Tag Archives: Koinworks

Wifkain hubungkan stakeholder dalam bisnis manufaktur produk fesyen / Wifkain

Wifkain Perluas Fitur Pembiayaan Rantai Pasok Manufaktur Fesyen

Wifkain adalah platform yang menghubungkan antara pebisnis busana dengan perusahaan manufaktur. Untuk memperluas layanannya, mereka menggandeng KoinWorks untuk memberikan permodalan produktif kepada UMKM di dalam ekosistemnya. Kini sudah ada lebih dari 600 pengajuan permodalan yang tengah diproses.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Wifkain Sara Sofyan mengungkapkan, kecepatan proses dan dukungan para mitra dari layanan fintech memainkan peranan penting bagi perusahaan, agar seluruh leads yang masuk bisa terlayani dengan baik. Model ini juga akan terus diperluas, sehingga membuat model bisnis yang dijalankan menjadi lebih efisien, khususnya dari sisi perputaran dana.

Kolaborasi strategis targetkan UMKM

Tercatat saat ini ada lebih dari 2 juta pengguna KoinWorks mengakses layanan keuangannya dan mayoritas aktif di industri fesyen. KoinWorks melalui KoinInvoice menyediakan supply chain financing untuk mendukung UMKM di bidang fesyen yang bermitra dengan Wifkain. Dengan harapan menciptakan lebih banyak peluang penjualan sehingga menciptakan pertumbuhan bisnis.

Wifkain menggandeng KoinWorks sebagai mitra strategis untuk menyediakan supply chain financing bagi mitra pabrik dan fashion brand yang menjadi rekanan. Para mitra pabrik juga dapat menerima pembayaran di depan dan para fashion brand mempunyai kesempatan untuk membayar sampai dengan 6 bulan kemudian.

Secara khusus layanan Manufacturing-as-a-Service (MaaS) dari Wifkain ingin memudahkan pengusaha untuk mendapatkan desain atau pola jahit yang sesuai dengan keinginan, serta memudahkan proses textile procurement, manufacturing, quality assurance, dan penyediaan logistik dengan cara yang lebih mudah dan cepat.

Hingga saat ini Wifkain yang berkantor pusat di Tangerang Selatan sudah memiliki lebih dari 200 mitra pabrik di seluruh Pulau Jawa, yang melayani produksi kecil hingga besar. Klien Wifkain pun tidak hanya berasal dari Pulau Jawa, tetapi juga dari Bali dan kota-kota besar di Sumatera dan Kalimantan.

“Berbekal pengalaman di manufaktur fesyen rekanan Wifkain, kami melihat bahwa sebenarnya ada benang merah rantai pasok yang bisa kami dukung dan kembangkan, tidak hanya di industri fesyen tapi juga merambah ke industri lainnya. Oleh karena itu Wifkain menargetkan untuk ekspansi pengembangan kerja sama financing supply chain bersama Koinworks dapat terus berlanjut di berbagai kategori lainnya,” kata Sara.

Ingin perluas kolaborasi

Industri fesyen Indonesia saat ini mencakup beragam desainer dan brand, masing-masing dengan kebutuhan produksi yang berbeda. MaaS memungkinkan bisnis untuk mengukur produksi mereka naik atau turun seiring fluktuasi permintaan, tanpa beban menjaga fasilitas manufaktur besar. Hal ini lebih menguntungkan bagi desainer dengan skala yang lebih kecil dan baru muncul, yang mungkin tidak memiliki sumber daya untuk investasi awal yang substansial.

Penyedia MaaS kerap memanfaatkan teknologi terbaru seperti pencetakan 3D, pembuatan pola digital, dan automasi. Dengan mengintegrasikan teknologi-teknologi ini, industri fashion di Indonesia dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi waktu produksi, dan meminimalkan kesalahan dalam produksi.

Berdiri sejak 2020, Wifkain adalah platform penyedia layanan manufaktur yang dapat memenuhi segala kebutuhan produksi bisnis fashion secara lebih praktis. Untuk memaksimalkan debutnya, mereka juga sudah mendapatkan pendanaan awal dari Insignia Ventures.

“Target Wifkain tidak hanya selalu mengenai angka, karena Wifkain selalu membuka peluang kerja sama dan kolaborasi, misalnya dengan perusahaan logistik, sistem POS, ataupun startup lain yang memiliki visi yang sama dan mau maju bersama,” kata Sara.

KoinWorks Sudah Gelontorkan 52 Miliar Rupiah Pembiayaan KoinPaylater Sejak Dirilis

Paylater menjadi metode pembayaran yang makin diminati terutama di kalangan generasi millenial dan generasi Z. Dalam survei Katadata Insight Center (KIC) terungkap penggunaan metode paylater lebih banyak dibanding penggunaan kartu kredit. Kartu kredit digunakan oleh 7,6% generasi millenial dan Gen Z, sedangkan paylater digunakan hampir dua kali lipatnya (13,6%).

Salah satu yang melihat potensi di sektor ini adalah Koinworks yang pada quarter keempat tahun 2022 silam meluncurkan Koinpaylater, salah satu lini produk buy now pay later (BNPL) yang dirancang untuk membantu pelaku UMKM mengakses barang, bahan baku, ataupun keperluan operasional usaha dengan cepat dan aman.

Dalam rilis pers yang diterima oleh Dailysocial, sedikitnya 52 Miliar Rupiah telah digelontorkan oleh KoinWorks untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan UMKM melalui produk KoinPaylater.

Benedicto Haryono, CEO dan Co-Founder KoinWorks memberikan keterangan atas hal ini. “Pembiayaan melalui produk pay later merupakan sebuah peluang baru untuk memberikan permodalan dengan skema yang semakin relevan dengan kebutuhan UMKM. Diharapkan semakin banyak pelaku bisnis yang memanfaatkan KoinPaylater, sehingga pelanggannya bisa berbelanja dengan lebih nyaman, sekaligus mengatur cash flow usahanya dengan lebih baik,” ujarnya.

KoinPaylater sendiri menawarkan skema yang cukup menarik, batas pinjaman sampai dengan 2 miliar rupiah dan tenor maksimal 180 hari. Kemudahan pendaftaran dan pengajuan juga menjadi nilai tambah yang coba ditawarkan kepada calon mitra. Untuk kemudahan transaksi, KoinWorks terus memperluas jejaring layanan BNPL mereka dengan menggandeng sejumlah mitra mulai dari pemasok, marketplace, hingga pelaku B2B di sektor yang beragam seperti farmasi, pertanian, konstruksi, FMCG, perikanan dan industri lainnya.

KoinPaylater hadir dengan platform digital untuk permohonan pinjaman hingga 50 juta rupiah. Berkat proses persetujuan instan, pelanggan bisa mengajukan pinjaman dan mendapatkan jawaban segera di hari yang sama.

