cause yang memerlukan bantuan dan dapat dibantu. Secara negatif, walaupun tidak terlalu signifikan adalah berkurangnya nilai donasi (basket size) per user.

Meskipun baru berusia 1 tahun, namun Bantoo.id memiliki beberapa rencana yang ingin dilancarkan. Di tahun ini Bantoo.id fokus pada perkuatan dan pengembangan system internal, automated verification & automated withdrawal system.

“Oleh sebab itu kami secara selektif memilih campaign baru. Ke depannya di tahun ini kami akan menambah 1-2 vertical product/services untuk memperkuat Bantoo.id sebagai Point of Charity (POC),” kata Ratna.

Disinggung apakah Bantoo.id memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, Ratna menegaskan belum ada rencana untuk melakukan penggalangan dana hingga saat ini. Namun demikian perusahaan tidak menutup kemungkinan jika adanya investor yang berniat untuk memberikan dana segar kepada perusahaan.

“Kami saat ini belum fokus untuk mencari investor, namun kami sangat terbuka untuk berdiskusi dengan semua yang melihat sociotech dan pengembangan fintech adalah sesuatu yang baik di Indonesia,” tutup Ratna.

Pertumbuhan platform donasi digital

Bukan hanya platform crowdfunding seperti Kitabisa, BenihBaik, hingga crowdgiving seperti Bantoo.id yang saat ini dilirik oleh masyarakat umum, kegiatan donasi online saat ini juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik selama 2 tahun terakhir.

Gojek pun tahun 2019 lalu telah meluncurkan GoGive, hasil kerja sama dengan platform penggalangan dana Kitabisa sebagai mitra eksklusif. Go-Give memungkinkan pengguna untuk berdonasi, zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), dan kalkulator zakat langsung dalam aplikasi Gojek dengan metode pembayaran Go-Pay.

Data yang dirangkum oleh Katadata terungkap, nilai donasi digital rata-rata naik 72% selama pandemi. Studi juga menggambarkan bahwa derma dari generasi Z atau masyarakat usia di bawah 24 tahun meningkat. Jumlah donatur yang menggunakan layanan digital juga naik 9% menjadi 76%. Dibandingkan empat tahun lalu, nilai dan volume donasi melalui platform digital meningkat 13 kali lipat.

Indonesia Millenial Report 2019 mencatat sebanyak 2,7% milenial pernah berdonasi secara online. Laporan hasil riset yang dirilis IDN Research Institute ini menyatakan Dompetdhuafa.com sebagai situs donasi favorit milenial.

KitaBisa Shuts Down Saling Jaga Crowdinsurance Platform Due to Permission Issue

After decided to continue with the registered donors, Saling Jaga crowdinsurance service by Kitabisa is now officially shutdown. Previously, the Investment Alert Task Force (SWI) asked Kitabisa to stop operating the platform as it was yet to obtain license from OJK.

DailySocial tried to confirm on this closure, but the team directed us to the official website which contains information on the closure and the next process for the donors involved.

“The statement said, “Saling Jaga is a mutual cooperation innovation product initiated by KitaBIsa Foundation. The Foundation and its programs, including Saling Jaga, are intended as a donation-based social program under the Money and Goods Collection Law (PUB). Ministry of Social Affairs. However, as an innovation product, we understand and respect the decision of the Financial Services Authority to re-evaluate the form of Saling Jaga licensing. Therefore, after considering various issues, and respecting the OJK’s direction in May 2021, it is with a heavy heart that we decide Saling Jaga to stop the operation. See you in another good will innovation program.”

The website also mentioned the return process for donors to send back the fund to their respective account. This application process will be opened from July 16 to July 31, 2021 and will be distributed on August 16 to 30, 2021. The balance distributed is the remaining balance as of August 16, 2021 (the current balance).

Permission issue

In a previous interview, Kitabisa’s Co-Founder & CEO, Alfatih Timur, revealed to DailySocial that Saling Jaga product has been registered with the OJK regulatory sandbox and currently waiting for further direction from the authorities. This service alone has been introduced to the public since April 2021.

