Razer baru saja mengumumkan laporan keuangan mereka untuk tahun 2019. Mereka menyebutkan, jumlah pemasukan mereka naik 15,2 persen dari US$712 juta (sekitar Rp11,3 triliun) pada 2018 menjadi US$821 juta (sekitar Rp13,1 triliun) pada 2019. Meskipun begitu, mereka masih mengalami kerugian sebesar US$83,47 juta (sekitar Rp1,3 triliun). Kabar baiknya, jumlah kerugian yang mereka derita menurun sebesar US$13,5 juta (sekitar Rp215 miliar) jika dibandingkan dengan pada tahun 2018.
“Tahun 2019 adalah tahun yang baik untuk Razer. Pemasukan kami memecahkan rekor, mencapai US$820,8 juta (sekitar Rp13,1 triliun),” kata pendiri dan CEO Razer, Min-Liang Tan dalam pernyataan resmi, seperti yang dilaporkan oleh The Esports Observer. Dia juga mengatakan, jika tak menghitung bisnis smartphone, perusahaannya telah kembali modal pada semester 2 dari 2019.
“Bisnis utama kami di ekosistem gaming mengalami pertumbuhan pesat dalam semua bidang, baik hardware, software, maupun layanan. Sementara itu, kami juga terus menumbuhkan proyek baru kami,” ujar Tan lebih lanjut. Di masa depan, mobile esports menjadi salah satu fokus Razer. Mereka akan memfokuskan investasi mereka ke pengembangan mobile gaming, termasuk untuk membuat platform mobile esports serta turnamen dan tim mobile esports.
Menurut data dari Business Wire, pendapatan Razer dari hardware naik 16 persen pada 2019 menjadi US$714 juta (sekitar Rp11,4 triliun). Sementara pendapatan dari segi layanan naik 55,2 persen jika dibandingkan dengan tahun 2018 menjadi US$77 juta (sekitar Rp1,2 triliun). Bisnis layanan memberikan kontribusi hampir 20 persen dari total keuntungan bersih perusahaan. Untuk masalah software, Razer mengungkap bahwa total pengguna mereka kini mencapai 80 juta orang di seluruh dunia, naik 44,6 persen dari tahun sebelumnya.
Tan juga mengungkap, Razer tidak memiliki utang dan justru memiliki kelebihan kas. Ini memungkinkan mereka untuk bertahan di tengah krisis global yang muncul akibat pandemik virus Corona. Per Desember 2019, Razer memiliki uang kas sebesar US$528,3 juta (sekitar Rp8,4 triliun).
Untuk menekan penyebaran virus Corona, banyak negara di dunia yang menghimbau masyarakatnya untuk tidak keluar rumah atau bahkan melakukan lockdown. Ini menyebabkan banyak pertandingan olahraga yang dibatalkan. Namun, pertandingan esports masih bisa dijalankan secara online. Dan ini bisa membuka peluang bagi para pelaku industri esports. Namun, jika hal ini terus berlanjut, para pelaku esports juga akan terkena dampaknya, seperti yang terjadi pada organisasi esports asal Kanada, Reciprocity.
Dalam laporan keuangannya, Razer juga membahas tentang dampak dari virus Corona. Dalam Q1 2020, mereka melihat bahwa permintaan dari para konsumen masih tetap tinggi. Mereka sempat mengalami kekurangan suplai perangkat, tapi masalah itu telah diselesaikan pada pertengahan Maret. Dan jika masyarakat masih harus melakukan karantina, ini justru dilihat sebagai kesempatan oleh Razer. Memang, sejak masyarakat dihimbau untuk tidak keluar rumah, semakin banyak orang yang bermain game.