Istilah SpatialLabs mengacu pada kemampuannya menampilkan objek 3D tanpa mengharuskan penggunanya memakai kacamata khusus. “Glasses-free 3D“, demikian istilah kerennya, dan itu Acer wujudkan lewat perpaduan hardware dan software.
Dari sisi hardware, laptop ini mengemas sepasang kamera stereo yang bertugas untuk melacak pergerakan mata dan kepala pengguna. Sebuah lensa optik yang tersematkan pada panel layarnya berfungsi untuk merefraksikan dua gambar yang agak berbeda ke masing-masing mata pengguna. Selanjutnya, giliran software yang bertugas menyesuaikan gambar 3D yang tersaji dengan pergerakan pengguna secara real-time.
Acer percaya teknologi ini mampu menyederhanakan workflow para profesional yang sehari-harinya berkutat dengan berbagai macam proyek 3D. Jadi ketimbang harus mengira-ngira tampilan objek 3D-nya seperti apa di layar 2D, pengguna bisa langsung melihat hasil akhirnya di layar laptop ini secara akurat dan tanpa alat bantu tambahan.
Agar semakin memudahkan, Acer tak lupa membundel sejumlah software pendukung, seperti misalnya SpatialLabs Model Viewer. Dengan software ini, pengguna bisa mengubah model-model 3D yang dibuat menggunakan Autodesk Fusion 360, Rhinoceros, Zbrush, dan lain sebagainya, menjadi stereoscopic 3D.
Software lain yang tak kalah bermanfaat adalah SpatialLabs Go, yang mengandalkan AI untuk menyulap konten 2D menjadi stereoscopic 3D. Bukan hanya foto, konten 2D yang dimaksud juga mencakup video, game sederhana, maupun tampilan webcam dalam sesi video conference.
Agar dapat menangani semua itu, perangkat tentu memerlukan spesifikasi yang mumpuni. Benar saja, varian termahal ConceptD 7 SpatialLabs Edition ditenagai oleh prosesor Intel Core i7-11800H, GPU Nvidia GeForce RTX 3080, RAM 32 GB (upgradeable) dan SSD NVMe 2 TB. Layarnya sendiri menggunakan panel LCD 15,6 inci beresolusi 4K yang telah divalidasi oleh Pantone perihal akurasi warnanya.
Harganya jelas jauh dari kata murah. Di dataran Eropa dan sekitarnya, Acer ConceptD 7 SpatialLabs Edition bakal dijual dengan harga mulai €3.599, atau kurang lebih setara 59 jutaan rupiah. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai bulan Desember tahun ini, tapi sejauh ini belum ada informasi terkait ketersediaannya di Indonesia.
Banyak para video editor, fotografer, desainer grafis, hingga content creator berakhir mengandalkan laptop gaming untuk menunjang pekerjaan mereka. Padahal kebutuhannya berbeda, mereka tidak perlu panel dengan refresh rate cepat, melainkan kualitas gambar dan tingkat akurasi warna yang tinggi.
Kurang lebih celah tersebut yang ingin dipenuhi oleh ASUS dengan lini produk tebarunya ProArt series. Lebih jauh, lini ProArt menargetkan para profesional di berbagai bidang khusus. Seperti architecture & engineering, filmmaking & video editing, photography, graphic & art, product design & manufacturing, serta animation & game development.
Dailysocial telah kedatangan salah satu laptop ProArt terbaru yakni ProArt StudioBook Pro 17 (W700). Harga laptop profesional ini berada direntang Rp35,2 juta sampai Rp55 juta. Laptop ini membawa layar dengan tingkat color gamut luas, performa ekstrem, konektivitas komplet termasuk port Thunderbolt 3, dan banyak lagi. Berikut review ASUS ProArt StudioBook Pro 17 (W700) selengkapnya.
Desain
ProArt StudioBook Pro 17 (W700) memiliki desain simpel, tidak neko neko namun elegan dan serius. Hadir dalam sentuhan warna star grey dengan aksen rose gold di dekat engsel belakang layar dan di bawah keyboard yang menambah kesan berkelas, tombol power di pojok kanan atas juga berwarna emas.
Sasis laptop ini terbuat dari bahan magnesium alloy yang kuat tapi ringan. Bagian penutup laptopnya mengemas desain diamond cut dan memiliki engsel layar lay-flat yang memungkinkan layar dapat ditekuk hingga 180 derajat.
