Tag Archives: kudo

Founder & CEO TipTip Albert Lucius

Cerita Albert Lucius Dapatkan Inspirasi dari Kudo untuk Membangun TipTip

Sosok Albert Lucius yang sebelumnya dikenal sebagai Co-founder dan CEO Kudo, memutuskan untuk membangun startup baru yang memiliki perbedaan dari sebelumnya. Fokusnya ingin menjembatani para konten kreator sekaligus pendukung mereka, agar bisa membagikan konten yang berkualitas dan mendapatkan penghasilan dari karya yang dihasilkan.

Pengalamannya membangun dan membesarkan bisnis, mulai Kudo sampai akhirnya turut mengembangkan Grab dan OVO, dijadikan inspirasi bagi Albert saat membangun TipTip.

TipTip sendiri sudah resmi diluncurkan pada bulan Juli 2022 lalu. Namun, TipTIp belum pernah berkampanye secara luas. Hal ini dikarenakan selama periode Juli hingga Oktober, TipTip banyak melakukan pengembangan inovasi produk dan uji coba dengan komunitas creator.

Baru di awal November lalu, tepatnya 3 November 2022, TipTip memperkenalkan kampanye pertama mereka “Lakuin di TipTip” ke publik yang luas. TipTip menargetkan dapat meraih 150,000 pengguna dan 15,000 kreator, serta memperluas cakupan hingga tingkat nasional hingga kuartal II tahun 2023 dan meraih 1 juta pengguna dalam waktu 2 tahun mendatang.

Kepada DailySocial.id, Albert membagikan informasi seputar potensi ekonomi kreatif di Indonesia saat ini dan ke depannya; serta pentingnya bagi Indonesia untuk bisa menggeser mindset konten yang bersifat viralitas menjadi konten berkualitas.

Kesuksesan M&A Kudo dan Grab

Albert bersama saat ini Kudo / Kudo
Albert Lucius di kantor kudo / Kudo

Salah satu visi yang sejak dulu ditanamkan Albert adalah, bagaimana teknologi bisa membantu dan memudahkan masyarakat luas. Bersama Kudo dengan mengedepankan jaringan agen, Albert dan tim memberikan opsi kepada masyarakat luas untuk berjualan secara online. Hal tersebut dinilai terbukti sukses dengan diakuisisinya Kudo oleh Grab pada tahun 2017 lalu.

Menurut Albert proses merger and acquisition (M&A) terbilang berjalan secara cepat dan lancar, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Albert, yang telah membangun Kudo sejak tahun 2014 bersama co-founder Agung Nugroho. Setelah bergabung dalam ekosistem Grab, Albert kemudian dilibatkan untuk mengembangkan layanan platform superapp tersebut. Termasuk mengembangkan teknologi e-money dari perusahaan yang terafiliasi yaitu OVO.

“Saya menjabat sebagai Direktur Grab dan juga Chief Product Officer OVO. Kita ingin membuat produk yang bisa diterima oleh masyarakat Indonesia. Saat itu di tahun 2017 dan 2018 masih di era e-money berbeda dengan sekarang. Saat ini QRIS sudah di mana-mana, dulu perangkat masih banyak dan metode masih belum diterima.”

Setelah mengembangkan Grab dan OVO, tahun 2021 Albert kemudian memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil mencari inspirasi baru untuk bisa membangun startup baru.

Kesamaan antara Kudo dan TipTip

Lepas dari OVO kemudian tahun 2021, Albert menemukan inspirasi untuk menggarap solusi di sektor ekonomi kreatif. Idenya untuk memberdayakan konten kreator yang saat ini sudah banyak mengedepankan pemikiran financial freedom. Besarnya passion dari Albert untuk bisa menciptakan teknologi yang bermanfaat untuk semua ia terapkan di TipTip.

“Dulu saat membangun Kudo saya membuat aplikasi supaya masyarakat menengah ke bawah yang agak gaptek pun bisa mendapatkan income dan bisa berdagang secara digital. Demikian juga dengan Grab dan OVO, tampak sekali bagaimana teknologi bisa memudahkan kehidupan orang banyak, terutama saat pandemi.”

Albert melihat saat ini kebanyakan konten kreator masih mengandalkan advertising, clicks, hingga viralitas untuk bisa mendapatkan penghasilan. Belum lagi dengan tuntutan di antara mereka yang harus memiliki jumlah pengikut atau pendukung yang besar.

Pada akhirnya konten tersebut hanya bersifat viral saja, namun tidak memiliki kualitas yang baik. Albert mencatat saat ini ada banyak konten kreator di berbagai daerah yang memiliiki skill dan talenta yang unik, meskipun jumlah pendukung mereka di media sosial seperti Instagram hingga Telegram dan WhatsApp Group sedikit jumlahnya.

“TipTip menawarkan platform yang tujuannya adalah menjembatani antara konten kreator dan pendukungnya secara langsung. Dengan demikian konten kreator bisa membuat konten, melakukan berbagai opsi dan interaksi kepada pendukungnya dan pendukung mereka bisa memberikan apresiasi langsung melalui tipping, donasi atau melalui pembelian paket digital dari konten kreator tersebut.”

Meskipun memiliki perbedaan, namun konsep tersebut yang juga telah ia terapkan di Kudo sebelumnya. Secara khusus, melalui TipTip ia ingin memberdayakan mereka yang memiliki potensi dan prestasi. Dengan mengedepankan konten yang berkualitas, Albert ingin mengajak lebih banyak kreator membuat konten yang bermanfaat dan tentunya bisa dimonetisasi.

Hingga Oktober 2022, TipTip mencetak pertumbuhan positif dengan volume pendapatan meningkat hingga 9x serta jumlah pengguna yang bertambah 4x lebih banyak dari sejak resmi diluncurkan bulan Juli lalu.

Pertumbuhan ini merupakan hasil dari rangkaian kegiatan hyperlocal TipTip di 8 kota di Indonesia termasuk Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali. TipTip sendiri menargetkan dapat meraih 150 ribu pengguna dan 15 ribu kreator, serta memperluas cakupan hingga tingkat nasional hingga Q2 tahun 2023.

Fokus perusahaan tahun 2023

Jajaran tim manajemen TipTip / TipTip
Jajaran tim manajemen TipTip / TipTip

Disinggung seperti apa peta persaingan platform untuk kreator konten di Asia Tenggara saat ini khususnya Indonesia, menurut Albert karena pilihan dari TipTip yang cukup unik, belum ada platform yang menawarkan layanan yang dihadirkan oleh Tiptip.

“Kita justru memanfaatkan jaringan yang sudah dimiliki oleh konten kreator tersebut di berbagai media sosial, dengan membagikan link tersebut kemudian akan langsung diarahkan ke platform TipTip dimana konten tersebut diunggah oleh kreator di TipTip.”

