Tag Archives: kuo yi lim

Monk's Hill Ventures

Ekosistem Startup Indonesia dan Singapura Masih Jadi Perhatian Utama Monk’s Hill Ventures

Sebagai venture capital yang fokus di Asia Tenggara, Monk’s Hill Ventures hingga saat ini masih melihat Singapura, Indonesia, dan Vietnam sebagai negara yang memiliki potensi lebih terkait kinerja startup dan potensi berinvestasi. Namun melihat perkembangan yang saat ini terjadi di negara lain di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia dan Filipina, menjadi tidak mungkin ke depannya tiga negara tersebut bakal dilirik oleh mereka.

Dalam sesi media briefing yang digelar oleh Monk’s Hill Ventures (MHV) terungkap, beberapa fokus yang kemudian menjadi highlights sepanjang tahun 2020. Diungkapkan juga rencana investasi, peluang dan sektor yang dilirik oleh MHV untuk tahun 2021.

Indonesia dan Singapura investasi terbesar

Dalam presentasi yang disampaikan oleh Managing Partner Monk’s Hill Ventures Kuo-Yi Lim, investasi terbesar yang telah digelontorkan oleh MHV selama ini adalah negara Singapura dan Indonesia.

Tercatat sejak tahun 2017, investasi yang dilakukan lumayan rutin oleh MHV, meskipun perusahaan mengklaim idealnya hanya sekitar 4-5 investasi saja yang diberikan per tahunnya. Namun memasuki tahun 2020 ketika pandemi mulai menyebar secara global, mereka memutuskan untuk melakukan penundaan investasi dan lebih melihat tren dan pergerakan sektor yang kemudian mengalami pertumbuhan saat pandemi.

“Sepanjang tahun 2020 angka menunjukkan dinamika naik-turun, terlihat lebih berat dari tahun sebelumnya,” kata Kuo-Yi Lim

Ditambahkan olehnya, sebelumnya kondisi tersebut telah diprediksi, karena kebanyakan venture capital, menunda investasi saat pandemi dengan kondisi pasar yang tidak menentu. Namun setelah melihat dinamika sektor yang ada, ternyata tahun 2020 menjadi waktu yang tepat untuk berinvestasi.

Dalam pemaparan tersebut juga disampaikan 10 sektor yang kemudian dilirik oleh MHV. Di antaranya adalah Fintech (17%), IT (18%), Software (11%), layanan finansial (9%), marketplace (7%), logistik (5%), healthcare (5%), layanan e-commerce (9%), SaaS (9%) dan Internet (8%). Sektor tersebut yang kemudian merupakan deal yang banyak dilancarkan oleh MHV sepanjang tahun 2020.

“Dari catatan kami terlihat banyak sektor yang kami lirik adalah layanan fintech, IT terutama mereka yang menawarkan layanan infrastruktur seperti software untuk layanan e-commerce. Logistik juga menjadi pilihan investasi kami. Data ini mewakili sektor yang kami lirik sepanjang tahun 2020 dan tahun 2021.”

Tahun 2021 ini ternyata tidak mengalami perubahan yang berarti bagi MHV terkait dengan sektor mana yang akan menjadi fokus. Secara khusus menyesuaikan sektor yang telah dipilih sebelumnya, tidak melihat perubahan yang cukup besar pada tahun 2021.

“Hal tersebut dilihat dari jumlah pemain yang masuk dalam sektor ini cukup banyak jumlahnya. Bersamaan dengan besarnya permintaan dari industri. Misalnya healthcare dan financial services, semua tetap menjadi key player. kita akan melihat pengaruh dari sektor-sektor ini,” kata Kuo-Yi Lim.

Tips investasi saat ini

Pelajaran paling penting yang kemudian diambil oleh MHV ketika melakukan investasi saat pandemi dan memasuki realitas baru adalah, untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja secara remote. Namun di sisi lain perlu melakukan proses due diligence lebih kritis dan tentunya lebih ketat lagi. Venture capital juga harus bisa melakukan pengecekan yang relevan, dan selalu melakukan komunikasi dengan jaringan di industri terkait.

Hal penting lainnya yang kemudian menjadi perhatian oleh MHV adalah, fokus kepada kualitas pendiri, terutama bagi mereka yang memiliki kualitas paling tinggi dengan fundamental yang solid dan higher conviction dari sebelumnya. Dan yang terakhir kemudian menjadi perhatian dari MHV adalah, menjadi penting untuk bisa menciptakan relasi lokal yang baik. Dalam hal ini adalah 5 negara yang disasar di Asia Tenggara.

“Hal tersebut telah memungkin kami untuk membangun kepercayaan dan relasi jangka panjang, di saat yang sama juga menghilangkan keterbatasan yang terjadi karena aturan perjalanan (travel restriction),” kata Kuo-Yi Lim.

Gambar Header: Depositphotos.com

Pertumbuhan industri e-commerce turut terdorong naik di tengah pandemi / Pixabay

Monk’s Hill Ventures: Transformasi “E-commerce 2.0” akan Terjadi di Indonesia Tahun Ini

Sepanjang tahun 2020, layanan e-commerce mengalami pertumbuhan yang signifikan. Aturan bekerja dan belajar di rumah, banyak mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas belanja secara online. Terkait tren bisnis e-commerce, dalam media briefing yang digelar oleh Monk’s Hill Ventures (MHV) hari ini (27/01) diungkapkan beberapa hal. Salah satunya, hasil pengamatan mereka menunjukkan bahwa di tahun 2021 layanan e-commerce akan mengalami transformasi lebih besar lagi, mereka menyebutkan “E-commerce 2.0”.

Transformasi layanan e-commerce 2.0

Di Indonesia saat ini sudah banyak penjual, meskipun skalanya kecil namun telah memanfaatkan berbagai layanan online marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya untuk melakukan penjualan. Selain itu mereka juga mulai banyak mendapatkan traksi dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan channel lainnya. Cara tersebut sebenarnya bukanlah hal yang baru lagi. Kebanyakan penjual selalu melakukan engagement dengan pembeli mereka melalui media sosial.

“Yang berbeda saat ini adalah kebanyakan penjual dan pembeli bukan hanya fokus kepada produk tapi siapa yang menjual. Jadi brand equity penjual dan produk yang mereka miliki menjadi bagian dari pengalaman saat ini,” kata Managing Partner Monk’s Hill Ventures Kuo-Yi Lim.

Dalam hal ini dicontohkan olehnya, ketika pembeli berniat untuk melakukan pembelian di platform seperti Lazada atau Shopee, mereka akan ditawarkan langsung 20 lebih penjual dari masing-masing platform tersebut. Ke depannya akan mulai terlihat pergeseran pengalaman brand di berbagai channel dari sisi penjual.

Ninja Van (salah satu portofolio dari MHV) saat ini telah membantu lebih dari 100 ribu bisnis setiap bulannya. 30% kontribusi tersebut berasal dari para penjual UKM dari berbagai lokasi di Indonesia, mulai dari kota kecil hingga pelosok daerah,” kata Kuo-Yi Lim.

Untuk bisa mewujudkan hal tersebut tentunya dibutuhkan dukungan yang besar dari pihak terkait, mulai dari procurement, pembayaran, logistik dan lainnya. Penting untuk kemudian bisa membuat masing-masing penjual tampil lebih unggul, di antara makin sengitnya persaingan saat ini.

“MHV melihat hal tersebut bisa menjadi potensi, dengan mengadopsi cara tradisional memanfaatkan channel baru yang akan mendorong dinamika menarik di Indonesia dan negara lainnya.”

Pertumbuhan edutech dan healthtech

Hal menarik yang kemudian juga menjadi perhatian oleh MHV adalah, makin besarnya pertumbuhan layanan healthtech dan edtech secara global saat ini. Meskipun saat awal pandemi agak sulit bagi platform healthtech untuk bisa tetap relevan terkait dengan pandemi, namun memanfaatkan teknologi artifical inteligence ternyata mampu mempercepat pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan para dokter dan rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa pasien.

“Meskipun masih lamban adopsi teknologi rumah sakit dan sebagian besar dokter yang menjadi pengambil kebijakan tersebut, namun ketika mereka melihat teknologi bisa menyelamatkan hidup seseorang, diharapkan bisa mengubah mindset mereka. Dalam ruang lingkup digital saya melihat akan ada pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Kuo-Yi Lim.

Sementara dari sisi edtech, meskipun saat ini dengan pemerintah Amerika Serikat dan presiden barunya mulai memberlakukan kebijakan kembali ke sekolah untuk siswa, tentunya akan terlihat seperti apa perubahan ke depannya. Namun di sisi lain, dengan menggabungkan kegiatan belajar mengajar secara offline dan online, ternyata tetap bisa berjalan dan ke depannya akan menjadi the new normal untuk dunia pendidikan secara global.

“Ketika dulunya banyak pihak sekolah keberatan untuk mengadopsi teknologi untuk edukasi, dengan adanya pandemi menjadi pembuktian dan tentunya menjadi peringatan bagaimana jika nantinya terjadi lagi kondisi seperti ini. Ke depannya akan semakin banyak pengajar dan sekolah yang melihat, bahwa ada cara baru untuk mengajar dan belajar yaitu secara online. Meskipun akan ada penurunan dan penyesuaian, tapi tren ini ke depannya akan semakin berkembang,” kata Kuo-Yi Lim.

Tren investasi tahun 2021

Hal menarik yang kemudian diungkapkan oleh Partner Monk’s Hill Ventures Justin Nguyen adalah, sebelum pandemi berlangsung, pihaknya telah memberikan investasi kepada berbagai sektor. Mulai dari logistik, healthtech, dan lainnya. Sektor tersebut menurut Justin telah menjadi pilihan bagi MHV untuk kemudian dikembangkan dan tentunya diinvestasikan. Faktanya sektor tersebut selama pandemi ternyata memang mengalami akselerasi yang sangat baik.

“Sebagai principal dari investor yang kami lihat adalah, apakah hal yang mereka (pendiri startup) lakukan masuk akal. Saya melihat ketika menjalankan perusahaan masih sama saja sebelum atau saat pandemi.”

Meskipun ada penurunan investasi pada Q3 2020 lalu, namun jika dilihat dari makin besarnya minat investor asal Tiongkok hingga Amerika Serikat untuk bermain di kawasan Asia Tenggara, diprediksi oleh Justin tahun 2021 ini jumlah investasi dari berbagai investor akan makin banyak jumlahnya.

Monk’s Hill Ventures Brings S$100 Million to the Table for Southeast Asian Startups

Entrpreneurs backing entrepreneurs is what Monk’s Hill Ventures describes itself. The new S$100 million venture fund based out of Singapore and Jakarta is run by people with strong experiences in building and running companies in Southeast Asia as well as the United States. It aims to assist companies in the region with the required mentorship, funding, and guidance.
Continue reading Monk’s Hill Ventures Brings S$100 Million to the Table for Southeast Asian Startups