“Kitabisa as a donation crowdfunding platform will still be held under the Money and Goods Raising Permit (PUB) of the Ministry of Social Affairs of the Republic of Indonesia,” Alfatih said.

Licensing issues became an obstacle which then triggered the closure of Saling Jaga service. Although it has registered with OJK’s regulatory sandbox, the concept, which resembles crowdinsurance and involves many people in the form of mutual cooperation, has gained regulator’s attention.

As of March 2021, Kitabisa noticed that there were more than 650 thousand members who had joined Saling Jaga and had distributed a total donation of Rp. 2 billion to 500 members who were diagnosed with Covid-19 or critically ill.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kitabisa Saling Jaga

Terkendala Perizinan, Kitabisa Hentikan Platform Crowdinsurance Saling Jaga

Setelah sebelumnya memutuskan untuk tetap menjalankan donatur terdaftar, layanan crowdinsurance Saling Jaga yang diinisiasi oleh Kitabisa saat ini resmi ditutup. Sebelumnya Satgas Waspada Investasi (SWI) meminta Kitabisa untuk menghentikan operasi platform tersebut karena belum mengantongi izin dari OJK.

DailySocial mencoba untuk mendapatkan konfirmasi terkait penutupan ini, namun pihak mereka mengarahkan ke situs resmi yang berisikan informasi penutupan dan proses selanjutnya untuk para donatur yang terlibat.

Tertulis dalam pernyataan tersebut, “Saling Jaga merupakan bentuk produk inovasi gotong royong yang diinisiasi oleh Yayasan KitaBIsa. Yayasan Kita Bisa dan program-programnya, termasuk Saling Jaga, diniatkan sebagai program sosial berbasis donasi yang bernaung di bawah UU Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) Kementerian Sosial. Namun demikian, Sebagai produk inovasi, kami paham dan menghormati arahan Otoritas Jasa Keuangan untuk mengevaluasi kembali bentuk perizinan Saling Jaga. Untuk itu setelah mempertimbangkan berbagai hal, serta menghormati arahan OJK pada bulan Mei 2021, dengan berat hati Saling Jaga kami putuskan untuk selesai beroperasi. Sampai jumpa di program inovasi kebaikan selanjutnya.”

Disampaikan juga dalam situs tersebut proses yang bisa dilakukan oleh donatur untuk mengembalikan dana ke saldo rekening masing-masing. Proses pengajuan ini akan dibuka mulai tanggal 16 Juli s/d 31 Juli 2021 dan akan disalurkan pada 16 s/d 30 Agustus 2021. Saldo yang disalurkan adalah saldo yang tersisa per tanggal 16 Agustus 2021 (jika ada).

Terkendala perizinan

Kepada DailySocial dalam wawancara sebelumnya, Co-Founder & CEO Kitabisa Alfatih Timur mengungkapkan, produk Saling Jaga telah didaftarkan ke regulatory sandbox OJK dan statusnya masih menunggu proses selanjutnya dari pihak otoritas. Layanan ini sendiri telah diperkenalkan kepada publik sejak bulan April 2021.

“Adapun Kitabisa sebagai platform crowdfunding donasi tetap akan bernaung di bawah izin Penggalangan Uang dan Barang (PUB) Kementerian Sosial Republik Indonesia,” kata Alfatih.

Persoalan perizinan menjadi kendala yang kemudian memicu penutupan layanan Saling Jaga ini. Meskipun telah mendaftarkan diri ke regulatory sandbox OJK, namun konsepnya yang menyerupai crowdinsurace dan melibatkan orang banyak dalam bentuk donasi gotong royong, menjadi perhatian dari regulator.

Per Maret 2021 Kitabisa mencatat, ada lebih dari 650 ribu anggota yang sudah bergabung di Saling Jaga dan telah menyalurkan bantuan total Rp2 miliar kepada 500 orang anggota yang terdiagnosis positif Covid-19 atau penyakit kritis.

