Tag Archives: komunitas

budaya, apa itu budaya, budaya di indonesia

Budaya Adalah: Definisi, Unsur-Unsur dan Implementasinya di Masyarakat

Masyarakat tidak akan terlepas dari pengaruh dan penggunaan suatu budaya, dimana budaya seringkali dianggap sebagai warisan nenek moyang yang diturunkan pada keturunannya. Budaya itu bervariasi dan tidak ada sifat tunggal yang menyatakan bahwa budaya di seluruh dunia hanya satu.

Budaya bersifat majemuk dalam artian bahwa budaya itu beragam dan memiliki berbagai variasi, budaya setiap wilayah dan tempat akan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh sifat lingkungan dan daya interaksi sosial masyarakatnya. Berikut ini penjelasan selengkapnya mengenai budaya mulai dari definisi hingga implementasinya di masyarakat.

Definisi Budaya

Budaya adalah sudut pandang atau perspektif yang dimiliki oleh suatu kelompok berdasarkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap suatu hal. Budaya merupakan pola asumsi dasar yang ditemukan dan digunakan oleh sekelompok orang karena menganalisis, mempelajari dan menerapkan proses adaptasi yang diajarkan kepada para anggota kelompoknya sehingga menjadi sebuah persepsi.

Menurut  (Koentjaraningrat, 1993), budaya atau kebudayaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan akal dan budi atau dipahami juga sebagai perkembangan dari kekuatan yang berasal dari akal pikir manusia.

Budaya didefinisikan sebagai cara hidup seseorang yang berasal dari ajaran generasi ke generasi berikutnya melalui proses pembelajaran untuk menciptakan kehidupan tertentu yang sebanding dengan keadaan lingkungan hidupnya.

Unsur-Unsur Budaya

Budaya memiliki unsur-unsur yang menjadikan suatu perilaku atau tindakan di masyarakat menjadi sebuah budaya. Berikut ini unsur-unsur yang ada dalam suatu budaya:

  • Sistem bahasa

Kemampuan manusia dalam mempelajari suatu fenomena sosial akan mempengaruhi bagaimana budaya akan berkembang, salah satunya adalah kehadiran penggunaan bahasa. Bahasa merupakan sarana kebutuhan untuk dapat berinteraksi dengan sesama, melalui bahasa maka seseorang akan memenuhi kebutuhan sosial miliknya.

Sistem bahasa menjadi salah satu unsur budaya karena melalui bahasa seseorang dapat berinteraksi dan memahami satu sama lain, hingga terjalin komunikasi yaitu pertukaran antar pesan.

  • Sistem pengetahuan

Sistem pengetahuan juga menjadi bagian dari unsur budaya, karena pengetahuan merupakan bagian dari ide-ide yang timbul akibat manusia. Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan diturunkan kepada generasi berikutnya akan membantu mengenai bagaimana suatu masalah atau masalah dilaksanakan.

Pengetahuan memiliki sifat universal dan abstrak, karena pengetahuan tidak dapat dijabarkan secara pasti karena cakupan yang sangat luas. Setiap budaya akan selalu memiliki cara untuk beradaptasi dengan lingkungan dan alam sehingga memunculkan sistem pengetahuan.

  • Sistem sosial

Unsur budaya lainnya berkaitan dengan sistem sosial yang ada dalam suatu kelompok di masyarakat. Sistem sosial yang dimaksud berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial sebagaimana manusia membentuk berbagai kelompok sosial hingga menjadi masyarakat yang luas.

Sistem sosial akan mengatur mengenai bagaimana kelompok masyarakat budaya hidup berdasarkan adat istiadat, aturan mengenai bagaimana seseorang akan bergaul dan hidup dalam lingkungan masyarakatnya. Sistem sosial yang paling dekat adalah sistem kerabat atau disebut juga sebagai keluarga inti beserta kerabatnya. 

  • Sistem peralatan hidup dan teknologi

Peralatan hidup dan teknologi menjadi bagian dari unsur suatu budaya, karena individu dalam masyarakat akan berupaya untuk dapat mempertahankan hidupnya sehingga peralatan tersebut dibutuhkan. Teknologi dalam budaya adalah benda-benda yang dapat mendukung pembuatan peralatan hidup manusia, meskipun bahan atau cara pembuatan tersebut masih sederhana.

  • Mata pencarian hidup

Mata pencaharian hidup atau dikenal sebagai pekerjaan yang dimiliki seseorang tentu menjadi bagian dari unsur budaya yang tak kalah penting. Masyarakat bagaimanapun juga membutuhkan sistem perekonomian yang dapat mendukung kebutuhan hidupnya.

  • Sistem religi

Tak dapat dipungkiri bahwa pada awalnya budaya muncul atas analisa yang dilakukan oleh nenek moyang atau para pendahulu dalam memandang lingkungan dan kehidupannya. Sistem religi dalam suatu budaya menyangkut apa yang dipercayai dalam kelompok budaya tersebut sebagai suatu hal yang memiliki kekuatan supernatural, ini menyangkut kepercayaan masing-masing budaya.