Meskipun saat ini sudah banyak startup yang juga menyasar kepada pemberian layanan khusus untuk konten kreator, namun di antara mereka masih menawarkan layanan secara spesifik. Misalnya khusus untuk live streaming, layanan untuk kemudahan pembiayaan atau pembayaran hingga podcast. TipTip tidak memfokuskan kepada satu layanan saja dan mengklaim tidak terikat kepada satu metode.

“Rata-rata kreator yang datang ke TipTip ingin berbagi dan membuat kelas spesial. Jadi secara eksekusi bisa jadi kita juga menyediakan ebook, live streaming, video, dan lainnya. Kuncinya kita adalah platform yang memberikan sarana bagi mereka untuk berinteraksi.”

Untuk bisa melancarkan semua proses tersebut yang sepenuhnya mengandalkan aplikasi dan website TipTip, perusahaan pun kemudian merekrut tim engineer berkualitas.  TipTip saat ini telah memiliki sekitar 120 pegawai. Fokus perusahaan tahun depan adalah ingin terus berkembang mengikuti tren dari pertumbuhan ekonomi kreatif saat ini.

Dalam debutnya, perusahaan juga telah mengantongi pendanaan tahap awal sebesar $10 juta (sekitar 143 miliar Rupiah). Angka tersebut diklaim sebagai salah satu pendanaan tahap awal terbesar yang pernah ada. Putaran ini dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari Vertex, EMTEK, SMDV, dan beberapa family offices terkemuka.

Menurut Albert, dana segar akan dimanfaatkan perusahaan untuk mengakselerasi pertumbuhan TipTip dalam menjangkau dan memberdayakan ekonomi kreator di kawasan ini. Juga, memperluas tim dan mempercepat adopsi platform.

“Meskipun funding kita kuat tapi kita tidak berani jor-joran. Kita terus melakukan hiring pegawai namun dalam jumlah yang terbatas, kita juga menjaga nilai salary. Hal ini dilakukan agar tidak perlu dilakukannya layoff hingga mengurangi gaji pegawai.”

Application Information Will Show Up Here

Validating “New Retail” Startups in Indonesia

New retail has been trying to connect traders with technology. The objective is to facilitate business in leveraging benefits and consumer coverage. In terms of concept, the approach is to empower some previous features with mature implementation in the e-commerce platform to conventional retail. It’s not digitizing the whole business process, but aiming for certain aspects that weren’t optimized.

Concept Details
Payment Integrating payment applications, such as digital wallets or pay later feature, for payment options to customers.
Supply Chain Providing digital access to traders to connect with FMCG product distributors for more variant products at affordable prices.
Customer Experience Improving customer experience by providing purchasing apps. Some in the form of loyalty programs giving point credits for every transaction
Digital Product Allowing traders to serve purchasing or payment activities of various digital products, such as PPOB tax payment, train ticket, e-money top-up, and many more.

Those four models are getting adopted by local startups with various lines of products or retail segments. The public, either traders or buyers, are adjusting to the transformation. It was proven by the well-developed new retail startups.

The beginning of new retail in Indonesia

In 2014, Kudo (an acronym for Kios untuk Dagang) or kiosk for trading was launched. The service is to allow everyone, especially kiosk owners, to be able to sell any kinds of e-commerce products. The buyers allowed to choose any kinds of products and make payments through the kiosk. The concept was proven successful, as Kudo has been used by 2.6 million partners and become the biggest agent-based service in Indonesia.

Post Grab acquisition in 2019, they rebranded into GrabKios. The business model gets adjusted, from an e-commerce digital arm to focus more on the partner’s side to facilitate various kinds of payments, such as electricity bills, PDAM, and many more.

“Through technology, GrabKios expands the types of services offered by stalls such as credit and various bill payments, reduces the cost of stalls by providing convenience for traditional stalls to order merchandise (wholesale), and provides access to additional business capital and financial services through money transfer services (domestic remittance) and micro insurance and cash loans will be provided,” Head of GrabKios, Agung Nugroho said.

Furthermore, some e-commerce platforms are following the trend, such as Mitra Tokopedia and Bukalapak. It’s the same concept, allowing partners to become a digital arm to facilitate consumers for purchasing goods. The online-to-offline approach becoming the best extension among broadband expansion and digital literacy in the community.

Mitra Tokopedia program is targeting kiosk in several areas to market their products
Mitra Tokopedia program is targeting kiosk in several areas to market their products

Entering the year 2018, Kopi Kenangan has debuted with 121 billion Rupiah funding from Alpha JWC Ventures. The investment is said to be focused on business development through technology, one is to launch an app for store locator, ordering, payment support and loyalty program.

The well-received business model in the market providing a well-poured investment. After a few months, Kopi Kenangan announced follow-on funding worth of 282 billion Rupiah from Sequoia. In late 2019, they had secured Series A funding from several investors, including Arrive, Serena Ventures, Caris LeVert, and Jonathan Neman. They have managed to sell 3 million cups of coffee per month.

There is also Fore Coffee, a startup founded by East Ventures with similar products and approaches. The latest news, they’ve announced follow-on funding worth of 118 billion Rupiah from East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, Insignia Ventures Partners, and several angel investors.

“We also use various technologies, from our own mobile app to the existing technologies, such as Moka to monitor payments, Member.id for loyalty platforms, and Go-Food, GrabFood, and TravelokaEats as distribution platforms,” Fore Coffee’s Co-Founder & CEO Robin Boe explained the technology role in his startup.

Wahyoo also offers a new retail approach, targeting warteg (small restaurants) by providing digital access to the supply chain. The Founder & CEO, Peter Shearer said they have partnered with at least 7000 merchants from various regions. They’ve also received seed funding from Agaeti Ventures, Kinesys Group, Chapter 1 Ventures, SMDV, East Ventures, and Rentracks.

There are also some other startups offering new retail concepts with various business approaches.

The momentum

Kopi kenangan product, beverage at affordable price
Kopi kenangan product, beverage at affordable price

Numbers of partners, transaction value and capital flows received imply that new retail has been quite successful to validate the concept for the past few years. On further observation, they are prudent in placing their products to the most suitable customer segment.

Take the example of previously mentioned coffee products startup, they see a trend of “daily coffee” among millennials. To the existing coffee shop, as well-known Starbucks, the standard price is quite high. They offer beverages at relatively cheaper prices, but with improved customer experience.

It is very likely what startups like Kudo did, that is targeting partners from the countryside.

The large investment stream will allow players to perform the “growth hacking” strategy which has been successfully applied by startups in other verticals, such as ride-hailing or fintech. They could increase traction with a series of promo or massive expansion at many locations – and indeed, all the players are heading that way.

With a broader market share, more mature players and enthusiast investors; will new retail be the next big thing in the following years?


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Capaian jumlah mitra, nilai transaksi, dan arus modal yang masuk menyiratkan startup "new retail" cukup berhasil memvalidasi konsepnya sejauh ini

Memvalidasi Startup “New Retail” di Indonesia (UPDATED)

New retail mencoba menghubungkan pedagang dengan teknologi. Tujuannya memudahkan bisnis meningkatkan keuntungan dan menjangkau konsumen yang lebih luas. Secara konsep, pendekatan ini mencoba memberdayakan beberapa fitur yang sebelumnya telah matang diaplikasikan pada sistem e-commerce ke ritel konvensional. Tidak mendigitalkan seluruh proses bisnis, namun menyasar aspek-aspek tertentu yang dinilai belum optimal.

