The title does sound weird, but it’s true. Kukuh TW, one of Indonesia’s successful serial entrepreneur is the founder and CEO of KumpulBlogger, a widely popular PPC Ad network with more than 120.000 publishers displaying ads. Founded in 2007, KumpulBlogger has successfully becoming Indonesia’s top PPC Ad Network with hundreds of advertisers and keep adding more and more publishers into using their service.
Until a few weeks ago, Kukuh TW announced his new startup IdBlogNetwork which is also a PPC ad network. It’s a bit confusing at first, but Kukuh explained that both KumpulBlogger and IdBlogNetwork still running under his management and that both services are targeting different type of publisher and advertiser. Kukuh claims that while KumpulBlogger targetting personal advertisers with personal bloggers as publishers, IdBlogNetwork tries to catch bigger advertisers with selected publishers to guarantee the quality of the ad itself.
Judul posting ini memang agak seram, bernada seperti ancaman karena memang disini PPC lokal terancam punah jika tidak segera beradaptasi dengan lingkungan online advertising yang sudah tidak seperti dulu lagi..
PPC (Pay-Per-Click) Advertising adalah layanan dimana para publisher (blogger dan web author) bisa memberikan space iklan kepada layanan pihak ketiga untuk diisi iklan dari pihak ketiga tersebut. Biasanya para publisher dibayar setiap kali iklan tersebut di-klik, bayarannya pun bervariasi mulai dari range Rp. 250 – Rp. 1000 per klik.
Layanan ini lumayan populer dan banyak dipakai oleh beberapa blogger untuk mendapatkan penghasilan secara online. Di toko-toko buku pun bertebaran puluhan buku yang membahas secara rinci bagaimana menggunakan PPC untuk meraup keuntungan melalui media blog gratis. Makin banyak orang yang berusaha menjalankan bisnis online dengan mengandalkan PPC makin membuat layanan PPC terus bertambah, mulai dari layanan luar negeri dan layanan lokal. Layanan luar negeri tentu saja masih dikuasai oleh Google AdSense, layanan paling populer dan paling banyak digunakan namun masalah mulai timbul karena seringkali Google AdSense kurang mendukung konten lokal sehingga menjadi kurang maksimal. Disinilah keunggulan PPC lokal menjadi mutlak untuk publisher dengan konten bahasa indonesia. Jadi, mari kita coba bahas layanan PPC lokal saja.
Salah satu teman saya -programmer yang handal- Kukuh TW mendirikan KumpulBlogger, sebuah layanan PPC lokal yang cukup populer dengan jumlah member publisher mencapai 48.000 user. Tentu saja ada beberapa layanan PPC populer lainnya seperti AdSenseCamp, PanenIklan, KlikSaya, PPCIndo, AdSentra dan beberapa layanan PPC lainnya (link bukan referal afiliate). Masing-masing dengan keunggulan fitur yang berbeda, dan masing-masing menawarkan harga yang kompetitif.
Meskipun begitu, tidak sedikit publisher web yang anti terhadap layanan PPC lokal ini dan kebanyakan merupakan pemain menengah keatas yang mengedepankan relevansi iklan PPC terhadap konten webnya. Bukan berarti iklan PPC tidak relevan, melainkan saat ini para penyedia layanan PPC lokal sendiri masih kurang menjunjung tinggi relevansi iklan dan justru seperti ignorant (tidak peduli) terhadap iklan apa saja yang ditampilkan.
Dengan iklan-iklan yang tampil seperti gambar disamping, tidak heran banyak publisher web yang menolak mentah-mentah untuk menggunakan layanan PPC lokal yang menampilkan iklan yang amat sangat tidak relevan dengan konten situs. Tentu saja kalau situs anda memang membahas isu seputar ukuran penis dan mencari uang dashyat, maka PPC lokal menjadi pilihan yang sangat tepat dan cocok untuk pembaca anda.
Saya bukan salah satu publisher yang anti terhadap layanan PPC lokal, serius. Saya menganggap PPC lokal seharusnya bisa menjembatani para advertiser dengan para publisher -terutama blogger- yang kebanyakan tidak memiliki salesforce untuk menjaring para advertiser untuk memasang iklan di situs mereka. Hal ini tentu saja hal yang positif, dan layanan luar negeri kebanyakan cukup sukses melaksanakan tugasnya mencari advertisers yang relevan.
Meskipun begitu, mencari advertiser bukanlah satu-satu solusi yang harus bisa ditawarkan oleh penyedia layanan PPC. Penyedia layanan PPC seharusnya bisa memberikan filter terhadap advertiser / iklan mana yang bisa tampil di satu website sesuai dengan isi kontennya, satu faktor yang membuat Google Ad Sense unggul jauh dibandingkan kompetitornya.