Kitabisa Saling Jaga

Kitabisa Luncurkan “Saling Jaga”, Layanan Perlindungan Kesehatan Berbasis Sedekah

Bertujuan untuk menghadirkan layanan yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna saat dihadapkan kepada kondisi yang mendesak, Kitabisa luncurkan “Saling Jaga”. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Kitabisa Alfatih Timur mengungkapkan, sejak tujuh tahun berdiri sudah ada jutaan pengguna Kitabisa menolong ribuan penggalangan dana, khususnya untuk kategori kesehatan.

“Namun kalau sebelumnya tolong-menolong menunggu ada yang butuh bantuan baru kita berdonasi/menolong, sekarang sebelum ada yang butuh kita sudah berdonasi untuk saling menjaga satu sama lain agar saat butuh bantuan bisa langsung tertolong. Itulah kenapa kami membuat Saling Jaga,” ujar Alfatih.

Konsep ini juga bukan hal baru untuk masyarakat Indonesia. Berbagai praktik serupa sudah berjalan lama sebagai budaya masyarakat, seperti budaya Marsialapari di Sumatera Utara, Sambatan di Gunungkidul Yogyakarta, dan Liliuran di Jawa Barat.

Per Maret 2021 Kitabisa mencatat, ada lebih dari 650 ribu anggota yang sudah bergabung di Kitabisa Saling Jaga dan telah menyalurkan bantuan total Rp2 miliar kepada 500 orang anggota yang terdiagnosis positif Covid-19 atau penyakit kritis.

“Setiap anggota donasi minimal Rp10.000 untuk menjadi saldo Saling Jaga, lalu saldo tersebut dikumpulkan dengan saldo anggota lainnya sehingga menjadi uang kas bersama. Saat ada anggota yang butuh, bisa mengajukan bantuan, dan saldo seluruh Anggota akan terpotong merata,” kata Alfatih.

Dicontohkan olehnya, jika ada yang mendapatkan bantuan Rp50.000 dan anggota berjumlah 500.000 orang, maka masing-masing anggota saldonya akan terpotong Rp100. Dalam hal ini jika awalnya Rp10.000 menjadi Rp9.900. Proses ini ditampilkan secara digital dan transparan di Saling Jaga.

Berada di bawah naungan Kementerian Sosial

Konsep yang serupa dengan crowd insurance ini, bisa juga dikategorikan layanan fintech untuk umum. Menanggapi hal tersebut Alfatih menegaskan produk Saling Jaga telah didaftarkan ke regulatory sandbox OJK, dan saat ini statusnya masih menunggu proses selanjutnya dari pihak otoritas.

“Adapun Kitabisa sebagai platform crowdfunding donasi tetap akan bernaung di bawah izin Penggalangan Uang dan Barang (PUB) Kementerian Sosial Republik Indonesia,” kata Alfatih.

Memanfaatkan teknologi yang dikembangkan Kitabisa, skala komunitas yang bisa ikut patungan bisa diperluas secara signifikan. Jika sebelumnya konsep patungan untuk saling menjaga hanya bisa dilakukan oleh komunitas dalam satu desa, kini bisa dilakukan dengan ribuan bahkan jutaan orang se-Indonesia. Semakin banyak anggota bergabung, semakin kecil jumlah kontribusi untuk membantu anggota yang membutuhkan, semakin banyak pula orang yang bisa terbantu.

“Target kami melalui Saling Jaga adalah, menyediakan solusi perlindungan dengan konsep gotong royong atau patungan berbasis digital, yang secara konvensional sudah marak dilaksanakan oleh masyarakat luas di Indonesia. Dengan demikian upaya edukasi pada masyarakat mengenai manfaat dan pentingnya memiliki perlindungan bagi diri dan keluarga dari Risiko  kesehatan yang tak diduga,” tutup Alfatih.