Konsep Keterangan
Pembayaran Membaurkan aplikasi pembayaran, misalnya digital wallet atau layanan pay later, untuk memberikan opsi pembayaran kepada pelanggan.
Rantai Pasokan Memberikan akses digital ke pedagang untuk terhubung dengan distributor produk FMCG, sehingga mendapatkan varian produk yang lebih beragam dan harga yang lebih terjangkau.
Pengalaman Pelanggan Meningkatkan pengalaman pelanggan dengan menyediakan aplikasi pemesanan. Beberapa dalam bentuk program loyalitas untuk memberikan kredit poin di tiap transaksi yang dilakukan.
Produk Digital Memungkinkan pedagang untuk melayani pembelian atau pembayaran berbagai jenis produk digital, misalnya pembayaran PPOB, pembelian tiket kereta, pengisian e-money dan lain sebagainya,

Empat model di atas kini banyak diadopsi startup lokal dengan lini produk atau menyasar segmen ritel yang cukup beragam. Masyarakat pun, baik dari sisi pedagang maupun pembeli, menerima pembaruan itu dengan cukup baik. Terbukti dengan pertumbuhan bisnis banyak startup new retail yang mengagumkan.

Awal perkembangan new retail di Indonesia

Tahun 2014 Kudo (akronim dari Kios untuk Dagang Online) diluncurkan. Layanannya saat itu memungkinkan siapa saja, terutama pemilik warung untuk menjadi agen Kudo dan dapat menjual berbagai produk yang ada di e-commerce. Pembeli bisa memilih produk yang diinginkan dan membayar pesanan ke agen tersebut.

Namun seiring perkembangan bisnisnya, Kudo berfokus untuk memajukan warung tradisional di Indonesia agar menjadi serba bisa melayani berbagai produk dan layanan. Konsep tersebut cukup berhasil diaplikasikan, menjadikan Kudo dimanfaatkan 2,8 juta mitra usaha dan menjadi layanan keagenan terbesar di Indonesia. Pasca diakuisisi Grab, tahun 2019 mereka berubah nama jadi GrabKios dan semakin mempertegas komitmen untuk memberdayakan warung tradisional.

“Melalui teknologi, GrabKios memperluas jenis layanan yang ditawarkan warung seperti pulsa dan berbagai pembayaran tagihan, mengurangi biaya usaha warung dengan memberikan kemudahan kepada warung tradisional untuk memesan barang dagangan (grosir), serta menyediakan akses terhadap tambahan modal usaha dan layanan keuangan melalui layanan pengiriman uang (domestic remittance) dan akan disediakannya asuransi mikro dan pinjaman tunai,” jelas Head of GrabKios Agung Nugroho.

Setelah itu beberapa e-commerce menyusul, misalnya Mitra Tokopedia dan Bukalapak. Pendekatan online-to-offline menjadi jembatan terbaik di tengah perluasan pitalebar dan peningkatan literasi digital masyarakat.

Mitra Tokopedia
Program Mitra Tokopedia yang menyasar warung-warung di berbagai daerah untuk menjualkan produknya

Memasuki tahun 2018, Kopi Kenangan debut umumkan pendanaan 121 miliar Rupiah dari Alpha JWC Ventures. Investasi tersebut akan difokuskan perusahaan untuk peningkatan bisnis melalui teknologi, salah satunya meluncurkan aplikasi untuk pencarian toko, pemesanan, dukungan pembayaran dan program loyalitas.

Model bisnis yang diterima baik oleh pasar melancarkan kucuran investasi. Selang beberapa bulan, Kopi Kenangan umumkan pendanaan lanjutan 282 miliar Rupiah dari Sequoia dan akhir tahun 2019 kemarin mereka bukukan pendanaan seri A dari sejumlah investor, termasuk Arrive, Serena Ventures, Caris LeVert dan Jonathan Neman. Mereka telah berhasil menjual 3 juta gelas kopi per bulan.

Dengan produk dan pendekatan yang hampir serupa ada juga Fore Coffee, startup binaan East Ventures. Terakhir mereka umumkan pendanaan lanjutan 118 miliar Rupiah dari East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, Insignia Ventures Partners, dan beberapa angel investor.

“Kami menggunakan berbagai teknologi, mulai dari aplikasi mobile yang kami buat sendiri, serta teknologi yang telah ada, seperti Moka untuk memantau pembayaran, Member.id untuk loyalty platform, serta Go-Food, GrabFood dan TravelokaEats sebagai platform distribusi,” terang Co-Founder & CEO Fore Coffee Robin Boe menerangkan pemanfaatan teknologi dalam startupnya.

Wahyoo juga tawarkan pendekatan new retail, menyasar warteg dengan memberikan akses digital untuk rantai pasokan. Dari pernyataan Founder & CEO Peter Shearer, saat ini mereka telah merangkul sekurangnya 7000 mitra dari berbagai wilayah. Mereka juga telah membukukan pendanaan awal dari Agaeti Ventures, Kinesys Group, Chapter1 Ventures, SMDV, East Ventures dan Rentracks.

Masih ada beberapa startup yang tawarkan konsep new retail dengan berbagai pendekatan bisnis.

Berkesempatan dapat momentum

Kopi Kenangan
Produk Kopi Kenangan, minuman kopi dengan harga yang relatif terjangkau

Capaian jumlah mitra, nilai transaksi dan arus modal yang diterima menyiratkan bahwa new retail cukup berhasil memvalidasi konsepnya selama beberapa tahun terakhir. Jika dianalisis lebih mendalam, mereka cukup cermat dalam menempatkan produknya ke segmentasi pelanggan yang tepat.

Ambil contoh untuk startup dengan produk kopi di atas, mereka melihat adanya tren “ngopi kekinian” di kalangan milenial. Ke kedai kopi yang ada, sebut saja Starbucks, standar harganya cukup tinggi. Lantas mereka hadir dengan produk kopi dengan harga yang relatif lebih murah, namun dengan pengalaman pelanggan yang juga ditingkatkan.

Pun demikian yang dilakukan oleh startup seperti Kudo yang lebih fokus menyasar mitra dari pedesaan.

Kucuran investasi besar yang didapat juga memungkinkan para pemain melakukan strategi “growth hacking” yang selama ini sukses diterapkan startup di vertikal lain, seperti ride-hailing atau fintech. Bisa saja mereka meningkatkan traksi dengan rangkaian program promo atau ekspansi besar-besaran di banyak titik – dan memang kini semua pemain tengah menuju arah sana.

Dengan pangsa pasar yang luas, pemain yang semakin matang dan investor yang makin terpikat; apakah new retail akan menjadi the next big thing di tahun-tahun berikutnya?

Update : Tambahan informasi dan komentar dari Head of GrabKios Agung Nugroho.

