Tag Archives: Komoditas

Startup Pertanian Inacom

Mengenal Startup Agrotech Inacom dan Rencananya Pasca Pendanaan Awal

Indonesia Agriculture & Commoditis (Inacom) mengumumkan telah mendapat pendanaan awal dengan nominal dan investor yang tidak disebutkan. Penambahan model ini rencananya difokuskan untuk membuka gudang kedua di Lampung. Gudang tersebut nantinya akan menampung komoditas kelapa dengan volume hingga 200 ton per minggu.

Inacom memposisikan diri sebagai platform agro-commodities. Mereka memiliki lima bidang usaha yang dijalani, yakni konsolidasi pemasaran, pengolahan komoditas, logistik dan distribusi, fintech dan solusi penanaman.

Kelima bidang tersebut dipilih karena adanya permasalahan harga komoditas hasil pertanian yang terlampau rendah, mahalnya beban transportasi, kurangnya jangkauan lembaga keuangan untuk petani, hingga permasalahan sustainable supply.

CEO Inacom Mochammad Nasrulyani menceritakan, pihaknya ingin membantu petani dari hulu ke hilir, mulai dari proses penanaman, membantu akses ke pasar (lokal dan luar negeri), hingga pendampingan standardisasi mutu.

“Besar keinginan Inacom untuk membantu petani naik kelas, sehingga dapat terhubung dengan para buyer di luar negeri. [Kami membantu] mulai dari pengiriman, standardisasi mutu, serta perizinan ekspornya. Inacom juga akan masuk ke sisi fintech,” terang Nasrul.

Pendanaan yang baru diterima menandai awal perjalanan panjang mereka di industri agrotech. Selain berusaha menghadirkan aplikasi untuk mendukung industri pertanian, tim Inacom juga aktif turun ke lapangan — baik untuk mendampingi petani atau membuka pasar penjualan.

Meski baru 6 bulan mulai beroperasi, Inacom mengklaim telah berhasil menggandeng tak kurang dari 700 petani besar. Dari situ pihaknya telah membantu mengekspor lebih dari 50 kontainer produk kelapa dan turunannya ke 7 negara dengan jumlah mencapai 1600 ton.

“Kami memerlukan tambahan gudang baru mengingat sudah terjalin kontrak kerja sama dengan buyer dari Thailand dan China dengan permintaan 15 kontainer per minggu,” imbuh Nasrul.

Startup Pertanian Inacom
Tampilan aplikasi Inacom yang diperuntukkan khusus untuk mitra

Di versi awal aplikasinya, Inacom membubuhkan fitur layanan penjualan, informasi komoditas, informasi harga pasar, hingga informasi ketersediaan stok. Ke depan aplikasi ini juga akan dikembangkan dengan menambahkan layanan fintech di dalamnya.

Sejauh ini ada tiga tipe pengguna di ekosistem Inacom selain petani, yakni pembeli, supplier dan marketer. Ketiganya menjadi bagian penting dalam model bisnis yang diusung Inacom.

Saat ini Inacom baru beroperasi di Lampung. Mereka tengah berencana untuk melebarkan sayap ke beberapa daerah yang memiliki pelabuhan internasional, sehingga memudahkan proses ekspor.

“Target realistis untuk 2-3 tahun ke depan adalah bisa beroperasi di 7 pelabuhan internasional yang merupakan pintu-pintu keluar komoditas agro. Dan dari sisi revenue, kami berharap bisa meningkatkan jumlah hingga 30 kali lipat dari kondisi sekarang dan bila dimungkinkan bisa melakukan IPO,” tutup Nasrul.

Sikumis Pivot, Sekarang Fokus ke Barang Komoditas

Sikumis yang dulu dikenal sebagai e-commerce yang menawarkan produk industrial di bidang agrobisnis termasuk alat pertanian, peternakan maupun perikanan (B2B) kini mengumumkan pivot atau melakukan perubahan arah bisnis. Pihak Sikumis mengumumkan saat ini bisnis akan lebih fokus menjadi marketplace pertanian, peternakan, perikanan, dan UKM agri yang melibatkan pedagang pasar tradisional untuk memasarkan komoditasnya secara online.

“Memutuskan untuk lebih fokus adalah pilihan yang terbaik untuk berlari lebih jauh, mengubah arah dengan tetap berpijak pada salah satu kaki/pivot adalah langkah yang kami ambil […]” tulis pihak Sikumis dalam rilis persnya.

Bersamaan dengan ini Sikumis juga mengusung #gerakanpetanimodern menjadi salah satu inti bisnis dengan tujuan untuk memotong rantai distribusi pangan yang selama ini menjadi persoalan nasional mulai dari petani, peternak, nelayan hingga pemerintah dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Nantinya Sikumis juga akan memberikan beberapa layanan di platformnya bagi para pemilik komoditas seperti kios online, fitur yang memberikan suatu hal yang sedang dibutuhkan, fitur yang memungkinkan pemilik komoditas menawarkan langsung kepada pembeli, layanan lelang komoditas online, barometer harga (akumulasi harga komoditas di setiap daerah) dan juga sebuah aplikasi mobile yang diharapkan bisa menjadi penghubung antara penjual langsung baik itu petani, peternak nelayan atau pedagang dengan konsumen dengan radius terdekat.

“Akhir kata diharapkan dengan #gerakanpetanimodern salah satu tujuan kami tercapai dengan memutus mata rantai distribusi pangan ini secara nasional dan berdampak dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan Indonesia yang akhirnya berujung menarik generasi muda untuk mau terjun ke dunia pertanian , peternakan , perikanan bahkan pengusaha di dunia agri serta terwujudnya berswasembada di seluruh komoditas Indonesia sekaligus memenangkan persaingan di MEA,” tutup pihak Sikumis.