Tag Archives: kodak

Kodak Scanza Tawarkan Cara Mudah untuk Mengubah Film Kamera Analog Menjadi Gambar Digital

Sebagai salah satu produsen rol film yang paling dominan di masa kejayaaan fotografi analog, sangat masuk akal apabila Kodak juga menjadi pihak yang mencoba melestarikan fotografi analog hingga kini. Inisiatif terbaru mereka dimaksudkan supaya pengguna kamera analog tetap memanfaatkan kamera-kamera kesayangannya, tapi di saat yang sama tidak menghentikan kebiasaan mengunggah foto ke media sosial.

Buah pemikirannya adalah Kodak Scanza, sebuah digitizer berwujud ringkas yang berfungsi untuk mengubah film negatif (klise) menjadi gambar digital berformat JPEG, dengan resolusi 14 atau 22 megapixel. Tinggi dan diameternya tidak lebih dari 13 cm, sehingga membawanya bepergian masih terkesan rasional.

Kodak Scanza

Diperkenalkan di ajang CES 2018, Scanza bisa memindai banyak jenis film atau slide sekaligus (35mm, 126 110, Super 8, 8mm) dengan bantuan sejumlah adapter yang tersedia. Hasil scan-nya bisa langsung disimpan ke SD card, disimpan di komputer (Windows atau macOS) yang tersambung via USB, atau langsung dilihat di monitor atau TV via sambungan HDMI.

Scanza turut dibekali layar 3,5 inci yang bisa dimiringkan, yang dapat digunakan untuk menyesuaikan tingkat kecerahan maupun warna foto sebelum disimpan dalam format JPEG dan akhirnya bermukim di Instagram sembari mendulang like.

Kodak Scanza saat ini sudah dipasarkan seharga $170. Selain Scanza, sebelumnya juga ada digitizer lain yang tidak kalah unik dan praktis. Namanya FilmLab dan ia sebenarnya merupakan aplikasi smartphone, namun sampai sekarang statusnya masih dalam tahap pengembangan setelah menjalani kampanye penggalangan dana di Kickstarter.

Sumber: DPReview.

Kodak Printomatic Adalah Kamera Instan yang Amat Simpel

Praktis adalah kata kunci yang selalu melekat pada kamera instan. Bidik, jepret, lalu hasilnya bisa langsung dinikmati secara fisik. Premis praktis ini juga menjadi atribut utama kamera instan terbaru Kodak yang bernama Printomatic.

Sulit rasanya menemukan kamera instan yang lebih praktis dan simpel ketimbang Printomatic. Ia datang membawa sensor 10 megapixel dan dua mode pemotretan, yakni warna atau hitam-putih. Selain mencetak foto pada kertas ZINK (Zero Ink) berukuran 2 x 3 inci, Printomatic juga akan menyimpannya di dalam sebuah kartu microSD.

Printomatic mengemas sebuah viewfinder optik, flash, baterai rechargeable beserta indikatornya, plus indikator saat kamera sedang mencetak foto. Desainnya mengingatkan saya pada Polaroid Snap yang dirilis dua tahun silam, dan rupanya kedua kamera instan ini pada dasarnya adalah perangkat yang sama.

Kodak Printomatic

Hal ini dikarenakan yang memproduksi Printomatic adalah perusahaan bernama C+A Global yang mendapat lisensi dari Kodak. C+A sendiri ternyata juga bertanggung jawab atas Polaroid Snap, dan kedua kamera instan ini sama-sama didesain oleh studio bernama Ammunition Group, yang portofolionya mencakup produk seperti Beats Pill+.

Terlepas dari itu, Kodak Printomatic masih terkesan lebih simpel dibanding Snap, terutama berkat panel atas yang hanya dihuni oleh tombol shutter dan tuas mode pemotretan saja. Pemasarannya akan berlangsung mulai akhir September ini, dengan banderol $70 (sudah termasuk satu pak kertas ZINK berisi 10 lembar) dan dua pilihan warna: abu-abu atau kuning.

Sumber: DPReview dan The Verge.

Tak Kapok, Kodak Siapkan Smartphone Percobaan Kedua?

Jika Anda mengumpulkan beberapa anak muda kemudian Anda tanya, bergerak di bidang apakah perusahaan bernama Kodak. Saya yakin mayoritas dari mereka mempunyai jawaban yang sama; kamera!

