Tag Archives: Kunal Soni

Google for Indonesia pada tahun ini mengangkat berbagai inisiatif untuk mencetak lebih banyak talenta digital baru, program pelatihan membuat game bersama Unity dan Bangkit

Google Umumkan Inisiatif Baru untuk Cetak Talenta Digital Berkualitas di Indonesia

Selain mengumumkan pendanaan untuk pencegahan misinformasi, acara tahunan “Google for Indonesia 2022” mengangkat berbagai inisiatif baru untuk mencetak lebih banyak talenta digital agar dapat memenuhi kelangkaan talenta berkualitas di negara ini.

Inisiatif pertama adalah menumbuhkan kreator ekonomi di sektor game. Google akan mendanai Google Play x Unity Game Developer Training, program uji coba hasil kerja sama dengan Asosiasi Game Indonesia.

Program ini memberikan pelatihan dan sertifikasi Unity kepada 500 mahasiswa di 15 universitas dan 50 developer profesional. Pelatihan diberikan melalui kursus mandiri secara online dan gratis, dan developer dapat memilih sesi pelatihan online yang dipandu instruktur.

“Unity adalah salah satu mesin pengembang game terkemuka di dunia. Unity digunakan secara global, baik oleh developer besar maupun kecil, mulai dari studio game indie hingga studio game besar. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dan developer lokal melalui berbagai kursus dan pelatihan yang tersedia di Unity akan membekali mereka dengan ilmu membuat game kelas dunia,” ucap Director of Google Play Partnership untuk Asia Tenggara dan Australia Kunal Soni saat paparan di Google for Indonesia 2022, kemarin (7/12).

Berikutnya, membuka angkatan baru untuk program Bangkit, yakni pelatihan industri untuk mahasiswa, bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (di bawah program Kampus Merdeka), GoTo, Traveloka, DeepTech, dan beberapa universtas lain. Program ini akan menerima 9.000 mahasiswa untuk angkatan 2023, naik tiga kali lipat dari 2021.

Tak hanya mahasiswa, kali ini Google membuka kesempatan yang sama untuk pelajar SMK. Program berdurasi 900 jam ini mengajarkan ilmu tentang machine learning, mobile development, dan cloud computing, telah menghasilkan lebih dari 5.000 lulusan Bangkit. Jumlah mitra perusahaan teknologi yang akan menerima peserta kali ini juga lebih banyak, disebutkan ada 77 perusahaan.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengaku selalu bangga dan terinspirasi setiap bertemu dengan adik-adik lulusan Bangkit. Pihaknya menyadari kebutuhan talenta digital dalam negeri yang sangat besar, yaitu 600.000 talenta per tahunnya. Makanya, sangat dibutuhkan kolaborasi.

“Program Bangkit hadir sebagai inisiatif pengembangan kompetensi mahasiswa untuk berkarier di dunia teknologi global, dengan harapan melahirkan para pemimpin teknologi di Indonesia yang dapat berkontribusi dalam akselerasi ekonomi digital di tanah air,” ujar Nadiem.

Inisiatif hijau

Pada saat yang bersamaan, Google juga mengumumkan penandatanganan perjanjian non-komersial dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk menghadirkan Project Green Light di Jakarta. Proyek ini bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi lampu lalu lintas guna mengurangi kemacetan, konsumsi bahan bakar, dan emisi kendaraan.

Tim peneliti dari Google akan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah DKI Jakarta untuk mengoptimalkan pengaturan waktu lampu lalu lintas guna mengurangi lalu lintas yang tersendat, berdasarkan data lalu lintas anonim dan data mobilitas masyarakat berbasis Android.

VP of Engineering and Research Google Yossi Matias mengatakan inisiatif ini baru pertama kali diluncurkan di Asia Tenggara. Project Green Light menggunakan AI untuk mengoptimalkan lampu lalu lintas di persimpangan di seluruh dunia, guna membantu meminimalkan kemacetan dan polusi yang ditimbulkan. Kolaborasi ini nantinya memperlihatkan bagaimana teknologi AI menghadirkan solusi bermanfaat bagi masyarakat dengan sedikit investasi.

“Kami tidak perlu mengembangkan perangkat maupun ilmu baru karena kami menggunakan machine learning dan infrastruktur cloud yang sudah ada. Misalnya, AI memungkinkan Google menganalisis data tanpa sensor tambahan atau bahkan mengubah infrastruktur, sebelum mengirimkan rekomendasi ke dinas kota yang kemudian menerapkan cara-cara untuk mengoptimalkan pengaturan,” kata Matias.