Menurut hasil riset Kredivo dan Katadata Insight Center, paylater telah menjadi pendorong tingkat pembelian masyarakat dalam berbelanja online dengan persentase mencapai 16,2%. Persentase ini unggul dibandingkan metode transfer bank yang berada di urutan keempat dengan persentase 10,2%. Adapun urutan pertama diduduki oleh e-wallet dengan persentase 46,8%, diikuti oleh tunai/cash on delivery dengan persentase 22,6%.

Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menyatakan bahwa paylater telah memberikan manfaat signifikan dalam menyediakan akses kredit yang aman, terjangkau, dan mudah bagi hampir seluruh lapisan masyarakat. Studi ini juga mengungkapkan bahwa paylater tidak hanya digunakan dalam situasi mendesak, tetapi juga sebagai metode pembayaran yang efisien dalam bertransaksi sehari-hari.

Sementara itu berdasarkan survei DailySocial, layanan Shopee Paylater menjadi pilihan utama konsumen dengan persentase penggunaan mencapai 78,4% sepanjang 2021. Di posisi kedua, Gopay Later menjadi fitur bayar nanti yang paling banyak diminati oleh masyarakat, digunakan oleh 33,8% dari total responden. Selanjutnya, Kredivo menempati urutan ketiga dengan 23,2% responden menggunakan fitur paylater di layanannya.

Tidak ketinggalan, layanan Akulaku juga memiliki pangsa penggunaan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 20,4%. Sementara itu, Traveloka PayLater digunakan oleh 8,6% konsumen. Adapun untuk fitur paylater di Indodana dan Home Credit, masing-masing digunakan oleh 3,3% dan 2,8% konsumen.

Sisanya, 0,4% konsumen menggunakan fitur paylater di layanan-layanan lainnya. Hasil survei ini memberikan gambaran tentang preferensi konsumen terhadap layanan-layanan paylater yang ada di pasar.

KoinWorks Tutup KoinPintar, Layanan Pembiayaan Pendidikan Tak Lagi Menarik?

Meski terus bertumbuh, sektor fintech di Indonesia masih berupaya menemukan pasarnya. Salah satunya adalah produk pembiayaan pendidikan (student loan) yang sebetulnya tak banyak digarap oleh pelaku startup di tanah air.

Platform P2P lending, KoinWorks baru-baru ini dilaporkan menghentikan layanan KoinPintar yang sejak 2017 menawarkan pinjaman untuk pendidikan tingkat tinggi. Diberitakan pertama kali oleh Bisnis.com, KoinWorks tidak mengungkap alasan penutupan ini.

Menurut Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono, langkah tersebut diambil agar dapat fokus ke produk-produk pembiayaan lain. Ke depannya, KoinWorks berupaya mencapai karbon netral dengan mendukung model bisnis pelaku UMKM yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Upaya KoinWorks untuk fokus ke segmen UMKM sebetulnya telah terlihat dari strateginya melalui KoinWorks NEO sehingga dapat memperluas jangkauan pembiayaan ke UMKM. Tahun lalu, pihaknya juga memperkenalkan penilaian profil risiko baru Grade S untuk menjangkau lebih banyak ekosistem UMKM

Biaya pendidikan

Sebelumnya pada awal Maret 2023, Pintek telah menyetop produk pembiayaan pendidikan dan beralih sepenuhnya pembiayaan rantai pasok (supply chain). Tutupnya produk pembiayaan pendidikan Pintek dan KoinWorks kini hanya menyisakan tiga pemain saja antara lain Danacita, DanaDidik, dan Cicil.

Cicil dan Danacita merupakan platform fintech lending, sedangkan DanaDidik menawarkan fasilitas pembiayaan pendidikan lewat model penggalangan dana (crowdfunding) yang bekerja sama dengan Yayasan Dana Abadi Pelajar.

Dalam paparan KrAsia beberapa tahun lalu, Presiden Indonesia Joko Widodo pernah mendesak bank-bank dalam negeri di 2018 silam untuk memberikan lebih banyak pinjaman pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM.

Perlu diketahui, rasio pendaftaran ke perguruan tinggi di Indonesia masih berada di angka 31%, tertinggal dari negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura (78%) dan Thailand (54%), menurut laporan Global Business Guide Indonesia. Faktor utamanya disebabkan karena alasan keuangan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Juni 2022, total biaya kuliah tertinggi tercatat ada di D.I Yogyakarta dengan Rp21,1 juta, diikuti Banten (Rp19,59 juta), Maluku, (Rp19,44 juta), Maluku Utara (Rp17,47 juta), dan DKI Jakarta (Rp16,74 juta). Biaya pendidikan ini mencakup uang pendaftaran, uang saku, biaya transportasi, hingga biaya operasional.

Mengutip blog Danacita, akses terhadap fasilitas pembiayaan pendidikan untuk perguruan tinggi di Indonesia terbilang sulit karena dibebankan ke mahasiswa dan institusi. Berbeda dengan level sekolah dasar (SD) hingga menengah yang sebagian besar ditangguh pemerintah.

Student loan merupakan produk pinjaman yang memiliki transaksi tinggi di Amerika Serikat (AS). Di sana, jumlah pinjaman pendidikan yang disalurkan disebut nilainya lebih tinggi dari transaksi kartu kredit, yakni $1,3 triliun. Perbedaan student loan di AS dan Indonesia cukup terlihat pada bunga pinjaman dan tenor pelunasan.

Application Information Will Show Up Here
Startup p2p lending KoinWorks mengumumkan akuisisi penuh terhadap Bank Perkreditan Rakyat (BPR) asal Banten, BPR Asri Cikupa Raya

KoinWorks Akuisisi BPR Asri Cikupa, Founder Kuasai Saham Mayoritas

Startup p2p lending KoinWorks mengumumkan akuisisi penuh terhadap Bank Perkreditan Rakyat (BPR) asal Banten, BPR Asri Cikupa Karya. Langkah tersebut dilakukan dalam rangka mengembangkan bisnis KoinWorks secara jangka panjang dan memperluas jangkauan pembiayaan ke segmen UMKM.

“Afiliasi antara unit BPR kami dengan KoinWorks akan sangat membantu dalam menciptakan inovasi bagi BPR sehingga mempunyai peluang untuk tumbuh melalui partisipasinya di ekonomi digital,” ujar Co-founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono dalam keterangan resmi, kemarin (26/1).