  • Sistem kesenian

Unsur lainnya yang terdapat dalam budaya adalah keseniannya, dimana kesenian dalam sebuah budaya dapat juga dipahami sebagai bentuk peninggalan atas karya dan identitas suatu kebudayaan. 

Sistem kesenian mengarah kepada teknik dan proses pembuatan benda seni yang dilakukan berdasarkan cara dan budaya yang dipelajari seseorang dari kebudayaannya. Selain itu sistem kesenian juga mengalami perkembangan seperti, seni musik, seni drama, tari dan lain sebagainya.

Implementasinya di Masyarakat

Budaya adalah cara hidup seseorang yang berasal dari generasi ke generasi. Dengan kata lain budaya dapat juga dipahami sebagai sifat adaptif yang dilakukan seseorang dalam upaya memenuhi kebutuhannya dengan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 

Tak heran jika budaya di setiap wilayah akan berbeda, karena budaya akan mengikuti bagaimana karakteristik lingkungan dan tempat tinggal seseorang sehingga penyelesaian masalahnya akan berbeda-beda. Budaya hadir sebagai upaya penyesuaian diri manusia atas lingkungannya dalam bertahan hidup, setiap wilayah akan memiliki budayanya masing-masing.

Pemahaman para pendahulu melalui suatu pengamatan dan proses mencari pengetahuan akan mempengaruhi bagaimana budaya akan berkembang. Budaya bisa berkembang menyesuaikan waktu dan adaptasi jika lingkungan disekitar tempat tinggal pun ikut berubah.

Demikian informasi seputar pengertian budaya dan unsur-unsur di dalamnya yang dapat kamu pahami, semoga bermanfaat.

Kisah Sukses “Saat Senggang” Berdayakan Perempuan dan Komunitasnya, Mila: Kami Menjunjung Tinggi Kolaborasi

Setiap brand pastinya ingin bisa berdampak dan bermanfaat bagi sekitarnya. Hal ini juga yang menjadi misi awal dari brand yang kini dikenal dengan Saat Senggang.

Saat Senggang berhasil menjadi brand yang tidak hanya memanfaatkan teknologi di tengah era serba digital ini, tapi juga menjadi brand yang berdampak bagi perempuan dan komunitasnya dengan melibatkan mereka dalam proses produksi.

Penasaran bagaimana perjalanan lengkapnya? Simak kisah sukses Saat Senggang yang di sampaikan oleh Mila Wijaya, selaku Co-Founder, Co-Owner, dan Brand Director Saat Senggang, kepada DailySocial berikut ini.

Sebuah Perjalanan yang Terinspirasi dari Waktu Senggang

Saat Senggang merupakan sebuah brand yang diinisiasi oleh Utterly Magazine dan dinaungi oleh Utterly Studio, sebuah kreatif agensi multidisipliner. Mila menjelaskan bahwa hadirnya Saat Senggang adalah buah dari pemikiran untuk bisa melibatkan perempuan dengan lebih nyata.

“Lahirnya Saat Senggang ini sebetulnya berangkat dari sebuah pemikiran gimana ya caranya supaya kita bisa melibatkan perempuan dan komunitasnya itu lebih dalam dan lebih nyata. Karena kan kalau lewat majalah itu segmennya kan lebih kecil ya. Nah, makanya oke kita harus bikin lifestyle brand supaya value yang ingin kita sampaikan ini bisa terhubung langsung dan lebih dekat dengan audiens,” jelasnya.

Tak dapat dipungkiri, brand Saat Senggang memiliki nama yang cukup unik. Ternyata, ada cerita menarik di balik nama Saat Senggang ini di mana nama ini terinspirasi dari waktu senggang yang bisa diisi untuk mencari inspirasi.

“Jadi kami ini terinspirasi dari waktu senggang yang biasanya diisi dengan momen-momen lagi cari inspirasi. Terus, di waktu senggang itu malah kadang bisa muncul ide-ide yang terbaik kan, kayak ide-ide yang unik, menarik. Dan dari situ kita bisa kembangkan jadi sesuatu,” ujar Mila.

Jadi, waktu senggang yang dimiliki setiap orang merupakan waktu paling produktif yang bisa dimanfaatkan untuk berkarya tanpa terbatas usia, waktu, dan latar belakang.

Dari pemikiran tersebut, kemudian Saat Senggang lahir dengan tujuan untuk memberi semangat kepada perempuan untuk berkreasi dan mewujudkan hal-hal yang mereka suka. Hal ini juga direpresentasikan melalui tagline mereka, yaitu ‘Make each second in life count’.

Berinovasi Dalam Model Produk, Pengemasan, dan Cara Mengembangkan Brand

Membangun brand memang bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu, Mila mengakui bahwa dalam mengembangkan Saat Sengggang, dirinya dan tim banyak melakukan trial and error dan berinovasi untuk mencari cara terbaik dalam menjalankan bisnis.

Brand Saat Senggang adalah brand dengan produk rajutan yang meluncurkan koleksi pertamanya di bulan Agustus tahun 2019. Awalnya, Saat Senggang tidak hanya ingin fokus kepada satu jenis produk, melainkan berbagai produk yang berhubungan dengan waktu senggang.