Cerita “pilu” yang dilalui Nokia dan BlackBerry tampaknya tak membuat mereka gentar menjajal peruntungan di ranah mobile. Yap! Kodak tampaknya sudah yakin betul untuk lebih serius menggarap dunia yang hampir tak pernah disentuhnya itu.

teaser yang diyakini adalah sebagian dari perangkat smartphone terbaru Kodak
teaser yang diyakini adalah sebagian dari perangkat smartphone terbaru Kodak

Perusahaan tersebut baru-baru ini – sepertinya tak sengaja – melalui akun Twitter Kodak Phones dan situs resminya mempublikasikan sebuah gambar yang diduga kuat adalah wujud sebagian dari smartphone Kodak berikutnya. Setelah seri IM5 yang dirilis tahun lalu, smartphone dalam teaser ini akan menjadi percobaan kedua Kodak di ranah smartphone.

Dalam teaser tersebut ada satu bagian paling menonjol, yaitu tombol shutter dengan label Kodak yang bagi sebagian orang tak lebih hanya sekadar tombol on atau off. Tapi bagi para pengamat dunia gadget, tombol shutter ini bisa jadi merupakan sebuah pernyataan penting, bahwa smartphone Kodak berikutnya bisa jadi bakal diracik dari “bahan” yang selama ini menjadi zona nyaman mereka, yaitu pengalaman selama puluhan tahun di dunia fotografi.

Selebihnya, memang belum ada info konkrit tentang perangkat baru Kodak, sementara itu teaser mengindikasikan bahwa smartphone tersebut bakal diumumkan pada tanggal 20 Oktober mendatang.

Tahun lalu Kodak meluncurkan smartphone perdananya, IM5 yang diplot untuk bersaing di kelas menengah. Kodak IM5 menawarkan layar 5 inci dengan resolusi 720p dan dukungan dapur pacu MediaTek MT6592. Kendati mendapatkan sorotan di awal-awal kehadirannya, tapi penjualan IM5 tidak seramai yang diharapkan.

Di percobaan kedua ini, Kodak tampaknya bakal mencoba cara lain agar perangkatnya tidak hanya menarik perhatian, tapi juga mengundang konsumen untuk membeli.

Sumber berita PhoneArena dan gambar header Groupinfo4u.

Kodak Perkenalkan Action Cam 360 Derajat 4K yang Tahan Air dan Terjangkau

Dirilisnya dua headset VR high-end di tahun ini memicu produsen untuk menyiapkan beragam teknologi pendukung, baik buat menyempurnakan pengalaman user, dan juga diarahkan pada segmen penciptaan konten. Hal terakhir itu bisa Anda lihat dari banyaknya action cam 360 derajat besutan perusahaan fotografi ternama, dan Kodak merupakan salah satu di antaranya.

Kodak memang bukan lagi pemain baru di bidang action cam, sempat mengenalkan PixPro SP360, menawarkan kemampuan pengambilan video FHD 360 derajat di harga terjangkau. Dan di ajang Photokina 2016, perusahaan spesialis imaging Amerika itu menyingkap varian yang lebih canggih. Dinamai PixPro 4KVR360, kamera ini menghidangkan kapabilitas merekam video spherical utuh di resolusi 4K, ditambah fitur anti-percikan air.

PixPro 4KVR360 memiliki wujud mungil, dan meskipun Kodak belum menginformasikan rincian ukuran dan berat, action cam tersebut tidak lebih besar dari kepalan tangan Anda. Produk mengusung tubuh berbentuk balok dengan dua modul lensa di sisinya. Modul kamera di depan lebih besar dari di belakang, lalu layar LCD serta seluruh tombol fisik buat mengakses fungsi-fungsi PixPro 4KVR360 – start, sync, menu, power – dapat Anda temukan di body.

Kodak PixPro 4KVR360 1

Lensa di kamera depan mampu ‘melihat’ di jarak seluas 235 derajat, dan melaluinya, Anda bisa mengabadikan video ultra-HD 16:9 standar. Ketika seluruh lensa bekerja, PixPro 4KVR360 sanggup merekam video 360 spherical. PixPro 4KVR360 dipersenjatai dua sensor BSI CMOS 20-megapixel, lalu kedua lensa mempunyai aperture f/2.4 dan dibantu sistem stabilization elektronik.

Meski istilah 4K sering dipakai buat mendeskripsikan ukuran delapan megapixel dengan rasio satu banding satu, dan bukan 4K standar, kehadiran lensa serta sensor ganda tentu memastikan kualitas video jadi jauh lebih baik dibanding action cam satu lensa biasa. PixPro 4KVR360 turut ditopang fitur stitching in-camera dengan pengurangan pada resolusi – 3840×1920 di 15 frame rate per detik. File beresolusi penuh dapat diciptakan via software editor eksternal.