Produk keuangan GrabKios

Tahun 2020 GrabKios Hadirkan Sejumlah Produk Baru, Termasuk Asuransi dan Pinjaman Dana

Di tahun 2020 ini banyak rencana yang akan dilancarkan GrabKios (sebelumnya Kudo). Bukan hanya menambah jumlah mitra kios menjadi 3,8 juta hingga tahun 2021, tapi juga ingin menghadirkan berbagai layanan finansial dan asuransi untuk mitra agen, pengemudi hingga konsumen.

Head of GrabKios Agung Nugroho mengungkapkan, sudah ada lini bisnis yang mengalami pertumbuhan positif. Dan ke depannya GrabKios akan menambah kemitraan dengan institusi finansial, perbankan hingga startup yang relevan untuk menambah pilihan layanan.

“Kami percaya dengan mitra kios yang besar jumlahnya hingga ekosistem yang ada di Grab, bisa menjadikan GrabKios platform unggulan yang bisa dimanfaatkan oleh jaringan agen untuk membeli produk hingga memanfaatkan fitur tambahan lainnya.”

Asuransi, P2P lending hingga pembelian FMCG dan produk segar

Didirikan sejak 2014, hingga saat ini GrabKios telah memberdayakan lebih dari 2,8 juta mitra dengan jaringan yang tersebar di 505 kota dan kabupaten di Indonesia. Masih fokus kepada warung kelontong, tahun 2020 ini GrabKios juga akan memberikan layanan kepada merchant GrabFood.

Salah satunya dengan menawarkan pinjaman tunai disalurkan melalui kerja sama dengan perusahaan fintech terpercaya yang telah mendapatkan lisensi dari OJK. GrabKios juga akan menyediakan asuransi mikro, ditujukan bagi mitra dan para pelanggan melalui kerja sama dengan perusahaan asuransi.

Sebagai langkah awal, di kuartal pertama 2020 GrabKios akan mulai menawarkan produk pinjaman tunai ini ke mitra pilihan. Untuk mendukung “Gerakan Non Tunai Bank Indonesia”, mereka juga akan menyediakan alternatif metode pembayaran untuk pelanggan mitra berupa Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Dengan kode QR tersebut, pelanggan warung dapat berbelanja dan membayarnya dengan aplikasi dompet digital yang mereka miliki.

Dengan bergabung menjadi jaringan agen GrabKios, semua mitra diberikan akses dashboard yang bisa digunakan untuk membeli kebutuhan tambahan hingga melakukan pembayaran dari konsumen untuk pembayaran listrik hingga membeli voucher pulsa. Dengan demikian akan terlihat secara langsung rekam transaksi mereka yang mempengaruhi penilaian mereka jika berencana untuk mengajukan pinjaman.

“Karena bentuknya adalah capital loan rata-rata pinjaman yang akan diberikan adalah dibawah Rp10 juta. Untuk pembayaran akan dilakukan setiap bulannya. Sementara untuk cash loan tergantung dari persyaratan yang ditetapkan oleh masing-masing asssetmen loan penyedia pinjaman,” terang Agung.

Tidak disebutkan lebih lanjut siapa perusahaan asuransi, platform p2p lending hingga perbankan yang akan digandeng. Untuk produk asuransi tersebut, GrabKios menjamin memiliki harga yang terjangkau dan bisa dimanfaatkan oleh pemilik warung kelontong agar terhindar dari persoalan keuangan jika terjadinya bencana dan risiko lainnya.

“Intinya GrabKios akan melakukan kolaborasi dengan pihak terkait mulai dari layanan p2p lending, perbankan hingga startup agritech untuk menghadirkan pilihan tersebut. Hal itu yang membedakan kami dengan platform seperti p2p lending yang langsung menawarkan produk mereka kepada konsumen, GrabKios justru membuka kesempatan platform terkait untuk bermitra bersama kami,” kata Agung.

“Untuk penyediaan barang-barang yang dibutuhkan oleh warung kelontong dan warung makan kita sudah bekerja sama dengan perusahaan FMCG hingga supplier lainnya, dan saat ini sudah kita lakukan dalam lini bisnis wholesale GrabKios. Untuk penyediaan produk bahan segara, GrabKios bermitra dengan TaniHub.”

 

Menyambut baik persaingan

Selama 5 tahun terakhir GrabKios telah menghadirkan beberapa layanan yang secara signifikan menambah penghasilan para mitranya. Mulai dari berbagai produk digital: pulsa dan paket data, token listrik, pembayaran tagihan (air, listrik, telepon, multi-finance) hingga pendaftaran mitra pengemudi Grab. Ke depannya perusahaan akan terus menambah variasi produk digital lain untuk meningkatkan pendapatan mitra.

Berdasarkan hasil Laporan Dampak Sosial Grab, pendapatan mitra GrabKios meningkat sebesar 51% dengan rata-rata penghasilan mencapai Rp10 juta per bulan. Melalui peningkatan pendapatan mitra yang cukup signifikan, GrabKios telah berkontribusi sebesar Rp2,7 triliun terhadap perekonomian Indonesia dalam 12 bulan terakhir (hingga Maret 2019).

Saat ini makin banyaknya layanan e-commerce, marketplace hingga startup berbasis teknologi yang sengaja menyasar warung atau toko kelontong. Menurut Agung hal tersebut sah-sah saja dilakukan dan menyambut baik makin bertambahnya jumlah kompetitor yang ada.

Menurut Agung selama ini masih banyak pemain lain yang fokus untuk mengakuisisi end consumer, sementara GrabKios memanfaatkan peranan jaringan agen untuk melakukan proses tersebut yang mereka sebut sebagai “cascaded approcach“.

“Yang membedakan, GrabKios memiliki teknologi buatan sendiri yang cara kerja serupa dengan aplikasi Salesforce. Melalui teknologi tersebut, yang saat ini sudah dimanfaatkan oleh ekosistem di Grab (GrabFood) untuk mengakuisisi merchant, kami percaya bisa memberikan layanan lebih baik memanfaatkan jaringan mengakuisisi lebih banyak lagi end consumer,” tutup Agung.

Application Information Will Show Up Here
Kolaborasi Tamasia GrabKios

Kolaborasi Tamasia dan Grab, Pengguna Bisa Beli Emas Melalui Warung Mitra GrabKios

Tamasia dan Grab berkolaborasi untuk meluncurkan fitur pembelian emas. Kolaborasi ini merupakan tindak lanjut setelah terpilihnya Tamasia dalam program Grab Venture Velocity (GVV). Fitur ini memungkinkan pengguna untuk bisa membeli emas melalui warung mitra GrabKios (sebelumnya Kudo) mulai Rp10.000. Pembelian akan dikonversikan dalam bentuk gram sesuai dengan harga emas pada saat itu.