“Awalnya Saat Senggang itu sendiri kami nggak ingin fokus pada satu produk sebenarnya. Jadi (inginnya) semuanya berhubungan sama saat senggang. Mungkin kayak ada ibu-ibu yang saat senggangnya masak, ada ibu-ibu yang saat senggangnya menjahit, atau ada ibu-ibu yang saat senggangnya ngerajut. Nah, karena kami dulu dapatnya ibu-ibu orang terdekat kami ini bisa merajut ya kami berpikir oke kita mulai dari sini,” kata Mila.

Dari situlah kemudian Saat Senggang mulai berkolaborasi memudahkan proses distribusi dan branding produk rajutan komunitas rajut, serta terus mencari cara terbaik mengembangkan brand-nya. Mulai dari mengintegrasi program offline dan online, membuat campaign, pemotretan, dan lainnya agar value brand dan produk dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Selain itu, Saat Senggang juga terus berinovasi dalam hal model dan pengemasan produk, menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar mudah diterima market.

Fokus Mengelola Komunitas di Sela-Sela Produksi dan Branding

Menurut keterangan Mila, seluruh perempuan yang turut serta dalam produksi merupakan seniman bagi Saat Senggang. Maka dari itu, mengelola komunitas adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan dan juga akan berdampak baik kepada proses produksi Saat Senggang sendiri.

Saat ini, aktivitas produksi Saat Senggang sendiri berada di empat lokasi yang berbeda, antara lain di Surabaya, Semarang, Solo, dan Malang, yang mana semua pengiriman akan dilakukan dari Surabaya.

Banyaknya lokasi produksi dan jumlah perempuan pengrajut ini membuat Saat Senggang harus pintar-pintar mencari cara untuk mengelola komunitas agar kualitas produk yang dihasilkan tetap bagus.

“Karena kan sebenarnya kami sendiri bukan pelaku produksi, kan. Maksudnya kayak saya dan partner bukan yang merajut. Tapi kami mensiasatinya dengan setiap daerah itu akan ada satu ibu pemimpin dimana kami bekerja sama dengan dia,” jelas Mila.

Lebih lanjut Mila juga menjelaskan bahwa ibu pemimpin di setiap daerah ini bertugas membantu apabla ada yang ingin bergabung ke komunitas dengan memandu cara produksi dan juga SOP yang harus diikuti.

Namun, ternyata, alih-alih kualitas produk Mila mengakui bahwa komitmen pengrajut lah yang seringkali menjadi kendala. Meski begitu, hal tersebut dapat menjadi ruang baru bagi Saat Senggang untuk berinovasi.

Tokopedia Menjadi Platform Andalan Sejak Awal Berdiri

Ketika pandemi melanda Indonesa di tahun 2020 silam, banyak bisnis yang kewalahan dalam hal produksi hingga melakukan transisi dari penjualan offline ke online. Tapi, hal ini tidak berlaku bagi Saat Senggang.

Dalam kegiatan produksi, Saat Senggang justru dapat menggandeng komunitas lebih kuat karena para seniman-seniman perempuannya memiliki waktu luang lebih banyak ketika pandemi.

Selain itu, dalam hal penjualan pun Saat Senggang tidak mengalami kesulitan yang berarti selama pandemi. Hal ini dikarenakan Saat Senggang merupakan salah satu brand yang mengawali perjalanannya sejak awal berbasis online dengan platform Tokopedia sebagai andalannya hingga saat ini. 

“Perannya (Tokopedia) yang pasti banyak ya karena Tokopedia punya sistem yang menurut kami cukup membantu. Sangat membantu bahkan. Ya istilahnya dari bagaimana back office-nya, ketika ada order, bisa setting PO, dikasih waktu pengirimannya, ditambah ada penilaian dan performa toko itu sangat membantu bagaimana kita mengontrol pihak internal,” kata Mila.

Menurutnya, sistem di Tokopedia sangat membantunya dalam berkoordinasi dengan bagian-bagian lain, seperti administrasi dan warehouse. Kemudian, Saat Senggang juga tak perlu membangun toko online-nya sendiri.

“Terus misalnya ada komplain itu kayak mempermudah kita tanpa kita harus build own website kan, own e-commerce gitu. Terus ditambah ada gratis ongkir, kita bisa daftar di Power Merchant. Ya sangat membantu sih kalo saya bilang ya. Ditambah sekarang sudah ada affiliate. Sehingga dari tokonya sendiri pun bisa integrasi ke platform lain, sosial media, contohnya Instagram,” lanjutnya.

Adanya program Tokopedia affiliate juga membantu Saat Senggang mendapatkan penghasilan tambahan dengan membagikan link produknya ke platform promosi lain, seperti media sosial.

Hadapi Tantangan dengan Selalu Update Ilmu

Meski saat pandemi Saat Senggang tidak mengalami kesulitan bukan berarti Saat Senggang tidak pernah menghadapi tantangan. Dari kesulitan di proses produksi hingga tantangan dalam menyusun strategi bisnis pernah dihadapi oleh Saat Senggang menurut keterangan Mila.