Proyek ini akan dimulai pada 2023 melalui beberapa tahapan, yakni (1) analisis data lokasi anonim dari sistem navigasi, (2) pengukuran metrik arus lalu lintas persimpangan, (3) pemberian rekomendasi yang akan mengevaluasi perubahan bersama dengan kota.

Di India, proyek ini telah membantu kota mengoptimalkan pengaturan waktu lampu lalu lintas dengan lebih baik, mengurangi waktu tunggu di persimpangan, kemacetan jalan, dan emisi karbon. Pada 2022, khususnya di Bangalore, terlihat hasil awal dari pengurangan kemacetan sebesar 20%.

“Dengan menggunakan teknologi AI kami, diharapkan inisiatif ini akan meningkatkan efisiensi bahan bakar, mengurangi emisi, meningkatkan kualitas udara, dan membuat aktivitas berkendara jadi lebih aman dan menyenangkan di Jakarta,” kata dia.

Google yakin AI memiliki potensi untuk mentransformasi tantangan lingkungan di sejumlah area. Mitra, seperti World Resources Institute di India, menggunakan Google Earth Engine untuk menghasilkan peta dan jenis analisis yang diperlukan untuk merencanakan intervensi yang terencana.

Sementara itu, Environmental Insights Explorer tersedia di 17.000 kota di seluruh Asia-Pasifik, memungkinkan pemerintah mengukur sumber emisi karbon dan mengidentifikasi strategi yang tepat untuk menerapkan sumber daya energi yang lebih bersih.

Baru-baru ini, Google memperluas Open Buildings ke Asia Selatan dan Tenggara, menyediakan data untuk menginformasikan perencanaan kota, dan menggunakan AI dalam kemitraan dengan organisasi lokal seperti CSIRO Australia untuk mempelajari bagaimana lamun (seagrass) dapat melindungi ekosistem bawah laut dengan lebih baik di Indo-Pasifik.

Strategi Google Bangun Ekosistem Pengembang Lokal yang Sehat

Google Playtime SEA (Southeast Asia) kembali diselenggarakan untuk kali ketiga membawa visi membantu pengembang aplikasi dan games di platform Android mengembangkan bisnis mereka. Bertempat di Singapura, rangkaian acara ini menyajikan berbagai informasi dan pengetahuan menarik. Setidaknya ada 250 rekanan pengembang yang diundang secara eksklusif di acara ini, banyak di antaranya dari Indonesia, seperti perwakilan Touchten, Picmix, dan Educa Studio.

Membuka sesi awal, Regional Director Google Play APAC James Sanders mengungkapkan beberapa fakta menarik. Sejauh ini telah ada lebih dari 2 miliar pengguna Android aktif yang menghasilkan lebih dari 82 miliar instalasi apps atau games di perangkat. James menilai bahwa ini merupakan momentum yang sangat baik untuk diteruskan penetrasinya, dengan didukung inovasi produk di Google Play oleh pengembang.

Agenda yang akan dilakukan untuk membangun ekosistem

Untuk meningkatkan pencapaian baik tersebut, ada dua pendekatan yang akan dimaksimalkan yakni membangun ekosistem pengembang lokal dan membawa ekosistem pengembang yang telah mapan untuk tidak hanya membawa dampak ekonomi di lokal saja, melainkan juga di kawasan regional dan global. Di SEA sendiri, revenue yang diperoleh pengembang produk aplikasi di Google Apps terpantau mengalami peningkatan yang cukup fantastis setiap tahunnya, pertumbuhannya mencapai 150 persen YoY.

Regional Director Google Play APAC James Sanders
Regional Director Google Play APAC James Sanders

Apa yang ingin dilakukan Google terhadap pengembang lokal ialah membantu mengembangkan ekosistem dari sisi bisnis. Keseimbangan antara inovasi produk dan kecakapan bisnis dinilai akan membangun ekosistem lokal yang lebih sehat. Salah satu yang sudah direalisasikan beberapa waktu lalu di Indonesia ialah kompetisi Google Play Indonesia Games Contest dan program pendampingan bisnis Google Developer Launchpad Indonesia.

Di sesi diskusi, DailySocial sempat menanyakan seputar strategi mengelaborasikan materi yang sudah dimiliki Google dengan kurikulum pendidikan formal. Kendati tidak menampik kemungkinan tersebut sangat mungkin terjadi, namun saat ini belum ada agenda khusus. Namun disadari betul bahwa jalur akademik bisa menjadi cara yang efektif untuk membangun ekosistem pengembang di suatu negara, karena secara kompetensi pun mobile developer masih sangat relevan dengan kebutuhan saat ini.