Untuk pembayaran, pengguna bisa memanfaatkan virtual account dari beberapa bank, menggunakan Ovo, dan juga gerai Alfamart. Pembelian atau tabungan emas yang dimiliki dapat dicetak secara fisik dengan bentuk logam mulia bersertifikasi Antam dengan pilihan mulai dari 1,5,10, 25,50, dan 100 gram. Emas tersebut juga bisa langsung dikirimkan langsung ke alamat pelanggan GrabKios.

“Dengan terintegrasinya sistem Tamasia ke dalam platform GrabKios, masyarakat akan semakin mudah berinvestasi emas dan membantu mitra GrabKios untuk semakin mengembangkan usahanya,” terang Co-founder & CEO Tamasia Muhammad Assad.

Saat ini kurang lebih terdapat 2,6 juta mitra GrabKios yang tersebar di lebih dari 500 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk Tamasia, 70% pengguna mereka adalah kaum milenial yang tinggal di perkotaan. Kolaborasi keduanya akan sama-sama menguntungkan, Grab menambah daftar panjang layanan finansial yang dimiliki, Tamasia bisa menjangkau lebih banyak pengguna.

“Mitra kami di daerah tentu terbantu dengan hadirnya Tamasia di aplikasi GrabKios, mereka bisa menjual tabungan emas dengan mudah dan terjangkau,” terang Head of GrabKios Agung Nugroho.

Tamasia sendiri resmi meluncur pada tahun 2017. Sejak awal kemunculannya Tamasia mengusung konsep jual beli emas berbasis syariah.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Perubahan brand Kudo menjadi GrabKios by Kudo ini untuk menyeragamkan penamaan dari seluruh layanan Grab. Sudah dilakukan sejak akhir September 2019

Kudo Lebur Layanan, Kini Menjadi “GrabKios by Kudo”

Kudo kini melebur sepenuhnya ke dalam ekosistem Grab, baik secara brand dan layanan. Penamaan warung agen,  yang tadinya bernama Warung Kudo (beserta aplikasi) telah berubah menjadi GrabKios by Kudo. Situs Kudo pun sudah dialihkan ke Grab sebagai sub menu.

Head of Commercial & Business Expansion Kudo Nacitta Kanyandara menjelaskan, perubahan sebenarnya sudah dilakukan sejak akhir September 2019. Dalam waktu dekat, perusahaan akan melakukan peresmiannya.

“Kita ini sudah 100% milik Grab, jadi perubahan brand ini untuk menyeragamkan penamaan dari seluruh layanan Grab, dari GrabFood, GrabExpress. Karena kalau Kudo, biasanya orang suka nanya-nanya,” ucap Nacitta, Kamis (17/10).

Sejak Kudo resmi diakuisisi Grab pada April 2017, agen Kudo menjadi amunisi menambah mitra pengemudi dan berekspansi lebih cepat.

Kantor Kudo pun kini menjadi R&D buat Grab. Peleburan ini diharapkan mempermudah branding Kudo saat memperkenalkan diri ke calon agen baru.

Dari segi layanan, Kudo melakukan sejumlah pengembangan. Tidak hanya menjual PPOB, agen bisa membeli barang stok via aplikasi, baik FMCG maupun non FMCG. Kudo juga telah terhubung dengan Ovo PayLater, sehingga agen bisa lebih mudah mendapatkan pinjaman modal untuk mengembangkan usahanya.

Selain itu agen Kudo di Bandung, Surabaya, dan Jakarta telah menikmati fitur drop point untuk mengirim paket lewat GrabExpress tanpa harus mendatangi kurir.

Untuk layanan berbau fintech, tersedia layanan nabung emas dan umrah di beberapa lokasi. Ini adalah hasil kolaborasi dengan Tamasia dan PergiUmroh melalui program Grab Ventures Velocity. Di samping itu, ada kerja sama dengan perusahaan asuransi untuk kemudahan membeli polis dengan harga terjangkau.

“Kami ingin warung menjadi simbol untuk tempat temu komunitas. Bisa melakukan apa saja, tidak hanya beli barang fisik saja. Tujuannya agar mereka tetap bisa bersaing dengan modern channel.”

Saat ini Kudo memiliki 2,6 juta agen warung yang tersebar di seluruh Indonesia. Pertumbuhannya diklaim mencapai 44% secara year on year. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Aceh, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Gorontalo, dan Sumatera Barat.

Dari segi transaksi, diklaim Kudo tumbuh 132% untuk periode yang sama. Sepanjang Ramadan 2019, transaksi yang paling banyak dimanfaatkan agen adalah pulsa, utilitas, kirim uang, produk supermarket, kupon dan voucher.

Application Information Will Show Up Here
Warung Mitra Bukalapak

Evolusi Nyata Warung dengan Teknologi

Kita saat ini menjadi saksi evolusi pengemudi ojek. Tak hanya sebatas transportasi kini mereka mampu penjadi pembeda. Berkat teknologi kini mereka bisa menjadi kurir pengantar barang atau makanan. Teknologi berhasil membuat pengemudi ojek kembali berdaya di jalanan. Warung menyimpan potensi yang serupa, kembali menjadi lebih berdaya berkat bantuan teknologi.

Hal ini yang tengah diupayakan Kudo, Bukalapak melalui Mitra Bukalapak, Tokopedia melalui Mitra Tokopedia, Wahyoo, dan WarungPintar. Semuanya melakukan pendekatan offline to online (O2O) untuk mengoptimalkan potensi dari warung sebagai bagian penggerak ekonomi digital selanjutnya.

Vice President O2O Bukalapak Rahmat Danu Andika kepada DailySocial menjelaskan bahwa saat ini Bukalapak, melalui Mitra Bukalapak, berusaha untuk mendorong usaha kecil dengan teknologi dan distribusi yang lebih efisien. Warung dinilai bisa jembatan bagi masyarakat untuk menjangkau produk-produk digital dan menjadi bisnis yang lebih modern berkat alat pengelolaan bisnis yang disediakan.

“Seperti yang kita ketahui, sektor UMKM menjadi salah satu penopang penting ekonomi Indonesia. Selain itu, Indonesia juga diproyeksikan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020.”

“Bukalapak yang memiliki visi menjadi perusahaan teknologi yang menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang menyeluruh melihat hal ini sebagai tantangan sekaligus kesempatan, bagaimana kami dapat mentransformasikan teknologi sehingga dapat menciptakan dampak yang luas bagi para pelaku usaha kecil dan membuka banyak kesempatan bagi apra pelaku usaha kecil termasuk warung untuk meningkatkan daya saing dan jangkauan bisnis mereka,” terang Danu.

Hal yang senada disampaikan CEO Kudo Agung Nugroho. Warung tradisional disebut menjadi salah satu pilar terbesar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun kehadiran minimarket modern membuat mereka kesulitan bersaing. Pengelolaan yang masih tradisional juga membuat mereka tidak bisa mengoptimalkan bisnisnya.

“Melihat kondisi tersebut (peranan UMKM terhadap PDB negara), peluang untuk memberdayakan warung sangat besar karena warung adalah salah satu aset bangsa terhadap kemajuan ekonomi yang perlu diberikan perhatian dan kesempatan untuk bersaing dengan menggunakan teknologi. Melalui teknologi yang diberikan oleh Kudo, warung dapat selangkah lebih maju dan mampu bersaing dengan minimarket modern,” terang Agung.