Application Information Will Show Up Here
Acara peluncuran platform Ruangpeduli

Ruangpeduli Diluncurkan, Mengakomodasi Bantuan Sosial untuk Pendidikan

Setelah Mendikbud menyatakan kondisi akibat pandemi belum memungkinkan kegiatan belajar-mengajar berlangsung secara normal, terdapat ratusan ribu sekolah ditutup sementara untuk mencegah penyebaran Covid-19. Puluhan juta siswa kini melakukan kegiatan belajar dari rumah dan kurang lebih empat juta guru melakukan kegiatan mengajar jarak jauh. Sayangnya, berbagai keterbatasan banyak ditemui, sehingga membuat agenda belajar daring tersebut kurang optimal.

Melihat kondisi tersebut, Ruangguru meluncurkan inovasi barunya yang diberi nama Ruangpeduli. Melalui platform ini, mereka ingin menghubungkan seluruh stakeholder dalam dunia pendidikan seperti pelajar, guru, sekolah, dan lainnya dengan berbagai pihak yang memiliki kapasitas untuk membantu. Ruangguru akan memusatkan dan melaksanakan seluruh kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang selama ini sudah berjalan dan yang akan datang, di dalam Ruangpeduli.

Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara mengungkapkan, “Kondisi pandemi yang kita hadapi saat ini makin memperbesar berbagai tantangan pendidikan. Kami meluncurkan Ruangpeduli karena percaya bahwa gerakan peduli pendidikan bisa dibuat lebih terstruktur dan kolaboratif. Harapannya, lewat Ruangpeduli, akan ada lebih banyak individu dan lembaga yang terpanggil untuk berkontribusi untuk pendidikan Indonesia.”

Dalam platform ini, individu maupun lembaga dapat mengajukan program sosial pendidikan yang membutuhkan bantuan. Beberapa program pendidikan telah berlangsung melalui kerja sama dengan para mitra, seperti beasiswa pelatihan guru, beasiswa pendampingan siswa, pembelajaran intensif untuk siswa putus sekolah, dan akses gratis ke konten pendidikan.

“Adaro Foundation telah menjalin kerja sama dengan Ruangguru beberapa tahun terakhir. Visi dan misi kami beriringan, yakni meningkatkan kualitas pendidikan melalui sumber daya manusia yang mumpuni. Pelatihan guru dan beasiswa bagi pelajar telah kami berikan dan juga turut menyasar daerah 3T di Indonesia,” ujar Ketua Umum Adaro Foundation Okty Dayamanti.

Sebagai platform edtech, Ruangguru memiliki jaringan serta kapasitas dalam lingkup pendidikan Indonesia. Ruangguru juga bermitra dengan Kitabisa dan Benih Baik dalam urusan penggalangan dana. Seluruh proses akan dikelola oleh tim Ruangguru dan mitra terkait, timnya mengaku tidak mengambil komisi atau menerima dana dalam bentuk apapun.

“Kitabisa memiliki semangat yang sama dengan Ruangguru untuk menghubungkan jutaan kebaikan termasuk kebaikan di dunia pendidikan. Kemitraan ini menjadi awal yang baik dalam memudahkan para orang baik menyalurkan bantuan bagi para guru, siswa, dan pihak lain yang membutuhkan
bantuan pendidikan”, ujar Co-Founder & CEO Kitabisa.com Muhammad Alfatih Timur.

Terkait jenis kerja sama yang akan dilakukan bersama para mitra, Firdaus Juli,
Co-founder Benih Baik turut menyampaikan bahwa segala hal yang terkait pendidikan akan dilancarkan, karena hal itu merupakan root atau akar. “Kami menyambut positif kerja sama dengan Ruangguru untuk memperluas akses bantuan di sektor pendidikan. Kita harus menggandeng banyak mitra dalam menjangkau pihak-pihak yang berhak memperoleh bantuan pendidikan, agar dampak yang dihasilkan semakin luas,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Hampir seluruh platform menggelar proyek penggalangan dana untuk masyarakat terdampak pandemi Covid-19

Kekuatan Orang Baik, Kunci Tenarnya Platform “Social Crowdfunding”

Jaga jarak fisik akibat pandemi yang masih berlangsung, di satu sisi menjadi suatu ‘berkah’ buat pemain platform social crowdfunding. Selain lonjakan traffic yang tinggi, brand awareness mereka juga semakin dikenal di khalayak luas.