“Iya selalu ada. Itu lah kenapa harus update ilmu terus,” katanya.

Sebagai bisnis dengan produk yang dibuat secara handmade, memenuhi jumlah produksi ketika demand sedang tinggi tentu merupakan kendala tersendiri. Namun, hal itu tidak menghentikan Saat Senggang. Memperbesar komunitas adalah solusi yang dipilih oleh Saat Senggang.

Tapi, lagi-lagi, kendala tidak berhenti sampai di situ. Saat Senggang menemui tantangan lainnya, yaitu bagaimana cara mengontrol komunitas dan kualitas produk (QC) karena komunitas yang semakin besar.

Kendala lainnya yang diutarakan Mila adalah strategi dalam mewujudkan impian untuk menjadi brand yang sustainable dengan memperhatikan tiga faktor, yaitu people, profit, dan planet.

“Tapi untuk planetnya ini kami sampai sekarang masih berusaha sih karena kami ini sebetulnya pengin bisa memproduksi produk yang materialnya bisa dari daur ulang. Jadi lebih ke economic circular gitu. Tapi lagi-lagi untuk ke sana bukan sesuatu yang mudah. Karena pertama supply-nya gak ada. Barang tersebut susah ditemukan, misalnya ada pun itu akan mahal sekali. Jadi kita mensiasatinya dari hal-hal kecil untuk punya value sustainable itu.”

Untuk mensiasati agar tetap tercapai sustainability yang diimpikan, Saat Senggang mulai dari hal-hal kecil seperti membuat packaging yang reusable, membuat desain dari sampah daur ulang, dan membuat barang-barang kecil dari sisa benang yang dapat dijual kembali.

Berhasil Bertahan dengan Konsistensi, Value, dan ‘Melek Digital’

Banyaknya tantangan ternyata tidak menyurutkan Saat Senggang untuk terus berkembang. Menurut Mila, konsistensi dan value yang dimiliki Saat Senggang juga menjadi alasan mengapa Saat Senggang bisa bertahan hingga saat ini.

“Yang membuat bertahan yang pasti konsistensi ya. Kami punya full heart kami tuangkan di brand ini. Menurut kami, brand yang bisa survive ketika brand itu dibentuk dengan value,” ujarnya.

Selain itu, Mila juga beberapa kali menekankan ‘melek digital’ sebagai kunci dari bertahan dan mengembangkan brand Saat Senggang. Mau terus belajar memahami teknologi adalah kunci survive yang dibagikan oleh Mila.

“Kalau yang masih gagap teknologi, kalau mereka masih merasa takut masuk ke teknologi itu biasanya karena keterbatasan informasi ya. Jadi mungkin kiat-kiat untuk pelaku bisnis yang masih gagap teknologi, dia harus terbuka dengan informasi baru, cari tahu. Karena kalau misalnya di zaman sekarang mereka gagap teknologi saya juga nggak tahu gimana mereka survive kan.”

Ingin Menjadi Brand yang Lebih Berdampak

Tak dapat dipungkiri, Saat Senggang telah memberikan dampak yang cukup besar bagi para senimannya, yakni perempuan-perempuan komunitas rajut di berbagai daerah yang menjadi bagian dari proses produksi Saat Senggang.

Meski begitu, Saat Senggang tidak ingin berhenti sampai di sini. Mila mengutarakan harapan Saat Senggang untuk bisa menjadi brand yang lebih berdampak ke depannya serta terus mempertahankan value yang dipegang sejak awal.

“Ke depannya kami ingin jadi brand yang bisa jadi wadah untuk membuka lapangan pekerjaan baru, menjadi brand yang selalu menjunjung tinggi sustainability, dan mungkin bisa punya produk-produk lain yang mungkin saja di luar rajut supaya bisa lebih berdampak buat komunitas-komunitas lain selain komunitas rajut.”

Dari kisah yang disampaikan Mila tersebut, kita tahu bahwa Saat Senggang di bawah naungan Utterly Studio telah berhasil melibatkan perempuan dan mendukung mereka untuk berkreasi melakukan hal yang mereka sukai.

Meski perjalanan Saat Senggang dan komunitas rajut dihadapi berbagai tantangan, namun hal tersebut tidak menghentikan mimpi Saat Senggang untuk bisa berdampak lebih besar lagi.

Rukita Co-Living

Konsep Co-Living Makin Diminati, Rukita Perbarui Aplikasi Targetkan Komunitas

Konsep hunian co-living menjadi semakin diminati, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Penyewaan kamar pribadi jangka panjang dengan fasilitas dan ruang bersama sebenarnya bukanlah konsep yang baru, hanya saja di sini lebih akrab dengan sebutan indekos. Indekos dianggap terjangkau dan praktis, terutama bagi kalangan profesional muda, karena lebih terjangkau dan terletak dekat area institusi atau perkantoran.

Salah satu pemain yang menyasar segmen ini adalah Rukita, sebuah startup penyedia layanan co-living yang diklaim sangat praktis dan cocok untuk profesional muda dalam mencari hunian siap pakai. Belum lama ini Rukita meluncurkan aplikasi terbarunya, menawarkan informasi lengkap untuk eksplorasi ketersediaan unit sewa kost atau apartemen di lokasi terdekat.

