Tag Archives: konsol next-gen

Microsoft Diam-Diam Sudah Menyetop Produksi Semua Model Xbox One Sejak Akhir 2020

Berbeda dari smartphone, konsol generasi baru tidak datang setiap tahun. Alhasil, konsol generasi lama tidak otomatis langsung berhenti diproduksi ketika suksesornya telah tersedia di pasaran. Masa transisi dari konsol lama ke baru itu akan selalu ada, akan tetapi lamanya berbeda-beda tergantung kondisi dan kebijakan masing-masing perusahaan.

Di kubu Microsoft, masa transisi dari Xbox One ke Xbox Series X/S rupanya sudah rampung sejak lama. Kepada The Verge, Microsoft mengonfirmasi bahwa mereka sebenarnya sudah berhenti memproduksi semua model Xbox One pada akhir 2020 lalu. Sebelumnya, tepatnya di bulan Juli 2020, Microsoft sempat bilang bahwa mereka sudah menyetop produksi Xbox One X dan Xbox One S Digital Edition, tapi tidak untuk Xbox One S versi standar.

Sekarang kita tahu bahwa rencana tersebut ternyata cuma bertahan beberapa bulan saja, sebab Microsoft secara diam-diam juga sudah berhenti memproduksi Xbox One S versi standar di akhir tahun 2020. Dengan kata lain, Microsoft sebenarnya sudah sepenuhnya berfokus pada Xbox Series X dan Series S mulai 2021 kemarin.

Ini sangat kontras dengan strategi yang dijalankan oleh Sony. Baru-baru ini, beredar laporan bahwa Sony akan menggenjot produksi PlayStation 4 di tahun 2022 ini demi mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh krisis stok PlayStation 5. Sony bahkan sempat bilang bahwa mereka dari awal memang belum pernah berniat untuk menghentikan produksi PS4.

Tidak seperti Sony, Microsoft menawarkan dua tipe konsol generasi baru yang berbeda / Microsoft

Baik Sony ataupun Microsoft sebenarnya sama-sama kesulitan memenuhi permintaan tinggi konsumen akan konsol next-gen bikinan masing-masing. Namun yang agak berbeda adalah, di saat Sony hanya menawarkan satu tipe konsol saja (PS5), Microsoft menawarkan dua tipe yang berbeda (Xbox Series X dan Series S). PS5 memang ada yang versi Digital Edition, akan tetapi versi tersebut tidak mempunyai perbedaan performa sama sekali.

Xbox Series S di sisi lain memiliki performa yang lebih inferior ketimbang Series X. Secara fisik, ukuran chipset yang menenagai masing-masing konsol bahkan berbeda. Sebelum ini, Phil Spencer selaku bos besar Xbox juga sempat menjelaskan bahwa mereka sebenarnya bisa memproduksi lebih banyak chip milik Series S ketimbang chip milik Series X dalam satu penampang yang sama.

Jadi meski kesulitan memenuhi demand Series X, Microsoft masih bisa sedikit menutupinya dengan memperbanyak stok Series S. Sony di sisi lain harus bergantung pada konsol lamanya untuk menyiasati krisis stok PS5.

Sumber: The Verge. Gambar header: Louis-Philippe Poitras via Unsplash.

Kelangkaan Komponen Konsol Disebut akan Berlangsung hingga 2023

Harapan para gamer untuk dapat mencicipi konsol next gen seperti PlayStation 5 dan Xbox Series X|S memang masih sebatas angan-angan hingga sekarang. Terhambatnya proses produksi karena adanya pandemi sekaligus kelangkaan komponen memang membuat suplai mesin gaming menjadi sangat terbatas di seluruh dunia.

Berita buruknya, kelangkaan komponen ini kelihatannya akan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan. Hal ini merujuk pada pernyataan yang dikeluarkan oleh Toshiba kepada Bloomberg. Toshiba memang menjadi salah satu produsen chipset power-regulator yang digunakan di hampir semua perangkat mulai elektronik hingga kendaraan.

Toshiba mengabarkan bahwa suplai chipset yang dapat mereka distribusikan akan tetap sangat terbatas setidaknya hingga bulan September tahun depan. Dan bahkan beberapa konsumen mereka tidak akan mendapat pasokan hingga 2023.

Credit: Toshiba

Direktur dari Toshiba, Takeshi Kamebuchi menjelaskan bahwa penyebabnya adalah kelangkaan material serta tingginya permintaan dari berbagai pabrikan telah melebihi kapasitas yang dapat ditangani Toshiba. Pihak Toshiba juga meminta maaf kepada para konsumennya yang mungkin merasa frustasi karena pasokan komponennya yang tidak bisa maksimal.

“Kami mempertimbangkan pelanggan mana yang menghadapi situasi lebih buruk, seperti risiko terhentinya lini produksi ataupun bisnis yang terancam karena suplai chipset yang terhambat,” ujar Kamebuchi.

Pabrikan produsen konsol game disebut sebagai salah satu pelanggan yang mengajukan permohonan pasokan yang paling kuat.

Beberapa konsol yang terdampak dari kelangkaan chipset dari Toshiba ini antara lain adalah PlayStation 5, Xbox Series X|S, dan juga Nintendo Switch. Padahal konsol-konsol ini juga memiliki rencana untuk menggenjot produksi konsolnya untuk mengejar ketertinggalan produksi dan menstabilkan pasokan konsol mereka ke berbagai negara.

Para produsen konsol ini disebut menghubungi pemasok komponennya setiap hari untuk memastikan bahwa suku cadang yang mereka butuhkan dapat tiba sesuai perjanjian. Bahkan beberapa pelanggan dikatakan mengambil langkah yang cukup ekstrim dengan mengubah desain papan sirkuit atau PCB mereka untuk mengurangi komponen-komponen yang langka.

Toshiba juga memiliki rencana untuk memperluas produksi semikonduktornya di tahun-tahun mendatang dengan harapan mengurangi kemungkinan munculnya bottleneck produksi. Toshiba merencanakan investasi sebesar 60 miliar Yen atau sekitar Rp 7,7 triliun hingga Maret 2024 mendatang.

Resmi Dirilis, Konsol Baru Atari VCS Mendapat Respon Negatif

Kehadiran kembali konsol legendaris Atari tentu sudah dinantikan oleh para gamer di seluruh dunia sejak pertama kali diperkenalkan pada 2018 lalu. 4 tahun berlalu, akhirnya konsol terbaru bernama Atari VCS tersebut dirilis ke pasaran.

Namun, peluncuran Atari VCS ini kelihatannya tidak sesuai harapan banyak gamer. Beberapa media yang telah mengeluarkan review terhadap konsol ini seperti IGN langsung menunjukkan alasan-alasan mengapa konsol ini menjadi kegagalan lain dari konsol baru yang ingin masuk ke pasaran.

Yang pertama adalah konsol ini tidak akan membawa game baru Atari namun memainkan 80 game-game klasik Atari dan arcade yang sudah disematkan di dalamnya. Konsol ini dikatakan mampu mendukung resolusi 4K tetapi performanya sangat buruk.

Di luar hal tersebut konsol ini difungsikan sebagai mini PC. Namun untuk menggunakan fitur ini para gamer harus memiliki flashdisk/ harddisk eksternal untuk menginstal sistem operasinya sendiri. Dari yang dikatakan IGN, Atari VCS dikatakan sudah terbukti mampu menjalankan Windows namun tidak bisa menjalankan Ubuntu.

Dan yang paling mengejutkan dari Atari VCS adalah harganya. Konsol ini ditawarkan dengan harga US$300 atau sekitar Rp4.341.000. Namun untuk harga tersebut para pemain tidak akan mendapatkan kontroler.

Sedangkan untuk mendapatkan kontroler modern dan klasiknya, para gamer harus membeli bundle seharga $400 atau sekitar Rp5.788.300. Berarti konsol tersebut berada di kisaran harga dari Nintendo Switch, Xbox Series S, dan bahkan Playstation 5 Digital.

Menjadikan Atari VCS sebagai mini PC kelihatannya bukan keputusan yang tepat (Image credit: Atari VCS)

Dengan harga yang bisa dikatakan setara dengan konsol next-gen. Atari VCS menjadi konsol yang terbilang mahal karena tujuan utamanya untuk memainkan game-game retro sebenarnya bisa dengan mudah dilakukan di PC lewat emulator.

Apalagi konsol ini bahkan masih memiliki beberapa masalah teknis untuk menjalankan game-game retro atau arcade. Salah satunya adalah masih bermasalahnya konsol ini memainkan game-game di resolusi 4K.

Bahkan grafis yang ditawarkan dari game-game retro yang dijalankan tidak lebih bagus dari emulator di PC. Sehingga, kemungkinan besar konsol Atari VCS ini akan lebih jadi barang koleksi semata — terutama lewat desain bergaya retro yang ikonik.