Untuk sekarang, Kodak belum mendemonstrasikan langsung kebolehan PixPro 4KVR360, dan baru menampilkan mock-up-nya saja di Photokina. Kodak sendiri menjanjikan ketahanan yang mumpuni dari terpaan sinar matahari – warna putih tubuh action cam membantunya meminimalisir akumulasi panas. Kemudian 4KVR360 kabarnya juga dibekali tubuh berstruktur splash-proof, menunjang kegiatan outdoor walau tidak sepenuhnya anti-air.

Rencananya, PixPro 4KVR360 akan dilepas dipasaran di bulan Januari tahun depan. Kodak belum menentukan harganya, tapi ada kemungkinan ditawarkan di kisaran US$ 500 saja.

Sumber: Dpreview, Pocket-Lint, Digital Trends.

Kodak Hidupkan Kembali Kamera Legendaris Kodak Super 8

Meski popularitasnya sudah tidak setenar dulu, generasi saya tahu betul kebesaran nama Kodak di era pra-kamera digital. Lebih jauh ke belakang lagi, generasi orang tua saya pun paham bagaimana Kodak sempat merevolusi industri perfilman lewat kamera Super 8 yang legendaris.

Kini digital sudah mengambil alih, tapi itu bukan berarti analog dan film sudah ditinggalkan begitu saja. Buktinya, film-film blockbuster macam Star Wars: The Force Awakens maupun Interstellar masih direkam menggunakan film besutan Kodak. Ya, Kodak memang belum menyerah memproduksi film, dan mereka justru bermisi untuk ‘menghidupkannya’ kembali.

Caranya adalah dengan mendatangkan kembali kamera Kodak Super 8. Sudah 50 tahun berselang sejak Super 8 orisinil diperkenalkan pertama kalinya, dan Kodak sekarang tengah bersiap untuk meluncurkan versi baru Super 8 dengan teknologi yang disesuaikan untuk generasi modern.

Menurut Kodak, kalau tren di industri musik ternyata mengacu pada kembalinya popularitas vinyl, mengapa di industri film tidak bisa demikian? Digital memang punya kelebihan tersendiri, begitu juga dengan analog. Jadi, kenapa tidak menyatukan keduanya saja?

Kodak Super 8

Itulah ide mendasar yang melahirkan Kodak Super 8 baru ini. Wujudnya masih serupa dengan yang lawas, ada grip berlapis kulit di atas, tapi ada juga grip di bawah untuk digenggam layaknya sebuah pistol. Kamera ini pun juga masih menggunakan cartridge film Super 8 seperti yang dulu.

Kendati demikian, Kodak Super 8 baru ini telah dibentuk menggunakan material-material berkualitas tinggi. Kodak tak mau main-main, mereka menunjuk desainer kenamaan Yves Behar guna menciptakan sebuah produk yang di satu sisi tampak retro, tapi di saat yang sama juga terasa amat modern.

Lalu apa wujud digitalisasi Kodak Super 8 yang bisa kita lihat? Yang pertama adalah sebuah viewfinder 3,5 inci yang bisa dimiring-miringkan untuk membantu pengguna mengatur komposisi. Kemudian pada bagian atasnya tertanam sebuah mikrofon yang menghadap ke depan seperti lensa Ricoh 6 mm miliknya – atau lensa zoom 6-48 mm yang opsional.

Kodak Super 8

Konektivitas digital pun turut mendapat perhatian penting bagi Kodak. Di belakang Super 8, Anda akan menjumpai slot SD card, port HDMI maupun USB. Super 8 generasi modern ini bisa Anda charge menggunakan kabel USB dan adapter seperti smartphone atau tablet.

Namun yang tak kalah menarik adalah bagaimana Kodak menginginkan seluruh kalangan, baik kaum profesional maupun konsumen secara umum, bisa sama-sama berkreasi menggunakan Super 8. Setiap kali pengguna selesai merekam, mereka bisa mengirimkan cartridge filmnya kembali ke Kodak. Selanjutnya, Kodak akan mengolahnya menjadi sebuah kopi digital beserta rol film 8 mm standar, dan mengirimkannya kembali kepada pengguna.

Inkarnasi terbaru Kodak Super 8 ini rencananya akan mulai dipasarkan pada musim gugur tahun ini juga. Belum ada kepastian soal harganya, kemungkinan berkisar antara $400 sampai $750, sedangkan proses digitalisasi cartridge filmnya dihargai sekitar $50 sampai $75.

Sumber: PetaPixel. Sumber gambar: Kodak.