Pandemi yang merugikan banyak lapisan masyarakat, tak lantas mengurangi rasa solidaritas sosial. Justru kohesi sosial terbangun dengan kuat. Ini tercermin dari berbagai proyek penggalangan dana yang makin kencang diinisiasi oleh berbagai pihak.

Tak terhitung berapa banyak proyek penggalangan dana yang terjadi khusus untuk membantu sesama. Keberadaan platform online, dalam waktu singkat membantu lebih cepatnya dana terkumpul dalam jumlah yang fantastis.

Donasi yang digalang masyarakat adalah bentuk dari kekuatan orang-orang baik (good people’s power). Mereka terfasilitasi dengan kemudahan teknologi, dari internet, media sosial, dan smartphone.

Social crowdfunding

Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang Sugeng Winarno menerangkan, sikap kesetiakawanan masyarakat merupakan perwujudan jiwa altruisme. Ia adalah sikap meninggalkan kepentingan diri sendiri demi memenuhi kepentingan orang lain.

Solidaritas sosial terbangun dengan baik melalui maraknya orang yang memberikan donasi lewat beragam cara. Dia melihat wabah corona ini bermakna sebagai musibah kolektif yang mampu membangun rasa kebersamaan.

Spirit good people’s power juga tumbuh melalui donasi yang digalang oleh sejumlah media massa. Beberapa media mengadakan penggalangan dana (filantropi) lewat beragam tajuk seperti Pundi Amal, Jalinan Kasih, Dompet Amal, dan judul lainnya. Kegiatan yang difasilitasi media sangat strategis mengingat media massa punya khalayak yang banyak,” ujarnya.

Fenomena donasi digital yang sedang marak ini sebenarnya adalah penjelasan dari konsep virtual Conspicuous Donation Behaviour (CDB). Ini adalah fenomena yang digalakkan melalui media sosial, terutama di kalangan muda. Konsep ini terserap beriringan dengan tren dan gaya hidup mereka di dunia teknologi informasi.

Salah satu pemain social crowdfunding lokal, Kitabisa, tercatat memiliki berbagai program donasi untuk menanggulangi bersama-sama pandemi. Mereka sedang menggalang dana yang diinisiasi sendiri.

Proyek tersebut berhasil mengumpulkan lebih dari Rp21 miliar dan proyek tersebut belum ditutup hingga tulisan ini dimuat. Proyek lainnya yang diinisiasi oleh penggalang dari institusi atau perseorangan juga terus berlangsung melalui Kitabisa.

Menurut SimilarWeb, situs Kitabisa mengalami lonjakan traffic yang signifikan pada Maret 2020 sebanyak 3,5 juta kali kunjungan. Dibandingkan satu bulan sebelumnya sebanyak 2,1 juta kali. Menariknya kunjungan tersebut datang langsung (direct) sebanyak 47,28%, mesin pencari (search) 25,24%, dan media sosial 23,64%.

Melalui pencarian langsung, mayoritas datang secara organik 97,29%, anorganik (berbayar) 2,71%. Kalau melihat dari media sosial, Facebook jadi kontributor utama 45,38%, YouTube 22,23%, Twitter 19,3%, dan Instagram 11,91%.

Boleh saja, jika startup ini bisa mengklaim diri sebagai pemain social crowdfunding terbesar di Indonesia. Secara jaringan, Kitabisa memperluas kehadirannya berbagai platform di Gojek (untuk GoGive), Dana, LinkAja, Tokopedia, dan Shopee. Pun dari nominal donasi semakin terjangkau dimulai dari Rp10 ribu saja.