Evolusi warung, tak hanya sekedar jual produk digital

Masuknya teknologi di warung warung ini dimulai dari hal yang paling sederhana, melayani pembelian produk digital seperti pulsa dan paket data. Setelah efek positif terasa masing masing perusahaan digital ini mengembangkannya dengan keahlian masing masing.

Bukalapak misalnya, mereka memulai dengan menghadirkan aplikasi yang bisa digunakan oleh para mitranya untuk membeli pulsa, paket data, tiket kereta, pembayaran tagihan, dan produk digital lainnya.

Kemudian secara bertahap mereka menghadirkan layanan pembelian barang grosir. Layanan ini dihadirkan untuk memudahkan Mitra Bukalapak yang berbentuk warung untuk membeli barang dagangan dengan penawaran dan harga yang menarik berakat kerja sama Bukalapak dengan berbagai macam brand dan pemain terkait.

Danu menceritakan. cikal bakal Mitra Bukalapak dimulai pada tahun 2017, di mana dari data yang ada kebanyakan reseller Bukalapak adalah warung.

“Sejak 2017, siapa pun bisa jadi reseller bukalapak. Karena kebanyakan yang menggunakan warung, akhirnya kita research sehingga hadir fitur ‘kulakan’ untuk stock. Distribusi yang ndak efisien. Sejak 2017 kita membuat distribution center bekerja sama dengan banyak pihak,” lanjut Danu.

Salah satu Mitra Bukalapak yang ditemui DailySocial mengaku mendapat sejumlah keuntungan. Salah satu yang paling kentara adalah pilihan pembayaran dan juga pilihan cara untuk mendapatkan barang dagangan. Dengan hadirnya fitur pembelian stok, mereka dapat kesempatan untuk menikmati kemudahan pemesanan, gratis ongkos kirim hingga berbagai macam promo yang ditawarkan Bukalapak. Termasuk fitur kirim-kirim uang melalui aplikasi.

“Selain Mempermudah pembayaran, untuk warung dan penyet juga bisa bayar melalui saya. Sebelumnya salesman datang, sekarang setelah jadi Mitra Bukalapak ada pilihan, dari Bukalapak biasanya ada promo dan free ongkir,” cerita mitra Bukalapak tersebut.

Selanjutnya Bukalapak juga akan mengintegrasikan layanan yang ada untuk bisa juga dimanfaatkan untuk Mitra Bukalapak. Seperti BukaMotor yang memungkinkan Mitra Bukalapak menjadi “perantara” untuk membelikan sepeda motor masyarakat yang ada di sekitarnya.

Mitra Bukalapak juga akan mampu menerima pembayaran menggunakan berbagai macam jenis e-money karena sudah menerapkan QRIS (QR code Indonesia Standar), sebuah standar kode QR yang dikeluarkan pemerintah. Warung yang menjadi mitra juga dimungkinkan sebagai “agen” pencairan “saldo” dari mitra lainnya.

Kudo juga memiliki misi yang sama, menghadirkan layanan lengkap bagi para penggunanya, perlahan-lahan melengkapi dan menginovasi fitur dan yang ada.  Kini tak hanya produk digital, pembayaran tagihan, dan pembelian stok barang para pengguna Kudo sudah bisa melakukan kirim dan setor uang dan membantu proses pendaftaran menjadi driver Grab.

“Salah satu hal yang menjadi fokus saat ini adalah memberikan layanan keuangan digital kepada masyarakat luas dengan keterbatasan akses digital dan perbankan melalui kolaborasi dengan BNI untuk menghadirkan layanan kirim uang melalui jaringan agen Kudo,” terang Agung.

Kudo sejak bulan Februari silam mulai mengkapanyekan #MajuinWarung. Selain kemudahan akses untuk “kulakan” atau stok barang mereka juga akan mendapatkan konsultasi yang diberikan langsung oleh tim Kudo. Tim tersebut secara berkala akan memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan usaha warung para agen Kudo.

Mengusung semangat yang sama Warung Pintar melakukan pendekatan yang berbeda. Mereka mengubah warung tak hanya dari produk dan layanan digital tetapi juga secara fisik. Menyulapnya menjadi tempat yang nyaman dan cukup “cozy” dengan hadirnya wifi, televisi, kulkas, akses wifi dan beberapa perlengkapan lainnya.

Warung Pintar awalnya dimulai sebagai proyek spesial di East Ventures. Mereka menangkap keresahan Pak Jun, pemilik warung di depan coworking space Jakarta Smart City Hive, yang khawatir warungnya tutup. Berangkat dari sana tim Warung Pintar memindahkan lokasi warung Pak Jun ke dalam area parkir dan merenovasinya.

Selang satu bulan kemudian pendapatan Pak Jun pun meningkat hingga 7 kali. Dari sanalah kemudian merevolusi warung dengan teknologi menyimpan potensi menyelesaikan masalah yang dihadapi pemilik warung.

“Kami terus berinovasi dan mendengarkan apa yang dibutuhkan pelanggan serta mitra kios agar teknologi yang kami kembangkan dapat diakses dan mudah digunakan oleh mereka. Kami terus mencoba memecahkan masalah hyperlocal yang dimiliki para warung ini setiap hari dengan teknologi terbaru serta pengetahuan global tentang produk. Oleh karena itu kami tengah membangun tim engineering dengan pemahaman teknis yang kuat dan hati yang besar bagi masyarakat Indonesia,” jelas CTO Warung Pintar Sofian Hadiwijaya kepada DailySocial Agustus tahun lalu.

Warung Pintar
Warung Pintar

Upaya untuk menyejahterakan warung juga dilakukan oleh Wahyoo. Mereka menghadirkan sebuah konsep yang akan mengintegerasikan teknologi dengan usaha warung makan. Termasuk dari segi tampilan dan distribusi bahan-bahan makanan.

Sejauh ini Wahyoo menawarkan kemudahan bagi pemilik warung untuk berbelanja kebutuhan seperti bumbu dan kebutuhan makanan. Namun pendiri sekaligus CEO Wahyoo Peter Shearer menjanjikan sejumlah inovasi teknologi lainnya yang akan digunakan oleh pengguna Wahyoo.

“Wahyoo punya beberapa pipeline teknologi untuk mendukung warung makan. Saat ini produk teknologi yang kami keluargan berupa aplikasi yang memudahkan pemilik warung untuk berbelanja. Tapi kedepannya akan ada beberapa teknologi yang kami luncurkan seperti penggunaan POS dan aplikasi khusus pelanggan warung makan,” terang Peter.

Adopsi teknologi masih jadi tantangan

Sama halnya dengan solusi berbasis teknologinya, proses menginovasikan warung juga dihadapkan dengan tantangan adopsi teknologi yang belum banyak menyentuh para pelaku warung. Mau tidak mau harus ada pendampingan atau tim khusus yang membantu penetrasi teknologi hingga ke mitra.