3 Kamera 360 Derajat Berukuran Compact

Belakangan ini, Anda mungkin sering mendengar istilah kamera 360 derajat. Apa sebenarnya maksud dari istilah itu? Gampangnya, kamera-kamera yang masuk dalam kategori itu dirancang supaya dapat mengambil gambar atau video secara 360 derajat, menjangkau semua yang ada di sekitarnya. Continue reading 3 Kamera 360 Derajat Berukuran Compact

Ubah iPhone 6 Jadi Camcorder Klasik dengan Lumenati CS1

Selain mampu menangkap gambar yang berkualitas, Apple iPhone 6 sebenarnya juga merupakan sebuah camcorder yang amat handal. Video bisa direkam dalam resolusi 1080p, baik dalam kecepatan 30 atau 60 fps. Atau jika Anda suka video slow-motion, iPhone 6 memberikan opsi perekaman dalam kecepatan 120 atau 240 fps. Lebih lanjut, sistem stabilization-nya cukup efektif dan autofocus-nya terus aktif selagi perekaman video berlangsung. Continue reading Ubah iPhone 6 Jadi Camcorder Klasik dengan Lumenati CS1

Sambut IM5, Smartphone Android Pertama Buatan Kodak

Terkenal akan produk-produk film foto dan solusi imaging, Eastman Kodak Company ialah salah satu perusahaan paling tua di bidangnya serta pernah merajai pasar. Mereka sempat berjuang mati-matian menghadapi masalah finansial, muncul kembali ke permukaan, lalu baru-baru ini mengumumkan kesiapan mereka untuk turut berkecimpung di lini mobile device. Continue reading Sambut IM5, Smartphone Android Pertama Buatan Kodak

Gandeng Bullitt Group, Kodak Siap Terjun ke Pasar Smartphone Android

Pemikiran aaat mendengar nama Kodak itu hanya  seputar kamera, lensa dan semua yang berhubungan dengan foto sepertinya akan segera berubah total. Kodak mengumumkan kesiapannya untuk terjun ke industri mobile lewat perangkat smartphone Android.

Continue reading Gandeng Bullitt Group, Kodak Siap Terjun ke Pasar Smartphone Android

Kodak Jual Portofolio Patennya kepada Apple, Google, dan 10 Perusahaan Lainnya

Dalam sebuah rilis yang disebarkan pada pers, Kodak mengumumkan telah berhasil menjual 1.100 portofolio patennya kepada sebuah konsorsium yang mewakili 12 perusahaan besar di bidang teknologi IT. Konsorsium ini dikelola oleh Intellectual Ventures yang merepresentasikan Apple dan RPX Corporation yang merepresentasikan Google. Berdasarkan informasi dari Wired.com, perusahaan-perusahaan lainnya yang juga tergabung dalam konsorsium tersebut adalah nama-nama besar di industri IT: Adobe, Amazon, Facebook, Fujifilm, HTC, Huawei, Microsoft, RIM, Samsung, dan Shutterfly.

Meskipun tidak dijelaskan secara mendetil paten apa saja yang telah dijual ini, secara umum dikatakan bahwa paten-paten ini mencakup teknologi untuk melakukan pengeloahan citra digital. Nilai penjualan paten ini adalah sebesar $525 juta, angka yang jauh di bawah harga yang ditawarkan oleh Kodak pertama kali yakni sebesar $3 miliar.

Kodak sendiri sedang berusaha menghindari kebangkrutan. Pada awal tahun 2012, Kodak akhirnya mengajukan diri untuk melakukan reorganisasi kepada pengadilan yang menangani masalah kebangkrutan di Amerika Serikat. Sebelum tahun 2012, penjualan lisensi untuk menggunakan paten akhirnya menjadi sumber utama pendapatan Kodak pada beberapa tahun terakhir. Namun, sejak awal tahun ini Kodak banyak melakukan tuntutan pelanggaran paten kepada Apple, RIM, Fujifilm, HTC, Samsung dan Shutterfly.

Dengan penjualan paten ini, kepemilikan terhadap hak terhadap paten-paten tersebut kini berada di bawah konsorsium bersama 12 perusahaan pembeli ini. Langkah ini sekaligus juga menghentikan tuntutan Kodak terhadap pelanggaran paten perusahaan-perusahaan tersebut. Sebagai konsumen, saya sendiri berharap dengan dikelolanya paten-paten ini oleh sebuah konsorsium yang mewakili 12 perusahaan akan mengurangi aksi saling tuntut pelanggaran paten antar para raksasa industri IT yang hanya akan berdampak buruk pada konsumen.

 

Sumber: Wired.com. Gambar: Mac Life.