Meskipun membawa layar sebesar 17 inci, dimensi bodi ProArt StudioBook Pro 17 tetap cukup ringkas yaitu 38,2×28,6×1,99 cm dan berat 2,39 kg. Hal ini dicapai berkat penggunaan NanoEdge display, di mana bezel samping layarnya tipis hanya 5,3mm dan 7,4mm di sisi atas sehingga menghasilkan screen-to-body ratio 84%.
Webcam berada di dahi laptop, diapit dua mikrofon dan dilengkapi lampu indikator kamera yang akan menyala putih saat kamera aktif. Sedangkan, bagian dagunya memang terlihat cukup tebal dan di sana terdapat tulisan ASUS StudioBook.
Layar
ProArt StudioBook Pro 17 (W700) mengusung layar berukuran 17 inci beresolusi Full HD (1920×1200 piksel) dengan rasio layar 16:10. Rasio layar ini menyuguhkan kita ruang kerja ekstra sehingga dapat bekerja lebih produktif. Memberi kenyamanan saat multitasking dan melihat detail lebih jelas saat mengedit foto maupun video.
Layarnya memiliki color gamut yang luas hingga 97% DCI-P3. Sebagai informasi, DCI-P3 merupakan color gamut yang memiliki color space lebih luas dari sRGB dan DCI-P3 digunakan sebagai standar color gamut untuk berbagai industri kreatif profesional.
Layar ProArt StudioBook Pro 17 telah dikalibrasi sejak awal dan mengantongi sertifikasi PANTONE Validated Display. Juga memiliki tingkat diviasi warna atau Delta-E < 1,5, yang artinya setiap piksel di layar ProArt StudioBook Pro 17 mampu menampilkan warna yang akurat. Fitur tersebut penting bagi para profesional yang memang membutuhkan akurasi warna seperti animator, video editor, dan fotografer.
Keyboard dan Konektivitas
Tata letak full-size keyboard ProArt StudioBook Pro 17 tampaknya sedikit menyusut, karena area samping dan atas digunakan untuk ventilasi udara. Namun kenyamanannya masih terjaga, berkat key travel 1,4mm dan backlight berwarna putih.
Touchpad-nya dilengkapi dengan NumberPad, cara mengaktifkannya dengan menekan tombol yang berada di pojok touchpad dan tak jauh dari keyboard ada lekukan kecil untuk indikator status. Uniknya area sekitar keyboard dan tombol navigasi memiliki tekstur dengan pola garis-garis. Lalu, ada sensor sidik jari dengan dukungan Windows Hello di pojok kiri bawah sebagai otentikasi biomentik untuk masuk ke sistem.
Untuk konektivitas kabel, di sisi kanan terdapat dua port USB 3.1 Gen 2 Type-A. Sedangkan, di sisi kanan terdapat security lock, port input daya (DC) dan port USB 3.1 Gen 2 Type-C yang juga merupakan Thunderbolt 3. Juga ada port HDMI 2.0, USB 3.1 Gen 2, combo audio jack, dan SD card reader 4.0 yang mendukung penyimpanan berupa UHS-II dengan kecepatan transfer hingga 312Mbps.
Port Thunderblot 3 di ProArt StudioBook Pro 17 sangat berguna bagi para profesional yang ingin menghubungkan perangkat seperti high speed storage ataupun network adapter. Serta, kompatibel dengan teknologi DisplayPort 1.4 sehingga laptop ini dapat dihubungkan dengan monitor eksternal beresolusi 8K.
Sementara untuk konektivitas nirkabel, ProArt StudioBook Pro 17 mengandalkan WiFi 6 (802.11ax) dan Bluetooth 5.0. Bila butuh koneksi lebih stabil dan minim gangguan, dalam paket penjualan ProArt StudioBook Pro 17 dibekali dongle ethernet.
Hardware & Performa
Sebagai laptop kelas profesional, ProArt StudioBook Pro 17 (W700) hadir dengan performa ekstrem. Untuk model paling top ditenagai oleh prosesor Intel Xeon E-2276M yang dirancang khusus sebagai prosesor untuk mobile workstation dan GPU NVIDIA Quadro RTX 3000 Max-Q.