“Profesional muda akan lebih mudah melihat dan memesan unit properti hanya dari gawai pribadi, baik ponsel atau pun komputer, di mana pun dan kapan pun,” ungkap Co-founder & CEO Rukita Sabrina Soewatdy.

Selain menawarkan kamar serta berbagai kebutuhan terkait hunian bagi pelanggan, dalam update aplikasi terbarunya, Rukita menyediakan fitur baru, “Community” untuk mendorong tenant dan masyarakat luas terutama para profesional muda saling berinteraksi dan membangun relasi yang lebih baik. Fitur ini diharapkan bisa semakin memberikan pengalaman co-living yang lebih optimal.

“Di aplikasi Rukita, masyarakat terutama para milenial dapat mencari pilihan unit, memantau status pembayaran, mendaftarkan diri dalam kegiatan komunitas, berinteraksi daring melalui kolom komentar, hingga mengakses kumpulan artikel menarik yang memperkaya wawasan,” ujar Sabrina.

Selama kurang lebih dua tahun berdiri, Rukita berhasil meningkatkan kerja sama dengan lebih dari 20.000 properti dalam platformnya. Hunian ini tersebar di area-area padat sekitar Jabodetabek dengan rentang harga yang ditawarkan beragam tergantung fasilitas dan posisi yang menunjang.

Sejalan dengan komitmen untuk membangun bisnis yang berkelanjutan di sektor proptech, Rukita menerapkan model bisnis yang berinvestasi pada kapasitas manajemen properti dari hulu ke hilir, meliputi pemeriksaan dan penilaian bangunan sebelum proses transformasi, pemasaran & akuisisi penghuni, operasional, pemeliharaan properti, hingga pasca-penyewaan.

“Para profesional muda yang punya sambilan investasi properti kosan juga akan dimudahkan dengan bermitra dengan Rukita. Mereka bisa terus bekerja seperti biasa dan sambil mendapatkan passive income tanpa ribet, karena semua sudah dikelola dengan baik oleh Rukita.” tambahnya.

Tren co-living di masa pandemi

Sebagai alternatif baru, perkembangan bisnis hunian co-living mulai mengalami peningkatan di awal 2020, terutama di Jakarta. Ketika pandemi Covid-19 melanda, alih-alih menurun seperti layanan coworking space, peminat hunian co-living justru melonjak. Hal ini seiring dengan berkembangnya tren bekerja dari rumah (WFH) serta kesadaran masyarakat akan harga beli properti yang tinggi dan akhirnya lebih memilih untuk menyewa hunian yang lebih terjangkau untuk menekan biaya.

Hal ini sempat disampaikan oleh Co-founder & COO Rukita Sarah Soewatdy yang mencatat jumlah penghuni baru bertumbuh hampir 2,5 kali lipat pada akhir tahun 2020. Pasalnya, konsep hunian ini menawarkan kenyamanan dengan harga terjangkau dan fasilitas yang lengkap, bahkan telah menjadi pilihan para milenial dan kaum urban.

Meskipun begitu, tidak sedikit dari penghuni indekos yang berfikiran untuk meninggalkan hunian saat ini dan memilih untuk pulang ke kampung halaman atau kembali ke rumah. Mengingat sebagian dari mereka adalah perantau, yang ketika mendapat kabar WFH tanpa pikir panjang langsung berkemas. Hal ini sebagai salah satu upaya menghemat biaya hidup di kota.

Aplikasi sejenis di Indonesia

Populasi anak muda yang besar serta proses urbanisasi di Indonesia yang sangat cepat mendorong terjadinya pertumbuhan permintaan untuk model hunian co-living. Dalam segmen ini, Rukita tidak sendiri. Setidaknya ada empat platform lain yang menawarkan layanan sejenis di Indonesia, seperti Mamikos, Flokq, Travelio, Roomme, dan Cove yang berbasis di Singapura.

Aplikas Properti kelolaan Area Unduhan Rating
Rukita 20 ribu+ Jabodetabek 10 ribu+ 4.0
Mamikos 2 juta+ 140 kota 1 juta+ 4.5
Flokq Jabodetabek, Bali 1.000+ 3.9
Travelio 8.000+ 25 kota 1 juta+ 4.5
Cove 1.000+ (Jakarta) Singapura, Jakarta
Roomme 10 ribu+ Jabodetabek 50 ribu+ 3.4

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan real estat termasuk sektor bisnis yang tumbuh sepanjang kuartal I/2021. Data dari Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) juga menunjukkan bahwa apartemen siap huni menjadi salah satu subsektor yang paling terlihat pertumbuhannya. Sektor properti yang terus bertumbuh diproyeksi akan menjadi pendorong meningkatnya peluang bisnis co-living di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Social Commerce Mendapat Momentum di Indonesia Berkat Pengguna di Daerah

Danik Indriati adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai agen reseller di aplikasi social commerce Super. Setiap minggu, dia mengumpulkan pesanan bahan makanan dan barang konsumsi harian lainnya di saluran media sosialnya. Dia kemudian memesan produk ini di Super dan secara pribadi mengirimkannya ke pelanggan beberapa hari kemudian.