Mudahkan akses masyarakat untuk konsumsi konten premium

Upaya lain yang dilakukan Google ialah memperbanyak opsi pembayaran konten premium di Google Play. Disampaikan James, saat ini Google Play sudah mendukung 135 varian kartu kredit, 140 pembayaran via carrier billing di 55 negara, dan persebaran 700 ribu giftcard di 30 negara. Angka tersebut akan terus ditingkatkan untuk memicu penguatan model bisnis yang dijalankan pada aplikasi. Di Indonesia, Google sudah bekerja sama dengan hampir semua operator seluler unggulan untuk mengakomodasi sistem pembayaran melalui potong pulsa.

Jika melihat data yang ada, dibandingkan layanan digital lain, aplikasi Google Play memang yang paling banyak dibeli. DailySocial beberapa waktu lalu mengadakan survei ke lebih dari 1000 pengguna ponsel pintar di Indonesia, hasilnya menempatkan pembelian apps dan games di urutan teratas. Tahun ini disampaikan bahwa growth atau pertumbuhan pembelian di Google Play meningkat 20% (untuk konten premium), sedangkan untuk konten berlangganan angkanya meningkat 2x lipat.

Hasil survei DailySocial
Hasil survei DailySocial

Beberapa hal yang dapat dioptimalkan pengembang lokal

Masih di sesi yang sama, Head of Business Development Google Play SEA Kunal Soni menambahkan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketertarikan pengguna terhadap karya aplikasi lokal. Menurut hasil survei, ketika aplikasi mendapatkan rating buruk, 50% pengguna mengatakan alasannya seputar bugs atau performa aplikasi yang kurang stabil.

Terkait kepuasan pengguna, masih berdasarkan survei komentar pengguna, sebanyak 60% mengatakan bahwa kecepatan performa aplikasi, desain dan kegunaan menjadi poin yang banyak di-mention sehingga mereka memberikan rating yang cukup bagus. Secara teknis ada beberapa hal yang dapat dioptimalkan. Google sendiri memiliki standar teknis yang dapat menjadi pertimbangan para pengembang.

Nantikan artikel reportase selanjutnya dari perjalanan Google Playtime SEA 2017. Stay tune!

Google Play Tingkatkan Kolaborasi dengan Pengembang Permainan di Indonesia

Google Indonesia memaparkan tren dan consumer behavior terkait dengan mobile games di Indonesia. Kepada media hari ini (24/05) Head of Business Development Google Play Kunal Soni mengungkapkan sebanyak 71% masyarakat Indonesia mengakses internet melalui smartphone.

Dari data tersebut juga disebutkan, meskipun saat ini tersedia beberapa platform permainan yang cukup diminati di Indonesia (PC, Console dan Tablet), smartphone untuk ke depannya memiliki potensi cerah untuk para pengembang lokal, mengembangkan mobile games di Indonesia. Saat ini terdapat 2 juta pengguna aktif di Google Play setiap bulannya.

Untuk mendorong pengembang lokal menghasilkan permainan yang baik dan berkualitas, Google Play bakal menambah kolaborasi dengan mengedepankan tiga fokus di Indonesia.

“Selama ini Indonesia telah memberikan kontribusi yang cukup banyak untuk permainan di Google Play. Ke depannya kami dari Google ingin memastikan bukan hanya menarik permainan yang dibuat oleh pengembang lokal, namun juga berkualitas,” kata Kunal.

Tiga fokus yang ingin diterapkan oleh Google Play di Indonesia adalah, lokalisasi, promosi dan pembayaran. Masing-masing memiliki impact yang mendalam dan berguna bukan hanya untuk pengembang lokal namun juga gamers di Indonesia.

“Riset menunjukkan sebanyak 58% aplikasi yang diunduh oleh pemilik smartphone di Indonesia adalah permainan. Hal tersebut membuktikan minat serta antusias besar dari pengguna di Indonesia terhadap permainan lokal hingga mancanegara di Google Play,” kata Kunal.

Menfaat lebih untuk pengembang lokal

Selain kolaborasi yang akan lebih digencarkan oleh Google, manfaat lain yang bisa didapatkan oleh pengembang permainan lokal adalah, kesempatan untuk mempromosikan permainan tersebut secara global. Selain itu Google juga akan mengundang pengembang mancanegara untuk kemudian memasarkan permainan mereka ke Indonesia mengikuti minat serta kebiasaan dari pengguna di Indonesia.

“Kami saat ini sudah bekerja sama dengan ribuan pengembangan permainan di Indonesia dan mancanegara. Diharapkan dengan masuknya beberapa pengembangan internasional di Indonesia, bisa memberikan kesempatan bagi pengembang lokal untuk mempelajari lebih mendalam skill hingga teknologi yang mereka miliki,” kata Kunal.