Mengutip dari data OJK per September 2022, KoinWorks, melalui dua co-founder-nya, Benedicto Haryono dan Willy Arifin, menggenggam penuh saham di BPR Asri Cikupa Karya, masing-masing sebesar 50,1% dan 49,9%. Pada kuartal sebelumnya, pemegang sahamnya dikuasai oleh Lydia Lukasanto (73%) dan Ang Kie Kwan (27%). Ang Kie Kwan akan tetap menjadi dewan komisaris bersama dengan Boedhi Surjono.

Ben, sapaan akrab Benedicto, melanjutkan perusahaan akan perlahan meningkatkan modal inti BPR sehingga dapat naik tingkat dari BPRKU 1 menjadi BPRKU 3. Dengan demikian, semakin banyak produk dan layanan yang dapat diberikan kepada masyarakat.

Sebagai informasi, BPR berdasarkan Kegiatan Usaha (BPRKU) 1 ini memiliki modal inti kurang dari Rp15 miliar, BPRKU 2 (modal inti Rp15 miliar – Rp50 miliar), dan BPRKU 3 (modal inti lebih dari Rp50 miliar).

Menyediakan produk deposito

Sebagai langkah awal, afiliasi kedua perusahaan ini akan fokus menyediakan produk deposito. Masyarakat dapat melakukan pembukaan rekening deposito secara langsung di kantor BPR Asri Cikupa Karya yang berlokasi di Kabupaten Tangerang, Banten, atau melalui aplikasi KoinWorks yang telah mengantongi izin dari OJK sebagai funding agent.

Produk deposito ini dirancang dengan minimal penempatan dana mulai dari Rp10 juta hingga Rp2 miliar dengan pilihan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan. Bunga yang ditawarkan sebesar 6,25% sesuai dengan besaran yang dijaminkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Angka tersebut bisa dikatakan kompetitif lebih tinggi dari yang ditawarkan bank umum untuk produk simpanan serupa.

Ben juga memaparkan rencana perusahaan untuk terus mendalami perilaku dan peran BPR beserta nasabahnya dalam lanskap keuangan yang terdigitalisasi dalam rangka inovasi digital di BPR. Hal tersebut akan sejalan dengan rencana perusahaan untuk digitalisasi produk deposito BPR melalui afiliasi dengan KoinWorks, kedua perusahaan ini akan melanjutkan pengembangan best practices dalam mengintegrasikan sistem banking dengan fintech.

“Di masa mendatang, akan tercipta peluang pertumbuhan bisnis bagi kedua pihak melalui partisipasi di ekonomi digital. BPR juga akan memperoleh manfaat dari prinsip-prinsip modern yang penting untuk perkembangannya,” pungkasnya.

Akuisisi BPR oleh startup

Langkah korporasi KoinWorks ini bukan barang pertama yang terjadi di lanskap startup fintech di Indonesia. Di antaranya, ALAMI Group akuisisi BPRS Cempaka Al Amin yang kini diubah menjadi jadi Hijra Bank, Xendit mengambil saham di BPR Arthakelola Cahayatama dan kini dikenal sebagai BPR Xen. Diikuti petinggi Fazz Financial Group yang mengambil kepemilikan saham di BPR Sentral Mandiri, dan Komunal yang resmi mengakuisisi BPR Prima Dadi Arta dari Kediri pada April 2022.

Perubahan pun perlahan-lahan dilakukan setelah mereka mengakuisisi BPR. Misalnya, Xendit yang merilis aplikasi aplikasi Nex sudah dirilis sejak 7 November 2022 setelah melewati fase uji coba internal. Aplikasi ini dikembangkan oleh PT Nex Teknologi Digital (NTD) yang bekerja sama dengan PT BPR Xen. Keduanya merupakan bagian dari Xendit Group. Produk perdananya adalah Rekening Tabungan Milenial dengan penawaran bunga tabungan 6% per tahun, yang dibayarkan setiap hari.

Dijelaskan lebih jauh oleh Director Xendit Group Rifai Taberi yang turut menjabat sebagai Direktur Utama PT Nex Teknologi Digital (NTD), semangat Xendit Group untuk membuat aplikasi bank digital untuk memenuhi ekosistem B2B yang sejatinya tidak hanya butuh kemudahan sistem pembayaran semata. Sebab, ada kalanya bisnis, terutama yang masih dalam skala UKM butuh aspek pembiayaan dan tabungan dalam mendukung perkembangan bisnis mereka.

Oleh karenanya, eksperimen Xendit melalui aplikasi Nex ini adalah dalam rangka mendigitalkan BPR agar produknya lebih mudah diakses. Proposisi ini bisa dianggap sebagai angin segar di dunia BPR. Menurut Rifai, secara tampilan luar produk, Nex memang diarahkan untuk konsumen akhir, tapi ternyata segmentasi target penggunanya justru buat pebisnis existing (merchant) Xendit.

Perlu diketahui, agar dapat bertahan pada era digital seperti sekarang, inovasi layanan dan teknologi menjadi hal wajib jika BPR tidak ingin tersingkir dari peta bisnis perbankan. Sayangnya, tak semua BPR memiliki infrastruktur digital yang memadai. Apalagi, banyak BPR bermodal cekak sehingga sulit untuk membangun infrastruktur digital yang relatif membutuhkan biaya tinggi.

Sudah harus bersaing di dunia digital, jalan yang ditapaki BPR pun kian hari kian sulit. Segmen mikro yang selama ini jadi lahan bisnis utama mereka terus tergerus dengan hadirnya berbagai pesaing dari dunia finansial. Kendati persaingan sangat ketat, bank-bank rural ini memiliki keunggulan lantaran karakteristik bisnisnya yang berbeda.

Kelokalan dan keeratan hubungan emosionalnya dengan para nasabah menjadi nilai lebih bagi BPR. Namun untuk mengatasi kelemahannya—sekaligus mengandalkan kelebihannya-—akan membuat daya tarik BPR akan makin kinclong. Dengan begitu, fungsi BPR untuk memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan makin besar.

Application Information Will Show Up Here
Wifkain

Transformasi Wifkain Menghubungkan Pebisnis Fashion dan Manufaktur, Siap Ekspansi ke Uni Emirat Arab

Berawal sebagai marketplace untuk produk tekstil, kini Wifkain bertransformasi menjadi platform Manufacturing-as-a-Service (MaaS), layanan multifungsi yang memungkinkan pemilik bisnis fashion mendapatkan sumber bahan baku dan semua kebutuhan produksi bisnis secara lebih praktis.

Kepada DailySocial.id, Co-founder dan CEO Wifkain Sara Sofyan menyampaikan rencana Wifkain untuk menambah jumlah brand hingga melakukan ekspansi ke Uni Emirat Arab.

Menjembatani pembeli dan manufaktur

Salah satu industri yang belum tersentuh teknologi, seperti proses dan otomasi, adalah fashion. Rumitnya proses hingga sulitnya pencarian atau discovery yang harus dilakukan oleh pebisnis fashion dari awal hingga akhir, menjadi salah satu alasan Wifkain berdiri.