“Seorang teman memperkenalkan Super kepada saya. Pada awalnya saya tidak tertarik karena operasinya terlihat rumit. Namun ternyata fitur dan petunjuknya mudah diikuti,” ujarnya kepada KrASIA. Saat ini, Indriati memiliki sekitar 120 pelanggan, terutama sesama ibu rumah tangga yang tinggal di lingkungannya—Kabupaten Tegalsari di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

“Super menjual barang dengan harga grosir, jadi saya bisa menjualnya kembali dengan harga sedikit lebih tinggi dan mendapat untung,” katanya. “Pelanggan suka berbelanja melalui saya karena mereka tidak perlu pergi ke pasar atau toko kelontong sehingga mereka dapat menghemat uang yang seharusnya dihabiskan untuk bensin atau transportasi umum,” tambah Indriati.

Didirikan pada tahun 2018, Super yang didukung SoftBank menyediakan barang-barang yang terjangkau bagi penduduk di kota-kota tier-2 dan tier-3 di Indonesia dengan memanfaatkan perdagangan sosial dan rantai logistik yang efisien. Platform tersebut saat ini telah tersedia di 22 kota di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan serta memfasilitasi ribuan reseller seperti Indriati.

Indriati menikmati peran lepasnya sebagai agen reseller karena ia dapat memperoleh penghasilan tambahan tanpa meninggalkan anak-anaknya sendirian di rumah. Dia mendapatkan hingga Rp 2,5 juta (USD 142 hingga USD 177) per bulan, katanya, lebih tinggi dari upah minimum provinsi 2021 di Jawa Timur, Rp 1,86 juta (USD 132).

Danik Indriati, agen reseller Super. Dokumentasi: Super

Mengatasi masalah retail di daerah

Super adalah salah satu dari beberapa platform social commerce yang muncul di Indonesia selama tiga tahun terakhir. Startup lain di sektor ini termasuk Evermos, KitaBeli, Chilibeli, RateS, dan Woobiz, yang terutama menargetkan pelanggan di kota tier-2 dan tier-3. Di wilayah seperti di Indonesia, social commerce menjadi sangat populer karena adopsi e-commerce masih rendah karena biaya pengiriman yang mahal dan penetrasi internet yang lebih rendah.

Sebagian besar konsumen di kota-kota kecil memulai perjalanan belanja online mereka di platform media sosial seperti Facebook Marketplace atau grup WhatsApp, di mana mereka dapat dengan mudah menjangkau penjual yang tinggal di sekitar dan menawarkan pilihan produk hyperlocal.

“Ritel di pedesaan memiliki dua tantangan besar—harga yang tinggi dan volume transaksi per rumah tangga yang kecil. Di Indonesia, produk harian seringkali lebih mahal di daerah pedesaan dibandingkan dengan kota tier-1 karena kondisi jalan yang buruk di seluruh negeri dan biaya rantai pasokan,” kata CEO Super Steven Wongsoredjo kepada KrASIA.

Community buying bisa menjadi jawaban atas tantangan tersebut, ujarnya. “Kami memanfaatkan tokoh masyarakat dan agen untuk merangsang lebih banyak transaksi di komunitas sehingga mereka mendapat harga yang menarik.” Pengecer lokal juga bertanggung jawab atas pengiriman barang jarak jauh, yang memudahkan logistik Super dan biaya rantai pasokan.

Menurut Steven, model ini telah membantu Super menurunkan harga produk rata-rata sebesar 10–20% untuk pengecer, yang kemudian dapat memperoleh margin dari penjualan mereka sambil tetap menawarkan harga yang kompetitif kepada penduduk kota pedesaan.

Sektor social commerce telah terbukti menjadi target empuk investor pada tahun 2021. KitaBeli mendatangkan USD 10 juta dari Go-Ventures pada Maret, Super mengantongi USD 28 juta dari SoftBank April lalu, dan Evermos mengumpulkan USD 30 juta dari UOB Venture Management pada September .

Bersinggungan dengan ekonomi halal

Perusahaan social commerce yang berfokus pada ekonomi halal Evermos secara khusus menargetkan komunitas Muslim, yang merupakan 86,7% dari seluruh populasi Indonesia. Perusahaan menyediakan produk halal dan barang-barang lainnya untuk pelanggan Muslim sambil mengikuti pendekatan yang sesuai dengan syariah.

Prinsip-prinsip Islam mengharuskan bisnis dilakukan dengan jujur dan benar, salah satu pendiri Evermos Ghufron Mustaqim mengatakan kepada KrASIA. “Artinya reseller wajib menulis deskripsi produk yang jujur dengan gambar yang sesuai, mengatur pengiriman tepat waktu, dan memberikan proses refund yang mudah,” ujarnya.

(ki-ka) Presiden Evermos Arip Tirta, Co-Founder Ghufron Mustaqim, CEO Iqbal Muslimin, dan Co-Founder Ilham Taufiq. Dokumentasi: Evermos.