Khusus yang menggunakan Intel Xeon, prosesor ini hadir dengan dukungan ECC memory yang biasanya terdapat di komputer server dan desktop workstation. ECC memory memungkinkan setiap data yang diolah oleh prosesor dari RAM tidak rusak sehingga dapat meminimalisir terjadinya error.
Sementara soal performa grafis, GPU NVIDIA Quadro berbeda dengan GeForce. Quadro merupakan chip grafis yang dirancang khusus untuk para profesional dan content creator. Quadro memiliki jumlah memori yang lebih besar dan kemampuan komputasi yang lebih baik untuk software kelas industri.
Totalnya ada lima varian ProArt StudioBook Pro 17 (W700) yang tersedia di Indonesia, detailnya sebagai berikut:
Unit review ASUS ProArt StudioBook Pro 17 (W700) yang saya uji model paling terjangkau, dengan konfigurasi prosesor Intel Core i7-9750H, kartu grafis NVIDIA Quadro T1000, dan RAM 16GB single channel. Kombinasi ini masih terbilang powerful untuk menangani pengeditan foto, video, desain grafis, dan animasi. Berikut spesifikasi menurut CPU Z dan GPU Z:
Namun kenapa seri ProArt masih menggunakan prosesor 9th Gen Intel Core H-Series. Jawabannya karena agak telat masuk Indonesia, sebetulnya lini ProArt pertama kali diumumkan pada ajang IFA 2019 bulan September 2019.
Berikut ini hasil pengujian dari beberapa software benchmark pada ProArt StudioBook Pro 17:
No
Pengujian
Skor
1
GeekBench 4 Single Core
1217
2
GeekBench 4 Multi Core
5291
3
PCMark 10
5120
4
Cinebench R15
1267
5
Cinebench R20
2638
6
3DMark Sky Diver
22205
7
3DMark Cloud Gate
26181
8
3DMark Fire Strike
7047
9
3DMark Fire Strike Ultra
3397
10
3DMark Fire Strike Extreme
1539
Hal penting lainnya adalah ProArt StudioBook Pro 17 sudah mengantongi sertifikasi ISV atau Independent Software Vendor. Artinya laptop ini telah kompatibel dan siap untuk menjalankan berbagai software kelas industri seperti software dari Adobe dan Autodesk.
Lantaran mengusung hardware yang powerful, ProArt StudioBook Pro 17 dilengkapi dengan sistem pendingin khusus yang mengandalkan dua kipas. Setiap kipas memiliki 83 bilah dengan desain 3D curved untuk memaksimalkan aliran udara. Bilah kipasnya juga dibuat menggunakan bahan khusus yaitu liquid crystal polymer yang tetap kokoh meski bentuknya sangat tipis.
Sistem pendingin tersebut dilengkapi dengan lima heatpipe yang terhubung ke empat ventilasi udara, yaitu dua di belakang dan dua di sisi kanan serta kiri bodinya. Heatpipe dan heatsinknya menggunakan bahan khusus untuk menghantarkan panas secara optimal dan tetap senyap, tingkat kebisingan di bawah 35dB.
Verdict
Seluruh laptop ProArt memang dipatok dengan harga relatif tinggi, lantaran dirancang untuk memenuhi kebutuhan para profesional. Dilengkapi dengan fitur khusus yang tidak bisa didapatkan di laptop kelas consumer dan hardware mumpuni dengan performa konsisten.
Untuk ProArt StudioBook Pro 17 (W700), saya pikir laptop ini menawarkan sesuatu yang diinginkan oleh para fotografer profesional sebagai desktop replacement. Layarnya berkualitas dengan ukuran 17 inci yang cukup lega untuk mengedit foto tanpa perlu tambahan monitor eksternal, tetapi dimensi bodi laptop ini cukup ramping sehingga memungkinkan dibawa bepergian. Serta, tentunya ideal untuk video editor dan para content creator lainnya.
Sparks
Layar 17 inci berkualitas dengan color gamut luas
Konektivitas komplet lengkap dengan Thunderblot 3
Performa ekstrem, ada opsi dengan prosesor Intel Xeon E-2276M
Sebagai pemain utama di ranah laptop gaming, jejeran perangkat ‘gamer nomaden’ MSI selalu mendominasi booth pameran di Computex, dan tahun ini bukanlah perkecualian. Tapi sejak diungkapnya GS65 Stealth Thin, Anda mungkin melihat sedikit perubahan arahan desain produk mereka. Di sana, MSI menerapkan rancangan yang lebih serius, sehingga ia juga atraktif bagi kalangan profesional.