Pandemi yang sempat mengganggu industri fashion pada dua tahun lalu, menjadi momen tepat bagi Wifkain untuk membantu pembeli dan brand di segmen menengah ke atas hingga UMKM dalam menemukan manufaktur yang relevan untuk melancarkan bisnis mereka. Saat ini, kondisi industri fashion mulai memulih.

Menurut Sara, ada perubahan yang cukup signifikan terjadi saat pandemi. Jika dulu banyak pemain mengandalkan produk impor dari negara lain, seperti Tiongkok, kini mereka mengandalkan tenaga dan tim lokal di dalam ekosistemnya.

“Saat pasar sudah mulai pulih kembali setelah first wave pandemi, kami melihat ini sebagai kesempatan untuk Wifkain. Kami melihat akan banyak lokalisasi manufacturing bukan hanya di Indonesia, tetapi juga negara lainnya,” kata Sara.

Berdiri sejak 2020, Wifkain adalah platform penyedia layanan manufaktur yang dapat memenuhi segala kebutuhan produksi bisnis fashion secara lebih praktis. Memosisikan diri sebagai pionir, Wifkain membidik sebagai platform berbasis teknologi pertama untuk memenuhi kebutuhan rantai pasok (supply chain) tekstil bagi fashion brand di Indonesia.

Layanan MaaS dari Wifkain akan memudahkan pengusaha untuk mendapatkan desain atau pola jahit yang sesuai dengan keinginan, serta mempermudah dan mempercepat proses textile procurement, manufacturing, quality assurance, dan penyediaan logistik.

“Proses supply chain yang terjadi di Indonesia saat ini masih long tail. Semakin downstream, semakin fragmented prosesnya. Wifkain hadir untuk mengotomasi proses tersebut,” kata Sara.

Saat ini, Wifkain memiliki sekitar 200 mitra, terdiri dari 60 pabrik dan sisanya adalah trader, distributor, dan penjahit. Semua mitra telah melalui proses kurasi yang ketat sebelum bergabung ke ekosistem Wifkain. Hal tersebut dilakukan guna memberikan kepastian dan jaminan kepada brand. Strategi monetisasi yang dilancarkan oleh Wifkain adalah langsung kepada mitra mereka.

Ekspansi ke Uni Emirat Arab

Didukung oleh teknologi, Wifkain ingin menghadirkan sebuah fitur yang bisa digunakan oleh pembeli untuk memonitor pembuatan atau proses produk yang mereka pesan. Fitur ini bisa meminimalisasi terjadinya pengiriman yang terlambat dan masalah lainnya.

Untuk mitra, teknologi tersebut diharapakan dapat memonitor kinerja pekerja mereka agar lebih transparan. Praktik ini sebelumnya sudah dilancarkan oleh industri fashion di Tiongkok. Saat ini, khususnya di Indonesia, semua proses tersebut masih banyak dilakukan secara konvensional.

Roadmap perusahaan ke depan adalah menciptakan tech-enabled tracking di garmen untuk menyediakan buyers daily output berupa monitoring process. Dari sisi pabrik, mereka bisa memonitor working flow labour menjadi lebih transparan,” ucap Sara.

Tahun depan perusahaan juga akan melancarkan ekspansi ke Uni Emirat Arab. Masih dalam proses penjajakan, adanya kesamaan iklim hingga besarnya potensi fashion muslim di Indonesia, menjadikan rencana ekspansi tersebut tepat dan relevan.

Sebagai informasi, Wifkain telah mengantongi pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dengan nominal yang dirahasiakan. Sejumlah angel investor terkemuka ikut berpartisipasi pada putaran ini, termasuk CEO Atome Financial Indonesia Wawan Salum.

Bersama dengan Co-founder lainnya, yakni Rudy Setyo Hartono dan Chindera Soewandy, dana segar tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Wifkain memperluas jangkauan bisnisnya ke UMKM dan pemilik fashion brand, meningkatkan jumlah merchant, dan membangun tim.

Kemitraan strategis dengan KoinWorks

Untuk memperkuat komitmen, Wifkain menggandeng KoinWorks sebagai mitra strategis untuk menyediakan supply chain financing bagi mitra pabrik dan fashion brand yang menjadi partner dan kliennya.

Masih banyak perbankan hingga institusi finansial yang belum menjangkau para pebisnis fashion dalam melancarkan bisnis mereka. Ini menjadi alasan kuat Wifkain dan KoinWorks untuk memfasilitasi supply chain financing. Solusi ini dilihat sangat tepat untuk membantu pebisnis fashion, bukan hanya dukungan dalam pemenuhan bahan.

“Solusi pendanaan ini memberikan jaminan pembayaran menjadi lebih baik. KoinWorks menjadi mitra yang tepat bagi kami untuk menawarkan pembiayaan kepada para buyer. Dari sisi fund flow, kami pastikan pendanaan ini digunakan untuk working capital sehingga tidak disalahgunakan untuk penggunaan yang tidak tepat,” tuturnya.

Industri fashion tercatat sebagai salah satu industri dengan kontribusi terbesar dalam perekonomian Indonesia. Menurut laporan Euromonitor International, bisnis fashion berkontribusi sebesar 18,01% dari Gross Domestic Product (GDP) di Indonesia dengan CAGR sebesar 9%-10% untuk kategori womenswear, menswear, dan childrenswear. Selain itu, tekstil dan manufacturing menempati peringkat ke-12 di Asia Tenggara dengan pertumbuhan CAGR sebesar 5%.

Melihat besarnya peran industri fashion, Wifkain dan KoinWorks berharap kolaborasi ini dapat mendukung lebih banyak lagi UMKM sehingga dapat mendorong pertumbuhan industri fashion lebih pesat.

Koinworks Layoff

KoinWorks Merumahkan 70 Karyawan

Badai di industri startup masih berlanjut. Menyusul kawan startup lain, KoinWorks juga ikut merampingkan struktur organisasinya tahun ini. Startup fintech lending ini merumahkan sebanyak 70 orang atau sekitar 8% dari total karyawannya.

Sebagaimana dilansir dari Tech in Asia, PHK ini menjadi upaya untuk menata kembali struktur perusahaan. KoinWorks memastikan akan tetap berupaya memenuhi kebutuhan pengguna.

DailySocial.id telah menghubungi Co-founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono. Namun, belum ada pernyataan lebih lanjut yang diturunkan mengenai hal ini.

Sekadar informasi, pada awal tahun ini KoinWorks membukukan pendanaan seri C dengan total $108 juta, terdiri dari ekuitas $43 juta dan debt $65 juta. Dengan tambahan pendanaan ini, valuasi KoinWorks ditaksir mencapai sebesar $250 juta.

Sejak tahun lalu, KoinWorks mulai melebarkan strateginya di luar bisnis lending untuk menjangkau lebih banyak pengguna UMKM, yakni menjadi neobank. Menurut Benedicto, convertion rate dari lending terbilang rendah di bawah 10% dari total leads yang masuk. Ini membuat sejumlah UMKM mengalami overfinance alias belum layak didanai atau sedang tak butuh pendanaan.

Untuk itu, perusahaan menggandeng Bank Sampoerna merilis KoinWorks NEO yang ditujukan bagi UMKM. KoinWorks NEO merupakan platform finansial terintegrasi bagi UMKM, pekerja lepas, content creator, hingga startup. Untuk mempertajam misinya, KoinWorks kembali memperkenalkan penilaian profil risiko baru Grade S (Grade Spesial) untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil.

Gelombang PHK startup

Gelombang pemutusan kerja cukup banyak terjadi di industri startup tahun ini, di antaranya adalah Xendit, Zenius, dan LinkAja. Jumlah karyawan yang terkena PHK berjumlah puluhan hingga ratusan orang.

Berdasarkan data yang kami himpun, jumlah PHK paling besar tahun ini terjadi pada Zenius, yakni sebanyak 800 pegawai dalam 2x pengumuman. PHK ini dilakukan Zenius karena faktor perubahan kondisi makro ekonomi dan perilaku konsumen.

Sementara, Xendit tak hanya melakukan PHK di Indonesia saja, tetapi juga di Filipina. Laporan RevoU mengacu dari data LinkedIn Premium Insights menyebutkan Xendit menerima sebanyak 307 karyawan baru pada tahun lalu. Sementara, Zenius mengambil 521 karyawan baru di periode sama.

Potensi P2P

Beberapa waktu lalu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memperkirakan penyaluran pinjaman di 2023 dapat naik hingga 25%. Menurut Wakil Ketua Klaster Multiguna AFPI Yolanda Sunaryo, pandemi membuka peluang usaha bagi masyarakat, demikian pula pelaku UMKM.

P2P lending memiliki peran besar untuk memperkecil kesenjangan kebutuhan pinjaman. Berdasarkan data AFPI, kebutuhan pinjaman/kredit di Indonesia mencapai Rp2.600 triliun. Sementara, lembaga keuangan konvensional, termasuk perbankan, pegadaian, dan pembiayaan, baru menyalurkan sekitar Rp1.000 triliun. Masih ada gap sebesar 650 triliun yang dapat difasilitasi oleh P2P.

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Resmi Luncurkan KoinLearn, Platform Belajar Gratis untuk UMKM

Setelah sukses meraih 2 juta pengguna pada hari jadinya yang ke-6, KoinWorks kini menghadirkan satu lagi terobosan baru sebagai bentuk dukungannya terhadap kemajuan UMKM di Indonesia, yaitu KoinLearn.

Platform belajar gratis KoinLearn resmi diluncurkan pada 27 September 2022 dengan tujuan mempermudah akses UMKM terhadap materi pembelajaran yang nantinya dapat digunakan untuk mengembangkan potensi bisnis.

Hadirnya KoinLearn pada aplikasi KoinWorks ini juga sejalan dengan misi pemerintah yang menargetkan 30 juta UMKM masuk ke dalam ekonomi digital di tahun 2024. Selain itu, berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) tahun 2019, tingkat literasi keuangan di Indonesia masih berada di 38%. Sehingga, dengan adanya fasilitas belajar gratis diharapkan KoinWorks dapat membantu menaikkan tingkat literasi keuangan di Indonesia karena 2 juta pengguna KoinWorks dapat mengakses berbagai materi untuk meningkatkan skill di bidang keuangan, bisnis, hingga pemasaran.

“Di KoinLearn, pelaku UMKM bisa belajar tanpa dipungut biaya dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan, dan masih di dalam aplikasi KoinWorks. Maka dari itu, dukungan ini akan memudahkan mereka menyelesaikan berbagai pekerjaan sekaligus belajar,” ujar Jonathan Bryan, Chief Platform Officer KoinWorks.

Tidak hanya sekedar menyediakan platform belajar, KoinWorks juga mempertimbangkan berbagai hal agar produk terbarunya ini dapat memberikan dampak yang besar, termasuk bagaimana video pembelajaran akan ditampilkan dan metode yang tepat untuk hasil belajar yang maksimal.

“KoinLearn dirancang sebagai platform belajar singkat dengan bite-sized video sekitar 2 sampai 4 menit yang sangat sesuai untuk pemilik bisnis di app KoinWorks. Kami percaya peningkatan keterampilan digital UMKM harus dijembatani dengan platform yang tepat. Pemilik bisnis adalah seseorang yang sangat sibuk, sehingga metode belajar untuk duduk dalam waktu 1 hingga 2 jam sudah tidak relevan lagi. Saat ini mereka belajar melalui sarana seperti YouTube, Instagram, sampai ke TikTok,” jelas Jonathan.

Untuk membantu meningkatkan skill para UMKM, KoinWorks telah berkolaborasi dengan sejumlah institusi dan business expert sehingga KoinWorks dapat menyediakan 70 video pembelajaran dengan topik strategi bisnis dan manajemen keuangan di KoinLearn. Fellexandro Ruby, seorang Content Creator sekaligus Entrepreneur, adalah salah satu business expert yang turut membagikan materi pada video pembelajaran KoinLearn mengenai konten digital untuk pemasaran bisnis.

“Sebetulnya belajar tidak bisa dipisahkan dari berbisnis karena sebagai pebisnis kita harus selalu upgrade diri dengan perkembangan yang ada. Adanya platform belajar seperti KoinLearn perlu diapresiasi dan menjadi nilai lebih dari KoinWorks sebagai startup fintech yang fokus pada pengembangan UMKM,” kata Fellexandro.

Selain Fellexandro, masih terdapat 15 tutor KoinLearn lainnya yang video pembelajarannya dapat dinikmati secara gratis di aplikasi KoinWorks baik bagi pengguna lama maupun pengguna baru. Meski kini telah bekerja sama dengan banyak tutor, KoinWorks juga masih membuka kesempatan untuk para business expert lainnya yang ingin bergabung di KoinLearn sebagai pengajar dengan mendaftar pada tautan ini.

KoinLearn merupakan salah satu bentuk nyata dukungan KoinWorks terhadap kemajuan bisnis UMKM Indonesia yang diharapkan akan dapat menjangkau 2 juta penggunanya hingga akhir tahun ini. KoinWorks juga tidak akan berhenti sampai di sini dalam mengembangkan produk terbarunya ini sehingga KoinWorks dapat terus menyediakan fasilitas belajar yang lengkap dan berkualitas untuk para penggunanya melalui KoinLearn.

Startup fintech lending KoinWorks perkenalkan penilaian profil risiko baru, dinamai Grade S (Grade Spesial) untuk usaha kecil dan mikro

KoinWorks Perkenalkan Penilaian Profil Risiko Baru “Grade S”, Sasar Usaha Mikro dan Kecil

Startup fintech lending KoinWorks perkenalkan penilaian profil risiko baru, dinamai Grade S (Grade Spesial) untuk masuk ke pembiayaan usaha mikro dan kecil. Inisiatif ini sekaligus memperkukuh komitmen perusahaan dalam menjangkau lebih banyak pendana dari kalangan UMKM, setelah merilis KoinWorks NEO.

Dalam konferensi pers yang digelar kemarin (01/9), Co-founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono menyampaikan, Grade S ini diperkenalkan untuk menjangkau ekosistem UMKM yang sebelumnya peminjam di perusahaan dan terbukti sukses menjadi bankable dan level usahanya naik dari sebelumnya mikro dan kecil.

Dari ekosistem pendana tersebut, masih banyak usaha mikro dan kecil berikutnya yang unbankable dan bisa didanai untuk pertumbuhan bisnisnya. Selama ini mereka luput dari perhatian perusahaan keuangan konvensional.

“Baru semalam (31/8) kami perkenalkan Grade S, sebelumnya hanya ada Grade A-E. Konsep ini kita perkenalkan untuk para graduates UKM yang sudah step up dan punya ekosistem untuk mulai memberdayakan entrepreneur generasi berikutnya. Graduates ini bukan jadi peminjam lagi tapi jadi mitra penghubung,” ucapnya.

Saat meracik fitur baru dari produk personal KoinP2P ini, sambung Ben, perusahaan menyadari bahwa UMKM ini tipikal punya risiko gagal bayar yang besar. Berlaku pula konsep high risk, high return. Perusahaan mencari cara bagaimana bisa menjadi win-win solution bagi semua pihak. Setelah meriset lebih dalam, ada segmen niche di dalam UMKM dengan risiko tinggi yang dapat direndahkan. Caranya dengan masuk ke ekosistem dari UKM yang terbukti sukses tumbuh setelah dibantu oleh KoinWorks.

Dicontohkan, ada pembiayaan supply chain yang berhasil di danai perusahaan, ternyata memiliki enam ribu motorist di dalamnya. Artinya, usaha tersebut berpotensi memiliki calon pengusaha berikutnya yang bakal sukses karena didukung support system yang baik.

Para motorist tersebut dapat didukung dengan produk pembiayaan yang baik dan pendampingan tanpa pricing yang mahal. Kemudian, dari sisi pemberi pinjaman, mereka juga mendapat asuransi untuk melindungi imbal hasil yang bakal didapat.

Mitigasi seperti ini, memungkinkan KoinWorks untuk menyalurkan pendanaan Grade S kepada para pekerja sektor informal seperti salesman, toko kelontong, dan pedagang grosir untuk membantu mengembangkan usaha dan meningkatkan kesejahteraan sosial mereka.

“Kami tidak hanya mitigasi dari sisi bisnis tapi juga financial protection-nya. Kami ingin breaking the mold, jadi jangan lihat risk dan return saja. Para pemberi pinjaman juga bisa ikut serta, enggak cuma lihat return-nya berapa.”

Pada tahap awal, saat ini perusahaan baru menetapkan Grade S ini untuk kasus tertentu saja (case by case) bagi masing-masing UMKM yang layak didanai. Benedicto memastikan akan terus perluas Grade S ini ke lebih banyak UMKM karena ini berkaitan erat dengan inisiatif impact investing yang sedang digalakkan perusahan.

Disebutkan saat ini KoinWorks telah memiliki tim impact investing yang khusus mengukur dampak yang dihasilkan untuk ekonomi Indonesia, bisa dilihat dari penciptaan tenaga kerja baru, pemberdayaan perempuan, dan sebagainya.

Adapun, kisaran imbal hasil yang dapat diterima pemberi dana apabila turut berpartisipasi dalam pendanaan Grade S mulai dari 8%-10% per tahunnya. “Ini step pertama kami agar bisa berikan akses yang breaking the mold di industri finansial. Kami mau perluas impact investing, sebab pendana yang bergabung itu misinya adalah safety dan return. Tapi kami mau perlihat impact yang lebih nyata.”

Enam tahun KoinWorks

Sejak enam tahun berdiri, KoinWorks mengklaim telah memiliki lebih dari 2 juta pengguna, terdiri dari 1,5 juta pendana dan 500 ribu UMKM terdaftar. Perusahaan menyediakan delapan produk keuangan inovatif yang memberikan layanan manajemen UMKM, pengembangan finansial pribadi, pinjaman pendidikan, dan produk salary advance.

Hingga saat ini, KoinWorks telah mendistribusikan pembiayaan dengan total Rp13 triliun kepada UMKM di seluruh Indonesia. Dengan dana tersebut, UMKM telah berhasil mengembangkan usahanya dengan pendapatan rata-rata per bulan sebesar Rp70 juta.

“Kami berharap semakin banyak UMKM yang terdorong untuk mengambil langkah dalam mencapai potensi terbaik mereka melalui KoinWorks sebagai financial partner. Ini juga merupakan bukti lebih lanjut bagi para lenders bahwa impact investing dengan KoinWorks berdampak positif, tidak hanya untuk keuntungan mereka tetapi juga berdampak pada perekonomian Indonesia,” kata Ben.

KoinWorks juga merayakan keberhasilannya dengan menjaring talenta yang kompeten di berbagai bidang untuk bergabung. Sebanyak 950 karyawan KoinWorks saat ini tersebar di Indonesia dan beberapa negara Asia, antara lain Singapura, Vietnam, dan India. Dengan sumber daya yang kuat, KoinWorks optimis dapat terus memberikan dampak, tidak hanya bagi penggunanya tetapi juga bagi seluruh UMKM di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Neobank as Koinwork’s Further Validation to Encourage more Bankable MSMEs

The Indonesian p2p lending business is entering its mature phase. Meanwhile, inclusive access to finance for MSMEs is still an unresolved homework. KoinWorks, which recently started working on neobank, believes that this solution can slowly help MSMEs level up from being underserved and underbanked to bankable.

In an interview with DailySocial.id, KoinWorks’ Co-founder & CEO, Benedicto Haryono said that as long as the company stays as a p2p lending business, the conversion rate is turned out to be relatively low, aka below 10% of the total incoming leads. It occurs due to MSMEs being overfinanced, not eligible for funding, or don’t have urgency for funding.