Untuk menambah jumlah pengguna di Indonesia, Google Play juga menghadirkan pilihan pembayaran yang mudah. Mulai dari Carrier Billing (potong pulsa) dengan empat operator telekomunikasi ternama di Indonesia (Telkomsel, XL, Indosat, Smartfren), hingga Google Play Gift Card yang baru-baru ini diluncurkan oleh Google Play di Indonesia.

Promo #Saliplevel Google Play Indonesia

Menyambut datangnya bulan suci ramadhan, Google Play Indonesia meluncurkan promo khusus selama bulan ramadhan yang diberi nama Kampanye #SalipLevel. Melalui kampanye #SalipLevel, pengguna dapat menemukan diskon hingga 80% serta promosi lainnya di Play Store.

Terdapat 36 permainan lokal dan internasional populer yang bisa dinikmati dalam promo ini, diantaranya adalah, Tahu Bulat, Nasi Goreng, Clash of Clans dan masih banyak lagi.

“Program khusus Ramadhan ini bukan hanya menguntungkan konsumen namun juga memberikan kesempatan lebih luas bagi pengembang aplikasi game di Indonesia untuk meraih audiens yang lebih besar,” kata Kunal.

Google for Mobile Jadi Upaya Awal Melahirkan 100 Ribu Pengembang Mobile

Beberapa waktu silam, Google Indonesia mengumumkan komitmen untuk melatih 100.000 pengembang mobile Indonesia hingga tahun 2020. Komitmen itu digaungkan bersamaan dengan dibukanya pendaftaran gelombang kedua Google Launchpad Accelerator. Kemarin (31/3) Google mengambil langkah awal untuk merealisasikan komitmennya lewat workshop Google for Mobile yang berlangsung selama satu hari.

Head of Marketing Google Indonesia Veronica Utami dalam keterangannya menekankan bahwa sangat vital bagi Google untuk mendukung para pengembang mobile dari Indonesia, terutama dalam menawarkan akses praktik terbaik saat mengembangkan Android, mengingat Indonesia adalah salah satu pasar utama Android.

“Indonesia adalah negara mobile-first. Ponsel pintar tlah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesa dan pemandangan startup sangat cepat tumbuh dalam menciptakan aplikasi dan games guna memenuhi permintaan konsumen,” ujarnya.

Head of Business Development,SEA, IN& AU/NZ, Google Play Kunal Soni dalam acara Google for Mobile / DailySocial

Melalui workshop yang berlangsung selama satu hari ini, ratusan pengembang yang menjadi peserta mendapat kesempatan belajar dari para veteran industri terkait dan ahli produk Google. Peserta juga mendapatkan tips dan praktik terbaik mengenai bagaimana membuat produk yang berkualitas, berinteraksi dengan audiens, dan mengembangkan bisnis di platform mobile.

Beberapa tokoh yang hadir di antaranya yaitu, Head of Business Development Google Play Kunal Soni yang membaikan tips dan trik guna membantu para pengembang mencapai pengguna, dapat dikenal dan membangun bisnis yang sukses di Google Play.

Selain itu masih ada CEO dan founder Halfbrick Studio Shainiel Deo yang berbagi pengalaman kesuksesannya dalam melahirkan beberapa aplikasi populer seperti Fruit Ninja, Jetpack Joyride dan Monster Dash bersama perusahan yang dipimpinnya.

Diskusi mengenai strategi global untuk developer Indonesia oleh Anton Soeharyo (CEO and Co-Founder,Touchten Games),Agung Subagiyo (Co-Founder,Minimo) dan Calvin Kizana (CEO,Inovidea Manga) dengan David Yin (Business Development Manager, Google Play) sebagai moderator / DailySocial

Hadir pula CEO Touchten Games Anton Soeharyo, Co-Founder Minimo Agung Subagiyo, dan CEO Inovidea Manga Calvin Kizana yang berdiskusi mengenai strategi global untuk pengembang Indonesia. Diskusi ini, dimoderasi oleh Business Development Manager Google Play David Yin.

Sepanjang empat tahun ke depan, Google Indonesia berjanji para pengembang mobile Indonesia akan mendapatkan akses ke berbagai referensi untuk memulai keahlian Android  mereka. Ada tiga program yang akan digenjot oleh Google demi merealisasikan komitmen untuk melatih 100.000 pengembang mobile di Indonesia. Ketiga program tersebut adalah, kursus online Udacity, kemitraan melalui Universitas, dan program workshop Indonesia Android Kejar (Kelompok Belajar) di lima kota.

Workshop tersebut akan lebih intensif dan akan berlangsung di Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya dan Yogyakarta untuk menjangkau sebanyak mungkin pengembang yang berpartisipasi.