Wahyoo misalnya, mereka dihadapkan tantangan ketika menjumpai beberapa pemilik warung yang sudah berumur dan belum menggunakan smartphone.

“Tantangannya lebih karena beberapa pemilik warung sudah berumur dan belum menggunakan smartphone atau yang meminjam milik anaknya. Tapi kami rasa itu bisa kami atasi dengan beberapa program kami, yaitu pembiayaan elektronik,” jelas Peter.

Kudo pun juga demikian, dengan pasar Indonesia yang cukup beragam dan masih banyak warung tradisional yang sama sekali belum tersentuh teknologi, tantangannya adalah mengajak mereka untuk mau belajar dan mengoptimalkan teknologi. Tentunya dengan strategi yang berbeda-beda.

“Salah satu strategi yang kami lakukan adalah dengan merekrut tim lokal yang benar-benar memahami kebiasaan dan kebutuhan masyarakat sehingga strategi kami dapat terimplementasikan dengan baik, dan juga dengan menghadirkan teknologi yang mudah digunakan oleh para pemilik warung ini untuk dapat memaksimalkan usaha mereka,” jelas Agung.

Salah satu warung binaan Wahyoo

Bagi Bukalapak tantangan terbesar dalam upaya membuat warung naik kelas adalah menciptakan infrastruktur teknologi dan edukasi yang tepat bagi mitra-mitra mereka, terutama untuk meyakinkan bahwa teknologi yang sedang dikembangkan bisa memberikan dampak positif bagi mitra.

“Kami juga terus berupaya untuk memberdayakan para mitra Bukalapak melalui berbagai pelatihan, karena kami yakin, yang terpenting dalam meningkatkan potensi ekonomi digital adalah daya saing dan kualitas SDM yang harus kita tingkatkan terus,” jelas Danu.

Proses untuk hadir di seluruh negeri

Baik Bukalapak, Kudo, Warung Pintar dan Wahyoo tengah mengusahakan yang terbaik untuk solusi yang mereka kembangkan. Danu mengklaim saat ini mereka sudah memiliki lebih dari 900.000 mitra warung dengan 14 pusat distribusi yang berada di Sumatera dan Jawa. Sementara untuk mitra yang bersifat individu atau perorangan sudah tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia.

Bukalapak bahkan optimis bisa mendapatkan 3 sampai 3,5 juta mitra, baik mitra warung maupun individu, di tahun ini. Sebab Mitra Bukalapak adalah salah satu fokus perusahaan saat ini. Danu juga berujar bahwa akan ada banyak kejutan di semester dua tahun ini dari Bukalapak.

“Potensinya tidak terbatas, untuk sekarang kita masih fokus apa yang sedang kita kerjaan ngurusi warung. Begitu kita bisa bermitra dengan tempat centre of society kesempatannya terbuka lebar. Mudah-mudahan kita bisa ke sana (shifting offline ke online). Potensinya masih terbuka luas,” terang Danu.

Untuk Kudo, yang sejak Mei 2017 diakusisi Grab telah berhasil membantu mendaftarkan 800.000 pengemudi Grab melalui agennya. Kerja sama dengan Ovo dan BNI juga menambah fungsionalitas layanan Kudo menjadi lebih lengkap. Hingga saat ini pihak Kudo mencatat sudah berhasil mendapatkan 2,4 juta agen yang tersebar di lebih dari 500 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.

“Rencana di 2019 ini adalah memfokuskan pemberdayaan pada pengusaha kecil dan menengah, terutama warung-warung di Indonesia untuk bisa maju, lebih produktif meningkatkan kesejahteraan serta berkontribusi membangun bangsa melalui teknologi dengan Kudo,” ujar Agung.

Untuk Warung Pintar, yang beberapa waktu lalu mengamankan pendanaan seri B senilai 390 miliar dari SMDV, Vertex, Pavilion Capital, Line Ventures, Digital Garage, Agaeti, Triputra, Jerry Ng, Ev Growth dan Ovo, berusaha untuk melebarkan jangkauannya di seluruh pulau jawa.

“Rencana dari Warung Pintar selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke pulau jawa dan menambah jumlah warung sebanyak 5000 warung. Serta terus berinovasi untuk menciptakan produk yang dapat meningkatkan kapabilitas bisnis warung,” terang Business Development Associate Warung Pintar Dista Mirta Ayu.

Sementara itu Wahyoo, yang memulai debut di 2017, tahun ini menargetkan untuk bisa menginovasi 13.000 warteg (warung tegal). Sejauh ini mereka sudah berhasil menyematkan teknologi di lebih dari 7.000 warteg di Jakarta dan sekitarnya. Dukungan dari investor akan dimaksimalkan untuk peningkatan layanan dan perluasan wilayah.

“Pendanaan tersebut akan digunakan untuk mengembangkan produk serta tim kami, agar Wahyoo bisa menghadirkan pelayanan yang lebih baik kepada para mitra warteg kami serta meningkatkan jangkauan kami ke wilayah yang lebih luas lagi. Saat ini mitra kami masih berpusat di Jakarta. Ke depannya, kami berharap untuk menjangkau wilayah Jabodetabek,” jelas Peter mengomentari pendanaan yang didapat beberapa waktu lalu.

Rencana Ekspansi Kudo

Kudo Rencanakan Ekspansi Regional dan Bidik Empat Juta Agen pada 2021

Kudo mengungkapkan rencana ekspansi ke Asia Tenggara untuk mengembangkan bisnis warung tradisional pada dua tahun mendatang. Wacana ini selaras dengan relasi langsung Kudo dengan Grab yang disebut sebagai pemain regional terdepan.

“Untuk sampai setahun sampai dua tahun mendatang, kami mau mengembangkan Kudo untuk pasar Indonesia karena ini market terbesar. Tapi untuk rencana ke regional pasti ada karena kami ini adalah bagian dari Grab sebagai pemain terbesar di Asia Tenggara,” terang Co-Founder & CEO Agung Nugroho, Kamis (27/6).

Agung enggan membicarakan detail mengenai rencana tersebut. Namun dalam kurun waktu yang sama, sambungnya, perusahaan berencana untuk menambah jumlah agen hingga dua kali lipat, dari 2 juta menjadi 4 juta agen. Perusahaan akan menyasar ke luar Jawa, lantaran di sana dianggap tidak memiliki banyak pilihan untuk mengembangkan usaha selain buka warung tradisional.

Kondisi tersebut dinilai membuat peluang Kudo jauh lebih besar untuk memajukan warung jadi serba bisa karena dibantu oleh teknologi. Beda kondisinya dibandingkan di dalam Jawa. Kesempatan untuk mengembangkan usaha jauh lebih besar, tidak harus buka warung saja.

“Dari kondisi ini kami sadar bahwa teknologi punya peran besar untuk bantu warung bisa berjualan apa saja. Mereka pun punya daya saing saat disandingkan dengan peritel modern.”

Perusahaan juga terus mengembangkan fitur-fitur untuk agen warung agar mereka bisa lebih ‘canggih’. Meski tidak dijelaskan secara spesifik, fitur tersebut nantinya akan didesain untuk meningkatkan penghasilan agen, efisiensi operasional, dan pemberian modal kerja.

“Kami dari awal berdiri untuk bangun warung tradisional, jadi kami terus konsisten mengembangkan fitur-fitur yang gunanya untuk bantu usaha mereka.”

Diharapkan fitur yang segera dirilis pada kuartal III tahun ini akan mendorong secara perlahan agen Kudo agar lebih aktif berjualan. Disebutkan dari dua juta agen, hanya ratusan ribu di antaranya saja yang aktif tiap bulannya.

Pencapaian lima tahun Kudo

Pada saat yang sama, Agung mengungkapkan sejumlah pencapaian Kudo sejak pertama kali berdiri di tahun 2014. Jumlah agen saat ini tumbuh 44% secara year on year. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Aceh, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Gorontalo, dan Sumatera Barat.

Dari segi transaksi, diklaim tumbuh 132% untuk periode yang sama. Sepanjang Ramadan 2019 saja, transaksi yang paling banyak dimanfaatkan agen adalah pulsa, utilitas, kirim uang, produk supermarket, kupon dan voucher.

Inovasi terbaru Kudo adalah belanja stok jualan warung (grosir) langsung dari aplikasi. Agen tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan stok jualan mereka karena akan diantarkan langsung oleh mitra Kudo pada esok harinya.

Layanan yang sudah dirilis sejak Oktober 2018 ini, tersedia di lebih dari 20 kota dan kabupaten di Indonesia. Kudo memanfaatkan kemitraan di tiap daerah untuk menyediakan stok barang dan gandeng startup buat pengirimannya.

Lalu, pada Mei 2019 perusahaan menjadi mitra strategis dengan BNI untuk menyediakan fitur kirim uang melalui agen Kudo bagi masyarakat yang tidak mendapatkan akses keuangan di daerah. Dalam hal ini, agen Kudo sekaligus menjadi agen LKD untuk BNI.

Untuk menjadi agen Kudo, persyaratannya cukup menunjukkan identitas diri dan membuktikan warung sesuai dengan yang mereka laporkan dalam aplikasi. Mereka yang berhasil jadi agen, diperbolehkan ikut layanan keagenan dari pemain lain.

“Kompetisi di ranah warung ini memang menarik, tapi kita sudah masuk dalam ekosistem Grab. Ini yang membuat kita beda dan lebih kuat. Terlebih dari awal ekosistem yang kita bangun ini end to end untuk warung saja,” pungkas Agung.

Selain Kudo, pemain lainnya yang turut meramaikan ranah ini adalah Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, Kioson, Paytren, Payfazz, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here
digital payment service illustration / Dailysocial

OVO and Kudo Engaged in Strategic Partnership

OVO and Kudo announced their strategic partnership for system integration. One of the realizations is allowing Kudo’s users to use OVO’s e-money balance. The partnership will bring 1.4 million agents of Kudo’s network to OVO’s platform. It’s to strenghten OVO’s position as a payment platform in Indonesia.

The integration is expected to bring benefit for Kudo with OVO’s user base that has reached 60 million people. Moreover, the partnership allows Kudo to offer a broader payment service to its agents.

Adrian Suherman, OVO’s President Director, emphasized that this partnership confirms OVO’s objective as an open platform. It’s to be integrated with various public’s on-demand services, anywhere.

OVO is a subsidiary of Lippo Group focused on digital payment platform. Kudo is an O2O agent-based payment startup. Both companies have a special relationship with Grab. OVO as GrabPay support system and Kudo has been acquired by Grab.

Kudo made its debut in 2014, helping agents (generally from stalls and SMEs) in more than 500 cities. Kudo’s services provide access to all kinds of payment includes PPOB, ticketing, e-commerce purchasing, insurance, and lending money provider.

“The strategic partnership with OVO marks an important milestone for Kudo in Indonesia as we strive to accelerate growth. OVO and Kudo can now take advantage of each expertise and network to launch mobile payment service to millions of consumers and SMEs,” Albert Lucius, Kudo’s CEO, said.

On the same occasion, OVO also announced they immediately add QR Code capability to extend potential use of service. Furthermore, users can access OVO Wallet QR using OVO and Grab apps. It’s also the follow-up act to the previous collaboration with some partners, including Alfamart and Moka.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Ilustrasi layanan pembayaran digital / DailySocial

OVO dan Kudo Resmikan Kemitraan Strategis

OVO dan Kudo hari ini (15/8) meresmikan kemitraan strategis untuk mengintegrasikan sistem. Salah satu realisasinya memungkinkan pengguna platform Kudo memanfaatkan saldo e-money milik OVO. Kemitraan ini turut membawa 1,4 juta agen di jaringan Kudo ke platform OVO. Hal ini dinilai dapat memperkokoh posisinya sebagai platform pembayaran di Indonesia.

Diharapkan integrasi ini turut memberikan keuntungan untuk Kudo dengan basis pengguna OVO yang sudah mencapai 60 juta orang. Kemitraan ini juga memungkinkan Kudo untuk menawarkan layanan pembayaran digital yang lebih luas untuk agennya.

Presiden Direktur OVO Adrian Suherman menekankan bahwa kemitraan ini menegaskan tujuan OVO sebagai sebuah open-platform. Yakni mampu terintegrasi dengan berbagai jenis layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat, di mana saja.

Seperti diketahui, OVO adalah anak perusahaan Lippo Group yang berfokus pada platform pembayaran digital. Sementara Kudo adalah startup O2O pembayaran berbasis keagenan.  Kedua perusahaan juga memiliki hubungan spesial dengan Grab, OVO sebagai penopang sistem GrabPay dan Kudo telah diakuisisi oleh Grab.

Kudo melakukan debut pada tahun 2014, membantu agen (umumnya dari kalangan warung dan UKM) di lebih dari 500 kota. Layanan Kudo menyediakan akses ke berbagai jenis pembayaran, termasuk PPOB, tiket, pembelian barang e-commerce, pembayaran asuransi hingga penyediaan dana pinjaman.

“Kolaborasi strategis dengan OVO ini menandai tonggak penting bagi Kudo di Indonesia saat kami berupaya mempercepat pertumbuhan. OVO dan Kudo kini dapat memanfaatkan keahlian masing-masing dan jaringan mitra untuk meluncurkan layanan pembayaran seluler ke jutaan lebih konsumen dan UKM,” ujar CEO Kudo, Albert Lucius.

Dalam kesempatan yang sama, OVO turut mengumumkan akan segera menambahkan kapabilitas QR Code, guna memperluas potensi penggunaan layanan. Ke depan pengguna dapat mengakses OVO Wallet QR melalui aplikasi OVO dan Grab. Ini juga sebagai tindak lanjut dari upaya kerja sama yang sebelumnya dijalin dengan beberapa mitra, termasuk Alfamart dan Moka.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here