Gojek meresmikan layanan donasi online Go-Give, hasil kerja sama dengan platform penggalangan dana Kitabisa yang sudah dimulai sejak November 2018
Head of Third Party Platform Gojek Sonny Radhityo, Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita, dan CEO Kitabisa Alfatih Timur dalam peluncuran Go-Give / DailySocial

Di kesempatan sebelumnya, Co-Founder dan CEO Kitabisa Alfatih Timur menyebut partisipasi masyarakat dalam bergotong-royong melakukan donasi digital kian hari semakin menunjukkan tren yang terus meningkat. Terbukti hingga 2019, sudah lebih dari 2,5 juta orang yang menggunakan platform Kitabisa untuk berdonasi secara digital.

Platform sejenis lainnya

Di luar Kitabisa, banyak pemain sejenis yang ikut mewarnai di segmen ini. Mereka sama-sama ingin menularkan kemudahan berdonasi secara online melalui berbagai platform dengan menggaet berbagai pihak sebagai penggalang dana.

Sudah didukung pula dengan berbagai metode pembayaran, dengan menggaet para pemain e-money tersohor dan minimal donasi yang terjangkau. Berikut nama-namanya:

1. BenihBaik: diusung pada akhir tahun lalu oleh jurnalis senior Andy F Noya sebagai salah satu co-founder. Startup ini fokus pada pemberian bantuan untuk kegiatan sosial dan usaha yang berkaitan dengan kewirausahaan.

BenihBaik menyediakan opsi pembayaran dengan aplikasi e-money populer dan hadir di platform e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee.

BenihBaik
Para pendiri BenihBaik Andy F. Noya, Anggit Hernowo, dan Firdaus Juli

2. WeCare.id: memfokuskan diri khusus penggalanan dana bantuan kesehatan. Startup ini didirikan sejak lima tahun lalu oleh dr. Mesty Ariotedjo sebagai salah satu co-founder-nya.

Selain donasi online, startup ini membuat layanan Sehati yakni donasi rutin setiap bulannya sebagai pasien yang membutuhkan. Tak hanya donasi, donatur dapat merasakan manfaat untuk menjaga kesehatannya seperti kunjungan dokter gratis.

3. Ayopeduli.id, derma.id, YukBantu.com, IndoGiving, PeduliSehat dan masih banyak lagi platform social crowdfunding yang beroperasi di Indonesia.

4. Baznas, Dompet Dhuafa, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Lazismu, Rumah Zakat, NU Care, PKPU Human Initiatives, dan Unicef Indonesia merupakan beberapa yayasan/lembaga yang sengaja dibentuk untuk menyalurkan bantuan berupa zakat, infak, dan sedekah (ZIS) dan dana sosial lainnya melalui program pemberdayaan masyarakat.

Rata-rata mereka semua sudah hadir dalam platform digital dan bekerja sama dengan pemain digital dari e-money dan e-commerce agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.

5. KoinDonasi: ini adalah situs yang sengaja yang dibuat oleh KoinWorks untuk menggalang dana proyek “Indonesia Pasti Bisa“. Itu adalah proyek East Ventures bersama portofolio startupnya untuk produksi alat tes Corona. Selain KoinWorks, penggalangan juga dilakukan oleh Komunal, StockBit, dan situs Indonesia Pasti Bisa.

Belum ada pertimbangan untuk menjadikan KoinDonasi sebagai produk baru perusahaan. Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono menyebutkan, “Kalaupun [jadi produk baru], saya rasa hanya case by case kalau ada bencana.”

Landasan hukum

Sumber : Pixabay
Sumber : Pixabay

Berbeda dengan equity crowdfunding, regulasi platform social crowdfunding diatur Kementerian Sosial. Kitabisa mengaku sudah memiliki izin PUB (Pengumpulan Uang dan Barang) untuk kategori umum dan bencana alam.

WeCare dan BenihBaik pun senada. WeCare bergerak sebagai yayasan, dengan nama resmi Yayasan Pelita Cakrawala Inspirasi. Begitupun BenihBaik, di bawah Yayasan Benih Baik Indonesia.

Yayasan dengan kegiatan pengumpulan uang berada di bawah aturan UU Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang juncto PP Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan junctis Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia.