Tag Archives: kolega

Pemenuhan talenta teknologi masih menjadi hambatan banyak industri dan startup di Indonesia / Pixabay

Kolega Co-Working Space Ajak Pelaku Bisnis Digital Diskusikan Permasalahan Talenta IT

Pemenuhan talenta di bidang teknologi menjadi salah satu permasalahan yang masih sering dikeluhkan oleh pengusaha saat ini, khususnya yang bergerak di bidang digital. Faktor pendidikan sering dijadikan sebagai ujung dari permasalahan ini.

Menurut riset yang dilakukan A.T. Kearney, sektor pendidikan di Indonesia hanya mampu menghasilkan 278 insinyur teknik informasi dari setiap 1 juta penduduk. Porsi lulusan teknik di Indonesia jauh lebih sedikit jika dibandingkan negara tentang, misalnya Malaysia yang mencetak 1.834 orang insinyur teknologi dan India yang mencetak 1.159 insinyur insinyur teknologi setiap 1 juta orang penduduk.

Sementara itu, beberapa perusahaan mengatakan jumlah talenta teknologi dalam konteks supply sebenarnya banyak. Ini tampak jika dibandingkan antara kebutuhan dengan jumlah program studi teknologi informasi di universitas yang mencapai ratusan. Menurut beberapa perusahaan tadi materi teknologi informasi yang disediakan juga belum memenuhi kebutuhan perusahaan yang ada pada saat ini. Permasalahan utama soal talenta teknologi ini juga dari kesempatan yang tidak merata karena industri yang terpusat di kota-kota besar seperti Jakarta.

Untuk membicarakan permasalahan tersebut, Kolega Co-Working Space berencana menyelenggarakan sebuah acara diskusi bertajuk “Kolega Dev2 (Develop the Developers): Ada apa dengan talenta IT di Indonesia?”. Di sesi ini akan dihadirkan beberapa pemateri dari startup dan komunitas untuk mengupas sebenarnya seperti apa kebutuhan talenta teknologi yang dibutuhkan industri saat ini. Menjadi sebuah urgensi tersendiri, karena di era millenium seperti saat ini pergerakan inovasi berbasis teknologi mutlak dibutuhkan oleh berbagai lini sektor untuk menghadapi berbagai tantangan dan disrupsi.

Acara Kolega Dev2 akan diselenggarakan Rabu, 28 Februari 2018 mulai pukul 12.00 – 15.00 WIB, bertempat di Kolega Co-working Space X MarkPlus Inc, Kuningan, Jakarta Selatan. Pemateri yang akan hadir di antaranya Aldi Adrian (Head of Investment Mandiri Capital), Natalia Sulistya (Partner Lead for Tech & Infrastructure GO-JEK), Dheta Aisyah (Chief of Business Development Binar Academy), dan Tommy Herdiansyah (Founder Code Margonda).

Kolega Develop the Developers
Kolega Develop the Developers

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, silakan kunjungi laman resminya di sini.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk acara Kolega Dev2

Investment and Ecosystems Have Crucial Contribution to The Growth of Indonesia’s Startup

Reaching the end of 2017, commonly there will be a lot of reflection related to the journey of the last one year. There is no exception to Indonesia’s startup landscape, starting from the business achievements, technological innovation, and various supporting component development began to be discussed. In the inauguration of Kolega Primedge’s new co-working space last week, a talk show was held, highlighting several issues related to the startup development until the end of 2017.

Some speakers are presented in this occasion, Head of Investment Mandiri Capital Aldi Adrian Hartanto, Director of Business Strategy MallSini Steven Yee, and Co-Founder GDILab Jefri Dinomo. The three speakers discussed two main topic, namely how investment affects the national startup ecosystem and how collaboration in the ecosystem should play a role in accelerating startup business.

Funding is still a backbone of Indonesia’s startup stability

The panelists highlighted, after the startup successfully defined the initial stages – including products, business strategies and others – the next step requires acceleration. It will accelerate the growth rate and traction of product using various types of approaches, growth hacking for example. At this phase, startup will require a larger capital, a huge one, so an advanced stage investment is needed here.

“In running the business, it requires not only good output, but also solid cooperation, because the investor will prioritizes the quality of every individual in creating a startup product,” said Steven.

At this phase, it is important for startup to start establishing communications and relationships with investors. In relation to this, the panelists stressed on neccesary things to be brought to investors is a value that carries possibility for both parties to do collaboration, between startup and the investor. Another important point is, funding should be placed in a position to improve business performance, it is necessary to make an ideal form first in terms of product and market orientation before deciding to do fundraising and “burning money”, certainly for market share development purpose.

This is what Mandiri Capital examines when considering to provide funding for startups, especially in early stages. This year, it was admitted that there was a decrease in the number of startups injected by Mandiri Capital, Aldi explained this was due to the change of mentality of the perpetrators, thus making investors’ considerations more complicated.

“Investors tend to be more selective when they want to invest, it’s necessary to think about many things related to future prospects. Starting from the company’s profit strategy, growth rate, and startup testing in order to survive,” said Aldi.

Growing startup through the existing ecosystem network

Furthermore, Jefri from GDILab said that the strengthening aspect of a product (including from the technology side) is crucial. Since the quality of the product will be the most dominant for startup after all, including to get funding. The increasingly tight market makes every player must think sharp and innovative to see various of existing opportunities. Products must be dynamic, ready to grow adjusting the problems in its target market.

The speakers also believe that the existing ecosystem can actually be used as a medium for startup people to be connected to each other, between startup players, investors, and up to the individual level (related to talent). The development of infrastructure that continues to be pursued by various parties, will always create a new path for digital startup to grow rapidly.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Investasi dan Ekosistem Berperan Krusial dalam Pertumbuhan Startup Indonesia

Tahun 2017 sudah mendekati titik akhir, umumnya akan dilakukan banyak refleksi berkaitan dengan perjalanan yang dilalui dalam satu tahun terakhir. Tak terkecuali bagi lanskap startup di Indonesia, mulai dari sisi capaian bisnis, inovasi teknologi, dan berbagai macam komponen pendukungnya mulai banyak didiskusikan perkembangannya. Dalam acara peresmian co-working space baru Kolega Primedge minggu lalu, sebuah acara talkshow digelar, menyoroti beberapa hal terkait perkembangan startup sampai akhir 2017 ini.

Dalam kesempatan tersebut dihadirkan beberapa pemateri, yakni Head Investment Mandiri Capital Aldi Adrian Hartanto, Director of Business Strategy MallSini Steven Yee, dan Co-Founder GDILab Jefri Dinomo. Ketiga pemateri tersebut membahas dua pembahasan utama, yakni tentang bagaimana investasi berpengaruh terhadap ekosistem startup nasional dan bagaimana kolaborasi di ekosistem seharunya berperan mendorong akselerasi bisnis startup.

Pendanaan masih menjadi salah satu tulang punggung kemantapan startup Indonesia

Para panelis menyoroti, setelah startup berhasil mendefinisikan dengan baik tahap awalnya –meliputi produk, strategi bisnis dan sebagainya—langkah selanjutnya yang diperlukan ialah mengakselerasi. Yakni mempercepat laju pertumbuhan dan traksi penggunaan produk dengan berbagai jenis pendekatan, misalnya growth hacking. Di fase ini umumnya startup akan membutuhkan modal yang lebih besar, bahkan sangat besar, sehingga investasi tahap lanjutan sangat dibutuhkan di sini.

“Dalam menjalankan bisnis tidak hanya memerlukan output yang baik, namun kerja sama yang solid, karena sejatinya investor mengutamakan kualitas setiap individu yang terdapat dalam menciptakan sebuah produk startup,” ujar Steven.

Di fase ini penting bagi startup untuk mulai menjalin komunikasi dan relasi dengan investor. Terkait dengan ini, panelis menekankan bahwa yang perlu dibawa kepada investor ialah sebuah value yang dimungkinkan untuk menjadi sebuah kolaborasi kedua pihak, antara startup dan pihak investor. Poin penting lainnya, pendanaan harus ditempatkan pada posisi untuk meningkatkan performa bisnis, jadi perlu bentuk ideal terlebih dulu dari sisi produk dan orientasi pasar sebelum memutuskan untuk fundraising dan “membakar uang”, tentu untuk tujuan pengembangan pangsa pasar.

Inilah yang biasa dipertimbangkan oleh Mandiri Capital ketika mempertimbangkan untuk memberikan pendanaan kepada startup, terutama di tahap awal. Tahun ini diakui, bahwa terjadi penurunan jumlah startup yang disuntik oleh Mandiri Capital, Aldi menjelaskan hal ini disebabkan perubahan mentalitas para pelakunya, sehingga membuat pertimbangan investor semakin kompleks.

“Investor cenderung menjadi lebih selektif ketika hendak berinvestasi, perlu memikirkan banyak hal seputar mengenai prospek ke depan. Mulai dari strategi profit perusahaan, laju pertumbuhan, dan pengujian startup agar bisa bertahan,” ujar Aldi.

Menumbuhkan startup melalui jaringan ekosistem yang ada

Selanjutnya Jefri dari GDILab menyampaikan, bahwa aspek penguatan produk (termasuk dari sisi teknologinya) adalah krusial. Karena biar bagaimanapun kualitas produk akan menjadi yang paling dominan bagi startup, termasuk ketika hendak mendapatkan pendanaan. Pasar yang semakin ketat memang membuat setiap pemain harus berpikir jeli dan inovatif melihat berbagai peluang yang ada. Produk harus mau dinamis, siap berkembang menyesuaikan permasalahan yang ada di target pasarnya.

Para pemateri juga meyakini, bahwa ekosistem yang sudah ada sebenarnya bisa dijadikan sarana bagi pelaku startup untuk bisa terhubung satu sama lain, antar pemain startup, investor, hingga sampai di level individu (berkaitan dengan talenta). Adanya perkembangan infrastruktur yang terus dikejar oleh berbagai pihak, setidaknya akan selalu menciptakan jalan baru bagi startup digital untuk bertumbuh pesat.

Validasi Ide Untuk Dominasi Pasar Yang Lebih Tepat Sasaran

Ekosistem startup di Indonesia diakui MDI Ventures sebagai salah satu industri terpanas di Asia Tenggara saat ini. MDI yang merupakan pemodal ventura perpanjangan tangan Telkom ini memang dikenal cukup aktif di tengah ekosistem startup lokal. Ditemui tadi malam (29/10) dalam acara meetup yang diselenggarakan di co-working space Kolega, tim MDI Ventures berbagi pengalaman untuk para penggiat startup untuk memvalidasi ide bisnis sebelum terjun ke pasar.

Continue reading Validasi Ide Untuk Dominasi Pasar Yang Lebih Tepat Sasaran