The segment that was rejected by KoinWorks actually has potential to be explored in the future, considering the type of loan provided is productive. In other words, they certainly want their business to grow. “We thought of, what if we gave a more general product, it doesn’t need a lot of requirements. This can be a solution as if they need credit, they are qualified and can immediately get funding,” told Ben which is known as Benedicto’s nickname.

KoinWorks NEO is an integrated financial platform for MSMEs, freelancers, content creators, and start-ups. With NEO Card and financial management services, this product enables users to fulfill their business needs. From remittances, payment link services to create payment links, monitor financial condition, and expense reports, and all the financial literacy assistance business owners need in order to grow their business.

Through KoinWorks NEO, the company provides its own added value that is different from lending. In an observation, other MSME issues are financial records that have not been integrated or manually still, using books or Excel directly done by the business owner due to limited resources. Eventually, a lot of time was wasted, and business owners could not focus on developing their business further.

In further detail, Neobank’s one solution is to provide accounts receivable that are automatically reconciled and equipped with an auto-reminder feature for re-billing. This solution is expected to save business owners’ time, also from the point of view of increasing consumer experience.

“We want to encourage these MSMEs to start managing operations, finances, and grow with us, before receiving financing from us. By providing another experience in terms of financial policies that are more suited to their growth and in accordance with our vision.”

He continued that the business, which has been supported by KoinWorks for five years of operation, is claimed to have an impact as proven by the positive average growth of sales. The improved business has reached more than two million. “Hence, this neobank validation is part of the mission we implemented from the beginning that we want to realize more helping MSMEs in Indonesia.”

In building KoinWorks NEO, Ben continued, the company also collaborated with various partners through the BaaS mechanism, excluding Open API. He said what KoinWorks need as a company is more specific and customized for MSMEs. Meanwhile, in the current Open API solutions, there is no specific answer to these needs, it is still limited to consumers.

“Therefore, we work directly with financial partners and only use features that are relevant to us from Open API players such as Finantier, Ayoconnect, and Brick.”

Ben further explained that KoinWorks NEO has a financial management service that automatically combines financial activities and money movements; quick and easy access to business loans, for example, access to various loans for various purposes, including installment loans, earned wage access (EWA) for their employees.

At last, the virtual card “NEO Card” which functions as a prepaid and charge card is supported by Mastercard and BNI to simplify online transactions through the Virtual Card Number (VCN). In addition, the NEO Card can be used to process any local or international payment transfers for free.

Growth machine

As a startup aiming to pursue growth, amid the growth of the lending business which is no longer exponential, the company will rely on KoinWorks NEO as its engine. The lending business will continue to be the company’s biggest profit-generating engine due to its large volume, even though its growth is only 3%-5% per year.

“However, from the growth of the transaction data ecosystem and user base, NEO will be the largest. Therefore, it will grow x percent, around 20-25 percent of the NEO user base that can get financing and there is a value service that we can provide to them as well.”

The company will also be more aggressive in entering the second and third-tier cities, considering that it has only available in the urban. This step will be done through KoinWorks NEO. He also mentioned that in the midst of slowing growth in the lending business, as it is starting to mature, market segmentation is increasingly formed with their respective specializations.

It is different from the early situation when almost all players worked in all financing sectors. That time triggers the public’s extensive knowledge of a lending company. For example, people will associate Amartha with women’s productive loans, ALAMI for sharia loans, and for MSMEs, there are Investree, Modalku, KoinWorks, and so on.

“Today’s market knows more about the lending segment and knows what they are looking for. In the future, penetration must be increased to tiers 2 and 3, while we are still in tier 1 so we need extra effort so that our services can be more diverse.”

From a managerial perspective, the company added new positions to generate more focus. Among other things, the Strategy Division focuses on creating value and the overall direction of the company, as well as ensuring that KoinWorks will continue to build the Indonesian MSME ecosystem. Moreover, the Product Division that is fully data-driven will be stronger and sharper in solving complex problems into simpler ones to produce the right products.

Next, the newly formed Platform Division will constantly look at user experience, especially MSME players by building an ecosystem that helps them from starting a business to growing beyond MSMEs.

Synergizing with the Product Division and Platform Division, the Wealth Division is committed to helping KoinWorks users through investment products that are in line with the user’s journey to achieve financial goals. Meanwhile, the Marketing Division will maximize KoinWorks in helping users to recognize the benefits and ease of accessing digital financial platforms such as KoinWorks.

In five years of operation, the company, which used to solely distributed loans to MSMEs, now has a series of products, such as digital gold savings, artificial intelligence (AI)-based automated P2P funding, invoice guaranteed financing, education fund financing, early wage access, and bond purchasing. Until the beginning of this year, KoinWorks had disbursed Rp11 trillion in funding.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

KoinWorks NEO akan jadi mesin pertumbuhan terbesar; sementara bisnis lending jadi pencetak keuntungan terbesar bagi KoinWorks

Neobank Jadi Validasi KoinWorks Selanjutnya, Tuntun UMKM Jadi “Bankable”

Bisnis p2p lending di Indonesia perlahan memasuki fase dewasa. Sementara, pemerataan akses keuangan untuk UMKM masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. KoinWorks yang belakangan mulai garap neobank meyakini bahwa solusi ini dapat membantu UMKM perlahan naik level dari awalnya underserved dan underbanked ke bankable.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Co-founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono menyampaikan selama mereka menjadi perusahaan p2p lending, ternyata convertion rate dari bisnis tersebut terbilang rendah alias di bawah 10% dari total leads yang masuk. Kondisi ini terjadi karena UMKM tersebut over finance, belum masuk layak didanai, atau sedang tidak butuh pendanaan.

Segmen yang ditolak oleh KoinWorks tersebut sebenarnya punya potensi yang bisa digarap di masa depan, mengingat jenis pinjaman yang diberikan adalah produktif. Dalam kata lain, mereka dipastikan ingin bisnisnya bertumbuh. “Kami berpikir bagaimana kalau kita beri produk yang lebih general, enggak perlu banyak persyaratan. Ini bisa jadi solusi, sehingga kalau sudah butuh kredit, mereka sudah qualified dan bisa segera dapat pendanaan,” ujar Ben, sapaan akrab Benedicto.

KoinWorks NEO adalah platform finansial terintegrasi bagi UMKM, pekerja lepas, content creator, hingga perusahaan rintisan. Dengan NEO Card dan layanan manajemen keuangan di dalamnya, produk ini memungkinkan pengguna untuk memenuhi kebutuhan bisnis mereka. Baik itu pengiriman uang, layanan payment link untuk membuat tautan pembayaran, monitor kondisi keuangan dan laporan pengeluaran, dan semua bantuan literasi keuangan yang dibutuhkan pemilik bisnis agar dapat mengembangkan usaha.