Dengan mengikuti konsep syariah, masyarakat akan lebih percaya diri untuk berpartisipasi dalam transaksi e-commerce, terutama di masyarakat pedesaan, di mana pengguna masih enggan untuk membeli secara online karena khawatir akan adanya potensi produk palsu atau barang berkualitas rendah. Membangun kepercayaan sangat penting, tambah Ghufron.

“Kami belum 100% syariah, tapi kami sedang menuju ke arah sana dengan menjunjung tinggi prinsip bisnis syariah,” jelas Ghufron . “Komunitas kami sadar akan konsep syariah dan menjaga etika ini. Misalnya, mereka akan mengeluh jika menemukan gambar dengan model mengenakan pakaian tidak pantas yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.”

Sejauh ini, bisnis berjalan baik untuk Evermos. Startup ini telah meningkatkan nilai merchandise brutonya lebih dari 60 kali dalam dua tahun, dan saat ini memiliki lebih dari 100.000 reseller aktif—kebanyakan wanita—di 500 kabupaten di kota tier-2 dan tier-3 di seluruh Jawa. Lebih dari 95% produk di platform tersebut bersumber dari UMKM lokal, dengan kategori busana muslim dan peralatan rumah tangga menjadi yang terlaris, kata Mustaqim.

Dia mencatat bahwa Evermos adalah platform inklusif, karena banyak pengecer dan pemilik mereknya adalah non-Muslim. “Etika dan prinsip dalam bisnis syariah bersifat universal. Kami terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung dengan Evermos.”

Proyeksi pertumbuhan

Baik Steven dari Super maupun Ghufron dari Evermos yakin dengan perkembangan social commerce di Indonesia. Negara ini diperkirakan akan melihat jutaan pengguna internet baru dari daerah setiap tahunnya, social commerce dapat menjadi jembatan bagi para pengguna ini untuk meningkatkan kegiatan belanja online.

Terlebih lagi, pertumbuhan ekonomi kota-kota tier-2 dan tier-3 akan melampaui pertumbuhan di wilayah metropolitan di Indonesia dalam lima tahun ke depan, menurut laporan Alpha JWC dan Kearney. Studi ini menyoroti bahwa pangsa pasar kota-kota yang lebih rendah dari produk domestik bruto nasional akan tumbuh dari 3% menjadi 5% pada tahun 2030, mencapai nilai USD 77 miliar. Jelas sekali bahwa startup yang memanfaatkan konsumen di luar wilayah metro memiliki peluang pasar yang luas.

“Dalam social commerce, satu perusahaan tidak dapat mendominasi semua pasar, karena setiap wilayah memiliki tantangan rantai pasokan yang berbeda. Perusahaan akan memiliki ceruk pasar dan kekuatan masing-masing, yang selanjutnya akan mendorong industri secara keseluruhan,” ujar Ghufron.

Evermos akan terus fokus pada produk halal dengan pendekatan yang sesuai dengan syariah, sebut Ghufron. Pada saat yang sama, Super akan menargetkan ekspansi di luar Jawa, terutama di Indonesia Timur, tambah Steven.

“Sementara sebagian besar startup tumbuh di Jakarta, kami berharap menjadi yang pertama tumbuh besar di Indonesia Timur, yang merupakan permata tersembunyi dengan peluang pertumbuhan yang sangat besar,” ujar Steven.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Startup Bandung Usung Konsep Paguyuban untuk Berkembang Bersama

 

Dampingi startup pemula, Startup Bandung usung konsep paguyuban / Startup Bandung

Startup Bandung baru saja digagas. Sebagai wadah bagi para pelaku digital startup di Bandung untuk dapat berbagi dalam komunitas berkonsep paguyuban. Komunitas ini diharapkan dapat menjadi sarana pematangan startup, karena di dalamnya diusung konsep belajar dari pelaku startup yang sudah berpengalaman. Artinya komunitas ini menekankan pengajaran antar startup, pelaku startup yang sudah terhitung senior akan menjadi mentor berbagi dan memberikan ide dalam menghadapi masalah yang dihadapi startup baru. Continue reading Startup Bandung Usung Konsep Paguyuban untuk Berkembang Bersama

Dirilis Beberapa Jam Lagi, Ini Dia Launch Trailer Project CARS

Penantian panjang para penggemar game racing dan pecinta otomotif yang berniat menjajal mobil-mobil eksotis seharga ratusan ribu (hingga jutaan) dolar secara virtual akhirnya segera usai. Tinggal beberapa jam lagi, kita bisa merasakan raungan mesin hypercar dalam Project CARS. Demi merayakannya, developer Slightly Mad Studios melepas sebuah launch trailer. Continue reading Dirilis Beberapa Jam Lagi, Ini Dia Launch Trailer Project CARS