GS65 Stealth Thin, GT75 Titan Core i9, GE63 Raider RGB Edition dan sejumlah notebook gaming lain telah mendarat di Indonesia sejak bulan April. Dan tanpa pengumuman kartu grafis Nvidia baru di Computex 2018 (GPU yang digunakan MSI di laptop mereka), produk-produk ini akan menjadi andalan MSI hingga beberapa bulan ke depan. Meski demikian, produsen tetap mengungkap kejutan menarik di pameran komputer terbesar di Asia itu.
Ada dua laptop baru yang Micro-Star International pamerkan di Computex 2018, dan dua-duanya mungkin di luar dugaan Anda. Mereka mengusung arahan desain ultra-thin, namun punya target konsumen berbeda: Prestige PS42 ditujukan untuk para pebisnis dan desainer, sedangkan GF63 merupakan notebook ‘mainstream‘ buat menangani game-game eSport.
Prestige PS42
LineupPrestige sempat diperkenalkan di Indonesia tiga tahun silam, tetapi kiprahnya tidak terlalu lama. Menariknya, dari diskusi bersama tim MSI, ada indikasi mereka akan membawa varian barunya ke tanah air. Prestige PS42 ialah salah satu laptop non-gaming paling ramping yang pernah MSI racik. Namun terlepas dari tubuhnya yang tipis, performa PS42 siap mengungguli produk-produk sekelas dari kompetitor.
Prestige PS42 menyuguhkan Anda layar 14-inci FHD berbingkai hanya 5,7mm yang disematkan pada tubuh berketebalan 15,9mm. Body berbobot 1,19kg itu tersusun atas material aluminium brushed tanpa pewarna tambahan. Saya pribadi menyukai pendekatan ini, memberikan kesan elegan sekaligus minimalis dan industrial. Selanjutnya, MSI memanfaatkan engsel 180 derajat sehingga layar bisa disejajarkan dengan tubuh, mencantumkan backlight LED putih di keyboard, serta membubuhkan brand baru di bagian punggung.
Untuk menangani tugas yang Anda limpahkan padanya, PS42 mengandalkan prosesor Intel Core i7 U generasi kedelapan, kartu grafis Nvidia GeForce MX150, memori RAM maksimal 16GB serta penyimpanan berbasis SSD M.2. Kemudian, baterai internalnya menjanjikan waktu aktif hingga 10 jam.
GF63
Banyak orang setuju, GS65 Stealth Thin ialah ultrabook gaming high-end paling anggun buatan MSI. Tapi jika modal Anda sedang terbatas, produsen sudah menyiapkan alternatif yang jauh lebih terjangkau. GF63 menyajikan sejumlah elemen yang ada pada GS65: bezel tipis, tubuh cukup ramping (21,7mm), bobot ringan (1,86kg), body aluminium berwarna hitam dengan finishing brushed, serta penggunaan engsel 180 derajat. Lalu sebagai jendela ke dunia digital, Anda dihidangkan layar 15,6-inci 1920x1080p.
MSI tampaknya mencoba bereksperimen lebih jauh di sisi desain GF63. Silakan balik laptop ini, dan Anda akan menemui ventilasi ala huruf X. Untuk keyboard-nya, produsen mencantumkan LED backlight berwarna merah. Di produk ini, MSI meramu sendiri bagian papan ketiknya tanpa dukungan SteelSeries.
Konfigurasi hardware GF63 mengindikasikan spesialisasi laptop buat menangani judul-judul permainan eSport. MSI membenamkan Intel Core i7 8th-Gen, RAM maksimal 32GB, penyimpanan berbasis HDD SATA, serta baterai 51WHr yang bisa menjaga GF63 tetap aktif selama tujuh jam lebih tanpa perlu tersambung ke sumber listrik. Tersedia dua varian GF63, masing-masing dipersenjatai kartu grafis berbeda: 8RC dengan GeForce GTX 1050, dan 8RD ber-GPU GeForce GTX 1050 Ti.
Harga dan ketersediaan
Karena Computex 2018 adalah momen penyingkapan perdana GF63 dan Prestige PS42, MSI masih belum mengumumkan harga resmi keduanya. Produsen berencana untuk meluncurkan GF63 dan Prestige PS42 di kuartal ketiga 2018.