Melalui KoinWorks NEO, perusahaan memberikan nilai tambah tersendiri yang berbeda dari penyaluran kredit. Saat ditelusuri, isu UMKM lainnya adalah pencatatan keuangan yang belum terintegrasi alias masih manual, menggunakan buku atau Excel yang dikerjakan langsung oleh pemilik bisnis karena sumber daya terbatas. Waktu pun akhirnya banyak terbuang, pemilik bisnis tidak bisa fokus mengembangkan usahanya lebih jauh.

Dirinci lebih dalam, salah satu solusi yang ditawarkan lewat neobank adalah menyediakan account receivable yang otomatis terekonsiliasi dan dilengkapi fitur auto reminder untuk penagihan ulang. Harapannya solusi tersebut membuat waktu pemilik bisnis jadi lebih efisien, pun dari sisi pengalaman konsumen juga meningkat.

“Kita mau dorong UMKM ini untuk mulai manage operasional, keuangan, dan tumbuh bersama kami, sebelum menerima financing dari kami. Dengan memberikan pengalaman lain dari sisi financial policies yang lebih untuk cater pertumbuhan mereka dan sesuai dengan visi kami.”

Dia melanjutkan, bisnis yang telah terbantu oleh KoinWorks sepanjang lima tahun beroperasi, diklaim memberikan dampak yang terlihat dari rata-rata pertumbuhan penjualannya tumbuh dengan baik. Jumlah usaha yang telah terbantu ini angkanya mencapai lebih dari dua juta pinjaman. “Jadi validasi neobank ini merupakan dari misi yang kami terapkan dari awal bahwa kami ingin merealisasikan lebih banyak membantu UMKM di Indonesia.”

Dalam membangun KoinWorks NEO, sambung Ben, perusahaan memanfaatkan kemitraan dengan berbagai mitra melalui mekanisme BaaS, belum Open API. Dia beralasan kebutuhan KoinWorks sebagai perusahaan lebih spesifik dan terkustomisasi untuk UMKM. Sementara itu, dalam solusi Open API yang hadir di industri sejauh ini belum ada yang spesifik menjawab kebutuhan tersebut, masih sebatas untuk konsumer.

“Jadi kita kerja sama direct dengan mitra keuangannya saja dan pakai fitur by fitur yang relevan bagi kami dari pemain Open API seperti Finantier, Ayoconnect, dan Brick.”

Dirinci oleh Ben, KoinWorks NEO memiliki layanan manajemen keuangan yang secara otomatis menggabungkan aktivitas keuangan dan pergerakan uang; akses cepat dan mudah ke pinjaman bisnis, misalnya akses ke berbagai pinjaman untuk berbagai tujuan, termasuk installment loans, earned wage access (EWA) untuk karyawan mereka.

Terakhir, kartu virtual “NEO Card” yang berfungsi sebagai prepaid and charge card didukung oleh Mastercard dan BNI untuk membuat transaksi online lebih mudah melalui fitur Virtual Card Number (VCN). Selain itu NEO Card dapat digunakan untuk memproses transfer pembayaran secara lokal atau internasional manapun secara gratis.

Mesin pertumbuhan

Sebagai startup yang selalu mengejar pertumbuhan, di tengah pertumbuhan bisnis lending yang tak lagi eksponensial, perusahaan akan mengandalkan KoinWorks NEO sebagai mesinnya. Bisnis lending akan tetap jadi mesin penghasil keuntungan terbesar perusahaan karena punya volume yang besar, kendati pertumbuhannya hanya mencapai 3%-5% per tahunnya.

“Tapi dari pertumbuhan ecosystem data transaksi dan user base, NEO akan jadi yang terbesar. Sebab, dari situ akan tumbuh sekian x persen sekitar 20%-25% dari user base NEO yang bisa dapat financing dan ada value service yang bisa kita berikan ke mereka juga.”

Perusahaan juga akan lebih gencar masuk ke kota lapis dua dan tiga, mengingat sejauh ini baru masuk ke kota utama saja. Langkah ini akan dilakukan melalui KoinWorks NEO. Menurutnya, di tengah melambannya pertumbuhan bisnis lending karena mulai mature, membuat segmentasi pasar semakin terbentuk dengan spesialisasinya masing-masing.

Beda dari kondisi pada awal yang mana hampir semua pemain menggarap semua sektor pembiayaan. Kondisi tersebut membuat pemahaman masyarakat terhadap suatu perusahaan lending makin meruncing. Misalnya, untuk pinjaman produktif spesifik untuk perempuan, konsumen mulai mengasosiasikan dengan Amartha, pinjaman syariah ada ALAMI, kemudian untuk UMKM ada Investree, Modalku, dan KoinWorks, dan sebagainya.

Market sekarang jadi lebih tahu segmen lending dan tahu apa yang mereka cari. Ke depannya penetrasi harus digenjot ke tier 2 dan 3, sementara kami masih ada di tier 1 jadi perlu usaha ekstra agar layanan kami bisa lebih diverse.”

Dari sisi manajerial pun, perusahaan melakukan penambahan posisi baru agar lebih berfokus. Di antaranya, Divisi Strategi berfokus pada penciptaan nilai dan arah perusahaan secara keseluruhan, serta memastikan bahwa KoinWorks akan terus membangun ekosistem UMKM Indonesia. Kemudian, Divisi Produk yang sepenuhnya bekerja dengan data-driven akan lebih kuat dan tajam dalam memecahkan masalah kompleks menjadi lebih sederhana untuk menghasilkan produk yang tepat guna.

Lalu, Divisi Platform yang baru dibentuk secara konstan akan terus melihat kebutuhan user experience, terutama pelaku UMKM dengan membangun ekosistem yang membantu mereka dari memulai bisnis hingga berkembang melampaui UMKM.

Bersinergi dengan Divisi Produk dan Divisi Platform, Divisi Wealth berkomitmen membantu pengguna KoinWorks melalui produk investasi yang sejalan dengan journey pengguna mencapai tujuan finansial. Sementara itu, Divisi Marketing akan memaksimalkan KoinWorks dalam membantu pengguna untuk mengenal manfaat dan kemudahan mengakses platform keuangan digital seperti KoinWorks.

Dalam lima tahun beroperasi, perusahaan yang awalnya hanya mendistribusikan pinjaman untuk UMKM ini, kini mempunyai serangkaian produk, seperti tabungan emas digital, pendanaan P2P otomatis berbasis kecerdasan buatan (AI), pembiayaan dengan jaminan invoice, pembiayaan dana pendidikan, early wage access, hingga pembelian obligasi. Hingga awal tahun ini, KoinWorks telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp11 triliun.

Application Information Will Show Up Here