HUB.id Akan Gelar Roadshow di Jakarta dan Depok

HUB.id Sebagai Jembatan Antar Entitas di Ekosistem Startup Indonesia / HUB.id

HUB.id kembali lagi. Setelah beberapa bulan lalu mengadakan serangkaian roadshow di beberapa kota di Indonesia, termasuk di Bandung, Yogyakarta, Malang, Denpasar, dan Makassar, kini HUB.id siap untuk kembali menggebrak panggung industri kreatif berbasis teknologi tanah air dengan menggelar roadshow di dua kota, yakni Jakarta dan Depok. Hal ini merupakan lanjutan dari rangkaian roadshow yang telah digelar tahun lalu dan mendapatkan respon yang luar biasa positif di panggung startup nusantara. Continue reading HUB.id Akan Gelar Roadshow di Jakarta dan Depok

Acara Community & Society Summit 2015 Akan Diselenggarakan di Yogyakarta Tanggal 7 Maret 2015

Ngonoo Media akan menyelenggarakan acara yang ditujukan untuk kominitas dan pelaku dunia online. Acara yang diberi nama Community & Society Summit 2015 ini akan diselenggarakan di Yogayakarta.

Continue reading Acara Community & Society Summit 2015 Akan Diselenggarakan di Yogyakarta Tanggal 7 Maret 2015

Rupawa Berharap Menjadi Wadah Komunitas Desain Grafis Online Indonesia (UPDATED)

shutterstock_66589666

Kreatifias desainer Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan desainer luar, namun tempat untuk mewadahi kreatifitas para pelaku seni ini di Indonesia masih sangat minim. Hal inilah yang menjadi latar belakang Fung Fuk Lestario untuk secara resmi meluncurkan Rupawa pada 27 November lalu dengan status beta. Rupawa adalah sebuah wadah komunitas desain grafis online yang memberikan sarana bagi para desainer grafis untuk menampilkan karya-karya mereka ke masyarakat luas, memperoleh pembagian keuntungan atas penjualan produk-produk yang menggunakan hasil karya mereka, dan juga untuk bertukar pikiran untuk memajukan komunitas desain.

Continue reading Rupawa Berharap Menjadi Wadah Komunitas Desain Grafis Online Indonesia (UPDATED)

RightHere Messenger Tawarkan Layanan Pesan Instan Untuk Komunitas

Dominasi aplikasi pesan instan asal luar negeri nampaknya tidak membuat pengembang lokal pasrah tanpa perlawanan. Setelah sebelumnya hadir LINE dari Jepang, KakaoTalk dari Korea, WeChat dari Tiongkok, dan WhatsApp dari AS, kini hadir RightHere Messenger besutan tim Right Here Media yang berusaha menjembatani brand dan pelanggan.

RightHere Messenger mungkin bukan aplikasi pesan instan pertama buatan lokal. Sebelumnya telah ada beberapa pendahulunya, termasuk Stealth Messenger yang merilis aplikasi mereka di platform Android. Persis seperti Stealth Messenger dan Telegram, RightHere Messenger mengklaim memiliki tingkat keamanan yang lebih baik ketimbang kompetitor lainnya.

Yang unik dari RightHere Messenger adalah menjembatani brand dan pelanggan. Aplikasi ini juga mewadahi berbagai macam komunitas memanfaatkan fitur-fiturnya

Seperti biasa, sebelum menggunakan aplikasi ini pengguna diwajibkan mendaftarkan nomor ponsel untuk verifikasi. Perlu diberi catatan, petunjuk aplikasi yang mengharuskan pengguna untuk tidak memasukkan nomor negara (Indonesia +62) ternyata salah. Saya tetap harus memasukkan angka “0” di depan kemudian dilanjutkan oleh keseluruhan nomor ponsel. Setelah itu masukkan kode verifikasi yang telah dikirim via SMS.

Fitur sosial di aplikasi pesan instan ini memungkinkan sebuah brand meningkatkan tingkat engagement mereka ke pada para pelanggan dengan lebih baik. Berbeda dengan grup chat, RightHere Messenger memiliki channel yang memungkinkan di-subscribe oleh para pelanggannya. Penawaran khusus tentunya dijanjikan bagi mereka yang mengikuti brand tersebut. Mungkin ini menjadi opsi yang baik ketimbang mendapatkan pesan personal berisi promo yang kerap dianggap mengganggu. Sepintas yang ditawarkan mirip dengan yang sudah dihadirkan oleh LINE dan KakaoTalk melalui akun Official Accounts dan Plus Friend.

Setiap pengguna juga dapat membuat sebuah channel. Komunikasi di dalam suatu channel tersebut dapat dimoderasi oleh pembuat channel atau orang-orang tertentu (moderator) yang dipilih oleh pembuat channel. Skema tersebut diberlakukan demi menghindari obrolan yang tidak diinginkan. RightHere Messenger juga bisa memberlakukan channel layaknya group chat di aplikasi pesan instan lainnya.

Sejauh ini, kemudahan kustomisasi yang ditawarkan oleh RightHere Messenger hanya seputar pada wallpaper dan theme saja. Sayangnya, pergantian wallpaper bukanlah suatu fitur yang inovatif. Nyaris semua kompetitor RightHere Messenger telah memiliki opsi tersebut. Untuk theme, RightHere Messenger hanya memiliki dua tema yaitu hitam dan putih.

Saat ini RightHere Messenger telah hadir di platform Android dan iOS.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga.