Tag Archives: Kreavi

Para pekerja lepas Indonesia di tengah pandemi Covid-19 berusaha mencari peluang baru. Mereka disebut telah terbiasa dengan perubahan dan ketidakpastian

Platform Pekerjaan Lepas Berinisiatif Dorong Permintaan dari Peluang Baru

Sejumlah perusahaan di dunia mulai mengambil keputusan sulit akibat efek domino pandemi Covid-19. Industri penerbangan merupakan sektor yang paling terpukul dari situasi ini. Peningkatan jumlah kasus positif baru, mau tak mau memaksa dunia untuk menutup jalur akses dari luar dan melakukan pembatasan gerak.

Krisis kesehatan global ini tak pandang bulu. Terkini, startup unicorn AS di bidang travel management, TripActions, malah terpaksa merumahkan 350 karyawannya. Sementara, menurut Indonesia National Air Carriers Association (INACA) maskapai Indonesia sudah mulai merumahkan pilot, awak kabin, teknisi, dan karyawan pendukung lain.

Tak hanya para pekerja tetap, pandemi ini juga berimbas terhadap nasib pekerja lepas. Dengan ketidakpastian situasi, banyak pebisnis membatalkan sejumlah proyeknya. Sebagai gambaran, dengan status negara dengan jumlah kematian tertinggi di dunia, pekerja lepas atau freelancer Italia dihadapkan pada situasi buruk.

Berdasarkan riset terbaru Statista, pada periode 26-28 Februari 2020 terdapat 57,6 persen kasus penundaan komisi dan 47,3 persen pembatalan komisi proyek. Kemudian pada periode 14-16 Maret 2020, persentasenya meroket di mana sebanyak 82,9 persen mengalami penundaan komisi dan 71,5 persen mengalami pembatalan komisi proyek.

Di Indonesia saat ini memang belum ada laporan serupa. Namun, dampak yang sama juga diprediksi bakal terjadi kepada freelancer di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Mei 2019, jumlah freelancer di Indonesia berkisar 5,89 juta orang.

DailySocial menghimpun informasi dari dua platform Sribu.com dan Freelancer.com, terkait dampak pandemi terhadap para pekerja lepas di Tanah Air maupun langkah mitigasi yang akan dipersiapkan.

Kebijakan “WFH” picu penurunan permintaan proyek

CEO Sribu Ryan Gondokusumo mengakui ada penurunan demand proyek atau pekerjaan lepas di platform-nya. Penurunan ini dipicu imbauan pemerintah kepada seluruh pebisnis dan karyawannya untuk bekerja dari rumah. Menurutnya, kebijakan WFH jangan disalahartikan bahwa sejumlah pekerjaan dapat digantikan (switch) oleh pekerja lepas.

Ia menyebut Sribu mengalami penurunan demand terbesar pada empat sektor industri, yakni travel, event, export dan import, serta fashion. Ia juga memprediksi penurunan demand bakal berimbas ke sektor F&B mengingat sejumlah pusat perbelanjaan dan sentra komersial sudah mulai mengurangi kegiatan operasional, terutama di kawasan Jabodetabek.

“Anggaplah restoran, mereka pakai jasa kami untuk memberikan proyek social media marketing. Karena tidak beroperasi, freelancer tidak dapat order. Sebetulnya, demand ada, tapi barang yang mau dijual tidak ada karena sejumlah bisnis mulai tidak beroperasi,” jelasnya.

Sebaliknya, Freelancer.com justru melihat adanya tren kenaikan jumlah proyek pekerja lepas yang diposkan maupun jumlah pengguna baru di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Berdasarkan data perusahaan, Indonesia merupakan negara terbesar kelima, setelah India, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Pakistan dalam jumlah basis pengguna dengan 1,4 juta dari total 42 juta pengguna.

Namun, menurut Communications Manager Freelancer.com Helma Kusuma, saat ini masih terlalu dini untuk mengumpulkan data representatif yang dapat menggambarkan permintaan pekerjaan di Indonesia. Hal ini mengingat kebijakan WFH baru dimulai sejak 15 Maret 2020. Data belum bisa menggambarkan kondisi sebenarnya.

“Banyak perusahaan di dunia masih beradaptasi dengan konsep WFH. Tentu ini menjadi tantangan besar karena ada kebutuhan untuk mengubah cara berpikir secara drastis mengenai bagaimana segala sesuatu dilakukan. Kami mengharapkan akan ada kenaikan signifikan permintaan jasa freelancer dalam beberapa pekan ke depan,” jelasnya dalam pernyataannya kepada DailySocial.

Di sisi lain, CEO Kreavi Anto Motulz justru menilai pekerja kreatif atau kreator di Indonesia tidak terlalu sulit untuk beradaptasi di situasi sekarang mengingat kebanyakan dari mereka merupakan freelancer atau pekerja kontrak per proyek. Dengan kata lain sudah terbiasa karena mereka digital native.

“Belum ada informasi berapa kreator yang terdampak. Namun, mungkin yang terdampak adalah pekerjaan yang prosesnya melibatkan banyak orang dan harus outdoor, seperti video shooting dan photo session,” tuturnya.

Saat ini Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI) tengah mengumpulkan data terkait jumlah pekerja kreatif di Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19.