Tren advertising bukan lagi Promosi, melainkan Rekomendasi.
Tampilan iklan yang lebih relevan tentu akan menjadi fitur yang menarik baik untuk publisher maupun advertiser. Dengan iklan yang relevan Publisher menjadi nyaman karena isi iklan sesuai dengan isi konten, dengan begitu meningkatkan kemungkinan pengunjung untuk meng-klik iklan tersebut dan menambah pemasukan untuk publisher. Untuk advertiser tentunya lebih senang dengan relevansi iklan yang tinggi karena memastikan bahwa iklan mereka ditampilkan ke hadapan pengunjung yang tepat, targeted. Disinilah iklan dengan model Rekomendasi lebih mendapatkan perhatian dari para pengunjung. Anda tidak cukup bodoh untuk menawarkan untuk membeli sebuah laptop kepada seseorang yang ingin membeli nasi goreng bukan?
Jadi untuk para penyedia layanan PPC lokal, tugas anda masih banyak kalau ingin tetap bertahan lama. Melihat kondisi PPC yang sudah ada sekarang, tidak ada satupun yang menyediakan layanan penempatan iklan yang relevan jadi sepertinya diperlukan evolusi dan perubahan cara pikir dari para penyedia layanan PPC lokal ini. Dan saya tekankan lagi sesuai judul diatas, Evolve or die!
Apakah anda pernah menggunakan PPC lokal? Bagaimana pendapat anda selama menggunakannya, dan apa saja yang harus dilakukan oleh para penyedia layanan PPC lokal untuk bisa maju?
Grup Kompas-Gramedia meluncurkan toko buku online miliknya di bawah bendera Toko Buku Gramedia. Situs e-commerce yang diberi nama GramediaShop ini berisi daftar buku-buku yang dijual di toko buku Gramedia, dan bisa dipesan secara online. Situs yang diluncurkan sejak akhir Januari 2009 lalu ini telah memiliki koleksi 10.000 buku yang dapat dipesan dari mana saja di seluruh dunia. Produk yang ditawarkan berupa buku-buku keluaran penerbit dari grup Kompas-Gramedia sendiri seperti Gramedia Pustaka Utama, Elexmedia Komputindo, Grasindo, Kepustakaan Populer Gramedia, dan direncanakan ke depannya untuk Penerbit Buku Kompas, dan M&C.
Cara penggunaan fasilitas pembelian buku online ini kurang lebih sama dengan situs ecommerce serupa lainnya, yaitu melakukan registrasi terlebih dahulu, baru dapat berbelanja di situs tersebut.
GramediaShop memang merupakan pemain baru di bidang penjualan buku online jika dibandingkan dengan KutuKutuBuku, namun dengan modal yang dimiliki bukan tidak mungkin akan menjadi kompetitor yang berat. Strategi KKB untuk bekerjasama dengan KumpulBlogger beberapa waktu lalu memang merupakan strategi pemasaran yang tepat untuk mengundang traffic dan juga menguntungkan untuk para blogger, sebuah strategi yang kemungkinan tidak akan diambil oleh GramediaShop mengingat GramediaShop sudah tidak membutuhkan banyak biaya untuk promosi. Nama yang sudah besar, dari sebuah grup media terbesar sepertinya cukup untuk membawa nama GramediaShop dan mendatangkan pengunjung, dan akhirnya mendatangkan revenue. Meskipun sebenarnya tidak mutlak seperti itu sih.
Memang membawa nama yang sudah besar menjadi keuntungan tersendiri bagi GramediaShop, namun jika KKB mampu keluar dengan strategi pemasaran yang tepat (dan bertubi-tubi) sangatlah mungkin untuk bisa menjadi kompetitor yang berat untuk GramediaShop. Untuk saat ini, kalihatannya eksekusi dari strategi KKB+KumpulBlogger masih belum berjalan maksimal dan masih cenderung “nanggung”, namun menurut Kukuh TW dari kumpulBlogger kerjasama KKB+KumpulBlogger belum selesai sampai disitu. Kita tunggu tanggal mainnya 😉
**UPDATE**
ternyata sebelumnya sudah GramediaOnline.com! Nah, sekarang saya bertanya-tanya kenapa Kompas-Gramedia merilis GramediaShop ketika mereka sudah memiliki GramediaOnline? Saya pikir keduanya merupakan produk yang berbeda, meskipun dengan konsep yang sama. Apakah mungkin ini hanya sekedar re-branding saja? Atau jangan-jangan GramediaOnline telah gagal dan harus digantikan oleh GramediaShop? Dan kenapa saya mulai berbicara seperti Navinot?!?!??