Peluang situasional terhadap permintaan jasa baru

Lebih lanjut, Helma berujar bahwa penerapan kebijakan bekerja dari rumah ini justru dapat membuka kesempatan bagi pebisnis untuk tetap menghasilkan pemasukan, terutama pebisnis yang ingin meningkatkan penggunaan jasa untuk tujuan efisiensi.

Ia menilai kebijakan tersebut menjadi cara untuk mengedukasi perusahaan yang belum terbiasa dengan cara-cara bekerja semacam ini. Untuk memudahkan adaptasi dan transisi ini, ujar Helma, pihaknya memperkuat fitur, saranan, hingga pengalaman pengguna untuk mengakomodasi tujuan bisnis di dunia.

Sementara itu, meski diakuinya ada penurunan permintaan di sejumlah vertikal, Ryan meyakini bahwa situasi ini akan memunculkan peluang pekerjaan baru. Situasi ini menjadi celah bagi platform Sribu untuk mendorong permintaan pekerjaan lepas dari vertikal lain.

Ambil contoh, permintaan jasa pembuatan Alat Pelindung Diri (APD) dan hand sanitizer. Contoh lainnya adalah copy writing yang dinilai berpotensi naik permintaannya. Ia menilai sejumlah pebisnis bakal memanfaatkan jasa tersebut untuk mengetahui update mengenai situasi COVID-19 saat ini.

“Kami pikirkan mereka ini butuh jasa apa, setelah itu baru kita approach. Kita lebih strategic thinking, di mana ada demand, di situ akan kejar. Kami lihat ada dua sektor potensial, yakni healthcare dan e-groceries. Kami coba penetrate apa jasa yang cocok,” tambahnya.

Kreavi Merged with Fabula, Appointed New CEO

We’ve just received an information stating that talent marketplace Kreavi has just merged with Fabula, a creative agency that specifies in digital illustration. Kreavi’s CEO and Founder Benny Fajarai also confirmed that he’ll no longer be the startup’s CEO. He’s been Kreavi’s CEO since 2012. Continue reading Kreavi Merged with Fabula, Appointed New CEO

Kreavi Merger Dengan Fabula, Tunjuk CEO Baru

Mayumi Haryoto speaking at TRANSMUTATION event / Kreavi

Kami baru saja mendapatkan informasi bahwa situs marketplace untuk talenta kreatif Kreavi telah merger dengan Fabula, sebuah agensi kreatif yang memiliki spesialisasi di ilustrasi digital. Selain merger ini, CEO dan founder Benny Fajarai juga mengumumkan bahwa dirinya tidak lagi akan menduduki posisi CEO dari startup yang didirikannya tahun 2012 silam.

Posisi CEO yang baru akan diisi oleh Mayumi Haryoto, yang merupakan pendiri dari Fabula. Mayumi sendiri merupakan sosok yang sudah sangat familiar di kalangan industri kreatif di Indonesia sebagai salah satu ilustrator yang high-profile. Mayumi mendirikan Oshika Representatives sebagai salah satu agensi ilustrasi pada tahun 2013 silam dan mengubah namanya menjadi Fabula.

Benny, yang mendirikan Kreavi sejak awal akan tetap berada di posisi advisory untuk startup tersebut, sembari fokus ke startup e-commerce baru yang sedang dirintisnya. Startup baru yang dinamakan Qlapa ini masih dala tahap awal dan memiliki konsep menjadi e-commerce yang menjual barang kerajinan tangan khas pengrajin lokal Indonesia.

Kreavi Ready to Launch This August

After going through a live-beta phase since April, Kreavi will be officially launched on August 1. In the launching, Kreavi will introduce new features. One of Kreavi’s mainstay features is the Marketplace.

Marketplace feature is a feature for company or organization to look for creative talent. User can offer a job, promoting an event, hold a competition or look for collaboration partner.

In the 4 months of live beta, Kreavi claims to receive merry welcome from various parties. Thousands of people have registered to be Kreavi’s member and stored their portfolios on Kreavi.

Kreavi has also done some improvement after the beta phase. In addition to the new look, Kreavi also fixes the categorizing system. The categories are fewer to avoid confussion. Kreavi also provides Scrap Category for works considered not ready to be a a work qualified for industry.

Continue reading Kreavi Ready to Launch This August

Kreavi Siap Diluncurkan 1 Agustus Mendatang

Setelah selama menjalani masa live-beta sejak April lalu, pada 1 Agustus nanti Kreavi akan resmi diluncurkan. Dalam peluncuran tersebut, Kreavi akan memperkenalkan fitur baru. Salah satu fitur yang akan menjadi andalan Kreavi adalah fitur Marketplace.

Fitur Marketplace merupakan fitur untuk perusahaan atau organisasi untuk mencari talenta kreatif yang mereka butuhkan. Pengguna dapat menawarkan pekerjaan, mempromosikan event, menyelenggarakan kompetisi atau mencari partner kerja sama.

Dalam masa 4 bulan live beta, Kreavi mengklaim telah mendapat sambutan meriah dari berbagai kalangan. Ribuan orang telah mendaftar menjadi anggota Kreavi dan menjadikan Kreavi sebagai tempat portofolio karya-karya mereka.

Continue reading Kreavi Siap Diluncurkan 1 Agustus Mendatang